You are on page 1of 10

UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA

EXECUTIVE SUMMARY
SEMINAR KULIAH KERJA LUAR NEGERI
DIPLOMASI PERTAHANAN COHORT I

PERBANDINGAN KONSEPTUALISASI DAN IMPLEMENTASI DIPLOMASI


PERTAHANAN DI UNIVERSITAS PERTAHANAN INDONESIA DAN
POSTGRADUATE SCHOOL, MONTEREY, CALIFORNIA

SENTUL, 17 SEPTEMBER
BOGOR, JAWA BARAT
2015

NAVAL

PENDAHULUAN
Diplomasi merupakan salah satu cara mencapai kepentingan nasional (national
interest) di dalam interaksi antarnegara. Kegiatan diplomasi dilaksanakan berdasarkan
kebijakan luar negeri (foreign policy). Kegiatan diplomasi dilakukan untuk mencapai
berbagai kepentingan nasional dari sebuah negara seperti pada aspek sosial, ekonomi, dan
pertahanan.

Pada

perkembangannya,

diplomasi

yang

dilakukan

untuk

mencapai

kepentingan pertahanan dikenal dengan konsep diplomasi pertahanan (defense diplomacy).


Pada awalnya, sejarah lahirnya konsep diplomasi pertahanan berasal dari negara
Inggris yang digagas oleh United Kingdom Ministry of Defence. Pada implementasinya,
diplomasi digunakan untuk mendukung strategi militer Inggris. Di dalam konteks diplomasi
pertahanan, pertahanan memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tujuan dan sarana. Sebagai
tujuan, diplomasi digunakan sebagai cara untuk mencapai kepentingan pertahanan. Di sisi
lain, sebagai sarana, pertahanan digunakan sebagai alat untuk mendukung pelaksanaan
diplomasi. Adapun aktivitas dari diplomasi pertahanan biasanya merujuk pada kerja sama
pertahanan dan militer (defence or military cooperation), atase pertahanan atau militer
(defence or military attach), peace keeping operation, conflict resolution, dan military
assistance, dan juga pengendalian senjata (arms control).
Meskipun terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam diplomasi pertahanan,
namun belum terdapat model maupun teori yang dapat menjelaskannya sebagai sebuah
disiplin ilmu. Bahkan, di dalam beberapa pembahasan, pengertian tentang diplomasi
pertahanan selalu terjebak dan tumpang tindih dengan konsep kerja sama pertahanan. Hal
ini membuat diplomasi pertahanan dinilai masih berada dalam wilayah abu-abu dimana
konsep ini tidak memiliki karakteristik utama untuk dianggap sebagai salah satu disiplin ilmu
pertahanan.
Belum adanya model dan teori mengenai diplomasi pertahanan membuat
pengembangan kajian ini harus dilakukan dengan lebih maju. Pentingnya pengembangan
konsep, model, dan teori diplomasi pertahanan ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dari
praktik diplomasi pertahanan suatu negara, dimana khusus pada pembahasan ini negara
yang menjadi fokusnya adalah Indonesia. Salah satu cara untuk mengembangkan konsep,
model, dan teori diplomasi pertahanan dilakukan melalui pembentukan jurusan diplomasi
pertahanan.

Berdasarkan hal tersebut, Universitas Pertahanan Indonesia membentuk

jurusan Diplomasi Pertahanan yang bertujuan menjadi wadah pengembangan konsep,


model, dan teori dari diplomasi pertahanan. Pengembangan konsep, model, dan teori
diplomasi pertahanan salah satunya dilakukan melalui kurikulum. Untuk meningkatkan
kualitas dari kurikulum, maka dilakukan perbandingan kurikulum antara Universitas
Pertahanan Indonesia (Unhan) dan Naval Postgraduate School (NPS).

Adapun perbandingan kurikulum dilakukan berdasarkan pada dua hal, yaitu mata kuliah dan
silabus; seperti yang dituangkan dalam Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Peta Kurikulum Program Studi Diplomasi Pertahanan, Universitas


Pertahanan Indonesia
Mata kuliah dan silabus yang tercantum dalam gambar di atas merupakan
pembelajaran yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan konsep, model, dan teori
diplomasi pertahanan yang diajarkan di Unhan. Sementara itu, kurikulum yang terkait
dengan diplomasi pertahanan yang diajarkan di NPS meliputi sebagai berikut.

