You are on page 1of 18

1.

EKSPRESI GEN
Gen merupakan satuan unit informasi genetika. Dalam makalah ini, kami memusatkan
perhatian pada proses konversi informasi di dalam gen menjadi molekul-molekul yang
menentukan sifat-sifat sel dan virus. Hal ini dilakukan melalui sejumlah kejadian dimana
informasi dalam sekuen DNA akan digandakan menjadi molekul RNA dan kemudian
digunakan untuk menentukan sekuen asam amino dari suatu molekul protein.
Protein adalah molekul-molekul yang memiliki fungsi berikut:
1.
Bertanggungjawab untuk katalis dalam sebagian besar reaksi kimia (enzim)
2.
Pengaturan ekspresi gen (protein pengatur)
3.
Membentuk struktur sel, jaringan dan virus (protein struktur)
Protein tersusun atas satu atau beberapa asam amino yang tergabung secara kovalen.
Rantai asam-asam amino ini disebut polipeptida, yang dapat disusun dalam berbagai macam
urutan. Karena jumlah asam amino dalam polipeptida dapat mencapai ribuan, maka dapat
dibentuk molekul protein yang beraneka macam.
Ekspresi gen merupakan proses bagaimana informasi yang ada di dalam DNA bisa di
copy melalui proses traskripsi dalam organisme eukariot. Hasil proses transkripsi
adalah hn RNA (transkrip primer). Di dalam organisme eukariot ada tahapan proses tertentu
sebelum menghasilkan RNA, yaitu RNA processing. Kemudian diikuti tahap translasi yang
akhirnya menghasilkan polypeptida. Jika dalam proses tersebut ada tahapan yang tidak
terjadi, maka dalam hal ini tidak termasuk dalam kategori bahwa gen tersebut telah
terekspresi atau dengan akta lain tidak terjadi ekspresi gen.
Langkah-langkah utama dalam ekspresi gen adalah sebagai berikut.
1.
Sintesis molekul RNA oleh RNA polymerase, yang menggunakan sekuen basa-basa dari
satu utas DNA sebagai cetakan dalam reaksi polimerisasi, seperti pada replikasi DNA. Proses
ini disebut transkripsi.
2.
Molekul-molekul protein kemudian disintesis melalui penggunaan sekuen basa dari
molekul RNA untuk mengarahkan penggabungan asam-asam amino menurut urutan tertentu.
Proses ini disebut translasi.
Secara umum, rantai informasi genetik atau DNA merupakan pusat pengendali
jalannya metabolisme di dalam sel, yaitu dengan cara menyandikan protein. Proses tersebut
dilaksanakan melalui penentuan susunan nukleotida molekul RNA, yang selanjutnya susunan
nukleotida tersebut diterjemahkan ke dalam susunan asam amino dari rantai polinukleotida
protein. Proses penyusunan polinukleotida RNA berdasarkan pola DNA disebut
transkripsi. Sedangkan proses penyusunan asam amino menurut pola molekul RNA disebut
translasi.
A.TRANSKRIPSI
Tahapan pertama dalam ekspresi gen adalah sintesis penggandaan sebuah molekul
RNA dari segmen DNA yang berisi gen.
Tahapan-tahapan transkripsi DNA adalah sebagai berikut:
1.
50 protein yang berbeda terikat pada tempat promoter, biasanya pada ujung 5 dari gen
yang akan ditranskripsi
2.
Enzim polimerase RNA mengikat pada kompleks faktor transkripsi. Dua langkah
pertama ini membuka ikatan ulir DNA. Tahap 1 dan 2 disebut inisiasi.
3.
Polimerase RNA bergerak menelusuri satu rantai dalam arah 3 5
4.
Dalam gerakan ini, terbentuklah ribonukleotida (sebagai trifosfat seperti ATP) dalam
rantai baru RNA. Setiap ribonukleotida disisipkan ke dalam rantai DNA dengan mengikuti
aturan pasangan basa sebagai berikut:

o
o
o
o

CG
GC
TA
A U (Uridine Trifosfat, UTP)

5.

Sintesis RNA berlangsung dalam arah 5 3


Gambar 5. Proses sintesis RNA.
6.
Saat transkripsi selesai, hasilnya dilepaskan dari polimerase dan kemudian polimerase
dilepaskan dari DNA (Tahap terminasi). Tahapan 3-6 disebut elongasi.
Suatu gen tertentu dari tanaman dapat diatur gen ekspesinya, yaitu dengan mengatur proses
translasinya atau mengatur proses tranksripsi. Apabila yang diatur adalah proses
translasinya, sedang proses lainnya bebas terjadi, maka disebut translation level
control. Apabila kondisi translation level control dalam keadaan permisif, maka proses
translasi akan berjalan, tetapi apabila kondisinya tidak permisif maka proses translasi tidak
terjadi. Akibatnya, terjadi penumpukan (degradasi) mRNA, atau disebut RNA turn over,
yaitu mRNA akan terdegradasi sebelum terjadi akumulasi yang berlebihan.
I.
TIPE-TIPE RNA
1.
mRNA (Messenger RNA), adalah RNA yang akan ditranslasikan menjadi
polipeptida. Sebagian besar sel memproduksi sejumlah kecil dari beribu ribu molekul
molekul mRNA yang berbeda dimana masing-masing ditranslasikan menjadi peptida yang
diperlukan oleh sel. Kebanyakan mRNA berupa housekeeping protein yang dibutuhkan
oleh semua sel (misal enzim glikolisis). mRNA lain adalah berupa spesifik protein hanya
untuk tipe-tipe tertentu dari sel (misal hemoglobin pada sel darah merah).
Gambar 7. mRNA processing.
2.
rRNA (Ribosomal RNA), yang akan digunakan untuk membangun ribosom sebagai
mesin sintesis protein.
Ada 4 jenis rRNA pada organisme eukariot, yakni:
a.
18S rRNA, satu dari molekul molekul ini, bersama dengan 30 molekul protein yang
berbeda digunakan untuk membuat subunit kecil dari ribosom.
b.
285, 5.8S, dan 5S rRNA, masing-masing molekul molekul bersama dengan 45 molekul
protein yang berbeda digunakan untuk membuat subunit besar dari ribosom.
c.
28S, 18S, dan 5.8S molekul diproduksi dengan proses sebuah trankrip utama dari
penggandaan sebuah gen.
3.
tRNA (Transfer RNA), adalah molekul yang membawa asam-asam amino menuju
polipeptida yang sedang dirakit.
Ada 32 jenis tRNA yang berbeda pada organisme eukariot, dimana masing-masing
produk adalah dari gen yang terpisah; kecil, berisi 79-93 nukleotida-nukleotida; basabasa berpasanagan satu dengan lainnya membentuk doubel helix; masing-masing dari tRNA
membawa satu dari 20 asam amino (ujung 3); pada loop 1 3 pasang basa yang tidak
berpasangan dari antikodon; pasang basa antara antikodon dan komplementnya pada mRNA
membawa asam-asam amino yang benar menuju rantai polipeptida.
Gambar 9. tRNA processing.
4.
snRNA (Small Nuclear RNA), adalah mediator dalam langkah-langkah pemrosesan
transkripsi gen-gen mRNA, rRNA dan tRNA.
5.
snoRNA (Small Nucleolar RNA).
6.
miRNA (Micro RNA), adalah RNA yang mengatur ekspresi molekul mRNA.

