Professional Documents
Culture Documents
3. Kelainan Pertumbuhan
a. Cleido cranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Achondroplasia
e. Celah langit-langit
Cleido Cranial Dysostosis :
terjadi pada masa kongenital dimana terjadi
kerusakan atau ketidakberesan dari pada tulang
cranial. Hal ini biasanya diikuti dengan persistensi gigi
susu dan tidak erupsinya atau tidak terdapatnya gigi
permanen, juga ada kemungkinan dijumpai gigi
supernumeri yang rudimenter.
Oxycephali :
Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong,
diameter muka belakang sama dengan dua kali kanan
atau kiri. Hal ini mempengaruhi pertumbuhan rahang.
Progeria :
Merupakan suatu kelainan dimana penderita terlalu
cepat tua. Kelainan ini merupakan suatu bentuk
infantilisme yang ditandai dengan :
- Tubuh yang tetap kecil
- Tidak ada tanda-tanda kedewasaan seperti bulu
ketiak, bulu pubis dan lain sebagainya
- Kulit berkerut, rambut putih, muka, kelakuan dan
tindakan seperti
orang tua
Achondroplasia :
Suatu penyakit dari kerangka yang dimulai dari fetus
dan memberi bentuk kerdil, tulang-tulang rawan tidak
tumbuh normal.
Celah langit-langit :
biasanya
Operkulektomi
pada
gigi
merupakan
molar
ketiga
perawatan
rahang
dari
bawah.
perikoronitis,
resiko
yang
dapat
menimbulkan
tubuh
seorang
pasien
akan
lemah
dan
Streptococcus mutans
Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif,
bersifat nonmotil dan
mutans
merupakan
bakteri
yang
Actinomyces
paling
Prevotella
Prevotella merupakan genus bakteri yang banyak
ditemukan pada operkulum penderita perikoronitis. Prevotella
adalah organisme anaerobik yang umumnya ditemukan pada
infeksi rongga mulut. Prevotella juga termasuk jenis bakteri
yang
Mario, 2005).
2.2.2 Patogenesis
Perikoronitis berawal dari gigi yang erupsi sebagian,
mahkota gigi diliputi oleh jaringan lunak yang disebut dengan
operkulum. Antara operkulum dengan mahkota gigi yang
erupsi sebagian terdapat spasia, bagian dari dental follicle,
yang berhubungan dengan rongga mulut melalui celah
membentuk pseudopoket (Guiterrez and Perez, 2004).
Selama makan, debris makanan dapat berkumpul pada poket
antara operkulum dan gigi impaksi. Operkulum tidak dapat
dibersihkan dari sisa makanan dengan sempurna sehingga
sering mengalami infeksi oleh berbagai macam flora normal
rongga
mulut,
terutama
mikroflora
subgingiva
yang
sering
ditemukan
pada
ke
leher,
telinga,
dan
dasar
mulut.
Pada
demam
ketidaknyamanan.
Pada
dibawah
inspeksi
38,5C,
selulitis,
biasanya
dan
ditemukan
pada
pseudopoket
sekitar
gigi
yang
erupsi
ataupun
gangguan
sistemik.
(Shepherd
and
Brickley,1994).
2.2.4.3 Perikoronitis Kronis
Perikoronitis kronis ditandai dengan rasa tidak enak yang
timbul secara berkala. Rasa tidak nyaman dapat timbul
apabila operkulum ditekan. Tidak ada gejala klinis yang khas
yang menyertai perikoronitis kronis. Pada gambaran radiologi
bisa didapatkan resorpsi tulang alveolar sehingga ruang folikel
melebar, tulang interdental di antara gigi molar kedua dan
molar
ketiga
menjadi
atrisi
dan
menghasilkan
poket
dari
perikoronitis
bervariasi,
tergantung
dari
antibiotika
penyebab
dilakukan
untuk
perikoronitis.
mengeleminasi
Antibiotika
diberikan
secara
tergantung
pada
Komplikasisistemik
apakah
gigi
yang
bedah.Perawatan
derajat
yang
keparahan
ditimbulkan
terlibat
nantinya
dan
perikororonitis
inflamasinya.
pertimbangan
akandicabut
atau
merupakan
kontra
indikasi
dilakukannya
operkulektomi,
dengan
gigi
yang
terlibat
(M3)
akan
dicabut
atau
Level A
Level B
Level C
1.
lebih besar. Jika korona belum nampak di rongga mulut dan gigi
terletak di arkus dentalis maka pengambilan gigi diambil dari bukal.
5. Odontektomi.
Maloklusi.
mempersiapkan
tindakan
odontektomi
perlu
Klasifikasi impaksi.
b.
e.
f.
7.