Gambar 1.2 Peta Kurikulum Diplomasi Pertahanan, NPS


Dari perbandingan yang telah dilakukan di atas, terlihat bahwa terdapat perbedaan
antara kurikulum yang ada di Unhan dan NPS. Perbandingan yang dimaksud adalah adanya
mata kuliah yang diajarkan di NPS namun belum diajarkan di Unhan. Adapun mata kuliah
tersebut seperti: Global Strategic Trends, Role of Intelligence in Strategic Decision Making &
Diplomacy, Counter Terrorism, International Cyber, Maritime Security, dan Executive
Legislative Relations in Defense Sector. Belum adanya pembahasan di Unhan mengenai
beberapa hal tersebut membuat perbandingan mata kuliah harus dilakukan dalam rangka
pengembangan konsep, model, dan teori diplomasi pertahanan agar pada implementasinya
dapat berjalan dengan efektif. Dari penjabaran di atas, maka pertanyaan yang diangkat
dalam short course yang dilakukan di NPS adalah bagaimana konseptualisasi dan
implementasi diplomasi pertahanan di NPS? lalu bagaimana perbandingan konseptualisasi
dan implementasi diplomasi pertahanan di NPS dan Unhan?

ANALISIS

A. Global Strategic Trend 2030


Pada mata kuliah Global Strategic Trend 2030 tidak dapat dijelaskan mengenai
persamaan dan perbedaan dengan mata kuliah di Unhan karena mata kuliah ini belum ada
dalam kurikulum Program Studi Diplomasi Pertahanan. Mata kuliah ini dapat dimasukkan
dalam kurikulum Unhan untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa Program Studi
Diplomasi Pertahanan. Keberadaan mata kuliah ini dapat digunakan untuk memprediksi
masa depan, sehingga kebijakan negara, terutama kebijakan luar negeri yang diambil dapat
mencapai hasil yang maksimal.
B. Diplomacy: Theory and Practice
Diplomacy: Theory and Practice merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan di
Program Studi Diplomasi Pertahanan, Unhan. Diplomacy: Theory and Practice yang
diajarkan di NPS dan Unhan mempunyai beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan
tersebut meliputi (1) sejarah diplomasi, (2) aktivitas diplomasi, (3) aktor dalam diplomasi, (4)
misi/tujuan dari diplomasi, (5) jenis-jenis diplomasi, dan (6) korelasi antara diplomasi dengan
kebijakan luar negeri. Sementara itu, perbedaan dari penjelasan di dalam mata kuliah
Diplomacy: Theory and Practice antara NPS dan Unhan, antara lain penjelasan mengenai
network diplomacy, teori dan aksiologinya, serta posisi dan peran akademisi di dalam
aktivitas diplomasi.
C. Theories of International Relations
Mata kuliah Teori HI yang diajarkan di NPS pada dasarnya sama dengan yang
diajarkan di Unhan karena sebagian besar literatur yang digunakan dalam pembelajaran di
Unhan berasal dari Amerika Serikat. Sedikit perbedaan hanya terdapat pada penjelasan
mengenai definisi dan arti penting teori hubungan internasional. Penjelasan tentang definisi
dan arti penting teori hubungan internasional merupakan hal yang krusial dalam mata kuliah
ini. Penjelasan ini sangat berguna untuk memberikan pemahaman mengenai teori hubungan
internasional dari segi ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Oleh karena itu, pembahasan
terkait hal ini dapat dimasukkan dalam Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional yang
sudah menjadi bagian dari kurikulum di Unhan.
D. Achieving Defense Diplomacy: Role of Defense Institution Building & Reform
Penjelasan dalam mata kuliah Achieving Defense Diplomacy: Role of Defense
Institution Building & Reform difokuskan pada cara Amerika Serikat dalam melakukan
aktivitas diplomasi pertahanan terhadap negara lain, khususnya dalam konteks institution
building & reform. Studi kasus yang diambil dalam mata kuliah ini adalah institution building
& reform yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Indonesia melalui program DIRI.
Berdasarkan paparan yang disampaikan oleh Goodman tentang Program DIRI dapat ditarik