7.
XIST RNA, yang melakukan deaktivasi satu dari dua kromosom X pada vertebrata
betina.
II. RNA POLIMERASE
RNA polimerase adalah subunit protein multi komplek. Ada 3 jenis RNA polimerase
yang ditemukan pada organisme eukariote, diantaranya:
1.
RNA polimerase I, mencatat gen rRNA untuk pendahuluan pada molekul-molekul 28S,
18S, dan 5.8S
2.
RNA polimerase II, mencatat gen-gen pengkode protein menjadi mRNA
Gambar 10 . RNA polimerase II yang mencatat gen-gen pengkode protein
menjadi mRNA.
3.
RNA polimerase III, mencatat gen-gen 5S rRNA dan seluruh gen-gen tRNA.
III. RNA PROCESSING
Tahapan-tahapan RNA prosesing adalah sebagai berikut.
1.
Sintesis cap, dimana guanine (G) ditempelkan pada ujung 5. Cap berfungsi:melindungi
RNA dari pencopotan oleh enzim yang mencopot RNA dari ujung 5, bertindak sebagai titik
perakitan bagi protein yang diperlukan untuk mengumpulkan subunit kecil ribosom untuk
memulai translalsi.
2.
Tahap demi tahap menghilangkan introns pada pre-mRNA dan menyisipkan exons.
3.
Sintesis poly(A) tail. Ini adalah proses pembentangan nukleotida adenine(A). Saat satu
site pada pre-mRNA yang menempel poly(A) muncul dari RNAP II, transkrip dipotong
kemudian poli A tertempel pada ujung 5. mRNA yang telah komplit siap keluar ke sitosol
(sisa-sisa transkripsi dilepas dan RNA polimerase meninggalkan DNA).
Ada beberapa tanaman yang proses transkripsi berjalan terus, tetapi RNA processing
hanya terjadi pada kondisi permisif tertentu. Hasil dari transkripsi DNA yang tidak
mengalami RNA processing ini dikenal dengan post transcription level control. Pada kondisi
yang tidak permisif, mRNA tidak akan berfungsi, sehingga selalu dalam bentukhn dan tidak
dapat di translasi. Zhang et al. (2007) menyebutkan bahwa post transcriptional
modificasion dapatmengurangi stabilitas protein Okt-4 dan kapasitas regenerasi pada sel ES
pada tikus.
C.TRANSLASI
Translasi adalah proses penerjemahan RNA menjadi suatu barisan asam-asam amino
yang menyusun protein. Translasi RNA messenger menjadi protein. Adalah suatu proses
dimana mRNA terikat dengan tRNA pasangannya untuk kemudian terikat dengan ribosom
(RNA ribosom). Setelah pembentukan protein di ribosom selesai, maka protein tersebut
kemudian dibebaskan dan keseluruhan proses tersebut dikenal dengan translasi.
Keberadaan suatu transgen pada tanaman belum menunjukkan bahwa gen tersebut
dapat terekspresi. Untuk mengekspresikan dirinya, gen memerlukan seperangkat sistem untuk
memulai proses ekspresi tersebut. Gen atau DNA di dalam nukleus harus dapat ditranskrip
menjadi mRNA. Selanjut- nya mRNA ini harus dapat keluar dari nukleus ke sitoplasma yang
kemudian mengadakan proses translasi untuk menghasilkan protein sesuai
dengan template DNA-nya. Dalam proses ekspresi ini banyak hal yang dapat terjadi sehingga
gen tidak dapat menghasilkan protein yang dimaksud. Hal ini dikenal dengan istilah gene
silencing, suatu kasus di mana ditemukan keberadaan sekuen DNA transgen dalam tanaman
transgenic tetapi gen tersebut tidak dapat membentuk protein yang diinginkan. Beberapa

faktor yang diduga men-jadi penyebabnya adalah terjadinya metilasi DNA dan cosuppressing dari sekuen yang homolog (Meyer1995).
Bila molekul mRNA kontak dengan ribosom, maka akan dibentuklah molekul protein
disepanjang ribosom. Proses pembentukan protein ini disebut translasi. Jadi pada ribosom
terjadi proses kimia penyusunan asam amino untuk membentuk protein.
Translasi merupakan tahap akhir dari ekspresi gen, yaitu penterjemahan runtunan
nukleiotida mRNA menjadi runtunan asam amoni polipeptida. Translasi pada proses ekspresi
gen diperlihatkan pada eukariotik yang dimulai dengan pembentukan mRNA atau transkripsi
di dalam inti sel dan selanjutnya mRNA keluar dari inti untuk menjadi model cetakan dalam
translasi didalam sitoplasma.
Terdapat 3 jenis RNA yang dibentuk oleh DNA dimana tiap jenis RNA mempunyai
fungsi yang berbeda, yaitu :
1. Messenger RNA (mRNA), berfungsi membawa kode genetik ke sitoplasma untuk
mengatur sintesa protein. Fungsi ini dilaksanakan dengan cara mRNA menjadi cetakan dalam
penyusunan rangkaian asam amino dalam translasi. Informasi genetik yang dibawa oleh
mRNA terdapat pada runtunan basa yang dikandungnya. Dalam satu rantai mRNA hanya
bagiantertentu yang menjadi pola cetakan dalam sintesis protein, yaitu ruas yang diapit oleh
kodon awal dan kodon akhir. Dalam sandi genetic umum yang menjadi kodon awal ialah
rangkaian tiga basa AUG, sedangkan sebagai kodon akhir terdapat tiga kombinasi basa yaitu
UAA, UAG dan UGA. Dalam satu mRNA prokariotik dapat ditemukan lebih dari satu ruas
penyandi, sedangkan pada mRNA eukariotik hanya terdapat satu ruas. Ruas penyandi protein
inilah yang setara dengan satu gen, dalam kasus gen penyandi protein.
2. Transfer RNA (tRNA) untuk transport asam amino menuju ribosom untuk digunakan
menyusun molekul protein. tRNA mempunyai fungsi sebagai pengangkut asam amino
kedalam kompleks translasi serta membaca sandi-sandi (kodon-kodon) mRNA. Kesanggupan
tRNA menjalankan tugas tersebut ialah berkat adanya simpul anti kodon dan kemampuan
membentuk satu kompleks dengan asam amino, yang disebut aminoasil-tRNA.
Perpautan tRNA dengan asam amino terjadi berkat adanya enzim sintetase aminoasiltRNA, yang dapat mengaitkan asam amino kepada ujung 3 tRNA. Dengan cara mengenali
struktur tRNA atau untuk asam amino sintetase-aminoasil- tRNA mampu bekerja
memasangkan satu jenis tRNA dengan satu jenis asam amino. Untuk 20 asam amino yang
dikenali dalam sandi genetic sekurang-kurangnya ada 31 jenis tRNA.
3. Ribosomal RNA (rRNA) untuk membentuk ribosom bersama dengan 75 protein lainnya.
Ribosom merupakan tempat berlangsungnya translasi. Dengan komponen penyusunnya yang
terdiri dari rRNA dan protein ribosom mampu mengenali mRNA dan sejumlah enzim yang
protein yang berperanan dalam proses translasi.
Ribosom terdiri dari dua sub unit, yaitu sub unit kecil dan subunit besar. Sub unit kecil
mengandung sekitar sepertiga masa ribosom dan sisanya terdapat pada sub unit besar. Dalam
keadaan bebas kedua sub unit ribosm terpisah satu dari yang lain, dan mereka akan bersatu
pada saat proses translasi akan dimulai. Ukuran ribosme Eukariotik adalah 80 S atau setara
dengan 4.420.000 dalton lebih besar dibandingkan dengan ribosom pada prokariotik seperti
bakteri 70 S atau setara dengan 2.520.000 dalton.
Di dalam ribosom, terdapat satu situs untuk mRNA dan dua situs untuk tRNA dan
satu situs untuk enzim transferase peptidil. Transferase peptidil adalah enzim yang berperan
dalam merangkaikan satu asam amino dengan asam amino yang lain. Situs mRNA terdapat

