You are on page 1of 130

BAHAN AJAR

MATA KULIAH
1.

AQIDAH

2.

AL QURAN

3.

FIQIH

4.

SIRAH

5.

TAHSIN DAN BAHASA ARAB

PESANTREN MAHASISWA
(PESMA) EL FATA
KUPANG NTT

BAHAN AJAR
MATA KULIAH

1. AQIDAH

PESANTREN MAHASISWA
(PESMA) EL FATA

KUPANG NTT
Mata Kuliah

Kode

01/Pesma/001

AQIDAH

Pokok Bahasan

Ilmu Tauhid

Target Pembelajaran

Pertemuan

2 kali

PASAL I
ILMU TAUHID
Tarif, ruang lingkup, kedudukannya di antara ilmu lainnya, kewajiban mempelajarinya,
Al Quran adalah kitab tauhid terbesar, perhatian kaum muslimin terhadap ilmu tauhid.

Keterangan Skema:
Ilmu Tauhid:
1. Makna ilmu tauhid : ilmu yang membahas pengokohan keyakinan-keyakinan
agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya
sehingga dapat menghilangkan semua keraguan.
2. Bidang Pembahasan ilmu tauhid : 6 rukun iman
3. Kedudukannya: ilmu yang paling mulia, karena:
a. Temanya paling mulia : Allah swt Pencipta alam semesta
b. Manfaatnya paling mulia: kebahagiaan dunia dan akhirat
4. Hukum mempelajarinya:
a. Agar memiliki keyakinan tentang kebenaran Islam : fardhu ain
b. Lebih dari itu : fardhu kifayah
5. Al-Quran adalah kitab tauhid terbesar
6. Sikap ummat Islam terhadap tauhid:
a. Penuh perhatian : kemuliaan dan kepemimpinan
b. Mengabaikan : kehinaan dan kekalahan
1. Ilmu Tauhid
Tanya: Apakah ilmu tauhid itu?
Jawab: Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas pengokohan keyakinan-keyakinan
agama Islam dengan dalil-dalil naqli maupun aqli yang pasti kebenarannya sehingga
dapat menghilangkan semua keraguan, ilmu yang menyingkap kebatilan orang-orang
kafir, kerancuan dan kedustaan mereka. Dengan ilmu tauhid ini, jiwa kita akan kokoh,
dan hatipun akan tenang dengan iman. Dinamakan ilmu tauhid karena pembahasan
terpenting di dalamnya adalah tentang tauhidullah (mengesakan Allah). Allah swt
berfirman:

Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu itu benar, sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal
saja yang dapat mengambil pelajaran (13:19).
2. Bidang Pembahasan Ilmu Tauhid

Tanya: Apa saja yang dibahas dalam ilmu tauhid?


Jawab: Ilmu tauhid membahas beberapa hal yaitu:
Iman kepada Allah, tauhid kepada-Nya, dan ikhlash beribadah hanya untuk-Nya
tanpa sekutu apapun bentuknya.
Iman kepada rasul-rasul Allah para pembawa petunjuk ilahi, mengetahui sifatsifat yang wajib dan pasti ada pada mereka seperti jujur dan amanah, mengetahui
sifat-sifat yang mustahil ada pada mereka seperti dusta dan khianat, mengetahui
mujizat dan bukti-bukti kerasulan mereka, khususnya mujizat dan bukti-bukti
kerasulan nabi kita Muhammad saw.

Iman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi/rasul sebagai
petunjuk bagi hamba-hamba-Nya sepanjang sejarah manusia yang panjang.
Iman kepada malaikat, tugas-tugas yang mereka laksanakan, dan hubungan
mereka dengan kita di dunia dan akhirat.
Iman kepada hari akhir, apa saja yang dipersiapkan Allah sebagai balasan bagi
orang-orang mukmin (surga) maupun orang-orang kafir (neraka).
Iman kepada takdir Allah yang Maha Bijaksana yang mengatur dengan takdir-Nya
semua yang ada di alam semesta ini.

Allah swt berfirman:

"

Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikatmalaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (2:285).
Rasulullah saw ditanya tentang iman, beliau menjawab:

Iman adalah engkau membenarkan dan meyakini Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan taqdir baik maupun buruk. (HR. Muslim).
3. Kedudukan Ilmu Tauhid Diantara Semua Ilmu
Tanya: Bagaimana kedudukan ilmu tauhid diantara ilmu-ilmu yang lain?
Jawab: Kemuliaan setiap ilmu tergantung kemulian tema yang dibahasnya. Ilmu
kedokteran lebih mulia dari teknik perkayuan, karena teknik perkayuan membahas seluk
beluk kayu, sedangkan kedokteran membahas tubuh manusia. Begitu pula dengan ilmu
tauhid, ia paling mulia karena pembahasannya adalah sesuatu yang paling mulia. Adakah
yang lebih agung selain Pencipta alam semesta ini?! Adakah manusia yang lebih suci
daripada para rasul?! Adakah yang lebih penting bagi manusia selain mengenal Rabb dan
Penciptanya, mengenal tujuan keberadaannya di dunia, untuk apa ia diciptakan, dan
bagaimana nasibnya setelah ia mati??!
Dan ilmu tauhid adalah sumber semua ilmu-ilmu keislaman sekaligus yang terpenting
dan paling utama.
4. Kewajiban Mempelajarinya
Tanya: Apakah hukum mempelajari ilmu tauhid itu fardhu ain ataukah fardhu kifayah?
Jawab: Hukum mempelajari ilmu tauhid adalah fardhu ain bagi setiap muslim dan
muslimah sampai ia betul-betul memiliki keyakinan dan kepuasan hati serta akal bahwa
ia berada di atas agama yang benar. Sedangkan mempelajari lebih dari itu hukumnya
fardhu kifayah, artinya jika telah ada yang mengetahui, yang lain tidak berdosa. Allah swt
berfirman:

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah.
(47:19).
5. Al-Quran adalah Kitab Tauhid Terbesar

Tanya: Sejauh mana perhatian Al-Quran terhadap ilmu tauhid?


Jawab: Sesungguhnya pembahasan utama dalam Al-Quran adalah tauhid. Anda tidak
akan menemukan satu halamanpun yang tidak mengandung ajakan untuk beriman kepada
Allah, rasul-Nya, atau hari akhir, malaikat, kitab-kitab yang diturunkan Allah, atau taqdir
yang diberlakukan bagi alam semesta ini. Bahkan dapat dikatakan bahwa hampir seluruh
ayat Al-Quran yang dirunkan sebelum hijrah (ayat-ayat makkiyyah) berisi tauhid dan
yang terkait dengan tauhid.
6. Perhatian Kaum Muslimin Terhadap Tauhid
Tanya: Sejauh mana pula perhatian kaum muslimin terhadap tauhid?
Jawab: Perhatian kaum muslimin terhadap tauhid didasari oleh perhatian Al-Quran
terhadapnya sehingga dapat kita katakan bahwa perhatian utama ummat Islam sejak
dahulu adalah dawah kepada agama Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik atau
dengan kata lain dawah kepada bukti-bukti kebenaran aqidah Islam agar manusia
beriman kepada aqidah tersebut. Perhatian kaum muslimin ini berlangsung terus menerus
dalam waktu yang amat panjang.
7. Penderitaan Kaum Muslimin ketika Mengabaikan Tauhid
Tanya: Apa yang telah menimpa kaum muslimin saat mereka mengabaikan tauhid?
Jawab: Tatkala ummat Islam mengabaikan aqidah yang benar melalui ilmu tauhid yang
didasari oleh bukti-bukti dan dalil yang kuat, mulailah kelemahan masuk ke dalam
keyakinan sebagian besar kaum muslimin lalu berakibat mempengaruhi amal dan
produktifitas mereka, kemudian meluaslah kerusakan sehingga mudah bagi musuhmusuh Islam untuk mengalahkan mereka dan menjajah negeri mereka, serta
menghinakan mereka di negeri mereka sendiri.
8. Kesimpulan
Ilmu tauhid mengedepankan dalil-dalil naqli dan aqli terhadap kebenaran aqidah
islamiyyah.
Pembahasan ilmu tauhid adalah rukun iman: iman kepada Allah, malaikat, kitabkitab, para nabi dan rasul, hari akhir, dan takdir baik maupun buruk.
Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia, karena ia terkait dengan Allah swt
pencipta alam semesta, dimana urgensi ilmu tauhid berasal dari keagungan Allah
swt.
Mempelajari kadar minimal dari ilmu tauhid adalah fardhu ain, yaitu sampai
seorang muslim meyakini berdasarkan ilmu tentang kebenaran aqidah islam yang

dianutnya sehingga imannya kepada enam rukun iman di atas menjadi kokoh dan
kuat.
Perhatian Al-Quran terhadap pembahasan ilmu tauhid amat besar sehingga ayatayat makkiyyah hampir semuanya berisi tentang tauhid dan masalah-masalah
yang terkait dengannya.
Ummat islam generasi awal sangat memperhatikan tauhid sehingga mereka mulia
dan memimpin dunia, namun tatkala ummat Islam mengabaikannnya aqidah
mereka menjadi lemah lalu menyebabkan kelemahan perilaku dan amal mereka
sehingga orang-orang kafir dapat menjajah negeri dan tanah air mereka.
PASAL II

URGENSI ILMU TAUHID DALAM BERAGAMA

Keterangan Skema :
Diantara syarat diterimanya amal adalah Iman dan Islam, sedangkan pintu masuk Islam
itu adalah syahadatain, dan syahadatain adalah tauhid itu sendiri sehingga dapat kita
katakan bahwa tauhid itu amat sangat penting bagi semua manusia karena amal seseorang
- sebaik apapun - tidak akan diterima tanpa tauhid.

Iman adalah Asas Amal (






)


Tanya: Mengapa Allah swt tidak menerima amal kecuali dari mukmin (yang beriman
kepada Allah dengan iman yang sesuai syariat Islam)?
Jawab: Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tak mengharapkan pahala dariNya, tidak takut dengan hukuman-Nya, beramal tanpa pernah menginginkan keridhaanNya, dan tak peduli apakah yang mereka lakukan halal atau haram, maka mereka jelas
tidak berhak memperoleh ganjaran pahala atas amal mereka meskipun amalnya baik.
Karena mereka adalah orang-orang kafir (mengingkari kenabian Muhammad saw) yang

tidak berusaha mencari agama Allah yang benar, tidak mau mendengar penjelasan ilahi
yang dibawa oleh para rasul alaihimussalam, disamping itu, jika mereka mendengar ayatayat Allah dibacakan kepada mereka, mereka mengolok-olokkannya, sehingga wajar
kalau amal mereka tertolak dan mereka mendapat sangsi atas kekafiran mereka.



Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, 1 lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan. (25:23).






Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu
yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak
dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia).
yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (14:18).




Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya. (24:39).
Sebagai permisalan:
John (misalnya) masuk ke sebuah kebun besar yang bukan miliknya, ia menemukan
beragam buah-buahan di dalamnya, lalu ia makan dan minum serta melakukan berbagai
perbuatan: mencabut beberapa pohon dan menanam pohon yang lain tanpa seizin pemilik
kebun. Sementara Muhsin (misalnya) masuk ke dalam kebun yang sama namun ia
berkata pada dirinya sendiri: Saya tidak akan melakukan apa-apa sebelum saya bertemu
dengan pemilik kebun atau orang yang ditugaskan oleh pemilik kebun mewakilinya.
Lalu ia mulai mencarinya. Pada saat bertemu, pemilik kebun marah dan menolak apa
yang dilakukan oleh John tapi John tidak peduli dan tetap melakukan apa yang ia
kehendaki tanpa izin pemilik kebun. Sedangkan Muhsin mendengarkan dan mentaati
semua arahan pemilik kebun. Siapakah yang berhak mendapat penghargaan dari pemilik
kebun, John ataukah Muhsin? Apakah John berhak mendapatkan ucapan terima kasih
apalagi bayaran atas apa yang telah ia lakukan meskipun baik?
Orang yang berakal pasti berkata bahwa Muhsinlah yang berhak mendapat penghargaan
karena ia menuruti arahan dan aturan pemilik kebun, sedangkan John tidak
1Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik
yang mereka kerjakan di dunia, amal-amal itu tak dibalas oleh Allah karena mereka
tidak beriman.

memperolehnya karena perintah dan larangan dari pemilik kebun telah ia ketahui namun
ia tak mau peduli, sehingga meskipun ada sebagian perbuatannya dianggap baik tetap
saja ia tidak berhak memperoleh penghargaan.
Demikianlah, bumi ini dan semua isinya adalah milik Allah secara mutlak, para rasul-Nya
adalah wakil Allah di bumi, orang yang beriman seperti si Muhsin yang beramal sesuai
petunjuk Allah Penciptanya, dan orang kafir seperti si John yang berperilaku tanpa mau
mengikuti petunjuk dan syariat Allah dan berpaling dari apa yang telah disampaikan
rasul-Nya.

:
Pintu Islam : Dua Kalimat Syahadat (
)



Tanya : Mengapa Islam menjadikan dua kalimat syahadat sebagai rukunnya yang
pertama?
Jawab: Kalimat syahadatain kita adalah:

Pengakuan dan pernyataan dengan syahadat pertama berarti: Anda meyakini dan
membenarkan bahwa alam semesta ini ada Pencipta yang telah mengadakannya dari
ketiadaan, mengatur dan menyempurnakannya, bahwa Dialah satu-satunya yang berhak
disembah tak ada sekutu bagi-Nya bahwa Anda adalah salah satu ciptaan-Nya.
Sedangkan syahadat kedua berarti Anda beriman, membenarkan dan meyakini bahwa
Muhammad adalah utusan Allah swt, Dia mengutusnya dengan membawa petunjuk dan
penjelasan tentang hal-hal yang halal yang diridhai-Nya dan penjelasan tentang yang
haram yang menyebabkan murka-Nya, bahwa dengan ketaatan Anda mengikuti
Muhammad saw berarti Anda telah merealisasikan ketaatan kepada Allah. Dan sudah
sama-sama kita ketahui bahwa jika Anda tidak beriman dengan tauhid maka syahadat
Anda dapat dikatakan batal atau tidak diterima.
JADI, kita harus mempelajari ilmu tauhid agar syahadat kita diakui, keislaman kita benar,
dan agar amal kita diterima di sisi Allah swt.

Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah.
(47:19)

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (3:18).