tiga kesimpulan. Pertama, pembahasan mata kuliah ini terjebak pada hal yang bersifat
teknis, yaitu secara garis besar membahas mengenai bidang manajemen pertahanan dan
tidak menyentuh pembahasan mengenai diplomasi pertahanan secara konkrit. Kedua,
pembahasan dalam perkuliahan ini mempunyai beberapa model yang dapat dikembangkan.
Pengembangan model yang diberikan Amerika Serikat dapat dikembangkan dan
disesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia. Adapun pengembangan dari model yang
ada dilakukan melalui pengkajian khusus di bidang diplomasi pertahanan.
E. The Political Economy of East Asia: Successes and Challenges in Global Context
Terdapat 3 hal yang dibahas pada mata kuliah ini, yaitu East Asia Development
Model, yang menjelaskan mengenai cara yang dilakukan negara-negara di Asia Timur
dalam

mengembangkan

ekonominya

melalui

kombinasi

sistem

ekonomi

neoclassical/neoliberal dan interventionist/merkantilis; pentingnya kualitas insititusi dalam


meningkatkan bidang ekonom serta tren ekonomi kawasan dan global. Akan tetapi,
pembahasan dalam mata kuliah ini tidak menyinggung pertahanan secara lebih luas,
melainkan lebih fokus pada aspek perekonomian global, model yang diimplementasikan
oleh negara-negara di Asia Timur dan arti penting kualitas institusi untuk meningkatkan
perekonomian.
Apabila diikaitkan dengan pertahanan, pembahasan mengenai model ekonomi
campuran dan peran kualitas pemerintah dapat menjadi acuan dasar untuk meningkatkan
kapabilitas pertahanan melalui ekonomi. Model ekonomi campuran dapat dimasukkan ke
dalam Mata Kuliah Ekonomi Pertahanan. Pembahasan mengenai model ekonomi campuran
dalam Mata Kuliah Ekonomi Pertahanan bertujuan untuk mengembangkan model ekonomi
dalam memperkuat pertahanan yang dikondisikan dengan kemampuan dan tujuan strategis
yang ingin dicapai oleh negara Indonesia.
F. National Defense System: Defense Acquisition
Pembahasan mata kuliah National Defense Systems: Defense Acquisitions bersifat
holistik karena menyentuh tiga hal penting yaitu konsep, model, dan praktik. Model-model
yang telah diberikan dalam mata kuliah ini dapat dimasukkan ke dalam mata kuliah Ekonomi
Pertahanan untuk Program Studi Diplomasi Pertahanan yang nantinya dapat dikembangkan
dan dikorelasikan dengan konsep diplomasi pertahanan. Sementara itu, pembahasan
mengenai praktik akuisisi di NPS menjadi penting sebagai pembelajaran bagi mahasiswa
Program Studi Diplomasi Pertahanan untuk mengetahui proses akuisisi yang dilakukan
negara yang selanjutnya dapat membentuk suatu model akuisisi untuk mencapai
kepentingan pertahanan secara efektif. Catatan penting dari perkuliahan ini adalah
pembahasan mengenai akusisi pertahanan harus didasarkan pada perspektif diplomasi