pada sub unit kecil dan sedangkan situs tRNA, yaitu situs A dan P, terdapat pada sebagian
kecil pada sub unit kecil dan bagian terbesar pada sub unit besar. Situs tranferase peptidil
terdapat pada sub unit besar. Adanya rRNA pada ribosom memberikan kemampuan pada
ribosom untuk mengenali tRNA dan mRNA.
Sebagian besar ribosom terletak pada sitoplasma, dan dalam sel eukariotik sejumlah
ribosom terdapat dalam organel intraseluler seperti mitokondria dan kloroplas. Ribosomribosom ini berfungsi untuk memsintesis protein yang khusus berfungsi di dalam organelorganel tersebut.
I.
TAHAPAN TRANSLASI
Translasi memilik tiga proses, yaitu inisiasi protein, perpanjangan rantai polipeptida,
dan proses akhir translasi.
A. Inisiasi translasi
Inisiasi protein memiliki 3 tahapan, yaitu :
1.
Penempelan mRNA pada subunit kecil ribosom dengan cara pengenalan situs Shine
Dalgarno oleh rRNA 16S;
2.
Penempelan tRNA inisiator pada situs P subunit kecil ribosom
3.
Subunit besar ribosom dengan kompleks subunit kecil ribosom-tRNA-mRNA,
membentuk ribosom sempurna yang siap membaca kodon-kodon mRNA.
Pada E. coli proses inisiasi dibantu oleh tiga faktor inisiasi. Ketiga protein tersebut diberi
sandi IF1, IF2 dan IF3 (IF singkatan dari inisiasi factor). Sel eukariotik mengandung faktor
inisiasi yang lebih kompleks dibandingkan dengan prokariotik. Terdapat dua faktor Eif2 yang
mempunyai fungsi sama dengan gabungan IF1 dan IF2; dan IF3 mempunyai fungsi sama
dengan IF3.
B. Perpanjangan rantai polipeptida
Proses ini merupakan kejadian yang lain dari proses inisiasi dengan perangkat reaksi yang
berbeda. Dalam proses perpanjangan akan terlibat sejumlah protein faktor perpanjangan EF
(elongation factor), enzim transferase peptidil, serta GTP. Pada akhir proses insiasi dihasilkan
satu ribosom sempurna yang berasosiasi dengan aminoasil-tRNA inisiator dan mRNA.
Pada bakteri masuknya aminoasil-tRNA kedua dan selanjutnya ke dalam situs A akan
dibantu oleh protein faktor perpanjangan EF-Tu serta GTP yang membentuk kompleks EFTu-GTP-aminoasil-tRNA. Kompleks ini baru terbentuk jika, dan hanya jika, anti kodon dari
aminoasil-tRNA dapat berinteraksi dengan kodon yang terdapat pada situs A. Setelah dua
aminoasil-tRNA berada pada ribosom transferase peptidil akan mengkatalisis reaksi
pembentukan ikatan peptide antara dua asam amino.
C. Akhir proses translasi
Bila ribosom menemui salah satu kodon akhir : UAA, UAG atau UGA, maka tidak akan
ada aminoasil-tRNA yang dapat menempel pada situs A, karena tidak ada anti kodon yang
cocok, sehingga proses perpanjangan rantai polipeptida akan berakhir. Ini menyebabkan
ribosom tRNA, mRNA dan polipeptida dipisahkan satu dari yang lainnya. Proses pemisahan
ini dibantu oleh protein RF yang merupakan faktor pembebas (RF=release factor). Pada E.
coli dikenal tiga RF, yaitu :
1.
RF1 : tanggap terhadap kodon UAA dan UAG
2.
RF2 : tanggap terhadap kodon UAA dan UGA

3.
RF3 : tidak mempunyai kegiatan pembebasan itu sendiri tetapi merangsang reaksi yang
dikatalisis oleh RF1 dan RF2.
Faktor-faktor pembebas dapat mengenali kodon-kodon akhir. Ini terbukti dengan
menempelnya protein-protein tersebut pada kodon akhir walaupun dalam keadaan tanpa
ribosom. Pada kodon akhir akan menempel salah satu dari RF1 atau RF2. faktor-faktor ini
akan merubah aktivitas transferase peptidil (mekanisme masih belum diketahui), sehingga
bukan mereaksikan polipeptida dengan aminoasil-tRNA melainkan dengan air (H2O).
Tahapan-tahapan translasi dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu inisiasi, elongasi dan
terminasi. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut.
a. Inisiasi
1.
Sebuah subunit kecil dari ribosom terikat pada bagian awal pesan (di 5)
2.
Subunit kemudian menelusuri alur menuju 3 sampai mendapatkan codon
AUG.
3.
Di sini subunit akan bergabung dengan subunit besar dan sebuah inisiator
tRNA.
4.
Inisiator tRNA mengikat pada P Site pada ribosom.
b. Elongasi:
5.
Sebuah aminoacyl-tRNA (sebuah tRNA yang terikat kovalen pada asam aminonya)
yang dapat berpasangan basa dengan codon selanjutnya pada mRNA tiba di A site
6.
Asam amino sebelumnya (Met di awal translasi) terhubung pada asam amino yang
datang dengan ikatan peptida.
7.
Inisiator tRNA dilepaskan dari P site.
8.
Ribosom berpindah menuju codon selanjutnya. Pergeseran ini memindahkan tRNA
yang baru tiba, bersama peptida yang dibawanya, menuju P site dan membuka A site untuk
kedatangan aminoacyl-tRNA yang baru.
c. Terminasi
9.
Akhir translasi terjadi saat ribosom mencapai satu atau lebih codon STOP (UAA, UAG,
UGA).
II. PENGATURAN TRANSLASI

3.

Ekspresi sebagian besar gen dikendalikan pada transkripsi. Faktor-faktor transkripsi


mengikat pada promotor yang akan menentukan gen-gen yang akan ditranskripsi. Namun,
ekspresi gen juga dapat dikendalikan pada tingkat translasi. Molekul mRNA yang rusak dapat
dihasilkan dari mutasi pada gen dan kesalahan selama transkripsi dan translasi (meskipun
sangat jarang).
Permesinan Degradasi RNA Umum adalah:
1.
Tubuh P
Cytosol dari eukariot mengandung kompleks protein yang bersaing dengan ribosom untuk
akses pada mRNA. Sementara molekul-molekul ini meningkatkan aktivitasnya, hal ini
mengurutkan mRNA dalam kumpulan besar yang disebut tubuh P (Processing
Bodies). Protein-protein penekan ini memecah mRNA dengan membuang kepala,
kemudian membuang ekor poly(A), dan menurunkan sisa pesan (dalam arah 53.
2.
Exosome
Adalah kompleks makromolekul dengan dua bukaan. Molekul ini mengambil molekul RNA
takterlipat dan menurunkan pada arah 35
Dengan MicroRNA (miRNA)

4.
5.