Oleh karena itu, ilmu tauhid adalah dasar semua ilmu agama dan sekaligus ilmu yang
paling baik.
Kesimpulan (
)


Allah swt tidak akan menerima amal orang-orang kafir, Dia hanya menerima amal
mereka yang muslim (beriman kepada Allah sesuai syariat yang dibawa rasulNya).
Alasannya: karena orang kafir bisa jadi melakukan amal yang baik namun tidak
menginginkan keridhaan Pencipta dan Pemilik dirinya bahkan ia tidak peduli
apakah Allah ridha atau murka, maka ia berhak dihukum dan tak berhak mendapat
pahala.
Pintu masuk Islam adalah dua kalimat syahadat. Sedangkan syahadat tidak akan
sempurna jika seseorang tidak mengetahui ilmu tauhid. Oleh karenanya ilmu
tauhid adalah ilmu paling penting menurut agama Islam.
PASAL III









Pengaruh Ilmu Tauhid dalam Kehidupan di Dunia

Keterangan skema :
Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan adalah :

1. Mengenal tujuan keberadaan (kehidupan) di dunia, sehingga orang yang bertauhid


akan mendapat petunjuk ke jalan yang lurus.
2. Penyatuan dan Eratnya hati, sehingga orang-orang yang bertauhid itu
berukhuwwah (bersaudara).
3. Amal shalih, sehingga mendatangkan keberkahan hidup dari langit dan bumi dan
mendapat ridha Allah swt.

Bahaya Jahil terhadap Ilmu Tauhid


Tanya: Apa akibat negatif dari kejahilan terhadap ilmu tauhid dalam hidup manusia?
Jawab: Pertama, orang yang tidak mengenal Penciptanya seperti orang buta di dunia ini,
ia tidak tahu mengapa ia diciptakan, atau apa hikmah (tujuan) keberadannya di atas bumi
ini? Hidupnya berakhir dalam keadaan ia tidak tahu mengapa ia memulai hidup? Ia
keluar dari dunia tanpa tahu mengapa ia dulu masuk ke dalamnya??


Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenangsenang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah
tempat tinggal mereka. (47:12).
Kedua, siapa yang tidak beriman kepada hari akhir, maka ia ditipu oleh dunia, ia jadikan
semua cita-cita dan ambisinya adalah bagaimana mewujudkan kepentingannya di dunia
sebelum mati, mengambil yang halal dan haram, tidak peduli apakah itu membahayakan
orang lain atau tidak karena yang penting adalah kepentingannya. Dengan sikap egois ini
masyarakat menjadi cerai berai, interaksi dan hubungan sesama anggota masyarakat
menjadi rusak, mereka saling membenci dan memerangi, tidak seperti masyarakat yang
beriman dan berpegang teguh dengan agamanya.
Ketiga, bila kejahilan terhadap ilmu tauhid ini merata di masyarakat, maka aqidah atau
keyakinan masyarakat akan rusak, lalu amal pun akan rusak, mashiat dan dosa tersebar
luas, kemudian mengakibatkan turunnya hukuman Allah swt atas ummat Islam yang
mengabaikan atau meninggalkan prinsip agama mereka.


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). (30:41).

Pengaruh Ilmu Tauhid dalam Kehidupan

Tanya: Apakah pengaruh ilmu tauhid dalam kehidupan?


Jawab: Pertama : orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti
tahu mengapa Allah swt menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia
mengetahui dari mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan
kesesatan.



Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak
mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
(67:22).
Kedua, tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab,
satu risalah, dan satu qiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan
bersaudara seperti firman Allah swt:



Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat. (49:10).
Rasulullah saw bersabda:















)



.(



Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan
saling bersikap lemah lembut adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh
merasakan sakit maka semua anggota tubuh yang lain akan sulit tidur dan demam. (HR.
Muslim dari An-Numan bin Basyir ra).
Masyarakat beriman adalah masyarakat yang malakukan taawun (saling bekerja sama)
dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari
perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah,
individunya merasa takut untuk berbuat zhalim, mencuri, menipu, membunuh, berzina,
menyuap atau menerima suap, berdusta, dengki, ghibah atau perbuatan jahat lain karena
ia takut kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah
swt untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya.

Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi orang-orang
yang terbaik seperti firman-Nya:



Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (3:110).
Ketiga, bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan
amal shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan
mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.


Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.


Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (47:7).
Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah orang-orang yang lemah dan
miskin, namun mereka beriman dan beramal shalih hingga Allah membuka pintu-pintu
keagungan di dunia untuk mereka, Allah cukupkan mereka dengan karunia-Nya, dan
Allah tolong mereka dari musuh-musuh mereka dengan pertolongan yang gilanggemilang.
Kesimpulan (
)


Siapa saja yang tidak mengenal tauhid maka ia buta seperti hewan yang mati
berkalang tanah dalam keadaan tidak tahu mengapa ia dulu memulai kehidupan,
ia meninggalkan dunia tanpa tahu mengapa dulu ia memasukinya.
Mereka yang tidak beriman kepada hari akhir tidak ada yang ia pikirkan kecuali
pemenuhan kesenangan dunia tanpa peduli halal atau haram. Dengan begitu
kehidupan menjadi rusak dan masyarakat pun terpecah belah.
Jika ia iman melemah, maka dosa akan bertambah sehingga mungkin saja Allah
swt menurunkan azabnya bagi para pendosa.

Orang yang beriman mengenal Rabb dan Penciptanya, ia mengetahui mengapa


Allah menciptakannya di dunia ini sehingga ia hidup dengan petunjuk dari Allah
swt, berjalan di atas jalan yang lurus. Orang yang beriman dengan iman yang
benar tidak akan berbuat zalim, mencuri, berzina, atau perbuatan haram lainnya,
dengan demikian hidup masyarakat akan baik, anggota masyarakat bersaudara
dan solid.
Iman itu berbuah amal shalih, membuat ridha Al-Khaliq, sehingga berbagai
keberkahan pun Ia bukakan, bantuan-Nya kepada kaum muminin pun Ia
kucurkan untuk menolong hamba-Nya mengahadapi musuh mereka sebagaimana
terjadi dengan salaf shalih.
PASAL IV

BAGAIMANA KITA MENGENAL ALLAH?

Mengetahui Wujud Allah


Tanya: Bagaimana kita dapat mengetahui wujud Allah swt?
Jawab: Bila Anda melihat mobil bergerak di depan Anda dari jauh, atau menyaksikan
pesawat terbang melintas di udara, maka dengan yakin Anda mengatakan bahwa pasti ada
sopir yang menyetir mobil dan ada pilot yang mengendalikan pesawat meskipun Anda
tidak melihat mereka berdua. Karena jika yang mengendalikan mobil atau pesawat itu
tidak ada, mustahil mobil atau pesawat itu dapat melalui rutenya dengan selamat.
Tanya: Bagaimana kaitannya dengan wujud Allah?
Jawab: Kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan
siang berganti dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka ada dan bergerak
sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt.
Jika Allah tidak ada kita memohon ampun kepada-Nya mustahil matahari, bulan,
bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan dengan
pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula, tidak akan ada makhluk
apapun, karena semua yang hidup sangat tergantung kepada mereka semua.

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (52:35-36).

Mengenal sifat-sifat Allah swt


Tanya: Bagaimana kita mengenal sifat Allah?
Jawab: Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:

Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.


Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul as.


Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatangbinatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) untuk kaum yang meyakini. (45:3-4).
Tanya: Apa maksudnya kita dapat mengenal sifat Allah melalui tafakkur terhadap
ciptaan-Nya?
Jawab: Bila Anda memperhatikan sebuah mobil, Anda dapat memastikan bahwa:
Logam yang ada pada mobil itu menunjukkan kepada Anda bahwa pembuat mobil
tersebut memiliki logam dan kemampuan membentuk logam menjadi bentuk yang
sesuai untuk mobil.
Kaca yang Anda lihat menunjukkan bahwa pembuat mobil itu memiliki kaca serta
kemampuan untuk membentuk kaca sesuai kebutuhan mobil (jendela, kaca depan,
dll..).
Begitu pula dengan kabel tembaga ...
Yang tidak kalah penting bahwa mobil tersebut menunjukkan bahwa pembuatnya
mempunyai kehendak, dan ilmu untuk membuat mobil.
Tanya: Apa hubungan antara contoh tadi dengan mengenal sifat Allah swt?
Jawab: Beberapa sifat pembuat mobil dapat kita ketahui melalui produk mobilnya, begitu
pula dengan Allah swt (bagi-Nya permisalan yang maha agung, Dia tidak seperti
makhluk-Nya) kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur
terhadap ciptaan-Nya.
Bahwa hikmah (maksud & manfaat) dari setiap makhluk yang diciptakan
menunjukkan bahwa Penciptanya memilki sifat Al-Hakim (Maha Bijaksana).
Bahwa khibrah (ketelitian dan kedalaman) dari penciptaan semua makhluk
menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki sifat Al-Khabir (Maha dalam dan detil
pengetahuan-Nya)...
Tanya: Mungkinkah kita mengetahui seluruh sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur
terhadap ciptaan-Nya?
Jawab: Tidak mungkin.
Tanya: Mengapa?

Jawab: Bila kita berpikir tentang sebuah mobil, kita mengetahui bahwa pembuatnya
memiliki kemampuan, ilmu, ketelitian dan kehendak, dan bahwa ia memiliki materi
untuk membuat mobil berupa logam, kaca, dll.. Tapi kita tidak tahu apakah ia dermawan
atau bakhil? Tinggi atau pendek? Menyukai kita atau membenci kita, adil atau zhalim?
Demikian juga kita tidak mungkin mengenal semua sifat Allah swt hanya dengan
tafakkur, misalnya mengapa Allah menciptakan kita? Dan Mengapa Dia mematikan kita?
Kita juga tidak mungkin tahu bahwa Allah adalah


Al-mabud (yang wajib diibadahi),

Al-quddus (Maha Suci),




( Maha Tinggi),



( Maha Menghitung),

( Maha Pengampun).

Tanya: Lalu bagaimana kita mengenal sifat Allah swt yang belum kita ketahui?
Jawab: Melalui para rasul alaihimus salam yang telah mengajarkan kepada kita apa yang
dikehendaki Allah untuk kita ketahui.

dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. (2:255).
Kesimpulan (
)


Mobil dan pesawat terbang yang bergerak terarah sesuai rutenya menunjukkan
adanya supir atau pilot
Matahari, bulan, bintang, planet, malam dan siang yang bergerak teratur pasti
menunjukkan adanya Zat yang Maha Mengatur, Allah swt.
Seandainya Allah swt tidak ada, maka alam semesta ini pasti tidak ada.
Bahwa mobil yang terdiri dari bahan pembentuknya menunjukkan bahwa
pembuatnya memiliki semua bahan-bahan itu, bahwa ia memilki kehendak, ilmu
dan kemampuan untuk membuat mobil dengan baik.
Alam semesta yang sempurna menunjukkan bahwa Allah memiliki semua sifatsifat kesempurnaan, manfaat dan hikmah yang dimiliki setiap makhluk
menunjukkan bahwa Dia adalah AL-Hakim (Maha Bijaksana), kekuatan yang
dimiliki oleh makhluk sebagai bukti bahwa Dia Maha Kuat, ....
Allah swt mengutus kepada kita rasul-Nya untuk mengajarkan hal-hal yang tidak
dapat kita ketahui hanya melalui tafakkur, seperti perintah & larangan-Nya, apa
saja yang Dia ridhai atau murkai, ....
PASAL V

Hendaklah Manusia Memperhatikan Makanannya

Tanya: Mengapa Allah swt memerintahkan kita untuk memperhatikan makanan kita
dalam firman-Nya:

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (80:24).


Mengapa?
Jawab: Allah swt telah memerintahkan kita untuk memikirkan semua makhluk-Nya, dan
pada ayat di atas kita diminta memperhatikan apa yang kita makan, karena makanan
termasuk ciptaan-Nya dan telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada semua makhluk
terdapat tanda dan bukti tentang sebagian sifat-sifat Allah swt.
Tanya: Sifat Allah apakah yang dapat kita kenal melalui perhatian kita terhadap
makanan?
Jawab: Banyak sekali, diantaranya bahwa Allah swt Dialah:
Ar-Raziq (Maha Memberi rizki),

Al-alim (Maha Mengetahui),



Al-Khabir (Maha Dalam Pengetahuan-Nya),

Al-Hakim (Maha Bijaksana),


Ar-Rahim (Maha Penyayang),


Al-Karim (Maha Mulia dengan pemberian-Nya),


AAl-Hadi (Maha memberi petunjuk),
A

Al-Muhyi (Maha Menghidupkan),
dan
Al Mushawwir (Maha Membentuk).

Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah adalah


( Ar-Razzaq Maha
Pemberi rizki)?
Jawab : Allah swt Dialah yang memberi makan kepada janin dalam rahim ibunya. Ibu,
ayah, pemerintah, masyarakat, atau siapapun tidak mampu memberi rizki kepadanya.
Allah telah membuat untuknya tali pusat dari perut janin sampai ke dinding rahim ibunya,
dan melalui tali pusat inilah Allah swt memberikan makanan untuknya selama sembilan
bulan. Tatkala bayi lahir, dan tali pusat digunting, Allah swt menutup saluran itu dan
membuka jalan lain bagi masuknya makanan (mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan
semua alat pencernaan makanan lainnya).
Apakah ibu kita yang menghentikan fungsi tali pusat tersebut? Lalu memfungsikan mulut
dan sebelumnya menciptakan alat pencernaan yang lain? Apakah ayah kita ikut andil
melakukannya? Apakah pemerintah negara kita atau masyarakat terlibat dalam
pembuatan setetes darah atau satu pembuluh darah? Ataukah semua itu dilakukan oleh
gunung, pohon, bintang, planet, atau benda lain di alam semesta ini? Mereka kah yang
mengatur semua rizki bayi itu???!
Setelah kita keluar dari rahim ibu, kita belum dapat memakan buah-buahan dan bijibijian, roti atau daging. Sedangkan makanan kita yang sebelumnya datang melalui tali
pusat kini telah terputus, lalu apakah Allah swt meninggalkan kita tanpa rizki??
Ternyata tidak. Dia telah membuka untuk kita sumber rizki yang baru berupa air susu ibu
yang sebelum melahirkan kita ibu tak memilikinya. Lalu Allah swt mengilhamkan kita

untuk mengisap puting susu ibu agar mengeluarkan susu, padahal saat itu kita belum tahu
apa-apa.
Apakah alam yang tak berilmu sedikitpun itu tahu bahwa ada sekian banyak bayi telah
keluar dari rahim ibunya, dan makanan mereka dari tali pusat telah terputus, lalu ia
menciptakan air susu ibu? Bagaimana mungkin bisa sedangkan alam semesta ini buta,
tuli, dan tidak memiliki pengetahuan sedikitpun.
Adakah makhluk lain yang turut berkontribusi menyediakan air susu ibu bagi kita. Ibu
kita yang susunya kita minum tidak pernah melakukannya, ia hanya tunduk dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh Rabb-nya, Allah swt.
Namun, sampai kapan kita bergantung kepada ASI? Padahal adik-adik kita juga
membutuhkannya. Akan tiba saatnya kita harus berpisah dari rizki ASI tersebut kepada
rizki yang lain..
Jadi, yang telah memberi rizki kepada kita di dalam rahim
Yang telah menyiapkan rizki kita kemanapun kita pergi..
Yang telah menyediakan tanah untuk tumbuh-tumbuhan yang kita makan..
Yang telah menciptakan air bagi kebutuhan kita dan kebutuhan tanaman yang kita
makan..
Yang telah menyediakan oksigen untuk tanaman agar dapat memproduksi makanan
Yang telah menciptakan matahari yang sinarnya amat dibutuhkan bagi fotosintesis..
Yang telah menciptakan jumlah tak terhingga tanaman untuk konsumsi manusia
Adalah Allah swt
Dialah yang mengeluarkan untuk kita buah-buahan..
Jika buahnya kecil, Dia jadikan buah itu berada dalam bulir seperti padi dan gandum,
atau berkumpul pada tangkai seperti anggur. Bila buahnya besar atau sedang, Ia jadikan
satu-satu seperti apel, jeruk, durian,
Allah juga menjadikan untuk kita barisan gigi, ada gigi seri untuk memotong, taring
untuk mencabik, geraham untuk mengunyah. Lalu ia jadikan lidah dan liur serta enzimenzim untuk memudahkan kita memakan buah-buahan.
Demikianlah dengan memikirkan makhluk-makhluk Allah, kita dapat mengenal Allah swt
sebagai Ar-Raziq - Maha Pemberi rizqi.
Tanya : Lalu bagaimana kita mengetahui sifat-sifat Allah lain yang tadi disebutkan?
Jawab : Kita mengenal bahwa Allah adalah
Al-Alim (Maha Mengetahui),
karena Zat yang telah menyediakan dan menyampaikan makanan kepada Anda ketika
Anda di rahim ibu telah mengetahui bahwa Anda amat membutuhkan makanan tersebut,
maka Diapun menyediakannya, dan menciptakan tali pusat sebagai sarananya. Tatkala
Anda keluar dari rahim ibu Anda, Dia Maha tahu akan hal itu maka Dia sediakan untuk
Anda air susu ibu. Allah Maha mengetahui air di tanah yang dibutuhkan oleh tanaman
yang Anda butuhkan, maka Dia ciptakan akar untuk dapat menyerap air. Allah
mengetahui bahwa daun-daun pepohonan membutuhkan sinar matahari, maka Dia
ciptakan dedaunan menantang matahari, Dia tahu bahwa segalanya yang dibutuhkan
tanaman. Jadi, tidak dapat disangsikan lagi bahwa Allah, Dialah Pemberi Rizki Yang
Maha Mengetahui.
Tanya : Dan bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah
( Al-Hakim
Maha Bijaksana)?
Jawab : Jika Anda menyaksikan ketelitian dan kesempurnaan antara bentuk dan struktur
tali pusat dengan tubuh janin yang keduanya berkembang seirama dan seimbang di mana

tali pusat berkembang sesuai perkembangan tubuh janin dan rahim ibu, dan jika Anda
melihat kesempurnaan dalam pembentukan air susu ibu yang komposisinya selalu
menyesuaikan perkembangan dan kebutuhan bayi, dan jika Anda menyaksikan
ketelitian dan kesempurnaan dalam pembentukan bagian-bagian tumbuhan atau tanaman,
dalam terbentuknya buah dan pemeliharaannya sebelum dipetik, semua itu menjadi
saksi bagi kita bahwa Pencipta mereka adalah Pemberi rizki yang Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana.
Tanya : Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah
( Al-Khabir - Maha

Dalam Pengetahuan-Nya)?
Jawab : Sesungguhnya pemindahan dan transportasi makanan ibu yang telah ditelan
kepada tubuh janin melalui darah dan lewat tali pusat tidak mungkin terjadi kecuali
dengan pengetahuan yang maha dalam dan luas.
Tidakkah Anda memperhatikan bahwa menyuntikkan jarum ke pembuluh darah untuk
mengirimkan obat ke tubuh pasien memerlukan kecermatan? Lalu bagaimana dengan
proses pemindahan makanan terus-menerus dalam waktu sembilan bulan dari tubuh ibu
ke janin?
Demikian pula proses produksi dan mengeluarkan susu dari makanan yang dikonsumsi
ibu tidak dapat dilakukan kecuali dengan pengetahuan yang maha luas dan dalam.
Sebagaimana pembentukan benih, biji, hingga buah yang beragam bentuk, warna dan
rasanya padahal tanah yang mewadahi tumbuhnya tanaman tersebut mungkin satu dan
juga disiram dengan air yang sama dan menghirup udara yang sama disinari sinar
matahari yang sama.
Ingatlah, bahwa semua itu menjadi saksi bahwa mereka diciptakan oleh Yang Maha Luas
dan Dalam Pengetahuan-Nya, Maha Pemberi rizki, Maha Mengetahui, dan Maha
Bijaksana.
Tanya : Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah itu
( Ar-Rahman - Maha

Pengasih)?
Jawab : Bila kita menyadari betapa lemahnya janin dalam perut ibunya dimana ia tak kan
mampu mengatur dan memperoleh rizkinya, jika kita merenungkan dan menyadari betapa
lemahnya seorang bayi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, betapa amat sangat tak
berdayanya manusia untuk dapat membuat biji padi atau buah-buahan sebagai
makanannya, menciptakan hujan, dan membuat udara Jika Anda menyadari dan
merenungkan semua itu, dan bagaimana Allah menyediakan semua kebutuhan yang tak
mampu kita lakukan, maka hal ini menjadi bukti bahwa semua itu diciptakan oleh Yang
Maha Luas dan Dalam Pengetahuan-Nya, Maha Pemberi rizki, Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana, dan Maha Pengasih.
Tanya : Bagaimana kita memahami bahwa Allah swt adalah
Al-Karim - Maha
Mulia dengan pemberian-Nya)?
Jawab : Sesungguhnya, kalau ada orang yang menjamin nafkah dan kebutuhan 10 orang
saja tanpa imbalan apapun, maka orang lain pasti akan menjulukinya dermawan. Lalu
bagaimana dengan Yang telah menjamin rizki semua manusia bahkan seluruh makhluk
hidup? Tentunya hal ini menunjukkan bahwa yang berbuat demikian itu adalah Maha
Mulia dengan pemberian-Nya :

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang
itu dan tempat penyimpanannya semuanya tertulis dalam Kitab yang
nyata (Lauh mahfuzh). (11:6).
Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah A
( alHadi - Maha Pemberi petunjuk)?
Jawab: Jika Anda melihat payudara ibu sesudah melahirkan penuh
dengan air susu, lalu siapa yang menunjuki payudara tersebut untuk
melakukannya?? Dan siapa yang telah menunjuki bayi yang baru lahir
untuk mengisap puting susu ibunya yang telah penuh dengan ASI itu?
Tidak dapat diragukan lagi bahwa semua itu adalah perbuatan Sang
Maha Pemberi petunjuk.
Anda melihat benih yang tumbuh merekah di tanah kemudian
batangnya mengarah ke atas sampai yang paling tinggi dan akarnya
pun tetap mengarah ke bawah meskipun posisi benih atau biji itu
mungkin terbalik sebelum tumbuh, hal ini jelas adalah pengaturan Zat
Yang Maha Pemberi petunjuk. Begitu pula daun-daun yang amat
banyak namun tersusun demikian rapi di mana semuanya
mendapatkan sinar matahari yang mereka butuhkan dan tidak saling
menutupi, lalu siapa yang memberi petunjuk kepada masing-masing
daun untuk menempati tempat yang sesuai?

Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tingi,Yang Menciptakan, dan


menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberi petunjuk. (87:1-3).
Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah adalah A

( Al-Muhyi - Maha

Menghidupkan)?
Jawab: Tanah, air, udara dan cahaya semuanya adalah materi yang mati, tidak bernafas
atau bernyawa. Dari materi mati dan tak bernafas ini Allah swt menciptakan tumbuhan
yang hidup, berkembang biak, menghasilkan buah atau biji. Ini adalah salah satu bukti
bahwa Allah Zat yang Maha Menghidupkan.
Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah
( Al-Mushawwir

Maha Pembentuk rupa)?
Jawab: Bila Anda menyaksikan sebuah biji di tanah berubah menjadi sebuah pohon
berbuah, tentulah Anda dapat memastikan bahwa bentuk pohon yang sempurna itu adalah
hasil ciptaan Zat yang Maha Pembentuk. Kita menyaksikan setiap pohon memiliki detil
bentuk, warna dan buah yang amat beragam, demikian juga dengan daun, ranting, bunga,
dan struktur bagian dalamnya. Siapa yang telah mengubah tanah, air, udara, sinar

matahari menjadi kebun yang indah dengan sebaik-baik bentuk? Semua itu menjadi saksi
sifat Allah yang Maha Pembentuk rupa.
JADI, dengan tafakkur terhadap penciptaan Allah, dan dengan merenungkan makanan
yang kita makan, kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah swt:
Perencanaan matang terhadap rizki kita menunjukkan sifat Ar-Razzaq
Kesempurnaan, manfaat, dan tujuan penciptaan dari semua makhluk menjadi
bukti sifat Al-Hakim.
Kedalaman dan mendetilnya bentuk ciptaan Allah menunjukkan sifat Al-Khabir
Ilmu dan pengetahuan tak terbatas dalam penciptaan makhluk menunjukkan sifat
Al-alim.
Kasih sayang yang terlihat pada penciptaan makhluk menunjukkan sifat Allah ArRahim...
Tanya: Apa manfaat kita mengenal sebagian sifat-sifat Allah?
Jawab: Dengan mengenal sifat berarti kita mengenal pemilik sifat (maushuf). Kita telah
mengetahui bahwa yang telah menciptakan makanan adalah Pemberi rizki, Maha
Bijaksana, dalam dan detil pengetahuan-Nya, Maha Pengasih, ... berarti pencipta
makanan bukanlah alam semesta, karena alam yang oleh orang atheis dan darwinis
dianggap pencipta makhluk hidup tidak mungkin memiliki sifat-sifat sempurna. Hanya
Allah saja yang mempunyai semua sifat-sifat kesempurnaan tersebut.
Alam tak punya kemampuan mengatur hingga kita tidak mungkin mengatakan bahwa
alam lah yang mengatur rizki.
Alam tak punya hikmah (kebijaksanaan atau mengetahui tujuan perbuatannya).
Alam tak punya khibrah (kedalaman ilmu dan pengalaman).
Alam tak punya pengetahuan sama sekali.
Alam tak punya sifat rahmat (kasih sayang).
Alam tak punya karam (kedermawanan).
Alam tak punya hidayah (kemampuan memberi petunjuk).
Alam tidak hidup sendiri sehingga ia mampu memberikan kehidupan kepada yang lain.
Alam tak punya kemampuan tashwir (membentuk) sehingga kita berkhayal dialah yang
membuat bentuk-bentuk indah yang kita lihat di sekeliling kita.
Dan seperti alam, begitu juga dengan berhala atau patung yang diagungkan oleh manusia
dulu maupun sekarang. Kita dapat memastikan dengan keyakinan seratus persen bahwa
yang memiliki semua sifat-sifat tersebut hanyalah Allah swt yang telah berfirman:

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benarbenar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaikbaiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun
dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (80:24-32).
Kesimpulan
Allah swt memerintahkan kita melakukan tafakkur tentang makanan kita karena
Dia menjadikan dalam setiap ciptaan-Nya tanda-tanda yang dapat mengenalkan
kita sebagian sifat-sifat-Nya.
Jika kita renungkan bagaimana Allah swt mengucurkan rizki kepada manusia
ketika berada dalam rahim ibu, bagaimana Dia memberi rizki untuknya berupa
ASI, lalu rizki berupa tumbuh-tumbuhan, maka kita dapat mengetahui bahwa
Allah swt adalah Ar-Razzaq.
Kita mengetahui bahwa Allah swt adalah Al-Alim, karena Dia mengetahui
kebutuhan Anda terhadap rizki ketika Anda dalam rahim ibu lalu Ia kucurkan
rizki-Nya untuk Anda. Allah swt mengetahui kapan Anda keluar dari perut ibu
sehingga Ia siapkan ASI untuk Anda. Allah swt juga mengetahui keberadaan air
dalam tanah sehingga ia ciptakan akar untuk tanaman dan penghisap air, Dia
mengetahui kebutuhan dedaunan dan zat hijau daun terhadap sinar matahari
sehingga Dia jadikan daun-daun itu tumbuh menghadap ke arah sinar matahari.
Kita mengetahui bahwa Allah swt adalah Al-Hakim ketika kita menyaksikan
kesempurnaan dan ketelitian yang tiada tara dalam penciptaan tali pusat, juga
tatkala kita menyaksikan kesesuaian yang amat sangat antara perubahan formulasi
ASI dengan perkembangan tubuh bayi, begitu pula ketika kita melihat
kesempurnaan dan ketelitian di setiap bagian-bagian tumbuhan.
Kita mengenal bahwa Allah swt adalah Al-Khabir saat kita menyaksikan ketelitian
dan ketepatan dalam mengirim makanan dari tubuh ibu ke tubuh Anda saat Anda
di dalam rahim, saat kita melihat kesempurnaan terbentuknya ASI dan keluarnya
ASI dari makanan yang dikonsumsi ibu, juga ketika kita memperhatikan
pembentukan buah-buahan yang beragam dari tanah yang satu, disirami dengan
air yang sama dan dengan udara serta matahari yang sama.
Kita mengetahui bahwa Allah swt adalah Ar-Rahim ketika kita tahu bahwa tanpa
rizki dari-Nya kita pasti mati. Namun ia menyayangi kita dengan dengan curahan
berbagai rizki karena rahmat dan karunia-Nya.
Kita mengetahui bahwa Dia adalah Al-Karim ketika kita mengetahui bahwa rizkiNya meliputi semua makhluk-Nya tanpa kecuali.
Kita mengetahui bahwa Dialah Al-Hadi saat kita menyaksikan arahan yang
diberikan-Nya kepada payudara ibu yang segera penuh dengan susu tepat setelah
bayi lahir, saat Dia memberi ilham kepada bayi yang belum dapat berpikir untuk
mengisap payudara ibunya, saat kita melihat tanaman yang berkembang dengan
kadar tertentu (pada waktu tertentu) dan juga perkembangan rizki.
Kita mengetahui bahwa Allah adalah Al-Muhyi ketika kita menyaksikan
munculnya kehidupan pada benda-benda yang mati.
Kita mengetahui bahwa Allah adalah Al-Mushawwir ketika kita melihat berbagai
bentuk yang indah muncul dari tanah, air dan udara.

