Professional Documents
Culture Documents
Preseptor:
dr. Hj. Meiti Frida, Sp. S (K)
dr. Lydia Susanti, Sp. S
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi:
Kelainan autoimun
Kelemahan abnormal dan progresif
otot rangka yang dipergunakan secara
terus-menerus dan disertai dengan
kelelahan saat beraktivitas.
Timbul karena adanya gangguan dari
synaptic transmission atau pada
neuromuscular junction.
Epidemiologi
Sering usia 20-50 tahun
Wanita : pria= 6:4
Pada wanita, muncul pada usia yang lebih
muda, yaitu sekitar 28 tahun,
Pada pria sering terjadi pada usia 42 tahun
Fisiologi Neuromuscular
Junction
sifat reseptor asetilkolin di
neuromuscular junction :
Reseptor nikotinik (nikotin
adalah agonis terhadap
reseptor)
Glikoprotein bermembran
dengan berat molekul sekitar
275 kDa.
Mengandung lima subunit
Hanya subunit yang mengikat
asetilkolin dengan afinitas
tinggi.
Dua molekul asetilkolin harus
berikatan untuk membuka
saluran ion, yang
memungkinkan aliran baik Na+
maupun K+.
Patofisiologi
Autoantibodi terhadap asetilkolin reseptor (anti-AChRs)
Reaksi auto-imunologik
Gejala Klinis
Kelemahan otot
ekstraokular atau
ptosis
semakin lama akan
semakin memburuk
Kelemahan
menyebar mulai
dari otot ocular,
otot wajah, otot
leher, hingga ke
otot ekstremitas.
Kelemahan dari
otot faring, lidah,
pallatum molle, dan
laring kesukaran
menelan dan
berbicara.
Kelemahan dari
otot masseter
mulut penderita
sukar untuk ditutup
Paresis dari
pallatum molle
suara sengau.
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Penderita ditugaskan untuk menghitung dengan suara
yang keras. Lama kelamaan akan terdengar bahwa
suaranya bertambah lemah dan menjadi kurang terang.
Penderita menjadi anartris dan afonis.
Penderita ditugaskan untuk membuka matanya secara
terus-menerus, lama kelamaan akan timbul ptosis. Setelah
suara penderita menjadi parau atau tampak ada ptosis,
maka penderita disuruh beristirahat. Kemudian tampak
bahwa suaranya akan kembali baik dan ptosis juga tidak
tampak lagi. Penunjang
Pemeriksaan
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Anti-asetilkolin reseptor antibodi
Imaging
Chest x-ray (foto roentgen thorak)
suatu massa pada bagian anterior mediastinum.
MRI
Bila tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
penunjang lainnya dan untuk mencari penyebab defisit
pada saraf otak
EMG
Single-fiber Electromyography (SFEMG)
untuk merekam serat otot penderita
Penatalaksanaan
Jangka
pende
k
untuk
keada
an
akut
Penatalaksanaan
Plasma Exchange (PE)
Intravenous Immunoglobulin
(IVIG)
Intravenous Methylprednisolone
(IVMp)
Penatalaksanaan
Jangka Panjang
Kortikosteroid
Azathioprine
Cyclosporine
Cyclophosphamide
(CPM)
Penatalaksanaan
Thymecto
my
(Surgical
Care)
tercapainya
perbaikan
signifikan dari
kelemahan
pasien,
mengurangi
dosis obat yang
harus
dikonsumsi
pasien, serta
idealnya adalah
kesembuhan
yang permanen
dari pasien
Komplikasi
Krisis
Choliner
gic
Krisis
Miasten
ic
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama: Tn.
H
Pekerjaan:
Swasta
No. MR:
919195
Umur: 52
tahun
Agama:
Islam
Alamat:
Jati Koto
Panjang
Anamnesis
Keluhan Utama:
Sesak nafas dan gangguan menelan
Pemeriksaan Fisik
Keadaan
Umum:
Sedang
Kesadaran:
Kompos
mentis
kooperatif
Tekanan
Darah:
120/80
mmHg
Frekuensi
Nadi: 88
x/menit
Frekuensi
Nafas: 28
x/menit
Suhu: 36,2
C
Status Internus:
Paru:
Jantung
Inspeksi: Simetris
paru kanan dan kiri
Palpasi: Fremitus
kanan dan kiri
sama.
Perkusi: Sonor
Auskultasi:
Vesikular di seluruh
lapangan paru,
wheezing -/- ronki
-/-
Inspeksi: Iktus
kordis tidak
terlihat.
Palpasi: Iktus kordis
tidak teraba.
Perkusi: Jantung
tidak membesar.
Auskultasi: Suara
jantung tambahan
(-) Gallop (-)
STATUS NEUROLOGIS
TANDA PERANGSANGAN
SELAPUT OTAK
Kaku kuduk: Tidak ada
TANDA PENINGKATAN
TEKANAN INTRA KRANIAL
Tidak ada
NERVUS KRANIALIS
N. Olfaktorius:
penciuman baik
N. Optikus: reflek cahaya
langsung +/+, bulat,
isokor, diameter 3
mm/3mm.
N. III, IV dan VI: ptosis (+),
nistagmus (-), pergerakan
bola mata bebas ke segala
arah.
N. Trigeminus :
membuka mulut tidak
maksimal, menggerakkan
rahang tidak maksimal,
menggigit sulit, mengunyah
sulit, reflek kornea (+)
N. Fasialis: plika
nasolabialis simetris kiri
dan kanan.
N. Vestibularis : dalam
batas normal
N. Glossofaringeus:
reflek muntah (+) dengan
tounge spatel
N. Vagus: nafas baik
N. Asesorius: geleng kiri
Kiri
Kanan
Pergerakan
Aktif
Aktif
Tonus
Eutonus
Eutonus
Trofik
Eutrofik
Eutrofik
Kekuatan
555
555
Ekstremitas inferior
Kiri
Kanan
Pergerakan
Aktif
Aktif
Tonus
Eutonus
Eutonus
Trofik
Eutrofik
Eutrofik
Kekuatan
555
555
Reflek fisiologis
Reflek Biseps : ++/++
Reflek Triseps : ++/++
APR: ++/++
KPR: ++/++
Reflek patologis :
Babinski : -/ Oppenheim : -/ Gordon : -/ Chaddock : -/ Schaffer : -/ Hofner-Tromner : -/ Fungsi luhur
Glasgow Coma Scale : E4 M6 V5
Reaksi Bicara : Terganggu
Reaksi Intelek: Tidak Terganggu
Reaksi Emosi : Stabil
Laboratori
um
Diagno
sis
Diagnosis Klinik:
Epilepsi Atonik
Diagnosis Topik:
Korteks serebri
Diagnosis Etiologi:
Idiopatik
Diagnosis Sekunder: -
Pemeriksaan Anjuran
EMG
Penatalaksanaan
Umum :
IVFD Nacl 0,9% 12
jam/kolf
Oksigen 3L/menit
Diet MC
Khusus :
Mestinon 2-2-1 tab
(p.o)
SA 2x1 amp (IV)
Drip KCl 1 flc/250 cc
RL habis dalam 5
jam
BAB 3
DISKUSI
Telah dirawat
seorang pasien
laki-laki, usia 52
tahun dengan
diagnosis
miastenia gravis.
Pasien ditatalaksana
dengan terapi umum -IVFD
Nacl 0,9% 12 jam/kolf,
oksigen 3L/menit, diet MC,
Mestinon 2-2-1 tab (p.o),
SA 2x1 amp (IV) dan drip
KCl 1 flc/250 cc RL habis
dalam 5 jam.