Adalah molekul RNA kecil yang mengikat pada bagian komplemen dari 3-UTR dari mRNA
dan mencegah translasi oleh ribosome serta mencegah kehancurannya.
Dengan Riboswitch
Regulasi beberapa metabolisme dikendalikan oleh riboswitch. Suatu riboswitch adalah bagian
dari molekul mRNA dengan situs ikatan spesifik untuk metabolit.
Dengan Protein Spesifik Gen
Translasi satu mRNA pada manusia ditekan oleh sebuah protein : aminoacyl tRNA syntetase.
D. KODE GENETIK
Kode genetik terdiri dari 64 riplet nukleotida. Triplet ini disebut codon. Dengan tiga
pengecualian, setiap codon mengkodekan untuk satu dari 20 asam amino yang digunakan
dalam sintesis protein. Ini menghasilkan beberapa redundansi dalam kode yang sebagian
besar asam amino dikodekan oleh lebih dari satu codon.
Sebuah kodon (AUG) memberi dua fungsi yang berkaitan:
1.
Memberi sinyal dimulainya translasi
2.
Mengkodekan dimasukkannya asam amino methionine (Met) ke dalam rantai
polipeptida yang sedang dirakit.
Struktur tRNA alanin di atas mempunyai molekul yang terdiri atas satu jalur tunggal
77 ribonukleotida. Rantai ini melipat pada dirinya sendiri, dan sebagian besar basa
penyusunnya berpasangan saling berpasangan untuk membentuk empat wilayah
heliks. Paling sedikit terdapat satu jenis tRNA untuk setiap 20 asam amino dalam sintesis
protein. Setiap jenis tRNA memiliki suatu barisan tiga nukleotida takberpasangan (anticodon)
yang dapat terikat mengikut aturan pasangan basa pada triplet komplementer pada nukleotida
(codon) pada mRNA.
Anticodon
:
3 CGA 5
Codon
:
5 GCU 3
Tumor dan Kanker
Tumor atau barah (bahasa
Inggris: tumor,
tumour)
adalah
sebutan
untuk neoplasma atau lesi padat yang terbentuk akibat pertumbuhan sel tubuh yang tidak
semestinya,
yang
mirip
dengan simtoma bengkak.
Tumor
berasal
dari kata tumere dalam bahasa latin yang berarti "bengkak". Pertumbuhannya dapat
digolongkan sebagai ganas (malignan) atau jinak (benign).
Tumor ganas disebut kanker. Kanker memiliki potensi untuk menyerang dan
merusak jaringan yang berdekatan dan menciptakan metastasis. Tumor jinak tidak menyerang
tissue berdekatan dan tidak menyebarkan benih (metastasis), tetapi dapat tumbuh secara lokal
menjadi besar. Mereka biasanya tidak muncul kembali setelah penyingkiran melalui operasi.
Berdasarkan tissue awal, tumor dapat dibagi menjadi:

Tumor asal epithelial.

Squamous epithelium: squamous cell papilloma, squamou


s cell carcinoma

Transitional epithelium: transitional cell papilloma, transit


ional cell carcinoma

basal cell (hanya di kulit): basal cell carcinoma

glandular
epithelium: adenoma, cystadenoma, adenocarcinoma

tubules epithelium (ginjal): renal tubular adenoma, renal


cell carcinoma (Grawitz tumor)

hepatosit: hepatocellular adenoma, hepatocellular carcino


ma.

Bile ducts epithelium: cholangiocellular adenomacholangi


ocellular carcinoma

melanosit: melanocytic nevus, malignant melanoma

Tumor asal mesenchymal:

tissue berhubungan:

fibroma, fibrosarcoma

myxoma, myxosarcoma

chondroma, chondrosarcoma

osteoma, osteosarcoma (osteogenic sarcoma)

lipoma, liposarcoma

otot:

leiomyoma, leiomyosarcoma

rhabdomyoma, rhabdomyosarcoma

endothelium:

hemangioma (capillary h., cavernous h.), glomus


tumor, hemangiosarcoma, Kaposi sarcoma

lymphangioma, lymphangiosarcoma

Tumor sel darah:

hematopoietic cells: leukemia

lymphoid cells: non-Hodgkin lymphoma, Hodgkin


lymphoma

Tumor sel germ:

Teratoma (mature teratoma, immature teratoma)

Tumor epithelial dianggap ganas bila dia menembus basal lamina dan dianggap jinak bila
tidak.
Tumor disebabkan oleh mutasi dalam DNA sel. Sebuah penimbunan mutasi dibutuhkan
untuk tumor dapat muncul. Mutasi yang mengaktifkan onkogen atau menekan gen penahan
tumor dapat akhirnya menyebabkan tumor. Sel memiliki mekanisme yang memperbaiki DNA
dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel untuk menghancurkan dirinya
melalui apoptosis bil DNA rusak terlalu parah. Mutasi yang menahan gen untuk mekanisme
ini dapat juga menyebabkan kanker. Sebuah mutasi dalam satu oncogen atau satu gen
penahan tumor biasanya tidak cukup menyebabkan terjadinya tumor. Sebuah kombinasi dari
sejumlah mutasi dibutuhkan.
DNA microarray dapat digunakan untuk menentukan apakah oncogene atau gen penahan
tumor telah termutasi. Di masa depan kemungkinan tumor dapat dirawat lebih baik dengan
menggunakan DNA microarray untuk menentukan karakteristik terperinci dari tumor.
Penuaan menyebabkan lebih banyak mutasi di DNA mereka. Ini berarti "prevalence" tumor
meningkat kuat sejalan dengan penuaan. Ini juga kasus di mana orang tua yang terdapat
tumor, kebanyakan tumor ini merupakan tumor ganas. Contohnya, bila seorang wanita
berumur 20 tahun memiliki tumor di dadanya kemungkinan besar tumor ini adalah jinak.
Namun, apabila wanita berumur 70 tahun makan kemungkinan besar tumor ini adalah ganas.