Jika kita mengetahui bahwa yang telah meniciptakan makanan adalah Ar-Razzaq,
Al-Alim, Al-Hakim, Al-Khabir, Ar-Rahim, Al-Karim, Al-Hadi, Al-Muhyi, dan
Al-Mushawwir, kita dapat memastikan Dialah Allah swt. Karena alam semesta
atau berhala dengan berbagai jenisnya sama sekali tidak memiliki sifat-sifat dan
kemampuan seperti itu.

CAIRAN YANG MENGAMBANG


Awan, Cairan yang Mengambang
Tanya: Apakah sebenarnya awan itu?
Jawab: Awan adalah air yang mengambang di udara. Jika dalam jumlah yang banyak
maka akan terbentuk hujan lebat yang turun ke bumi menghasilkan air sumur, sungai, dan
mata air yang dapat kita minum, kita gunakan untuk menyiram tanaman, dan diminum
pula oleh hewan ternak kita.

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari
langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkanNya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya. (Az-Zumar
(39):21).

Tanya: Bagaimana awan terbentuk?


Jawab: Allah swt mengirimkan panas matahari untuk menguapkan air di permukaan laut.
Uap air laut yang telah menjadi tawar naik ke atas namun hanya sampai ke ketinggian
tertentu agar ia dapat menjadi rahmat bagi hamba-hamba Allah swt. Demikianlah Allah
swt menetapkan sunnah-Nya di alam semesta, Ia tetapkan air laut yang asin berubah
menjadi hujan yang tawar dan amat dibutuhkan oleh manusia.
Allah swt menjadikan panas matahari serta angin sebagai penyebab naiknya uap
air laut ke ketinggian yang melebihi ketinggian gunung agar kumpulan uap air itu tidak
terhalang oleh gunung ketika ia bergerak dari atas laut menuju tengah-tengah daratan.
Allah swt menguapkan air laut tanpa disertai unsur garamnya agar dapat diminum oleh
manusia, hewan dan tumbuhan.

Maka Terangkanlah kepadaKu tentang air yang kamu minum. Kamukah yang
menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, niscaya

Kami jadikan dia asin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur? (Al-waqi'ah (56): 6870).

Allah swt Dialah yang telah menjadilkan angin dan panas matahari sebagai sebab
terangkatnya uap air dari laut melebihi tinggi rata-rata gunung seperti firman-Nya:

Dan dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, kami halau ke suatu daerah yang tandus. (Al-A'raf (7): 57).

Makna
pada ayat di atas adalah membawa dan mengangkat.
Allah swt menjadikan suhu yang dingin di udara semakin dingin sampai pada ketinggian
8 mil saja. Ini membuat air tidak dapat melebihi ketinggian tersebut.
Tanya: Mengapa semakin ke atas suhu semakin dingin?
Jawab: Seharusnya semakin kita naik ke atas kita akan semakin merasakan panas karena
jarak dengan matahari relatif semakin dekat. Namun di bawah ketinggian 8 mil keadaan
justru sebaliknya. Ini dimaksudkan agar uap air tidak terus naik ke atas sehingga tidak
kering atau hilang.

Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan
Sesungguhnya kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. (Al-Mu'minun (23): 18).

Tanya: Bagaimana pengumpulan uap air dapat terjadi?


Jawab: Uap air itu amat ringan dan tak dapat dilihat, karenanya ia naik ke atas. Lalu
Allah swt mengirim angin yang membawa zat-zat tertentu yang berfungsi mengumpulkan
uap-uap air itu di sekelilingnya sehingga terbentuk gumpalan besar uap air yang kita lihat
sebagai awan. Awan yang berat dengan uap air itu membantunya untuk tidak terus naik
ke atas.

Di samping sunnah Allah swt berupa naiknya uap air laut di atas ketinggian gunung dan
sunnah Allah swt berupa tertahannya gumpalan awan yang berisi uap air pada ketinggian
8 mil, juga terdapat ni'mat lain bagi manusia berupa bergeraknya awan yang telah berisi
air itu menuju ke atas daratan yang dihuni manusia, hewan dan tumbuhan.

Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum
kedatangan rahmat-Nya (hujan); hingga apabila angin itu telah membawa awan
mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di
daerah itu, maka kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buahbuahan. seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudahmudahan kamu mengambil pelajaran. (Al-a'raf (7): 57).

Renungkanlah bagaimana ukuran kecepatan angin yang amat sesuai dengan berat dan
kepekatan awan sehingga tidak membawa dampak kehancuran. Allah swt telah
memberikan beberapa pelajaran kepada kita dengan angin yang menghancurkan yang
kecepatannya 75 mil perjam. Dan bila kecepatannya mencapai 200 mil perjam maka
angin itu tidak akan menyisakan apapun. Dan agar Anda ketahui betapa besar pengaruh
rahmat Allah swt kepada kita ingatlah bahwa angin dengan kecepatan tinggi itu ada pada
5 mil saja di atas kepala kita di mana arus angin dengan kecepatan 200 mil perjam
tersebut berada 5 mil di atas permukaan laut

URGENSI ILMU TAUHID DALAM BERAGAMA

Keterangan Skema :
Diantara syarat diterimanya amal adalah Iman dan Islam, sedangkan pintu masuk Islam
itu adalah syahadatain, dan syahadatain adalah tauhid itu sendiri sehingga dapat kita
katakan bahwa tauhid itu amat sangat penting bagi semua manusia karena amal seseorang
- sebaik apapun - tidak akan diterima tanpa tauhid.

Iman adalah Asas Amal (






)


Tanya: Mengapa Allah swt tidak menerima amal kecuali dari mukmin (yang beriman
kepada Allah dengan iman yang sesuai syariat Islam)?
Jawab: Orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, tak mengharapkan pahala dariNya, tidak takut dengan hukuman-Nya, beramal tanpa pernah menginginkan keridhaanNya, dan tak peduli apakah yang mereka lakukan halal atau haram, maka mereka jelas
tidak berhak memperoleh ganjaran pahala atas amal mereka meskipun amalnya baik.
Karena mereka adalah orang-orang kafir (mengingkari kenabian Muhammad saw) yang
tidak berusaha mencari agama Allah yang benar, tidak mau mendengar penjelasan ilahi
yang dibawa oleh para rasul alaihimussalam, disamping itu, jika mereka mendengar ayatayat Allah dibacakan kepada mereka, mereka mengolok-olokkannya, sehingga wajar
kalau amal mereka tertolak dan mereka mendapat sangsi atas kekafiran mereka.

Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan,2 lalu kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang beterbangan. (25:23).

Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu
yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. mereka tidak
dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia).
yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (14:18).

Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang
datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia
tidak mendapatinya sesuatu apapun. dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya. (24:39).
Sebagai permisalan:
John (misalnya) masuk ke sebuah kebun besar yang bukan miliknya, ia menemukan
beragam buah-buahan di dalamnya, lalu ia makan dan minum serta melakukan berbagai
perbuatan: mencabut beberapa pohon dan menanam pohon yang lain tanpa seizin pemilik
kebun. Sementara Muhsin (misalnya) masuk ke dalam kebun yang sama namun ia
berkata pada dirinya sendiri: Saya tidak akan melakukan apa-apa sebelum saya bertemu
dengan pemilik kebun atau orang yang ditugaskan oleh pemilik kebun mewakilinya.
Lalu ia mulai mencarinya. Pada saat bertemu, pemilik kebun marah dan menolak apa
yang dilakukan oleh John tapi John tidak peduli dan tetap melakukan apa yang ia
kehendaki tanpa izin pemilik kebun. Sedangkan Muhsin mendengarkan dan mentaati
semua arahan pemilik kebun. Siapakah yang berhak mendapat penghargaan dari pemilik
kebun, John ataukah Muhsin? Apakah John berhak mendapatkan ucapan terima kasih
apalagi bayaran atas apa yang telah ia lakukan meskipun baik?
Orang yang berakal pasti berkata bahwa Muhsinlah yang berhak mendapat penghargaan
karena ia menuruti arahan dan aturan pemilik kebun, sedangkan John tidak
memperolehnya karena perintah dan larangan dari pemilik kebun telah ia ketahui namun
ia tak mau peduli, sehingga meskipun ada sebagian perbuatannya dianggap baik tetap
saja ia tidak berhak memperoleh penghargaan.
2Yang dimaksud dengan amal mereka disini ialah amal-amal mereka yang baik-baik
yang mereka kerjakan di dunia, amal-amal itu tak dibalas oleh Allah karena mereka
tidak beriman.

Demikianlah, bumi ini dan semua isinya adalah milik Allah secara mutlak, para rasul-Nya
adalah wakil Allah di bumi, orang yang beriman seperti si Muhsin yang beramal sesuai
petunjuk Allah Penciptanya, dan orang kafir seperti si John yang berperilaku tanpa mau
mengikuti petunjuk dan syariat Allah dan berpaling dari apa yang telah disampaikan
rasul-Nya.

:
Pintu Islam : Dua Kalimat Syahadat (
)



Tanya : Mengapa Islam menjadikan dua kalimat syahadat sebagai rukunnya yang
pertama?
Jawab: Kalimat syahadatain kita adalah:

Pengakuan dan pernyataan dengan syahadat pertama berarti: Anda meyakini dan
membenarkan bahwa alam semesta ini ada Pencipta yang telah mengadakannya dari
ketiadaan, mengatur dan menyempurnakannya, bahwa Dialah satu-satunya yang berhak
disembah tak ada sekutu bagi-Nya bahwa Anda adalah salah satu ciptaan-Nya.
Sedangkan syahadat kedua berarti Anda beriman, membenarkan dan meyakini bahwa
Muhammad adalah utusan Allah swt, Dia mengutusnya dengan membawa petunjuk dan
penjelasan tentang hal-hal yang halal yang diridhai-Nya dan penjelasan tentang yang
haram yang menyebabkan murka-Nya, bahwa dengan ketaatan Anda mengikuti
Muhammad saw berarti Anda telah merealisasikan ketaatan kepada Allah. Dan sudah
sama-sama kita ketahui bahwa jika Anda tidak beriman dengan tauhid maka syahadat
Anda dapat dikatakan batal atau tidak diterima.
JADI, kita harus mempelajari ilmu tauhid agar syahadat kita diakui, keislaman kita benar,
dan agar amal kita diterima di sisi Allah swt.

Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah.
(47:19)

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). tak ada Tuhan melainkan dia (yang berhak disembah),
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (3:18).
Oleh karena itu, ilmu tauhid adalah dasar semua ilmu agama dan sekaligus ilmu yang
paling baik.

Kesimpulan (
)


Allah swt tidak akan menerima amal orang-orang kafir, Dia hanya menerima amal
mereka yang muslim (beriman kepada Allah sesuai syariat yang dibawa rasulNya).
Alasannya: karena orang kafir bisa jadi melakukan amal yang baik namun tidak
menginginkan keridhaan Pencipta dan Pemilik dirinya bahkan ia tidak peduli
apakah Allah ridha atau murka, maka ia berhak dihukum dan tak berhak mendapat
pahala.
Pintu masuk Islam adalah dua kalimat syahadat. Sedangkan syahadat tidak akan
sempurna jika seseorang tidak mengetahui ilmu tauhid. Oleh karenanya ilmu
tauhid adalah ilmu paling penting menurut agama Islam.









Pengaruh Ilmu Tauhid dalam Kehidupan di Dunia

Keterangan skema :
Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan adalah :
4. Mengenal tujuan keberadaan (kehidupan) di dunia, sehingga orang yang bertauhid
akan mendapat petunjuk ke jalan yang lurus.
5. Penyatuan dan Eratnya hati, sehingga orang-orang yang bertauhid itu
berukhuwwah (bersaudara).

6. Amal shalih, sehingga mendatangkan keberkahan hidup dari langit dan bumi dan
mendapat ridha Allah swt.

Bahaya Jahil terhadap Ilmu Tauhid


Tanya: Apa akibat negatif dari kejahilan terhadap ilmu tauhid dalam hidup manusia?
Jawab: Pertama, orang yang tidak mengenal Penciptanya seperti orang buta di dunia ini,
ia tidak tahu mengapa ia diciptakan, atau apa hikmah (tujuan) keberadannya di atas bumi
ini? Hidupnya berakhir dalam keadaan ia tidak tahu mengapa ia memulai hidup? Ia
keluar dari dunia tanpa tahu mengapa ia dulu masuk ke dalamnya??


Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam
jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenangsenang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah
tempat tinggal mereka. (47:12).
Kedua, siapa yang tidak beriman kepada hari akhir, maka ia ditipu oleh dunia, ia jadikan
semua cita-cita dan ambisinya adalah bagaimana mewujudkan kepentingannya di dunia
sebelum mati, mengambil yang halal dan haram, tidak peduli apakah itu membahayakan
orang lain atau tidak karena yang penting adalah kepentingannya. Dengan sikap egois ini
masyarakat menjadi cerai berai, interaksi dan hubungan sesama anggota masyarakat
menjadi rusak, mereka saling membenci dan memerangi, tidak seperti masyarakat yang
beriman dan berpegang teguh dengan agamanya.
Ketiga, bila kejahilan terhadap ilmu tauhid ini merata di masyarakat, maka aqidah atau
keyakinan masyarakat akan rusak, lalu amal pun akan rusak, mashiat dan dosa tersebar
luas, kemudian mengakibatkan turunnya hukuman Allah swt atas ummat Islam yang
mengabaikan atau meninggalkan prinsip agama mereka.


