You are on page 1of 6

-

SINDROM METABOLIK :
Obesitas sentral : IMT (BB/(TB) 2 > 30 kg/m2
Lingkar perut (utk populasi Asia Tenggara) :
Pria 90 cm
Wanita 80 cm
Dislipidemia :
Trigliserid 150 mg/dl
HDL kolesterol :
Pria < 40 mg/dl
Wanita < 50 mg/dl
Hipertensi 130/85 mmHg atau mendapat T/ anti hipertensi
DM tipe 2
Gangguan toleransi glukosa
Mikroalbuminuri

Minimal tiga dari kriteria di atas menandakan sindroma metabolik

DEMENSIA
Pendahuluan
Demensia merupakan gangguan fungsi kognitif tanpa disertai gangguan
kesadaran.
Gangguan kognitif yang dapat terjadi meliputi :
a. Intelegensia umum
b. Belajar dan ingatan
c.
Bahasa
d. Memecahkan masalah
e. Orientasi
f.
Persepsi
g. Perhatian
h. Konsentrasi
i.
Pertimbangan
j.
Kemampuan sosial
k. Kepribadian pasien juga terpengaruhi
DSM-IV mengharuskan diagnosis demensia menyebabkan gangguan
fungsi sosial atau pekerjaan yang berat dan merupakan suatu
penurunan dari tingkat sebelumnya.
Suatu penyebab dasar selalu diasumsikan, kecuali pada kasus yang jarang,
diperkirakan 15% orang dimensia, reversibel jika ditangani sedini mungkin
sebelum terlambat dan menjadi ireversibel.

Epidemiologi
Merupakan penyakit penuaan
Di Amerika >65th 5% menderita alzheimer berat, 15% alzheimer
ringan.
Tipe demensia paling sering adalah tipe alzheimer, sekitar 50-60%.
Faktor resiko untuk perkembangan alzheimer adalah wanita,
mempunyai sanak saudara tingkat pertama dengan gangguan
tersebut (genetik), mempunyai riwayat trauma kapitis, sindroma
down.
Tipe demensia tersering ke dua adalah demensia vaskuler yg
secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskuler.
15%-30% penyakit demensia disumbangkan oleh demensia vaskuler.
Hipertensi merupakan faktor predisposisi terhadap Demensia
vaskuler
Demensia tipe lainnya meliputi demensia karena trauma kepala,
berhubungan dengan alkohol, penyakit huntington, dan penyakit
parkinson.
Penyebab
Demensia Tipe Alzheimer (penemu: Alois Alzheimer)
Demensia progresif
Demensia ini terdiagnosis setelah penyebab demensia lainnya telah
disingkirkan
Etiologi yang mungkin :
1. Faktor genetik, 40% kasus mempunyai riwayat keluarga Alzheimer. Gen E 4,
satu salinan gen tersebut tiga kali lebih sering menderita alzheimer.
2. Neuropatologi. Ditemukannya atrofi difus, dengan pendataran sulkus
kortikal dan pelebaran ventrikel.
3. Protein prekursor ameloid.
4. Kelainan neurotransmitter.
Hipoaktif dari asetilkolin dan noreepineprine menyebabkan
penurunan fungsi kognitif
Penurunan dari dua peptida neuroaktif, yaitu somatostatin dan
kortikotropin
5. Metabolisme fosfolipid membran. Kekurangan cairan pada membran
menyebabkan membran lebih kaku.
6. Toksisitas aluminium. Sedang diteliti terkait dengan kadar Al yang tinggi
pada pasien Alzheimer.
Demensia Vaskuler
Dianggap sbg penyakit serebral vaskuler yang multipel
Demensia ini sering pada laki-laki dg faktor predisposisi hipertensi dan
penyakit kardiovaskuler lainnya, biasanya infark mengenai pembuluh
darah yang berukuran kecil ataupun sedang , penyebab infark adalah
salah satunya oklusi akibat plak arteriosklerotik atau tromboemboli dari
tempat yg jauh.
Pada pemeriksaan pasien dapat ditemui bruit arteri karotis( bunyi;
bssssst ), kelainan funduskopi, atau pembesaran ventrikel jantung.
Penyakit binswanger (ensefalopati arteriosklerotik). Ditandai dengan
adanya banyak infark-infark kecil pada substansia alba, jadi menyerang
daerah kortikal.