Inisiasi tumor
Inisiasi tumor bermula saat karsinogenesis kimiawi yang terjadi pada sel menyebabkan
kerusakan
genetik
yang
tidak
dapat
dipulihkan. [1] Pada
organ paru dan usus
besarmanusia, perubahan epigenetik adalah perubahan awal yang terjadi pada proses
karsinogenesis.
Kerusakan genetik tersebut disebabkan kesalahan genetik yang diinduksi
oleh karsinogen kimiawi dengan mengubah struktur molekul pada DNA yang berakibat pada
mutasi dalam sintesis DNA. Perubahan struktur molekul DNA, terjadi setelah
terjadi adduct atau ligasi antara karsinogen atau salah satu gugus fungsionalnya dengan salah
satunukleotida di dalam DNA. Hal ini menjelaskan mengapa tumor sangat jarang ditemukan
pada jaringan tubuh yang tidak dapat membentuk ligasi karsinogen-DNA.
Ligasi ini akan mengaktivasi proto onkogen atau meng-inaktivasi gen penghambat tumor.
Metilasi DNA pada area promoter dalam berkas gen, dapat mentranskripsikan inaktivasi gen
penghambat tumor.
Akumulasi mutasi kemudian terjadi, jika sel mempunyai kemampuan proliferasi dan hidup
cukup lama di dalam organisme.
Promosi tumor

Karena akumulasi mutasi berbanding lurus dengan laju proliferasi, atau setidaknya pada laju
pergantian sel punca, ekspansi klonal dari sel terinisiasi, akan menghasilkan populasi sel,
sebelum mengalami perubahan genetik lebih jauh. Pada tahap ini, sebuah zat yang
disebut promoter tumor bekerja.
Promoter tumor, pada umumnya tidak bersifat mutagenik, tidak bersifat karsinogenik, dan
sering memiliki kemampuan untuk menginduksikan potensi kimiawinya tanpa aktivasi
metabolik terlebih dahulu. Agen ini memiliki kemampuan untuk menurunkan jangka waktu
latensi guna pembentukan tumor, setelah terpapar suatu jaringan atau sebuah inisiator tumor,
atau meningkatkan jumlah tumor yang terbentuk di dalam jaringan. Selain itu, promoter
tumor juga dapat membentuk heterodimer dengan zat inisiator yang terlalu lemah untuk
menimbulkan dampak karsinogenik dalam bentuk monomernya.
Minyak kroton yang diekstrak dari biji Codiaeum variegatum, merupakan promoter tumor
dalam
karsinogenesis kulit dengan
lintasan senyawa 12-otetradecanoylphorbol-13acetate melalui aktivasi protein kinase-C. Peningkatan diasilgliserol akan menyertai aktivasi
tersebut, hanya jika terjadi asupan lemak makanan kadar tinggi yang kontinu.
Contoh promoter lain berupa dioksin, benzoil peroksida, makrosiklik lakton, bromometilbenz
antrasena, antralin, fenol, sakarin, triptofan, dichlo rodiphenyltrichloroethane (DDT),fenobar
bital, kondensat asap rokok, polychlorinated
biphenyls (PCBs), teleosidin, asam
siklamat, estrogen, asam empedu, sinar ultraviolet, luka, abrasi, dan iritasi kronis lain
seperti saline lavage.
Sedangkan agen yang dapat menginisiasi sekaligus mempromosikan tumor, disebut
karsinogen utuh, antara lain: benzo[a]pyrene dan 4-aminobiphenyl.
Kanker

Ketika sel normal (A) rusak atau tua (2), mereka mengalamiapoptosis (1); sel kanker (B)
menghindari apoptosis dan terus membelah diri.
Puru ayal atau kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang
kelainan siklus sel khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk:

ditandai

dengan

tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi batas


normal)

menyerang jaringan biologis di dekatnya.

bermigrasi ke jaringan tubuh yang lain melalui sirkulasi


darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.

Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar kanker
membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, sepertileukemia. Cabang ilmu kedokteran yang
berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut onkologi.
Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi dan karakter
keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan pemeriksaan
mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker biasanya
dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi.

(Gambar Perkembangan sel normal menjadi sel kanker)


Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya. Sebagai
contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar, sedangkan
kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagaikarsinoma sel basal. Klasifikasi
kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya:[5]

Karsinoma, merupakan kanker yang terjadi pada jaringan


epitel, seperti kulit atau jaringan yang menyelubungi organ
tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar.
Contoh meliputi kanker kulit, karsinoma serviks, karsinoma
anal, kanker
esofageal, karsinoma
hepatoselular, kanker
laringeal, hipernefroma, kanker
lambung, kanker
testiskular dankanker tiroid.

Sarkoma,
merupakan
kanker
yang
terjadi
pada tulang seperti osteosarkoma, tulang
rawan seperti kondrosarkoma,jaringan
otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan adiposa, pembuluh
darah dan jaringan penghantar atau pendukung lainnya.

Leukemia, merupakan kanker yang terjadi akibat tidak


matangnya sel darah yang berkembang di dalam sumsum
tulangdan memiliki kecenderungan untuk berakumulasi di
dalam sirkulasi darah.[6]

Limfoma, merupakan kanker yang timbul


limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh

dari nodus

Pembentukan sel kanker


Kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan sel normal menjadi sel kanker adalah
hiperplasia, displasia, dan neoplasia. Hiperplasia adalah keadaan saat sel normal dalam
jaringan bertumbuh dalam jumlah yang berlebihan. Displasia merupakan kondisi ketika sel
berkembang tidak normal dan pada umumnya terlihat adanya perubahan padanukleusnya.
Pada tahapan ini ukuran nukleus bervariasi, aktivitas mitosis meningkat, dan tidak ada ciri
khas sitoplasma yang berhubungan dengan diferensiasi sel pada jaringan. Neoplasia
merupakan kondisi sel pada jaringan yang sudah berproliferasi secara tidak normal dan
memiliki sifat invasif.[7]
Pertumbuhan
yang
tidak
terkendali
tersebut
disebabkan
kerusakan DNA,
menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembelahan sel. Beberapa mutasi
mungkin dibutuhkan untuk mengubah sel normal menjadi sel kanker. Mutasi-mutasi tersebut
sering diakibatkan agen kimia maupun fisik yang disebut karsinogen. Mutasi dapat terjadi
secara spontan (diperoleh) ataupun diwariskan (mutasi germline).
Kelainan siklus sel, antara lain terjadi saat:

perpindahan fase G1 menuju fase S.[8]

siklus sel terjadi tanpa disertai dengan aktivasi faktor


transkripsi.[9] Pencerap hormon
tiroid beta1
(TRbeta1)
merupakan faktor
transkripsi yang
diaktivasi
oleh hormon T3 dan berfungsi sebagai supresor tumor dan
gangguan gen THRB yang sering ditemukan pada kanker.[10]

siklus sel terjadi


terpulihkan.[11]

translokasi posisi kromosom yang sering ditemukan


kanker sel darah putih seperti leukimia atau limfoma,
hilangnya sebagian DNA pada domain tertentu
kromosom.[12] Pada leukimia mielogenus kronis,
penderita mengalami translokasi kromosom 9 dan 22,
disebut kromosom filadelfia.