pertahanan sehingga mahasiswa tidak terjebak mengenai hal teknis ketika membahas
mengenai akuisisi.
G. Achieving Defense Diplomacy: Defense Cooperation (IMET& Beyond)
Berdasarkan penjelasan yang disampaikan pada mata kuliah ini, pembahasan U.S.
Security Assistant dapat dijadikan salah satu topik atau materi yang dibahas dalam Mata
Kuliah Diplomasi Pertahanan. U.S. Security Assistance dapat dibandingkan dengan
Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata (KIPS) dalam Kementerian Luar
Negeri Indonesia. Perbandingan dapat dilakukan pada tataran peran, aktivitas dan
hubungan dua direktorat tersebut dalam kementerian pertahanan dari masing-masing
negara. Pembahasan ini tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga berkontribusi dalam
pembentukan arsitektur dan koordinasi yang lebih komprehensif antara Kementerian
Pertahanan dan Kementerian Luar Negeri.
H. Foreign Policy Analysis: China and South East Asia
Mata kuliah Foreign Policy Analysis: China & South East Asia membahas mengenai
beberapa hal yang meliputi tujuan Tiongkok, strategi Amerika Serikat di Asia, pengaruh
domestik terhadap kebijakan Tiongkok, dan perilaku Tiongkok di Laut China Selatan.
Pembahasan dilakukan melalui dua hal, yaitu studi kasus dan analisis kebijakan politik luar
negeri. Pada studi kasus dijabarkan mengenai tujuan utama Tiongkok, perspektif Tiongkok
terhadap Amerika Serikat, dan sikap Tiongkok di Laut China Selatan. Sementara itu, terkait
kebijakan luar negeri, Twomey memandang kebijakan luar negeri Tiongkok dipengaruhi oleh
faktor-faktor domestik. Twomey menyampaikan argumen menarik bahwa kebijakan luar
negeri Tiongkok tidak dapat dilihat sebagai unitary actor dan rational choices. Unitary actor
dimaksudkan bahwa kelompok-kelompok dalam suatu negara memiliki kesatuan suara
terkait kebijakan luar negeri yang diambil negara (tanpa adanya perbedaan pendapat antar
kelompok/perang wacana).
Analisis kebijakan luar negeri berdasarkan faktor domestik telah diajarkan di Unhan.
Pembahasan tersebut ada dalam mata kuliah Foreign Policy Analysis. Selain faktor
domestik, materi mengenai kebijakan luar negeri yang diajarkan di Unhan meliputi dua hal
lain, yaitu faktor individu (idiosinkratik) dan sistem internasional. Dari penjabaran tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembahasan mengenai analisis kebijakan luar negeri di NPS dan
Unhan memiliki persamaan. Namun, Amerika Serikat memiliki keunggulan karena informasi
yang diterimanya mengenai fenomena-fenomena internasional jauh lebih up-to-date
dibandingkan dengan Indonesia.

I. Role of Intelligence in Strategic Decision Making and Diplomacy


Dari penjelasan di atas terlihat bahwa terdapat beberapa hal yang dibahas pada
mata kuliah Intelligence & Strategic Decision Making. Pertama adalah mengenai definisi
intelijen. Pada mata kuliah ini, definisi mengenai intelijen dibagi menjadi dua, yaitu definisi
yang dijelaskan oleh praktisi dan definisi yang bersifat konseptual (proses, organisasi, dan
produk). Kedua adalah mengenai Model Intelligence Cycle. Model ini menjelaskan mengenai
proses kegiatan intelijen yang meliputi: requirements, collection, process dan exploitation,
fusion analysis dan production, serta dissemination. Ketiga adalah mengenai prinsip utama
intelijen, yaitu: timely, tailored, dan digestible. Keempat adalah mengenai fungsi intelijen
dalam pembuatan keputusan.
Pembahasan mengenai intelijen dan pembuatan keputusan merupakan pembahasan
yang sangat penting karena intelijen merupakan salah satu badan strategis yang dimiliki
negara. Pengkajian mengenai intelijen dilakukan melalui pengembangan konsep maupun
model sehingga kinerja intelijen dapat berjalan secara efektif dan efisien. Dapat
diasumsikan, apabila intelijen efektif dan efisien, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah
cenderung memiliki tingkat kesuksesan lebih tinggi karena mendapatkan informasi yang
tepat. Hal tersebut membuat pembahasan mengenai intelijen dan pembuatan keputusan
penting untuk dimasukkan dalam kurikulum Program Studi Diplomasi Pertahanan.
J. Foreign Policy Analysis: Southeast Asia and the Great Powers
Secara garis besar, pembahasan mata kuliah ini terbagi menjadi dua hal. Pertama,
Malley membahas tentang kerangka pemikiran yang digunakannya untuk menganalisis
interaksi dan dinamika negara great power di kawasan Asia Tenggara. Kerangka analisis
yang digunakannya adalah grand theory di studi Hubungan Internasional, seperti realisme
dan liberalisme. Selain itu, Malley menggunakan 4 kerangka analisis, yaitu: great powers,
interests, influence, dan alignment. Kedua, Malley membahas tentang studi kasus. Studi
kasus yang dijelaskan terbagi menjadi 4 fase: 1) early Cold War (1950-60), late Cold War
(1970-1980), early post-Cold War (1990), 21ST Century. Dari tiap fase, Malley menjelaskan
tentang perilaku dari negara-negara great power di Asia Tenggara yang tiap fasenya
berbeda dari fase sebelumnya.
Penjelasan yang dinyatakan oleh Malley memiliki dua manfaat bagi mahasiswa
Unhan. Pertama, mahasiswa mengetahui bagaimana sejarah dinamika hubungan negaranegara great power di Asia Tenggara. Kedua, mahasiswa memahami cara penggunaan teori
Hubungan Internasional yang bersifat grand maupun middle. Pada intinya, dari setiap studi
kasus, baik secara tersirat maupun tersurat, penjelasan harus didasarkan tidak hanya pada
kaca mata teori belaka namun didasarkan pula pada elaborasi yang lebih mendalam.