Penyakit Pick
Atrofi lebih banyak pada frontotemporal, berbeda dengan Alzheimer yang
terjadi atrofi pada parietotemporal.
Total 5% dari demesia ireversibel.
Sulit dibedakan dengan penyakit Alzheimer, meskipun ganggua
kepribadian dan perilaku lebih sering menonjol, dengan fungsi kognitif
yang relatif bertahan
Gambaran sindrom Kluver-Bucy (hiperseksualitas, plasiditas, hiperoralitas)
lebih sering pada penyakit Pick dari pada Alzheimer.
Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Penyakit Parkinson
Demensia yang Berhubungan dengan HIV
Demensia yang berhubungan dengan Trauma Kepala
Diagnosis
Demensia tipe Alzheimer
1. Gangguan daya ingat
2. Satu atau lebih gangguan kognitif berikut:
a. Afasia (gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan melakukan aktivitas motorik padahal fungsi
motorik utuh)
c. Agnosia (kegagalan mengenali benda walaupun fungsi kognitifnya
utuh)
d. Gangguan dalam fungsi eksekutif/kemampuan sistem frontalis
(merencanakan, mengurutkan, dan abstrak)
Demensia tipe Vaskuler
1. Gangguan daya ingat
2. Satu atau lebih gangguan kognitif berikut:
a. Afasia (gangguan bahasa)
b. Apraksia (gangguan melakukan aktivitas motorik padahal fungsi
motorik utuh)
c. Agnosia (kegagalan mengenali benda walaupun fungsi kognitifnya
utuh)
d. Gangguan dalam fungsi eksekutif/kemampuan sistem frontalis
(merencanakan, mengurutkan, dan abstrak)
3. Tanda dan gejala neurologis fokal (peninggian refleks tendon dalam,
respons ekstensor plantar, palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan,
kelemahan pada salah satu ekstrimitas)
Tanda-tanda laboratorium adalah indikatif untuk penyakit serebrovaskuler
(misalnya, infark multipel yg mengenai korteks dan atau substansia putih
dibawahnya) yg berhubungan secara etiologi dengan gangguan.
Gambaran Klinis
Stadium awal: pasien menunjukkan kesulitan utk mempertahankan kinerja
mental, fatigue, dan kecendrungan untuk gagal jika suatu tugas adalah
baru atau kompleks.
Kesulitan tersebut akhirnya berkembang menjadi lebih berat ditandai
dengan terganggunya aktivitas harian.

Akhirnya pasien demensia memerlukan bantuan dalam melaksanakan


tugas hariannya termasuk yang paling dasar.
Defek utama dalam demensia: orientasi, ingatan, persepsi, fungsi
intelektual, dan pemikiran. Kesemuanya secara progresif terlibat dalam
demensia
Perubahan afekti dan perilaku, seperti kontrol impuls yg defektif, labilitas
emosional sering ditemukan dan perubahan sifat kepribadian premorbid.

Gangguan Daya Ingat


Demensia gejala paling khas adalah gangguan ingatan terutama yg
mengenai korteks (Alzheimer). Awalnya ingatan hilang seperti melupakan no
telepon, percakapan, dan kejadian hari tersebut. Kemudian jika berkembang,
hanya hal yang terpenting yang diingatnya (tanggal kelahiran)
Orientasi
Terjadi gangguan orientasi orang, waktu, dan tempat secara progresif. Tetapi
tidak masalah beratnya disorientasi, pasien tidak menunjukkan gangguan
pada tingkat kesadaran.
Gangguan Bahasa
Terutama terjadi pada demensia kortikal seperti Alzheimer dan Vaskuler.
Ditandai dengfan cara berkata yg samar-samar, stereotipik, tidak tepat, atau
berputar-putar. Pasien jg mungkin kesulitan dalam menyebutkan nama suatu
benda.
Perubahan Kepribadian
Sifat kepribadian dahulu, diperkuat pada episode demensia
Pasien demensia mjd introver dan tidak peduli akan efek dr perilaku yg
mereka perbuat
Psikosis
20-30% pasien demensia terutama alzheimer mengalami halusinasi
30-40% memiliki waham terutama bersifat paranoid tidak sistematik
Psikiatrik
Depresi juga dapat ditemukan pada pasien demensia, terdapat juga ketawa
dan menangis patologis.
Neurologis
Dominannya adalah afasia, apraksia, agnosi.
Kejang, terdapat pd 10% pasien alzheimer dan 20% pasien demensia
vaskuler
Neurologis atipikal (lobus parietalis non dominan)

Refleks primitif seperti menggenggam, moncong, mengisap, kakitonik, dan palmomental