dengan

kerusakan DNA yang

tidak

pada
atau
pada
95%
yang

Karsinogenesis pada manusia adalah


sebuah
proses
berjenjang
sebagai
akibat
paparan karsinogen yang sering dijumpai dalam lingkungan, sepanjang hidup, baik
melaluikonsumsi,[13] maupun infeksi.[14] Terdapat empat jenjang karsinogenesis:

inisiasi tumor

promosi tumor

konversi malignan

progresi tumor

Angiogenesis
Pada umumnya, sel kanker membentuk sebuah tumor, kecuali pada leukemia.
Sebelum tahun 1960, peneliti kanker berpendapat bahwa asupan nutrisi yang mencapai tumor
terjadi oleh karena adanya jaringan pembuluh darah yang telah ada, namun penelitian yang
lebih baru menunjukkan bahwa lintasan angiogenesis diperlukan bagi tumor untuk
berkembang dan menyebar.[15] Tanpa lintasan angiogenesis, sebuah tumor hanya akan
berkembang hingga memiliki diameter sekitar 12 mm, dan setelah itu perkembangan tumor
akan terhenti.[16] Sebaliknya, dengan angiogenesis, sebuah tumor akan berkembang hingga
melampaui ukuran diameter 2 milimeter.[17] Oleh karena itu, sel tumor memiliki kemampuan
untuk mensekresi protein yang dapat mengaktivasi lintasan angiogenesis. Dari berbagai
protein yang dapat mengaktivasi lintasan angiogenesis seperti acidic fibroblast growth
factor, angiogenin, epidermal growth factor, G-CSF, HGF, interleukin-8, placental growth
factor, platelet-derived endothelial growth factor, scatter factor,transforming growth factoralpha, TNF-, dan molekul kecil seperti adenosina, 1-butyryl glycerol, nikotinamida, prostagl
andin E1 dan E2; para ilmuwan telah mengidentifikasi dua protein yang sangat penting bagi
pertumbuhan tumor yaitu vascular endothelial growth factor (VEGF) dan basic fibroblast
growth factor (bFGF). Kedua protein ini disekresi oleh berbagai jenis sel kanker dan
beberapa jenis sel normal.[18]
Sekresi VEGF atau bFGF akan mengikat pada pencerap sel endotelial dan mengaktivasi sel
tersebut untuk memicu lintasan metabolisme yang membentuk pembuluh darahbaru.[19] Sel
endotelial akan memproduksi sejumlah enzim MMP yang akan melakukan degradasi
terhadap jaringan matriks ekstraselular yang mengandung protein danpolisakarida, dan
berfungsi untuk sebagai jaringan ikat yang menyangga jaringan parenkima dengan mengisi
ruang di sela-sela selnya. Degradasi jaringan tersebut memungkinkan sel endotelial
bermigrasi menuju jaringan parenkima, melakukan proliferasi dan diferensiasi menjadi
jaringan pembuluh darah yang baru.
Reaksi antara asam tetraiodotiroasetat dengan integrin adalah penghambat aktivitas hormon ti
roksin dan tri-iodotironina yang merupakan salah satu faktor yang berperan dalam
angiogenesis dan proliferasi sel tumor.
Metastasis
Walaupun telah dilakukan penelitian intensif selama beberapa dekade, mekanisme
patofisiologis dari metastasis belum benar-benar diketahui dan masih menjadi kontroversi.
Namun terdapat dua model metastasis fundamental, yang mirip dengan proposal metastasis
yang diajukan oleh Stephen Paget pada tahun 1889 yang mengatakan bahwa metastasis
bergantung pada komunikasi antara sel kanker yang disebut the seed dan lingkungan mikro
pada organ tertentu yang disebut the soil.
Model yang pertama menjelaskan bahwa tumor primer pada organ akan timbul dari sel yang
sama, yang mengalami berbagai perubahan seperti heterogenitas, ketidakseimbangan
genomik, akumulasi mutasi atau penyimpangan genetik, hingga terjadi evolusi klonal
meliputi perubahan fenotipe dan perilaku sel hingga potensi untuk melakukan metastasis ke
organ lain dan membentuk tumor sekunder.
Model yang kedua menjabarkan bahwa kanker yang timbul pada organ, terjadi akibat aktivasi
ruang yang diperuntukkan bagi sel punca kanker sehingga memungkinkan metastasis dari
sejumlah jaringan tubuh yang lain.
Faktor risiko

Kanker adalah penyakit yang 90-95% kasusnya disebabkan faktor lingkungan dan 5-10%
karena faktor genetik. Faktor lingkungan yang biasanya mengarahkan kepada kematian
akibat kanker adalah tembakau (25-30%), diet dan obesitas (30-35 %), infeksi (1520%), radiasi, stres, kurangnya aktivitas fisik, polutan lingkungan.
Radiasi Ionisasi
Sumber-sumber radiasi ionisasi, seperti gas radon, bisa menyebabkan kanker. Keterpaparan
terus-menerus terhadap radiasi ultraviolet dari matahari bisa menyebabkanmelanoma dan
beberapa penyakit kulit yang berbahaya.[32] Diperkirakan 2% dari penyakit kanker di masa
yang akan datang dikarenakan CT Scan di saat ini.[33] Radiasi dari frekuensi radio tak berion
dari telepon seluler dan sumber-sumber radio frekuensi yang serupa juga dianggap sebagai
penyebab kanker, tetapi saat ini sangat sedikit bukti kuat yang mendukung keterkaitan ini.[34]
Infeksi
Beberapa kanker bisa disebabkan infeksi.[35] Ini bukan saja berlaku pada binatang-binatang
seperti burung, tetapi juga pada manusia. Virus-virus ini berperan hingga 20% terhadap
terjangkitnya kanker pada manusia di seluruh dunia. [36]. Virus-virus ini
termasuk papillomavirus pada manusia (kanker serviks), poliomavirus pada manusia
(mesothelioma, tumor otak), virus Epstein-Barr (penyakit limfoproliferatif sel-B dan kanker
nasofaring), virus herpes penyebab sarcoma Kaposi (Sarcoma Kaposi dan efusi limfoma
primer), virus-virus hepatitis B dan hepatitis C (kanker hati), virus-1 leukemia sel T pada
manusis (leukemia sel T), dan helicobacter pylori (kanker lambung).[36]
Data ekperimen dan epidemiologis menyatakan peran kausatif untuk virus dan virus
tampaknya menjadi faktor risiko kedua paling penting dalam perkembangan kanker pada
manusia, yang hanya dilampaui oleh penggunaan tembakau.[37] Jenis tumor yang ditimbulkan
virus dapat dibagi menjadi dua, jenis yang bertransformasi secara akut danbertransformasi
secara perlahan. Pada virus yang bertransformasi secara akut, virus tersebut membawa
onkogen yang terlalu aktif yang disebut onkogen-viral (v-onc), dan virus yang terinfeksi
bertransformasi segera setelah v-onc terlihat. Kebalikannya, pada virus yang bertransformasi
secara perlahan, genome virus dimasukkan di dekat onkogen-proto di dalam genom induk.
Ketidakseimbangan Metabolisme
Senyawa formaldehid yang disintesis di dalam tubuh, seringkali terbentuk dari lintasan
metabolisme senyawa xenobiotik, dapat membentuk ikatan kovalen dengan DNA, atau
mengikat pada serum albumin dan gugus valina dari hemoglobin,dan menginduksi
lintasan karsinogenesis.
Ketidakseimbangan Hormonal
Tingginya rasio plasma hormon TGF-, yang merupakan regulator pada proses penyembuhan
luka, akan meningkatkan produksi ROS pada fibroblas, serta diferensiasi fibroblas menuju fe
notipe miofibroblas.
Keturunan
Keturunan (genetik) merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan kanker.
Adanya faktor genetik dalam pembentukan kanker ini terjadi karena salah penyebab kanker
adalah mutasi DNA yang memang diturunkan dari orangtua kepada anaknya, akan tetapi
tidak semua jenis kanker dapat diturunkan. hal tersebut dipengaruhi oleh letak mutasi pada
DNA yang dialami dan juga genotipe dari mutasi yang terjadi.
Letak kerusakan DNA yang dialami