K. Strategic Futures
Pembahasan di dalam mata kuliah Strategic Future meliputi 5 hal, yaitu definisi
strategi, force, tools, pegs, dan drivers. Dari pembahasan tersebut, terdapat beberapa hal
yang dapat disimpulkan. Pertama, pembahasan dalam mata kuliah Strategic Future hampir
sama dengan pembahasan yang ada dalam mata kuliah Global Strategic Trends. Kedua,
mata kuliah ini intinya menjelaskan mengenai cara memprediksi masa depan. Apabila masa
depan telah dapat diprediksi, tindakan selanjutnya adalah membuat strategi untuk
menghadapi tantangan maupun pencapaian di masa depan. Kedua, konsep dan model
yang ditawarkan pada mata kuliah ini dapat digunakan oleh mahasiswa Unhan untuk
menganalisis tren atau ancaman di masa depan dan membuat strategi untuk menghadapi
tren maupun ancaman tersebut. Selain itu, mahasiswa Unhan juga diharapkan agar dapat
mengembangkan model yang telah diberikan oleh NPS tentang strategic futures, dan
disesusaikan dengan kekhasan kondisi yang ada di Indonesia.
L. International Legal Norms: Implications for Defense
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga pembahasan utama
dari mata kuliah International Legal Norms: Implications for Defense. Adapun ketiga
pembahasan tersebut, yaitu Model ACCP, kerangka analisis dan legalitas dari tindakan yang
diambil negara, serta model Spectrum of Conflict. Penjelasan mengenai International Legal
Norms: Implications for Defense ini belum pernah disampaikan di Unhan. Topik ini dapat
dimasukkan dalam mata kuliah yang membahas tentang hukum internasional, seperti Mata
Kuliah Global Governance dan Defense Cooperation.

KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan Kuliah Kerja Luar Negeri Program Studi Diplomasi Pertahanan
Cohort I yang dilaksanakan di Naval Postgraduate School, Monterey, California pada
tanggal 20-31 Juli 2015, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa mata kuliah di NPS
dari segi materi, konsep, model, teori, dan cara pembelajarannya yang dapat dikembangkan
di Unhan. Adapun mata kuliah tersebut meliputi: 1) Global Strategic Trends, 2) Diplomacy:
Theory & Practice, 3) A Discussion on the Maritime Domain Value, Threats and Response,
4) Foreign Policy Analysis: United States & South East Asia, 5) Cyber Deterrence
Strategies, 6) Defense Institution Reform Initiative (DIRI) An Operational Approach to
Defense Diplomacy, 7) The Political Economy of East Asia: Successes and Challenges in
Global Context, 8) National Defense Systems Defense Acquisition, 9) Peacekeeping:
Origins, Typologies, Mechanisms, and Lessons Learned, 10) Achieving Defense Diplomacy:
Combating Terrorism Fellowship Program, 11) U.S. Security Assistance, 12) Rise of China:
Trends in and Implications of Chinese Foreign and Security Policy, 13) Strategic
Communications for Military Support to Humanitarian Operations, 14) Strategic Leadership,
15) Civil-Military Relations & Democracies (legislative & executive), 16) Intelligence &
Strategic Decision Making, 17) The Great Powers and Southeast Asia, 17) Strategic
Futures, Defense Diplomacy: Achieving Foreign Policy Goals Through Defense &
International Cooperation, 18) Strengthening Governance in Fragile Areas Defense
Support, serta 19) International Legal Norms.
Sebagai tambahan, terdapat beberapa mata kuliah di Unhan yang justru
pembahasannya lebih bersifat komprehensif dibandingkan dengan di NPS. Hal ini
dikarenakan mata kuliah yang diajarkan di NPS telah menjadi mata kuliah pokok di Unhan.
Mata kuliah tersebut meliputi 1) International Relations Theories, 2) Conflict Prevention &
Resolution, dan 3) International Organizations & Global Governance. Oleh karena itu, tidak
terdapat materi tambahan signifikan yang diberikan NPS terhadap ketiga mata kuliah
tersebut.

You might also like