3)
dan
dikeluarkan
berurutan
menurut
nomornya
Rasa sakit atau pernah mengalami rasa sakit di regio gigi molar
ketiga impaksi.
Pembengkakan.
Perdarahan sekunder.
Facial abses.
Trismus.
Fraktur rahang.
Emphysema.
Parestesi.
Aspirasi.
Luka
di
daerah
sudut
b.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
-
2.
A.
Kausa Lokal :
bibir.
Kausa Umur :
Gigi terpendam dapat terjadi juga bila tidak ada kausa lokal dan
dapat disebabkan karena :
1.
a.
b.
2.
Kausa prenatal :
Keturunan
Miscegenation
Kausa Postnatal :
Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan
pada kanak-kanak seperti :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Ricketsia
Anemi
Siphilis kongenital
T.B.C
Gangguan kelenjar endokrin
Malnutrisi
3.
a.
b.
c.
d.
e.
Kelainan Pertumbuhan :
Cleido cranial dysostosis
Oxycephali
Progeria
Achondroplasia
Celah langit-langit
Cleido Cranial Dysostosis :
Terjadi pada masa kongenital dimana terjadi kerusakan atau ketidak
beresan dari pada tulang kranial. Hal ini biasanya diikuti dengan
persistensi gigi susu dan tidak erupsinya atau tidak terdapat gigi
permanen, juga ada kemungkinan dijumpai gigi supernumeri yang
rudimenter.
Oxycephali :
Suatu kelainan dimana terdapat kepala yang lonjong diameter muka
belakang sama dengan dua kali kanan atau kiri. Hal ini
mempengaruhi pertumbuhan rahang.
Progeria :
Merupakan suatu kelainan dimana penderita terlalu cepat tua.
Kelainan ini merupakan suatu bentuk infantilisme yang ditandai
dengan :
Tubuh yang tetap kecil
Tidak ada tanda-tanda kedewasaan seperti bulu ketiak, bulu
pubis dan lain sebagainya.
Kulit berkerut, rambut putih, muka, kelakuan dan tindakan
seperti orang tua.
Achondroplasia :
Suatu penyakit dari kerangka, yang dimulai dari fetus dan memberi
bentuk kerdil, tulang-tulang rawan tidak tumbuh normal.
Celah langit-langit :
17 - 21 tahun
- Kaninus
6 - 15 tahun
- Premolar
9 - 12 tahun
- Insisivus
4 - 7 tahun
a.
b.
c.
1.
2.
3.
4.
5.
Yaitu bila :
Menimbulkan gejala neuralgia disebabkan tekanan gigi pada
syaraf.
Pembentukan kista.
Ada gejala inflamasi
Mengalami karies
Ada gejala akan menimbulkan karies pada gigi tetangga.
Prinsip perawatan adalah membuat trauma sekecil mungkin, yaitu :
a.
b.
Klas II : Ruangan antara distal Molar dua dan ramus lebih kecil daripada
lebar Mesio distal Molar tiga.
Klas III: Sebagian besar atau seluruh Molar tiga terletak di
dalam ramus.
B.
C.
Posisi Aksis memanjang dari pada gigi Molar tiga terhdap aksis
Molar dua :
1.
vertikal
2.
horizontal
3.
4.
mesio angular
5.
disto angular
6.
buko angular
7.
linguo angular
D.
1.
2.
a.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
b.
c.
Jumlah/keadaan akar :
- gigi yang berakar satu
- gigi yang berakar dua
- gigi yang akarnya bersatu
- apakah keadaan akar menguntungkan apa tidak
Jadi dalam klasifikasi ini semua harus ditulis :
Misalnya : Klasifikasi : a. Disto angular
b. erupsi +
c. V3 ( akar tiga )
Kalau gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka
kita harus mencari bagian tulang mana yang masih menghalangi.
Kita tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga yang besar tetapi
berusaha menggerakkan dengan tekanan yang minimal. Jika tulang
yang diambil telah cukup tetapi gigi belum mau keluar, maka
mungkin masih ada tulang atau akar gigi yang menghalangi.
Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan, dan terletak
di bawah mahkota Molar dua sedang gigi tersebut akan kita ambil
dengan cara intoto, maka tulang distal Molar tiga kita ambil lebih
banyak sehingga Molar tiga dapat kita congkel ke arah distal. Cara
atau teknik kerja tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi dan
jaringan sekitarnya.
b. Cara in separasi.
Pada metode ini kita sedikit membuang tulang tetapi gigi yang
impaksi diambil dengan cara membelah-belahnya (diambil
sebagian-sebagian) Dalam keadaan ini kita tidak perlu banyak
membuang tulang bagian distal Molar tiga tersebut dan gigi diambil
sepotong-sepotong dengan elevator kemudian dikeluarkan dengan
tang sisa akar.