Ada 2 macam letak mutasi yang memicu terbentuknya kanker, yaitu mutasi pada gengen onkogen dan mutasi pada gen-gen pensupresi tumor. mutasi pada gen pensupresi tumor
lah yang biasanya memicu penurunan kanker. hal tersebut disebabkan karena zigot yang
mengalami mutasi pada gen onkogen biasanya tidak dapat bertahan hidup sehingga tidak
dapat diturunkan.
Diagnosis
Kebanyakan kanker dikenali karena tanda atau gejala tampak atau melalui screening. Kedua
metode ini tidak menuju ke diagnosis yang jelas, yang biasanya membutuhkan sebuah biopsi.
Beberapa kanker ditemukan secara tidak sengaja pada saat evaluasi medis dari masalah yang
tak berhubungan.
Karena kanker juga dapat disebabkan adanya metilasi pada promotor gen tertentu, maka
deteksi dini dapat dilakukan dengan menguji gen yang menjadi biomarker untuk kanker.
Beberapa jenis kanker telah diketahui status metilasi biomarker-nya. Misalnya untuk kanker
payudara dapat digunakan biomarker BRCA, sedangkan untuk kanker kolorektaldapat
menggunakan biomarker Sox17.
Deteksi dini ini sangat penting. Pada beberapa kanker seperti kanker kolorektal apabila
diketahui sejak dini peluang untuk sembuh lebih besar. Selain itu, deteksi dini dapat
memudahkan dokter untuk memberikan pengobatan yang sesuai.
Simtoma klinis
Secara umum, gejala klinis kanker bisa dibadi menjadi kelompok :

Gejala lokal : pembesaran atau pembengkakan yang tidak


biasa tumor, pendarahan (hemorrhage), rasa
sakit dan/atau tukak lambung/ulceration. Kompresi jaringan
sekitar bisa menyebabkan gejala jaundis (kulit dan mata yang
menguning).

Gejala
pembesaran kelenjar
getah
bening (lymph
node), batuk, hemoptisis, hepatomegali (pembesaran
hati),
rasa sakit pada tulang, fraktur pada tulang-tulang yang
terpengaruh, dan gejala-gejala neurologis. Walaupun pada
kanker tahap lanjut menyebabkan rasa sakit, sering kali itu
bukan gejala awalnya.

Gejala sistemik : berat badan turun, nafsu makan berkurang


secara signifikan, kelelahan dan kakeksia(kurus kering),
keringat
berlebihan
pada
saat
tidur/keringat
malam,anemia, fenomena
paraneoplastik tertentu
yaitu
kondisi
spesifik
yang
disebabkan
kanker
aktif
seperti trombosis dan perubahan hormonal. Setiap gejala
dalam daftar di atas bisa disebabkan oleh berbagai kondisi
(daftar berbagai kondisi itu disebut dengan diagnosis
banding). Kanker mungkin adalah penyebab utama atau
bukan penyebab utama dari setiap gejala.

Gejala angiogenesis yang merupakan interaksi antara sel


tumor, sel stromal, sel endotelial, fibroblas dan matriks

ekstraselular.[40] Pada
kanker,
terjadi
penurunan
konsentrasisenyawa penghambat
pertumbuhan pembuluh
darah baru,
seperti trombospondin, angiostatin dan gliomaderived angiogenesis inhibitory factor, dan ekspresi berlebih
faktor proangiogenik, seperti vascular endothelial growth
factor,[41] yang
memungkinkan
sel
kanker
melakukan metastasis.[42] Terapi
terhadap
tumor
pada
umumnya selalu melibatkan 2 peran penting, yaitu
penggunaan anti-vascular
endothelial
growth
factor
monoclonal antibodies untuk mengimbangi overekspresi
faktor proangiogenik, dan pemberian senyawa penghambat
angiogenesis, seperti endostatin dan angiostatin.[41]

Gejala migrasi sel tumor, yang ditandai dengan degradasi


matriks ekstraselular (ECM), jaringan ikat yang menyangga
struktur sel, oleh enzim MMP. Hingga saat ini telah diketahui
26 berkas gen MMP yang berperan dalam kanker,[43] dengan
pengecualian yang terjadi antara lain pada hepatocellular
carcinoma.[44]

Simtoma paraklinis
Ciri paraklinis umum pada sel tumor maupun kanker adalah produksi asam laktat dan asam
piruvat yang
tinggi, oksidasi glukosa yang
rendah,
walaupun
tidak
selalu
disertaisimtoma hipoksia, percepatan lintasan glikolisis dan perlambatan laju fosforilasi
oksidatif, dan pergeseran lintasan glikolisis dari anaerobik menjadi aerobik, yang dikenal
sebagaiefek Warburg. Sel kanker memiliki kecenderungan untuk menghasilkan ATP sebagai s
umber energi dari lintasan glikolisis daripada lintasan fosforilasi
oksidatif. Faktor transkripsi Ets 1 yang ditingkatkan oleh sekresi H2O2 oleh mitokondria meru
pakan salah satu pemegang kendali pergeseran metabolisme pada sel kanker. Ciri lain adalah
rendahnya kadar plasma vitamin C yang ditemukan pada berbagai penderita kanker, baik dari
penderita dengan kebiasaan merokok, maupun tidak.
Perubahan morfologi selular
Jaringan kanker memiliki ciri morfologis yang sangat khas saat diamati dengan mikroskop.
Diantaranya berupa banyaknya jumlah sel yang mengalami mitosis, variasi jumlah dan
ukuran nukleus, variasi ukuran dan bentuk sel, tidak terdapat fitur selular yang khas, tidak
terjadi koordinasi selular yang biasa nampak pada jaringan normal dan tidak terdapat batas
jaringan yang jelas.
Immunohistochemistry dan metode molekular lain digunakan untuk menemukan ciri
morfologis khas pada sel kanker/tumor, sebagai Referensi diagnosis dan prognosis.
Hahn dan rekan menggunakan ekspresi ektopik dari kombinasi antara telomerase transkriptas
e balik dengan onkogen h-ras dan antigen T dari virus SV40 untuk menginduksi konversi
tumorigenik pada sel fibroblas dan sel epitelial manusia, yang terjadi akibat disrupsi pada
lintasan metabolik intraselular. Ciri fenotipe dari sel kanker setelah mengalami transformasi
dari sel normal, antara lain:[48]
Riset kanker
Riset kanker merupakan usaha ilmiah yang banyak ditekuni untuk memahami proses
penyakit dan menemukan terapi yang memungkinkan. Meskipun pemahaman kanker