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). (30:41).

Pengaruh Ilmu Tauhid dalam Kehidupan

Tanya: Apakah pengaruh ilmu tauhid dalam kehidupan?


Jawab: Pertama : orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti
tahu mengapa Allah swt menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia
mengetahui dari mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan
kesesatan.



Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak
mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
(67:22).
Kedua, tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab,
satu risalah, dan satu qiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan
bersaudara seperti firman Allah swt:



Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat. (49:10).
Rasulullah saw bersabda:















)



.(



Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan
saling bersikap lemah lembut adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh
merasakan sakit maka semua anggota tubuh yang lain akan sulit tidur dan demam. (HR.
Muslim dari An-Numan bin Basyir ra).
Masyarakat beriman adalah masyarakat yang malakukan taawun (saling bekerja sama)
dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari
perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah,
individunya merasa takut untuk berbuat zhalim, mencuri, menipu, membunuh, berzina,
menyuap atau menerima suap, berdusta, dengki, ghibah atau perbuatan jahat lain karena
ia takut kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah
swt untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya.
Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi orang-orang
yang terbaik seperti firman-Nya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (3:110).
Ketiga, bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan
amal shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan
mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.


Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.


Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (47:7).
Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah orang-orang yang lemah dan
miskin, namun mereka beriman dan beramal shalih hingga Allah membuka pintu-pintu
keagungan di dunia untuk mereka, Allah cukupkan mereka dengan karunia-Nya, dan
Allah tolong mereka dari musuh-musuh mereka dengan pertolongan yang gilanggemilang.
Kesimpulan (
)


Siapa saja yang tidak mengenal tauhid maka ia buta seperti hewan yang mati
berkalang tanah dalam keadaan tidak tahu mengapa ia dulu memulai kehidupan,
ia meninggalkan dunia tanpa tahu mengapa dulu ia memasukinya.
Mereka yang tidak beriman kepada hari akhir tidak ada yang ia pikirkan kecuali
pemenuhan kesenangan dunia tanpa peduli halal atau haram. Dengan begitu
kehidupan menjadi rusak dan masyarakat pun terpecah belah.
Jika ia iman melemah, maka dosa akan bertambah sehingga mungkin saja Allah
swt menurunkan azabnya bagi para pendosa.
Orang yang beriman mengenal Rabb dan Penciptanya, ia mengetahui mengapa
Allah menciptakannya di dunia ini sehingga ia hidup dengan petunjuk dari Allah
swt, berjalan di atas jalan yang lurus. Orang yang beriman dengan iman yang
benar tidak akan berbuat zalim, mencuri, berzina, atau perbuatan haram lainnya,

dengan demikian hidup masyarakat akan baik, anggota masyarakat bersaudara


dan solid.
Iman itu berbuah amal shalih, membuat ridha Al-Khaliq, sehingga berbagai
keberkahan pun Ia bukakan, bantuan-Nya kepada kaum muminin pun Ia
kucurkan untuk menolong hamba-Nya mengahadapi musuh mereka sebagaimana
terjadi dengan salaf shalih.

BAGAIMANA KITA MENGENAL ALLAH?

Mengetahui Wujud Allah


Tanya: Bagaimana kita dapat mengetahui wujud Allah swt?
Jawab: Bila Anda melihat mobil bergerak di depan Anda dari jauh, atau menyaksikan
pesawat terbang melintas di udara, maka dengan yakin Anda mengatakan bahwa pasti ada
sopir yang menyetir mobil dan ada pilot yang mengendalikan pesawat meskipun Anda
tidak melihat mereka berdua. Karena jika yang mengendalikan mobil atau pesawat itu
tidak ada, mustahil mobil atau pesawat itu dapat melalui rutenya dengan selamat.
Tanya: Bagaimana kaitannya dengan wujud Allah?
Jawab: Kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan
siang berganti dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka ada dan bergerak
sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt.
Jika Allah tidak ada kita memohon ampun kepada-Nya mustahil matahari, bulan,
bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan dengan
pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula, tidak akan ada makhluk
apapun, karena semua yang hidup sangat tergantung kepada mereka semua.

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (52:35-36).

Mengenal sifat-sifat Allah swt


Tanya: Bagaimana kita mengenal sifat Allah?
Jawab: Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:

Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.


Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul as.


Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatangbinatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) untuk kaum yang meyakini. (45:3-4).
Tanya: Apa maksudnya kita dapat mengenal sifat Allah melalui tafakkur terhadap
ciptaan-Nya?
Jawab: Bila Anda memperhatikan sebuah mobil, Anda dapat memastikan bahwa:
Logam yang ada pada mobil itu menunjukkan kepada Anda bahwa pembuat mobil
tersebut memiliki logam dan kemampuan membentuk logam menjadi bentuk yang
sesuai untuk mobil.
Kaca yang Anda lihat menunjukkan bahwa pembuat mobil itu memiliki kaca serta
kemampuan untuk membentuk kaca sesuai kebutuhan mobil (jendela, kaca depan,
dll..).
Begitu pula dengan kabel tembaga ...
Yang tidak kalah penting bahwa mobil tersebut menunjukkan bahwa pembuatnya
mempunyai kehendak, dan ilmu untuk membuat mobil.
Tanya: Apa hubungan antara contoh tadi dengan mengenal sifat Allah swt?
Jawab: Beberapa sifat pembuat mobil dapat kita ketahui melalui produk mobilnya, begitu
pula dengan Allah swt (bagi-Nya permisalan yang maha agung, Dia tidak seperti
makhluk-Nya) kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur
terhadap ciptaan-Nya.
Bahwa hikmah (maksud & manfaat) dari setiap makhluk yang diciptakan
menunjukkan bahwa Penciptanya memilki sifat Al-Hakim (Maha Bijaksana).
Bahwa khibrah (ketelitian dan kedalaman) dari penciptaan semua makhluk
menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki sifat Al-Khabir (Maha dalam dan detil
pengetahuan-Nya)...
Tanya: Mungkinkah kita mengetahui seluruh sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur
terhadap ciptaan-Nya?
Jawab: Tidak mungkin.
Tanya: Mengapa?
Jawab: Bila kita berpikir tentang sebuah mobil, kita mengetahui bahwa pembuatnya
memiliki kemampuan, ilmu, ketelitian dan kehendak, dan bahwa ia memiliki materi
untuk membuat mobil berupa logam, kaca, dll.. Tapi kita tahu apakah ia dermawan atau
bakhil? Tinggi atau pendek? Menyukai kita atau membenci kita, adil atau zhalim?

Demikian juga kita tidak mungkin mengenal semua sifat Allah swt hanya dengan
tafakkur, misalnya mengapa Allah menciptakan kita? Dan Mengapa Dia mematikan kita?
Kita juga tidak mungkin tahu bahwa Allah adalah


Al-mabud (yang wajib diibadahi),

Al-quddus (Maha Suci),




( Maha Tinggi),



( Maha Menghitung),

( Maha Pengampun).

Tanya: Lalu bagaimana kita mengenal sifat Allah swt yang belum kita ketahui?
Jawab: Melalui para rasul alaihimus salam yang telah mengajarkan kepada kita apa yang
dikehendaki Allah untuk kita ketahui.

dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. (2:255).
Kesimpulan (
)


Mobil dan pesawat terbang yang bergerak terarah sesuai rutenya menunjukkan
adanya supir atau pilot
Matahari, bulan, bintang, planet, malam dan siang yang bergerak teratur pasti
menunjukkan adanya Zat yang Maha Mengatur, Allah swt.
Seandainya Allah swt tidak ada, maka alam semesta ini pasti tidak ada.
Bahwa mobil yang terdiri dari bahan pembentuknya menunjukkan bahwa
pembuatnya memiliki semua bahan-bahan itu, bahwa ia memilki kehendak, ilmu
dan kemampuan untuk membuat mobil dengan baik.
Alam semesta yang sempurna menunjukkan bahwa Allah memiliki semua sifatsifat kesempurnaan, manfaat dan hikmah yang dimiliki setiap makhluk
menunjukkan bahwa Dia adalah AL-Hakim (Maha Bijaksana), kekuatan yang
dimiliki oleh makhluk sebagai bukti bahwa Dia Maha Kuat, ....
Allah swt mengutus kepada kita rasul-Nya untuk mengajarkan hal-hal yang tidak
dapat kita ketahui hanya melalui tafakkur, seperti perintah & larangan-Nya, apa
saja yang Dia ridhai atau murkai, ....

Hendaklah Manusia Memperhatikan Makanannya


Tanya: Mengapa Allah swt memerintahkan kita untuk memperhatikan makanan kita
dalam firman-Nya:

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (80:24).

Mengapa?
Jawab: Allah swt telah memerintahkan kita untuk memikirkan semua makhluk-Nya, dan
pada ayat di atas kita diminta memperhatikan apa yang kita makan, karena makanan
termasuk ciptaan-Nya dan telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada semua makhluk
terdapat tanda dan bukti tentang sebagian sifat-sifat Allah swt.
Tanya: Sifat Allah apakah yang dapat kita kenal melalui perhatian kita terhadap
makanan?
Jawab: Banyak sekali, diantaranya bahwa Allah swt Dialah:
Ar-Raziq (Maha Memberi rizki),

Al-alim (Maha Mengetahui),



Al-Khabir (Maha Dalam Pengetahuan-Nya),

Al-Hakim (Maha Bijaksana),


Ar-Rahim (Maha Penyayang),


Al-Karim (Maha Mulia dengan pemberian-Nya),


AAl-Hadi (Maha memberi petunjuk),
A

Al-Muhyi (Maha Menghidupkan),
dan
Al Mushawwir (Maha Membentuk).

Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah adalah


( Ar-Razzaq Maha
Pemberi rizki)?
Jawab : Allah swt Dialah yang memberi makan kepada janin dalam rahim ibunya. Ibu,
ayah, pemerintah, masyarakat, atau siapapun tidak mampu memberi rizki kepadanya.
Allah telah membuat untuknya tali pusat dari perut janin sampai ke dinding rahim ibunya,
dan melalui tali pusat inilah Allah swt memberikan makanan untuknya selama sembilan
bulan. Tatkala bayi lahir, dan tali pusat digunting, Allah swt menutup saluran itu dan
membuka jalan lain bagi masuknya makanan (mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan
semua alat pencernaan makanan lainnya).
Apakah ibu kita yang menghentikan fungsi tali pusat tersebut? Lalu memfungsikan mulut
dan sebelumnya menciptakan alat pencernaan yang lain? Apakah ayah kita ikut andil
melakukannya? Apakah pemerintah negara kita atau masyarakat terlibat dalam
pembuatan setetes darah atau satu pembuluh darah? Ataukah semua itu dilakukan oleh
gunung, pohon, bintang, planet, atau benda lain di alam semesta ini? Mereka kah yang
mengatur semua rizki bayi itu???!
Setelah kita keluar dari rahim ibu, kita belum dapat memakan buah-buahan dan bijibijian, roti atau daging. Sedangkan makanan kita yang sebelumnya datang melalui tali
pusat kini telah terputus, lalu apakah Allah swt meninggalkan kita tanpa rizki??
Ternyata tidak. Dia telah membuka untuk kita sumber rizki yang baru berupa air susu ibu
yang sebelum melahirkan kita ibu tak memilikinya. Lalu Allah swt mengilhamkan kita
untuk mengisap putting susu ibu agar mengeluarkan susu, padahal saat itu kita belum
tahu apa-apa.
Apakah alam yang tak berilmu sedikitpun itu tahu bahwa kita ada sekian banyak bayi
telah keluar dari rahim ibunya, dan makanan mereka dari tali pusat telah terputus, lalu ia
menciptakan air susu ibu? Bagaimana mungkin bisa sedangkan alam semesta ini buta,
tuli, dan tidak memiliki pengetahuan sedikitpun.

Adakah makhluk lain yang turut berkontribusi menyediakan air susu ibu bagi kita. Ibu
kita yang susunya kita minum tidak pernah melakukannya, ia hanya tunduk dengan
aturan yang telah ditetapkan oleh Rabb-nya, Allah swt.
Namun, sampai kapan kita bergantung kepada ASI? Padahal adik-adik kita juga
membutuhkannya. Akan tiba saatnya kita harus berpisah dari rizki ASI tersebut kepada
rizki yang lain..
Jadi, yang telah memberi rizki kepada kita di dalam rahim
Yang telah menyiapkan rizki kita kemanapun kita pergi..
Yang telah menyediakan tanah untuk tumbuh-tumbuhan yang kita makan..
Yang telah menciptakan air bagi kebutuhan kita dan kebutuhan tanaman yang kita
makan..
Yang telah menyediakan oksigen untuk tanaman agar dapat memproduksi makanan
Yang telah menciptakan matahari yang sinarnya amat dibutuhkan bagi fotosintesis..
Yang telah menciptakan jumlah tak terhingga tanaman untuk konsumsi manusia
Adalah Allah swt
Dialah yang mengeluarkan untuk kita buah-buahan..
Jika buahnya kecil, Dia jadikan buah itu berada dalam bulir seperti padi dan gandum,
atau berkumpul pada tangkai seperti anggur. Bila buahnya besar atau sedang, Ia jadikan
satu-satu seperti apel, , jeruk, durian,
Allah juga menjadikan untuk kita barisan gigi, ada gigi seri untuk memotong, taring
untuk mencabik, geraham untuk mengunyah. Lalu ia jadikan lidah dan liur serta enzimenzim untuk memudahkan kita memakan buah-buahan.
Demikianlah dengan memikirkan makhluk-makhluk Allah, kita dapat mengenal Allah swt
sebagai (Ar-Raziq - Maha Pemberi rizqi).
Tanya : Lalu bagaimana kita mengetahui sifat-sifat Allah lain yang tadi disebutkan?
Jawab : Kita mengenal bahwa Allah adalah
Al-Alim (Maha Mengetahui),
karena Zat yang telah menyediakan dan menyampaikan makanan kepada Anda ketika
Anda di rahim ibu telah mengetahui bahwa Anda amat membutuhkan makanan tersebut,
maka menyediakannya, dan menciptakan tali pusat sebagai sarananya. Tatkala Anda
keluar dari rahim ibu Anda, Dia Maha tahu akan hal itu maka Dia sediakan untuk Anda
air susu ibu. Allah Maha mengetahui air di tanah yang dibutuhkan oleh tanaman yang
Anda butuhkan, maka Dia ciptakan akar untuk dapat menyerap air. Allah mengetahui
bahwa daun-daun pepohonan membutuhkan sinar matahari, maka Dia ciptakan dedaunan
menantang matahari, Dia tahu bahwa segalanya yang dibutuhkan tanaman. Jadi, tidak
dapat disangsikan lagi bahwa Allah, Dialah Pemberi Rizki Yang Maha Mengetahui.
Tanya : Dan bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah
( Al-Hakim
Maha Bijaksana)?
Jawab : Jika Anda menyaksikan ketelitian dan kesempurnaan antara bentuk dan struktur
tali pusat dengan tubuh janin yang keduanya berkembang seirama dan seimbang di mana
tali pusat berkembang sesuai perkembangan tubuh janin dan rahim ibu, dan jika Anda
melihat kesempurnaan dalam pembentukan air susu ibu yang komposisinya selalu
menyesuaikan perkembangan dan kebutuhan bayi, dan jika Anda menyaksikan
ketelitian dan kesempurnaan dalam pembentukan bagian-bagian tumbuhan atau tanaman,
dalam terbentuknya buah dan pemeliharaannya sebelum dipetik, semua itu menjadi
saksi bagi kita bahwa Pencipta mereka adalah Pemberi rizki yang Maha Mengetahui dan
Maha Bijaksana.