Jerks-mioklonik ditemukan 5-10% pasien.
Pada demensia vaskuler terdapat: nyeri kepala, pusing, pingsan,
kelemahan, tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur. Palsi
serebrobulbar, disartria, disfagia.
Reaksi Katastropik

Yang ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subjektif tentang defisit
intelektualnya dalam keadaan menegangkan , kompensasi dr pasien seperti
mengubah subjek, membuat lelucon, atau megalihkan pewawancara dengan
cara lain.
Kontrol impuls buruk/tidak ada pertimbangan
Khususnya pd demensia yg memengaruhi lobus frontalis, contoh bahasa
kasar, humor tak sesuai, pengabaian penampilan dan hegiene, mengabaikan
peraturan konvensional tingkah laku sosial.
Sindrom Sundowner
Ditandai oleh mengantuk, ataksia, konfusi, dan terjatuh secara tak sengaja.
Terjadi pd Pasien lanjut usia dg sedasi berat, reaksi menyimpang thd obat
psikoaktif, jika stimuli eksternal seperti cahaya adalah menghilang.
DIAGNOSIS BANDING
Demensia Alzheimer versus Demensia Vaskuler
Beda mendasar adalah jika demensia vaskuler erat kaitannya dengan
riwayat penyakit serebrovaskuler.
Gejala neurologis fokal sering pada demensia vaskuler
Demensia vaskuler mempunyai faktor-faktor resiko meliputi: hipertensi,
hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes dan keterantungan
alkohol.
Delerium versus demensia
Delirium mempunyai onset yang cepat, durasi yang singkat,fluktuasi
gangguan kognitif dalam perjalanan hari eksaserbasi nokturnal dari
gejala, gangguan jelas pada siklus bangun tidur, dan gangguan
perhatian dan persepsi yang menonjol.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis
Data menyatakan bahwa pasien dengan onset demensia yang dini
kemungkinan memiliki perjalanan penyakit yang cepat.
Perjalanan awal demensia adalah samar2, dan hanya oraang terdekat
yang menyadarinya
Onset gejala yang bertahap adalah demensia tipe alzheimer, demensia
vaskuler, endokrinopati, tumor otak, dan gangguan metabolisme.
Onset yang tiba2 adalah trauma kepala, henti jantung dg hipoksia
serebral, atau ensefalopati.
Dalam stadium terminal, sangat terdiorientasi, inkoheren, amnestik, dan
inkontinen urine dan feses
Onset demensia vaskuler lebih mendadak, dan juga terdapat
penahanan kepribadian yang lebih besar.
Pengobatan
Pendekatan pengobatan umum:
Memberikan perawatan medis suportif
Bantuan emosional untuk pasien dan keluarganya
Pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik, termasuk gejala perilaku
yang mengganggu

Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi, latihan yang


tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap masalah visual
dan auditoris dan pengobatan masalah medis yang menyertai

Jika diagnosis demensia vaskuler ditegakkan maka penyakit kardiovaskuler


dan faktor resiko yang berperan harus ditanggulangi secara terapeutik,
meliputi hipertensi, hiperlipidemia, obesitas, penyakit jantung, diabetes, dan
ketergantungan alkohol, serta berhenti untuk merokok(memperbaiki perfusi
serebral dan memperbaiki fungsi kognitif).
Pengobatan farmakologis dar demensia
Benzodizepine untuk insomnia dan kecemasan, ansiolitik dan
sedatif(zolpidem juga bisa)
Antidepresan untuk depresi
Antipsikotik untuk waham dan halusinasi
Antikolinergik (thioridazine) kontrol perilaku pasien demensia, tetapi
harus diberikan dalam dosis kecil
Tetrahidroaminoacridine (tacrine) untuk penyakit Alzheimer,
aktivitasnya sbg inhibitor antikolinesterasedg lama kerja yang agak
panjang (terdapat perbaikan pada sekitar 20-25% pasien) tetapi karea
aktivitas kolinomimetik dari obat dan peninggian kadar enzim hati obat
ini harus dihentikan
Terapi dari psikodinamik
Memberikan suatu psikoterapi dan edukasional tentang apa yang
sedang terjadi terhadap dirinya, berikan penerangan yang jelas tentang
penyakit yang sedang mereka derita.
Intervensi psikodinamika terhadap keluarga terutama yang selalu
megasuh pasien juga sangat pentig, dengan memberikan dorongandorongan yang baik terhadapn pegasuh dalam merawat pasien
demensia.

You might also like