telahtumbuh secara eksponen sejak dekade terakhir dari abad ke-20, terapi baru yang radikal
hanya ditemukan dan diperkenalkan secara bertahap.
Penghambat tirosin kinase (imatinib dan gefitinib) pada akhir 1990-an dianggap sebuah
terobosan utama. Antibodi monoklonal telah terbukti sebuah langkah besar dalam perawatan
kanker.[butuh rujukan] Di Indonesia sendiri yang kaya akan keanekaragaman hayati, riset tanaman
yang berpotensi anti kanker, seperti: keladi tikus, temulawak, temu putih, dll sangat
menjanjikan.
David Porter, onkolog dari University of Pennsylvania Medical Center di Philadelphia,
melaporkan pertama kali setelah upaya 20 tahun terapi sel GM modifikasi gen sel-T berhasil
menghancurkan tumor kanker leukemia.
Menemukan cara untuk memprediksi tumor yang akan menyebar menjadi salah satu target
paling penting dalam penelitian kanker. Sehyo Choe, fisikawan dari University of Heidelberg
di
Jerman,
dan
rekannya
membangun
model
matematika bagaimana tumor
berkembang. Markus Gusenbauer di St. Poelten University of Applied Sciences, Austria, dan
rekannnya mengembangkan sebuah model bagaimana darah mengalir melalui manik-manik
magnetik.
Pencegahan
Pencegahan kanker didefinisikan sebagai usaha aktif untuk mengurangi resiko terjadinya
kanker. Mayoritas dari kasus kanker dikarenakan faktor-faktor resiko lingkungan, dan
banyak, tetapi tidak semuanya, faktor-faktor resiko lingkungan tersebut adalah pilihan gaya
hidup yang dapat dikendalikan. Jadi, kanker dianggap sebagai penyakit yang dapat dicegah.
Lebih
dari
30%
kematian
akibat
kanker
dapat
dicegah
dengan
menghindari: merokok, kelebihan berat badan / kegemukan, asupan yang kurang, aktivitas
fisik yang minimal, alkohol, penyakit menular seksual, dan polusi udara. Tidak semua faktor
lingkungan dapat dikendalikan, misalnya radiasi matahari, dan kasus-kasus kanker karena
faktor keturunan, oleh karenanya tidak semua kasus kanker dapat dicegah.
Asupan
Meskipun banyak rekomendasi mengenai diet untuk mengurangi kanker, tetapi bukti-bukti
tidak menunjang hal ini secara nyata. Faktor utama asupan yang meningkatkan resiko kanker
adalah kegemukan dan konsumsi alkohol; sedangkan asupan rendah buah dan sayur dan
makan daging merah yang banyak mungkin berimplikasi, tetapi belum terkonfirmasi.
Penelitian meta-analisa pada tahun 2014 tidak menemukan hubungan antara buah dan
sayuran dengan kanker. Konsumsi kopi berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker
hatiPenelitian menunjukkan hubungan antara daging merah dan daging olahan dengan
peningkatan resiko kanker payudara, kanker usus besar, dan kanker pankreas, sebuah
fenomena yang mungkin terjadi karena adanya karsinogen pada daging yang
diproses/dimasak dengan suhu tinggi. Rekomendasi yang dianjurkan untuk mencegah kanker
adalah asupan seimbang dari sayur, buah-buahan, biji-bijian utuh, dan ikan, sedangkan yang
harus dihindari adalah daging merah dan daging olahan (sapi, babi, kambing), lewak hewani,
dan karbohidrat yang mudah/cepat dicerna.[56][57]
Obat-obatan
Konsep penggunaan obat-obatan untuk mencegah kanker itu menarik, dan bukti-bukti
menunjangnya dalam berbagai keadaan tertentu. Pada populasi umum, penggunaan obat anti
pembengkakan yang bukan steroid (Non-steroidal anti-inflammatory drug) mengurangi
resiko kanker usus, tetapi karena adanya efek samping pada sistem pembuluh darah dan
pencernaan, makanya penggunaannya akan berbahya jika digunakan untuk pencegahan

kanker. Aspirin telah diketahui dapat mengurangi resiko kematian akibat kanker sebesar
kurang lebih 7%.COX-2 inhibitor dapat mengurangi jumlah formasi polip pada
penderita familial adenomatous polyposis, bagaimanapun hal ini berhubungan dengan efek
samping seperti pada penggunaan obat anti pembengkakan yang bukan steroid. Penggunaan
sehari-hari tamoxifen atau raloxifene telah menunjukkan pengurangan resiko terjadinya
kanker payudara pada wanita yang beresiko tinggi. Keuntungan dibandingkan kemudaratan
penggunnaan 5-alpha-reductase inhibitor sepertifinasteride adalah tidak jelas.
Vitamin telah diketahui tidak berguna untuk mencegah kanker, walaupun tingkat yang rendah
dari vitamin D berhubungan dengan peningkatan resiko kanker. Apakah ini merupakan sebab
akibat dan suplemen vitamin D bersifat melindungi tidak pernah dinyatakan. Suplemen BetaCarotene telah diketahui meningkatkan kanker paru-paru pada mereka yang beresiko tinggi.
Asam folat telah diketahui tidak berguna untuk mencegah kanker usus, bahkan justru
menuingkatkan terjadinya polip pada usus besar. Tidak jelas apakah suplemen selenium
mempunyai efek pengobatan/pencegahan.
Vaksinasi
Vaksinasi telah dikembangkan untuk mencegah infeksi yang dibabkan oleh virus yang
bersifat karsinogen. Human papillomavirus vaccine (Gardasil dan Cervarix) mengurangi
resiko bertumbuhnya kanker mulut rahim. Vaksin hepatitis B mencegah infeksi hepatitis B
dan tentunya mengurangi resiko terjadinya kanker hati. Pemberian vaksin human
papillomavirus dan hepatitis B direkomendasikan jika dana memungkinkan.
Telah dilakukan klon gen penisilin asilase dari DNA kromosom Escherichia coil B 130 pada
plasmid pBR 322, menggunakan sel inang Escherichia toll HB 101. Klon dilakukan melalui
beberapa tahap antara lain isolasi DNA dan plasmid pBR 322, pemotongan oleh enzim
restriksi Pst 1, penyambungan oleh enzim T-4 DNA ligase, transformasi dan seleksi.
Data elektroforesis gel agarosa menunjukkan, fragmen DNA kromosom hasil restriksi berada
antara 1.258 hingga 15.135 pasangan basa, sedangkan plasmid pBR 322 hanya berubah
bentuk dari sirkuler ke linier dengan ukuran 4.363 pasangan basa. Elektroforesis hasil ligasi
menunjukkan
adanya
beberapa
variasi
ukuran
DNA
rekombinan.
DNA rekombinan ditransfer secara kimia ke sel inang menggunakan Kalsium klorida dan
pemanasan secara tiba-tiba, kemudian ditanam pada media selektif dan diperoleh 7.500
koloni transforman yang tumbuh pada media yang mengandung tetrasiklin.
Seleksi terhadap 2.500 koloni ini, menghasilkan 115 koloni yang tumbuh pada media yang
mengandung tetrasiklin dan coati pada media yang mengandung ampisilin. Uji mikrobiologi
menggunakan Serratia ruarcescens menunjukkan, dari 115 koloni yang diperiksa, ada 2
koloni
yang
menghasilkan
enzim
penisilin
asilase.
Uji aktivitas enzim penisilin asilase dilakukan menurut metoda Kornfeld. Darisini diperoleh
aktivitas spesifik enzim kasar dari B 130, SILC-59 dan SILC-150 masing masing 32,5, 64,4
dan 8,4 unit/mg protein.

You might also like