Tanya : Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah


( Al-Khabir - Maha

Dalam Pengetahuan-Nya)?
Jawab : Sesungguhnya pemindahan dan transportasi makanan ibu yang telah ditelan
kepada tubuh janin melalui darah dan lewat tali pusat tidak mungkin terjadi kecuali
dengan pengetahuan yang maha dalam dan luas.
Tidakkah Anda memperhatikan bahwa menyuntikkan jarum ke pembuluh darah untuk
mengirimkan obat ke tubuh pasien memerlukan kecermatan? Lalu bagaimana dengan
proses pemindahan makanan terus-menerus dalam waktu sembilan bulan dari tubuh ibu
ke janin?
Demikian pula proses produksi dan mengeluarkan susu dari makanan yang dikonsumsi
ibu tidak dapat dilakukan kecuali dengan pengetahuan yang maha luas dan dalam.
Sebagaimana pembentukan benih, biji, hingga buah yang beragam bentuk, warna dan
rasanya padahal tanah yang mewadahi tumbuhnya tanaman tersebut mungkin satu dan
juga disiram dengan air yang sama dan menghirup udara yang sama disinari sinar
matahari yang sama.
Ingatlah, bahwa semua itu menjadi saksi bahwa mereka diciptakan oleh Yang Maha Luas
dan Dalam Pengetahuan-Nya, Maha Pemberi rizki, Maha Mengetahui, dan Maha
Bijaksana.
Tanya : Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah itu
( Ar-Rahman - Maha

Pengasih)?
Jawab : Bila kita menyadari betapa lemahnya janin dalam perut ibunya dimana ia tak kan
mampu mengatur dan memperoleh rizkinya, jika kita merenungkan dan menyadari betapa
lemahnya seorang bayi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, betapa amat sangat tak
berdayanya manusia untuk dapat membuat biji padi atau buah-buahan sebagai
makanannya, menciptakan hujan, dan membuat udara Jika Anda menyadari dan
merenungkan semua itu, dan bagaimana Allah menyediakan semua kebutuhan yang tak
mampu kita lakukan, maka hal ini menjadi bukti bahwa semua itu diciptakan oleh Yang
Maha Luas dan Dalam Pengetahuan-Nya, Maha Pemberi rizki, Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana, dan Maha Pengasih.
Tanya : Bagaimana kita memahami bahwa Allah swt adalah
Al-Karim - Maha
Mulia dengan pemberian-Nya)?
Jawab : Sesungguhnya, kalau ada orang yang menjamin nafkah dan kebutuhan 10 orang
saja tanpa imbalan apapun, maka orang lain pasti akan menjulukinya dermawan. Lalu
bagaimana dengan Yang telah menjamin rizki semua manusia bahkan seluruh makhluk
hidup? Tentunya hal ini menunjukkan bahwa yang berbuat demikian itu adalah Maha
Mulia dengan pemberian-Nya :


Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rezkinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang

itu dan tempat penyimpanannya semuanya tertulis dalam Kitab yang


nyata (Lauh mahfuzh). (11:6).
Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah A
( alHadi - Maha Pemberi petunjuk)?
Jawab: Jika Anda melihat payudara ibu sesudah melahirkan penuh
dengan air susu, lalu siapa yang menunjuki payudara tersebut untuk
melakukannya?? Dan siapa yang telah menunjuki bayi yang baru lahir
untuk mengisap puting susu ibunya yang telah penuh dengan ASI itu?
Tidak dapat diragukan lagi bahwa semua itu adalah perbuatan Sang
Maha Pemberi petunjuk.
Anda melihat benih yang tumbuh merekah di tanah kemudian
batangnya mengarah ke atas sampai yang paling tinggi dan akarnya
pun tetap mengarah ke bawah meskipun posisi benih atau biji itu
mungkin terbalik sebelum tumbuh, hal ini jelas adalah pengaturan Zat
Yang Maha Pemberi petunjuk. Begitu pula daun-daun yang amat
banyak namun tersusun demikian rapi di mana semuanya
mendapatkan sinar matahari yang mereka butuhkan dan tidak saling
menutupi, lalu siapa yang memberi petunjuk kepada masing-masing
daun untuk menempati tempat yang sesuai?




Sucikanlah nama Tuhanmu yang Maha Tingi,Yang Menciptakan, dan
menyempurnakan (penciptaan-Nya), Dan yang menentukan kadar
(masing-masing) dan memberi petunjuk. (87:1-3).

Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah adalah A



( Al-Muhyi - Maha

Menghidupkan)?
Jawab: Tanah, air, udara dan cahaya semuanya adalah materi yang mati, tidak bernafas
atau bernyawa. Dari materi mati dan tak bernafas ini Allah swt menciptakan tumbuhan
yang hidup, berkembang biak, menghasilkan buah atau biji. Ini adalah salah satu bukti
bahwa Allah Zat yang Maha Menghidupkan.
Tanya: Bagaimana kita mengetahui bahwa Allah swt adalah
( Al-Mushawwir

Maha Pembentuk rupa)?
Jawab: Bila Anda menyaksikan sebuah biji di tanah berubah menjadi sebuah pohon
berbuah, tentulah Anda dapat memastikan bahwa bentuk pohon yang sempurna itu adalah
hasil ciptaan Zat yang Maha Pembentuk. Kita menyaksikan setiap pohon memiliki detil
bentuk, warna dan buah yang amat beragam, demikian juga dengan daun, ranting, bunga,
dan struktur bagian dalamnya. Siapa yang telah mengubah tanah, air, udara, sinar
matahari menjadi kebun yang indah dengan sebaik-baik bentuk? Semua itu menjadi saksi
sifat Allah yang Maha Pembentuk rupa.
JADI, dengan tafakkur terhadap penciptaan Allah, dan dengan merenungkan makanan
yang kita makan, kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah swt:
Perencanaan matang terhadap rizki kita menunjukkan sifat Ar-Razzaq

Kesempurnaan, manfaat, dan tujuan penciptaan dari semua makhluk menjadi


bukti sifat Al-Hakim.
Kedalaman dan mendetilnya bentuk ciptaan Allah menunjukkan sifat Al-Khabir
Ilmu dan pengetahuan tak terbatas dalam penciptaan makhluk menunjukkan sifat
Al-alim.
Kasih sayang yang terlihat pada penciptaan makhluk menunjukkan sifat Allah ArRahim...
Tanya: Apa manfaat kita mengenal sebagian sifat-sifat Allah?
Jawab: Dengan mengenal sifat berarti kita mengenal pemilik sifat (maushuf). Kita telah
mengetahui bahwa yang telah menciptakan makanan adalah Pemberi rizki, Maha
Bijaksana, dalam dan detil pengetahuan-Nya, Maha Pengasih, ... berarti pencipta
makanan bukanlah alam semesta, karena alam yang oleh orang atheis dan darwinis
dianggap pencipta makhluk hidup tidak mungkin memiliki sifat-sifat. Hanya Allah saja
yang mempunyai semua sifat-sifat kesempurnaan tersebut.
Alam tak punya kemampuan mengatur hingga kita tidak mungkin mengatakan bahwa
alam lah yang mengatur rizki.
Alam juga tak punya kehendak, atau sifat-sifat lain yang disebutkan di atas.
Dan seperti alam, begitu juga dengan berhala atau patung yang diagungkan oleh manusia
dulu maupun sekarang. Kita dapat memastikan dengan keyakinan seratus persen bahwa
yang memiliki semua sifat-sifat tersebut hanyalah Allah swt yang telah berfirman:

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya kami benarbenar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian kami belah bumi dengan sebaikbaiknya, lalu kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun
dan kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (80:24-32).









Pengaruh Ilmu Tauhid dalam Kehidupan di Dunia

Keterangan skema :
Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan adalah :
7. Mengenal tujuan keberadaan (kehidupan) di dunia, sehingga orang yang bertauhid
akan mendapat petunjuk ke jalan yang lurus.
8. Penyatuan dan Eratnya hati, sehingga orang-orang yang bertauhid itu
berukhuwwah (bersaudara).
9. Amal shalih, sehingga mendatangkan keberkahan hidup dari langit dan bumi dan
mendapat ridha Allah swt.

Bahaya Jahil terhadap Ilmu Tauhid

Tanya: Apa akibat negatif dari kejahilan terhadap ilmu tauhid dalam hidup manusia?
Jawab: Pertama, orang yang tidak mengenal Penciptanya seperti orang buta di dunia ini,
ia tidak tahu mengapa ia diciptakan, atau apa hikmah (tujuan) keberadannya di atas bumi
ini? Hidupnya berakhir dalam keadaan ia tidak tahu mengapa ia memulai hidup? Ia
keluar dari dunia tanpa tahu mengapa ia dulu masuk ke dalamnya??

Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang mukmin dan beramal saleh ke dalam


jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. dan orang-orang kafir bersenangsenang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang. dan Jahannam adalah
tempat tinggal mereka. (47:12).
Kedua, siapa yang tidak beriman kepada hari akhir, maka ia ditipu oleh dunia, ia jadikan
semua cita-cita dan ambisinya adalah bagaimana mewujudkan kepentingannya di dunia
sebelum mati, mengambil yang halal dan haram, tidak peduli apakah itu membahayakan
orang lain atau tidak karena yang penting adalah kepentingannya. Dengan sikap egois ini
masyarakat menjadi cerai berai, interaksi dan hubungan sesama anggota masyarakat
menjadi rusak, mereka saling membenci dan memerangi, tidak seperti masyarakat yang
beriman dan berpegang teguh dengan agamanya.
Ketiga, bila kejahilan terhadap ilmu tauhid ini merata di masyarakat, maka aqidah atau
keyakinan masyarakat akan rusak, lalu amal pun akan rusak, mashiat dan dosa tersebar
luas, kemudian mengakibatkan turunnya hukuman Allah swt atas ummat Islam yang
mengabaikan atau meninggalkan prinsip agama mereka.

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi,
supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (ke jalan yang benar). (30:41).

Pengaruh Ilmu Tauhid dalam Kehidupan

Tanya: Apakah pengaruh ilmu tauhid dalam kehidupan?


Jawab: Pertama : orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya pasti
tahu mengapa Allah swt menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan yang lurus, ia
mengetahui dari mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari kebutaan dan
kesesatan.

Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak
mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?
(67:22).
Kedua, tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang satu, satu kitab,
satu risalah, dan satu qiblat, dan iman juga menjadikan manusia saling mencintai dan
bersaudara seperti firman Allah swt:

Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah


hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu
mendapat rahmat. (49:10).
Rasulullah saw bersabda:















)



.(



Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling menyayangi dan
saling bersikap lemah lembut adalah seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh
merasakan sakit maka semua anggota tubuh yang lain akan sulit tidur dan demam. (HR.
Muslim dari An-Numan bin Basyir ra).

Masyarakat beriman adalah masyarakat yang malakukan taawun (saling bekerja sama)
dalam kebaikan dan taqwa dimana anggota masyarakatnya saling melarang dari
perbuatan dosa dan permusuhan, semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah,
individunya merasa takut untuk berbuat zhalim, mencuri, menipu, membunuh, berzina,

menyuap atau menerima suap, berdusta, dengki, ghibah atau perbuatan jahat lain karena
ia takut kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah
swt untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya.
Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi orang-orang
yang terbaik seperti firman-Nya:

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. (3:110).
Ketiga, bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan membuahkan
amal shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai pintu kebaikan dan
mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-musuh mereka.


Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (47:7).

Begitulah dulu kaum muslimin, sebelumnya mereka adalah orang-orang yang lemah dan
miskin, namun mereka beriman dan beramal shalih hingga Allah membuka pintu-pintu
keagungan di dunia untuk mereka, Allah cukupkan mereka dengan karunia-Nya, dan
Allah tolong mereka dari musuh-musuh mereka dengan pertolongan yang gilanggemilang.
Kesimpulan (
)


Siapa saja yang tidak mengenal tauhid maka ia buta seperti hewan yang mati
berkalang tanah dalam keadaan tidak tahu mengapa ia dulu memulai kehidupan,
ia meninggalkan dunia tanpa tahu mengapa dulu ia memasukinya.
Mereka yang tidak beriman kepada hari akhir tidak ada yang ia pikirkan kecuali
pemenuhan kesenangan dunia tanpa peduli halal atau haram. Dengan begitu
kehidupan menjadi rusak dan masyarakat pun terpecah belah.
Jika ia iman melemah, maka dosa akan bertambah sehingga mungkin saja Allah
swt menurunkan azabnya bagi para pendosa.
Orang yang beriman mengenal Rabb dan Penciptanya, ia mengetahui mengapa
Allah menciptakannya di dunia ini sehingga ia hidup dengan petunjuk dari Allah
swt, berjalan di atas jalan yang lurus. Orang yang beriman dengan iman yang
benar tidak akan berbuat zalim, mencuri, berzina, atau perbuatan haram lainnya,
dengan demikian hidup masyarakat akan baik, anggota masyarakat bersaudara
dan solid.
Iman itu berbuah amal shalih, membuat ridha Al-Khaliq, sehingga berbagai
keberkahan pun Ia bukakan, bantuan-Nya kepada kaum muminin pun Ia
kucurkan untuk menolong hamba-Nya mengahadapi musuh mereka sebagaimana
terjadi dengan salaf shalih.