Perlu diingat, jangan memaksa karena dapat menyebabkan fraktur
tulang rahang atau fraktur Molar dua.
Pada gigi Molar tiga posisi vertikal, biasanya membutuhkan
pengambilan tulang lebih banyak bila kita mengambil secara intoto.
Pada posisi vertikal biasanya gigi dihalangi oleh ramus asendens
mandibula.
Kita perhatikan 2 (dua) hal :
1.
Apakah gigi front berjejal. Dalam hal ini kita bekerja sama dengan
Bagian Ortodonsia untuk pertimbangannya.
Misalnya :
Premolar diambil, sehingga kita mempunyai tempat untuk
Molar tiga tersebut juga dilihat antagonisnya (mesio angular impaksi
atau tidak)
Pembersihan Luka :
Setelah gigi dikeluarkan maka soket atau ruang bekas gigi harus
betul-betul dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pemboran atau
pemahatan.
Folikel harus kita bersihkan atau buang. Folikel yang
masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual.
Sisa enamel organ harus dibersihkan untuk menghindari terjadinya
kista Residual.
Tepi tulang yang runcing harus kita haluskan dengan bor atau
dengan bone file setelah itu rongga tersebut harus kita bersihkan
dengan semprotan air garam fisiologis 0,9 % supaya pecahan
partikel-partikel tulang dapat keluar semua dan ini dihisap dengan
suktor.
Kemudian alveolus dapat kita isi dengan :
- terragas ( drain )
- white head varnish
- vasenol
- bubuk sulfa
Ini tergantung dari kemauan operator.
ad. 5. Perawatan pasca bedah :
Bila sudah bersih, flep dikembalikan ke tempatnya dan
dijahit.
Pada pasien diberikan obat-obatan seperti :
- anti biotik
- analgetika
- anti inflamasi
- dapat diberi tambahan vitamin untuk menaikkan daya tahan
tubuh.
Pada pasien diberi petunjuk tertulis yaitu : pasien tidak boleh
berkumur-kumur
selama 24 jam dan terus menerus menggigit
tampon.
Tampon harus diganti dengan tangan yang bersih bila masih
berdarah.
Fraktur rahang
Perdarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior
Bekerja tidak bersih, dimana ada jaringan folikel masih tertinggal
sehingga
Dapat terjadi kista yang dapat melanjut menjadi tumor.
4. Bekerja tidak bersih sehingga dapat terjadi infeksi yang dapat
melanjut jadi Osteomyelitis
5. Trauma pada gigi Molar dua
Misalnya sewaktu kita mengebor, jaringan periodontal Molar dua
turut rusak walaupun tidak terjadi fraktur Molar dua. Setelah 1 3
Klas a : Bahagian terendah korona Molar tiga berada satu garis dengan
dataran Oklusal Molar dua.
Klas b : Bahagian paling bawah korona Molar tiga berada diantara dataran
Oklusal dan garis servikal Molar dua.
Klas c : Bahagian paling bawah korona Molar tiga berada di atas garis
servikal Molar dua
II
3.
4.
Adanya hipersementosa
5.
6.
7.
Penebalan tulang yang luar biasa dan hal ini biasanya pada
pasien yang sudah tua ( tulang tidak elastis lagi ).
Daerah operasi yang sukar dicapai, yaitu karena otot pipi tebal.
KANINUS TERPENDAM
Pengambilan kaninus terpendam lebih sukar dan
memerlukan kemahiran lebih banyak dari pada Molar tiga
terpendam terlebih lebih Kaninus yang terpendam dengan posisi
horizontal dan palatinal sehingga sangat mendekati sinus maksilaris.
Di samping faktor etiologi yang berlaku untuk gigi terpendam pada
umumnya pada gigi kaninus terpendam ada lagi faktor faktor
khusus sebagai berikut :
a. Dekatnya korona atau akar gigi tersebut dengan gigi tetangga seperti
gigi premolar satu dan insisivus satu sehingga dapat merusak gigi
tersebut karena trauma.
b. Dekat gigi tersebut dengan sinus maksilaris yang dapat menimbulkan
perforasi sinus maksilaris atau komplikasi selanjutnya.
b. Dapat juga kita buat dari Self curing acrilic yang ditahan
dengan wiring yangdiikatkan pada gigi premolar kanan dan kiri, hal
ini juga untuk menjaga kebersihan luka operasi dan agar lebih cepat
sembuh.
5. Perawatan pasca bedah
Beri obat-obatan analgetik, anti inflamasi dan vitamin.
Setelah 2 hari pasien dikontrol dilakukan pembersihan luka dan
aplikasi gentian
Violet 1 2 %.
Setelah 5 7 hari jahitan dapat dibuka.