BAGAIMANA KITA MENGENAL ALLAH?

A. Mengetahui Wujud Allah (

Tanya: Bagaimana kita dapat mengetahui wujud Allah swt?


Jawab: Bila Anda melihat mobil bergerak di depan Anda dari jauh, atau menyaksikan
pesawat terbang melintas di udara, maka dengan yakin Anda mengatakan bahwa pasti ada
sopir yang menyetir mobil dan ada pilot yang mengendalikan pesawat meskipun Anda
tidak melihat mereka berdua. Karena jika yang mengendalikan mobil atau pesawat itu
tidak ada, mustahil mobil atau pesawat itu dapat melalui rutenya dengan selamat.
Tanya: Bagaimana kaitannya dengan wujud Allah?
Jawab: Kita melihat matahari, bulan, bintang dan planet bergerak teratur, malam dan
siang berganti dengan keteraturan yang amat detil. Mungkinkah mereka ada dan bergerak
sendiri? Tidak diragukan lagi bahwa semuanya telah diciptakan dan diatur oleh Allah swt.
Jika Allah tidak ada kita memohon ampun kepada-Nya mustahil matahari, bulan,
bintang-bintang, planet, siang, dan malam menjadi ada dan bertahan dengan
pergerakannya yang amat teratur. Dengan demikian pula tidak akan ada makhluk yang
sangat tergantung dengan mereka semua.

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; Sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (52:35-36).
B. Mengenal sifat-sifat Allah swt (
Tanya: Bagaimana kita mengenal sifat Allah?

Jawab: Kita dapat mengenal sifat Allah swt melalui:

Tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah.


Belajar dari ajaran yang dibawa para rasul as.

Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptakan kamu dan pada binatangbinatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) untuk kaum yang meyakini. (45:3-4).
Tanya: Apa maksudnya kita dapat mengenal sifat Allah melalui tafakkur terhadap
ciptaan-Nya?
Jawab: Bila Anda memperhatikan sebuah mobil, Anda dapat memastikan bahwa:
Logam yang ada pada mobil itu menunjukkan kepada Anda bahwa pembuat mobil
tersebut memiliki logam dan kemampuan membentuk logam menjadi bentuk yang
sesuai untuk mobil.
Kaca yang Anda lihat menunjukkan bahwa pembuat mobil itu memiliki kaca serta
kemampuan untuk membentuk kaca sesuai kebutuhan mobil (jendela, kaca depan,
dll..).
Begitu pula dengan kabel tembaga ...
Yang tidak kalah penting bahwa mobil tersebut menunjukkan bahwa pembuatnya
mempunyai kehendak, dan ilmu untuk membuat mobil.
Tanya: Apa hubungan antara contoh tadi dengan mengenal sifat Allah swt?
Jawab: Beberapa sifat pembuat mobil dapat kita ketahui melalui produk mobilnya, begitu
pula dengan Allah swt (bagi-Nya permisalan yang maha agung, Dia tidak seperti
makhluk-Nya) kita dapat mengetahui sebagian sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur
terhadap ciptaan-Nya.
Bahwa hikmah (maksud & manfaat) dari setiap makhluk yang diciptakan
menunjukkan bahwa Penciptanya memilki sifat Al-Hakim (Maha Bijaksana).
Bahwa khibrah (ketelitian dan kedalaman) dari penciptaan semua makhluk
menunjukkan bahwa Penciptanya memiliki sifat Al-Khabir (Maha dalam dan detil
pengetahuan-Nya)...
Tanya: Mungkinkah kita mengetahui seluruh sifat-sifat Allah swt melalui tafakkur
terhadap ciptaan-Nya?

Jawab: Tidak mungkin.


Tanya: Mengapa?
Jawab: Bila kita berpikir tentang sebuah mobil, kita mengetahui bahwa pembuatnya
memiliki kemampuan, ilmu, ketelitian dan kehendak, dan bahwa ia memiliki materi
untuk membuat mobil berupa logam, kaca, dll.. Tapi kita tahu apakah ia dermawan atau
bakhil? Tinggi atau pendek? Menyukai kita atau membenci kita, adil atau zhalim?
Demikian juga kita tidak mungkin mengenal semua sifat Allah swt hanya dengan
tafakkur, misalnya mengapa Allah menciptakan kita? Dan Mengapa Dia mematikan kita?
Kita juga tidak mungkin tahu bahwa Allah adalah


Al-mabud (yang wajib diibadahi),

Al-quddus (Maha Suci),



( Maha Tinggi),



( Maha Menghitung),

( Maha Pengampun).

Tanya: Lalu bagaimana kita mengenal sifat Allah swt yang belum kita ketahui?
Jawab: Melalui para rasul alaihimus salam yang telah mengajarkan kepada kita apa yang
dikehendaki Allah untuk kita ketahui.




dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. (2:255).
Kesimpulan (
)


Mobil dan pesawat terbang yang bergerak terarah sesuai rutenya menunjukkan
adanya supir atau pilot
Matahari, bulan, bintang, planet, malam dan siang yang bergerak teratur pasti
menunjukkan adanya Zat yang Maha Mengatur, Allah swt.
Seandainya Allah swt tidak ada, maka alam semesta ini pasti tidak ada.
Bahwa mobil yang terdiri dari bahan pembentuknya menunjukkan bahwa
pembuatnya memiliki semua bahan-bahan itu, bahwa ia memilki kehendak, ilmu
dan kemampuan untuk membuat mobil dengan baik.
Alam semesta yang sempurna menunjukkan bahwa Allah memiliki semua sifatsifat kesempurnaan, manfaat dan hikmah yang dimiliki setiap makhluk
menunjukkan bahwa Dia adalah AL-Hakim (Maha Bijaksana), kekuatan yang
dimiliki oleh makhluk sebagai bukti bahwa Dia Maha Kuat, ....
Allah swt mengutus kepada kita rasul-Nya untuk mengajarkan hal-hal yang tidak
dapat kita ketahui hanya melalui tafakkur, seperti perintah & larangan-Nya, apa
saja yang Dia ridhai atau murkai, ....

BAHAN AJAR
MATA KULIAH

3. FIQIH

PESANTREN MAHASISWA
(PESMA) EL FATA

KUPANG NTT
Mata Kuliah

Kode

03/Pesma/001

FIQIH

Pokok Bahasan

Pengantar Umum Ilmu Fiqih

Target Pembelajaran

Faham fiqih ibadah

Pertemuan

2 kali


. .
Fiqh ibadah telah mendapatkan porsi besar dalam sejarah fiqh kita. Telah ditulis
beribu-ribu buku, ada yang ringkas, ada yang luas. Ada yang focus pada hukum-hukum
yang dikukuhkan dengan dalil Al Kitab dan As Sunnah, ada pula yang terikat dengan
satu madzhab, atau perbandingan antar madzhab, atau yang langsung digali dari Al
Quran dan As Sunnah. Semua jenis kitab mendapat sambutan pada sebagian umat Islam
dan penolakan dari sebagian yang lain.
Menurut dugaan kami, fiqhul ibadah tidak banyak membutuhkan buku yang
mengulang-ulangnya apa yang sudah ada di masa lalu, dengan merubah judul, bab,
maupun redaksinya. Akan tetapi yang dibutuhkan mendesak adalah metode baru dalam
menemukan fiqh secara menyeluruh termasuk di dalamnya adalah fiqhul ibadah- yang
sejalan dengan realitas Islam dan kaum muslimin, agar fiqh mampu kembali menjadi
factor utama pembangunan masyarakat islamiy yang dinanti-nanti, dan agar berperan
maksimal dalam kebangkitan Islam sekarang ini. Inilah yang kami upayakan dalam ktab
ini. Dengan senantiasa bermohon kepada Allah agar menghindarkan kami dari
ketergelinciran.
Kami memandang perlu menyajikan kitab ini disertai dengan pembahasan urgen
tidak hanya untuk memahami metode mendapatkan fiqh, tetapi juga untuk menentukan
sikap yang tepat, yang sebaiknya dipilih oleh para aktifis Islam, dan para daI, penyeru ke
jalan Allah, untuk setia dengannya menghadapai serangan pemahaman yang beraneka
ragam, sehingga tidak menghilangkan peran utamanya dalam usaha serius menegakkan
hukum Allah di muka bumi.
METODE MEMAHAMI FIQH
Al Fiqh adalah sekumpulan hukum syariy yang wajib dipegangi oleh setiap
muslim dalam kehidupan praktisnya. Hukum-hukum ini mencakup urusan pribadi
maupun sosial, meliputi:
1. Al Ibadah: yaitu hukum yang berkaitan dengan shalat, haji dan zakat. Inilah yang
menjadi tema kitab ini

2. Al Ahwal asy Syahsiyyah: yaitu hokum yang berkaitan dengan keluarga sejak awal
sampai akhir
3. Al Muamalat: yaitu hukum yang berkaitan dengan hubungan antar manusia satu
dengan yang lain seperti hukum akad, hak kepemilikan, dll
4. Al Ahkam As Sulthaniyah: yaitu hukum yang berkaitan dengan hubungan negara dan
rakyat
5. Ahakmus silmi wal harbi: yaitu yang mengatur hubungan antar negara
Sesungguhnya kompleksitas fiqh Islam terhadap masalah-masalah ini dan
sejenisnya menegaskan bahwa Islam adalah jalan hidup yang tidak hanya mengatur
agama tetapi juga mengatur negara.
DARI MANA HUKUM-HUKUM SYARI DIGALI?
Kaum muslimin telah bersepakat bahwa referensi dasar setiap muslim untuk
menggali hukum-hukum Islam adalah Kitabullah dan Sunnah Rasul. Perbedaan pendapat
terjadi pada sumber-sumber hukum lainnya, yaitu: Ijam, qiyas, istihsan, maslahah
mursalah, dan al urf/adapt kebiasaan.
Kenyataannya sumber-sumber yang berbeda-beda ini tetap merujuk kepada
Kitabullah dan Sunnah Rasul juga. Dari itulah dapat dikatkan bahwa : Al Quran dan As
Sunnah adalah dua referensi setiap muslim untuk mengetahui hukum Islam hal ini
tidak berarti kita menolak sumber hukum lainnya, akan tetapi sumber-sumber hukum
yang lain itupun merujuk kepada Al Quran dan As Sunnah.
MACAM-MACAM HUKUM SYARI
Hukum Syariy ada dua macam, yaitu:
1. QATHIY, yaitu sekumpulan hukum yang ditunjukkan oleh Al Quran dan As Sunnah
dengan kesimpulan yang qathiy/ pasti: seperti:
Kewajiban shalat, dari firman Allah.: . .
Kewajiban puasa, dari firman Allah:
Kewajiban zakat, dari firman Allah: . . .
Kewajiban haji, dari firman Allah: .
Larangan riba, dari firman Allah: .
Larangan zina dari firman Allah: . . .
Larangan khamr, dari firman Allah: . .
Kedudukan niat, karena sabda Nabi: . .
Hukum syariy yang bersifat qathiy ini tidak ada peluang khilaf/beda pendapat di
antara kaum muslimin di level: ulama, madzhab, dan umat secara umum. Sebab
semua itu adalah hukum-hukum agama yang secara aksiomatis diterima sebagai
dharuriyyat/kepastian. Dan jumlahnya relative lebih kecil dibandingkan dengan
hukum syariy yang zhanniy.
2. ZHANNIY, meliputi:
Sekumpulan hukum yang ditunjukkan oleh Al Quran dan Sunnah dengan kesimpulan
zhanniy/hepotesa.

Sekumpulan hukum yang digali oleh para ulama dari sumber-sumber syariy yang lain
dengan berijtihad. Di antara contoh bagian pertama adalah:
Besaran usapan kepala yang wajib dilakukan dalam berwudhu, seluruh kepala
menurut Imam Malik dan Ahmad, cukup sebagiannya menurut Abu Hanifah dan Asy
Syafiiy. Hal ini karena huruf BA dalam firman Allah:
dapat difahami dengan berbagai pemahaman, dan tidak terbatas pada satu makna.
Jarak perjalanan musafir yang memperbolehkan berbuka bagi orang yagn berpuasa,
dan mengqashar shalat. Empat pos menuurt madzhab Malikiy, Syafiiy dan Hanbali,
sekitar 90 km. karena hadits Al Bukhari: Bahwasannya Ibnu Umar dan Ibnu Masud
ra keduanya mengqashar shalat dan berbuka pada jarak empat pos. Menurut madzhab
Hanafiy jaraknya adalah perjalanan tiga hari, (sekitar 82 sampai 85 km) karena hadits
Al Bukhariy: Tidak halal bagi wanita yang beriman kepada Allah dan hari kahir,
melakukan perjalanan sejauh tiga hari tanpa disertai mahram.
Dan jelas sekali, bahwa pengambilan kesimpulan dari hadits di atas bersifat
zhanniy/hepotesis.
Diantara contoh jenis kedua adalah:
Isteri orang yang hilang yang tidak diketahui apakah masih hidup atau sudah mati.
Ijtihadnya madzhab Hanafi dan Syafii memutuskan bahwa wanita itu menunggu
sehingga orang-orang yang sebaya dengan suaminya itu mati, sehingga dapat
menyimpulkan bahwa suaminya sudah mati, dan katika itu baru diputuskan
berakhirnya status suami isteri dan diperbolehkan menikah dengan orang lain.
Dalilnya adalah bahwa orang yang hilang itu semula dalam keadaan hidup. Dan
prinsipnya ia masih hidup sehingga ada dalil kematiannya. Ini adalah dalil ijtihadiy
yang bersifat zhanniy. Sedangkan dalam ijtihadnya madzhab Malikiy, dapat
diputuskan berakhirnya status suami isteri antara suami yang hilang, sesuai dengan
permintaan isteri setelah lewat masa empat tahun hilang dalam keadaan damai
( bukan perang) dan satu tahun dalam keadaan perang. Dalilnya adalah menjaga
maslahat isteri dan mencegah hal-hal buruk baginya, menghindari kerugian yang
timbul dengan mempertahankannya dalam keadaan tergantung. Hal ini juga bersifat
ijtihadiy dan zhanniy.
SEJARAH PERKEMBANGAN FIQH ISLAM
1. DI MASA RASULULLAH SAW
Rasulullah saw semasa hidupnya menjadi referensi setiap muslim untuk
mengetahui hukum agamanya. Baik hukum itu diambil dari Al Quran maupun dari
Sunnahnya; yang mencakup: Perbuatannya, ucapannya, dan ketetapannya. Hokum yang
Rasulullah perintahkan adalah hokum Allah yang bersifat qathiy meskipun berbentuk
pemahaman terhadap ayat Al Quran atau tafsirnya. Karena peran Rasulullah adalah
menjelaskan Al Quran. Firman Allah: Dan Kami turunkan kepadamu Al Qur'an,
agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
dan supaya mereka memikirkan. (QS. An Nahl: 44),akan tetapi para sahabat tidak selalu
dekat dengan Rasulullah sehingga setiap saat bias bertanya kepadanya tentang hokum
agama yang muncul, sebab di antara para sahabat ada yang musafir, muqim di negeri
yangjauh. Maka apa yang bisa mereka lakukan jika ada masalah.

Para sahabat berijtihad sebatas kemampuan dan pengetahuan mereka tentang


hokum-hukum Islam dari prinsip-prinsip Islam yang bersifat umum. Sehingga ketika
berjumpa dengan Rasulullah saw, mereka bertanya tentang apa yang dihadapi.
Kemungkinan Rasulullah mengiyakan ujtihad mereka, atau meluruskan jika ada
kesalahan, tetapi Rasulullah tidak pernah sekalipun menolak prinsip ijtihad mereka.
Seperti hadits Ammar bin Yasir ra berkata: Rasulullah mengutusku melaksanakan satu
tugas, lalu saya junub dan tidak menemukan air. Kemudian aku berguling-guling di tanah
seperti hewan. Kemdian aku menemui Nabi dan aku ceritakan hal ini, lalu bersabda:
Sesungguhnya sudah cukup bagimu dengan kedua tanganmu, lalu Nabi memukulkan
tangannya ke tanah dengan sekali tepukan, kemudian mengusapkan yang kiri pada tangan
kanan, punggung tangan dan wajahnya. HR Asy Syaikhani dengan redaksi Muslim.
Kadang sekelompok sahabat berbeda ijtihadnya sehinggga ketika masalah itu
disampaikan kepada Rasulullah saw, menetapkan ijtihad yang benar dan menjelaskan
kesalahan yang salah. Pernah juga menerima dua ijtihad yang bertentangan, sebagaimana
ketika memerintahkan kaum muslimin untuk berangkat ke Bani Quraidhah dengan
bersabda: Janganlah ada seseorang yang shalat ashar kecuali di Bani Quraidhah.3
Kaum muslimin segera berangkat, dan waktu ashar hampi habis sebelum mereka
sampai di Bani Quraidhah. Ada sebagian yang berijtihad dan shalat di jalan sehingga
tidak ketinggalan waktu ashar. Mereka mengatakan bahwa Rasulullah saw tidak
menghendaki kita untuk mengakhirkan shalat ashar lewat waktunya. Dan yang lainnya
berijtihad dengan tidak shalat ashar sehingga sampai di Bani Quraidhah sesuai dengan
perintah Nabi, sehingga mereka shalat ashar setelah isya. Maka ketika hal ini sampai
kepada Nabi, Nabi tidak mengingkari kedua kelompok ini. Ini menunjukkan
kemungkinan multi kebenaran hokum syariy untuk satu masalah hokum.
2. SEJAK WAFAT NABI SAMPAI WAFATNYA EMPAT IMAM MADZHAB
Setelah Rasulullah saw wafat dan wilayah-wilayah baru Islam sangat luas. Mulailah
kebutuhan ijtihad para sahabat meningkat tajam. Hal ini disebabkan oleh dua hal:
a. Masuknya Islam ke masyarakat baru membuat Islam berhadapan dengan
problema yang tidak pernah terjadi di masa Rasulullah saw, tidak ada wahyu
yang turun, dan terdapat keharusan untuk mengetahui hokum agama dan
penjelasannya.
b. Seorang sahabat Nabi tidak mengetahui keseluruhan sunnah Nabi. Karena
Rasulullah saw menyampaikan atau mempraktekkan satu hukumsyarI di
hadapan sebagian sahabat, atau bahkan di hadapan satu orang sahabat saja,
tidak diliput oleh keseluruhan sahabat. Hal ini mendorong sebagian sahabat
berijtihad dalam masalah yang tidak diketahuinya dari Rasulullah saw, pada
saat yang sama mungkin sahabat lain menerima langsung hokum syarI ini
dari Rasulullah.
Jarak antara para sahabat yang berjauhan setelah wafat Umar bin Al Khaththab ra
terbukalah ruang tampilnya dua madrasah yang berbeda dalam menggali fiqh:
1. Madrasatul Hadits di Hijaz, disebut demikian karena kebanyakan mereka
berpegang kepada riwayat hadits. Hijaz adalah lahan Islam pertama. Setiap
penduduknya kadang memiliki satu hadits atau lebih. Sebagaimana tabiat dan
3 Selengkapnya hadits ini diriwayatkan oleh Al Bukhariy dalam Kitabul Maghaziy

problem masyarakat yang tidak mengalami banyak perubahan, sehingga tidak


memerlukan ijtihad.
2. Madrasatur-rayi di Kufah. Disebut demikian karena banyak menggunakan akal
dalam mengenali hukum-hukum syariy. Hal ini terpulang kepada sedikitnya
hadits akibat sedikitnya sahabat di sana, dan karena banyaknya problema baru
dalam masyarakat baru yang tidak ada dasarnya sama sekali.
Pada awalnya perbedaan antara dua madrasah itu sangat tajam, hanya saja
kemudian semakin menyempit bersama dengan perkembangan waktu, khususnya setelah
pembukuan buku-buku hadits. Ditambah oleh keseriusan para ulama untuk menyaring
dan menjelaskan mana yang shahih, dhaif/lemah, dan palsu, sehingga tidak banyak
membutuhkan pendapat kecuali ketika tidak ada nash untuk satu masalah yang timbul.
Adapun berijtihad dalam alur nash itu sendiri sudah ada di madrasatul hadits
sebagaimana terdapat di madrasaturrayi.
Pada fase inilah terjadi perkembangan fiqh yang sangat besar, dan menjadi satu
ilmu tersendiri, dengan menampilkan ulama-ulama besar, yang terkenal adalah ulama
empat madzhab, yaitu:
1. Abu Hanifah, An Numan bin Tsabit (80-150 H) dikenal dengan sebutan al imam
al azham (ulama besar), berasal dari Persia. Pemegang kepemimpinan ahlurrayi,
pencetus pemikiran istihsan (menganggap baik sesuatu), dan menjadikannya
sebagai salah satu sumber hokum Islam. Kepadanyalah madzhab Hanafi
dinisbatkan.
2. Malik bin Anas Al Ashbahi (93-179 H) Dialah imam ahli Madinah,
menggabungnya antara hadits dan pemikiran dalam fiqihnya. Dialah pencetus
istilah Al Mashalih al Mursalah (kebaikan yang tidak disebutkan dalam teks) dan
menjadikannya sebagai sumber hokum Islam. Kepadanyalah madzhab Maliki
dinisbatkan.
3. Muhammad bin Idris Asy SyafiI Al Qurasyi (150-204 H) Madzhabnya lebih
dekat kepada ahlul hadits, meskipun ia banyak mengambil ilmu dari pengikut Abu
Hanifah dan Malik bin Anas. Kepadanyalah madzhab Syafi;iy dinisbatkan
4. Ahmad bin Hanbal Asy Syaibaniy (164-241 H) Dia adalah murid imam SyafiI,
dan madzhabnya lebih dekat kepada ahlul hadits
Dan kenyataannya sebelum munculnya para imam ini, bersama dan sesudah
mereka itu terdpat ulama-ulama besar yang tidak kalah perannya terutama ulama di
kalangan sahabat, seperti Abdullah ibn Masud, Abdullah ibn Abbas, Abdullah ibn Umar
dan Zaid bin Tsabit. Demikian juga ulama di masa tabiin seperti Said bin Musayyib,
Atha bin Abi Rabah, Ibrahim an Nakhaiy, Al Hasan AL Bashriy, Mak-hul dan Thawus.
Kemudian para gurunya empat imam madzhab itu, dan ulama semasanya seperti Imam
Jafar Ash Shadiq, Al Auzaiy, Ibnu Syubrumah, Al Laits bin Sad, dll.
Akan tetapi empat imam madzhab itu memiliki para pengikut yang merangkum
pendapatnya, merapikannya, menjelaskannya, atau meringkasnya untuk disajikan dengan
mudah kepada kaum muslimin. Sehingga kaum muslimin dapat memperoleh apa saja
yang membantunya memahami hukum Islam dengan tersusun rapi. Kemudian diajarkan
di masjid-masjid beberapa tahun. Demikianlah sehingga menjadi pondasi bagi kehidupan
kaum muslimin, membuatnya sudah cukup sehingga mereka tidak perlu merujuk kepada
buku-buku tafsir, atau hadits untuk mengetahui hukum Islam. Karena telah disajikan
dengan methode madzhab fiqh yang instant.

3. SEJAK WAFATNYA EMPAT IMAM MADZHAB SAMPAI RUNTUHNYA


KHILAFAH UTSMANIYAH
Kaum muslimin menerima empat madzhab ini dengan talaqqi, dan menjadikannya
sebagai pegangan fiqh Islam. Para ulama mempelajari dan mengajarkannya. Mulailah
fiqh menyebar luas dari terapi masalah sampai pada analisa kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi. Kajian-kajian fiqh tersebar luas, dan mulai muncul fanatic madzhab
yang menjadikan pengikut suatu madzhab menganggap dirinyalah yang Islam, dari yang
semula hanya merupakan hukum dan pendapat yang berkembang dalam batas-batas
ajaran Islam yang luas. Kemudian para ulama empat madzhab itu mengeluarkan fatwa
tentang tertutupnya pintu ijtihad, sehingga orang-orang yang tidak berkompeten tidak
masuk ke wilayah ini, lalu diikuti oleh orang-orang awam sehingga umat Islam berada
dalam gelombang ketidakpastian yang mendelet apa yang sudah dibangun oleh para
ulama besar sebelumnya.
Demikianlah sehingga berubah kepada taqlid. Para ulama mengarahkan usahanya
untuk mencari dalil atas pendapat-pendapat madzhab, berijtihad di dalam madzhab,
mentarjih antara pendapat yang berbeda-beda dalam satu madzhab. Jadilah fiqh berputar
dalam dirinya sendiri. Seorang ulama fiqh mensyarah (menjelaskan) kitab fiqh imam
sebelumnya dengan penjelasan rinci berjilid-jilid besar, lalu datang ulama berikutnya
yang meringkasnya, kemudian ada yang memberikan taliq (catatan) atas ringkasan itu
untuk menguraikan sebagian ketidak jelasan, lalu ada yang menulis hasyiyah (catatan
pinggir)nya, kemudian ada yang kembali menguraikannya dengan detail. Demikianlah
fiqh mengalami kejumudan untuk menguraikan realitas yang ada. Terjadi pembengkakan
kajian masalah ibadah sementara masalah-masalah politik Islam, masalah muamalat.
Sehingga ketik aterjadi serangan Barat terhadap negeri Islam pada akhir abad sembilan
belas ditemukan banyak sekali orang-orang yang sudah kalah jiwanya, lalu menerima
banyak sekali fikiran Barat yang bertentangan dengan syariat Islam dan menanggalkan
atiribut ke-Islam-an. Sehingga ada seorang tokoh yang berfatwa memperbolehkan uang
riba untuk memberi makan anak-anak yatim, mengesahkan aturan yang menyamakan hak
laki-laki dan wanita dalam memperoleh harta warisan.
Buah dari fanatic madzhab adalah kejumudan fiqh yang melatar belakangi
runtuhnya khilafah Utsmaniyah.
Pada masa itu memang ada ulama yang menyerukan untuk menolak taqlid.
Banyak juga di antara ulama madzhab yang berijtihad dan berbeda dengan pendapat
madzhabnya, dengan mentarjih pendapat madzhab lainnya. Tetapi terpaku dengan satu
madzhab fiqh menjadi cirri menonjol mayorotas umat Islam saat itu, terutama ketika ada
suara dari sebagian pengikut madzhab yang fanatic melarang pindah ke madzhab lain.
4. SEJAK RUNTUHNYA KHILAFAH UTSMANIYAH SAMPAI HARI INI
Fase ini ditandai dengan semakin luasnya perbedaan antara dua madrasah fiqh:
a. Al Madrasah Al Madzhabiyyah: yaitu madrasah pengikut empat madzhab
yang menganggap telah tertutupnya pintu ijtihad, dan keharusan seorang
muslim untuk konsisten dengan salah satu dari empat madzhab.
b. Al Madrasah as Salafiyah, yaitu madrasah yang menghendaki kembali
langsung kepada Al Quran dan As Sunnah, melarang seorang muslim taqlid

dalam masalah furu, mewajibkannya berijtihad, mengkaji dan mengambil


langsung dari teks Al Quran dan Sunnah.
Memang pertarungan ini sudak ada sejak fase sebelumnya, akan tetapi pada fase
ini pertarunan itu semakin tajam dan meluas, dan menjadi tema pentinf dalam diskusidiskusi antara para ulama dan pencari ilmu, bahkan di kalangan awam. Pendukung
masing-masing madrasah menulis buku, menyebarkan artikel untuk mendukung
pandangannya.
Luasnya ruang dialog berdampak luas bagi mundurnya masing-masing
pendukung madrasah itu dari sikap sektariannya, dan dapat mempersempit ruang
perbedaan, dan bahkan terjadi pencairan, kalau saja tidak ada orang-orang yang
taashshub/ fanatic terhadap masing-masing madrasah, yang terus mempertahankan sikap
sekatariannya yang mengundang reaksi fihak lainnya.
Kami akan berusaha untuk mengambil batas-batas qaidah syariy, yang
memungkinkan dua madrasah itu bertemu, dan jauh dari sikap sektarian dan fanatic,
yaitu:
a. Masyruiyyah (disyariatkannya) Taqlid
Taqlid artinya mengikuti pendapat seorang ulama tanpa mengatahui dalil kebenaran
pendapat itu. Hal ini disyariatkan bagi kaum muslimin yang awam dalam masalahmasalah fiqh. Dalilnya antara lain:
1.
Firman Allah: ; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan
jika kamu tidak mengetahui, QS. An Nahl: 43
Perintah Allah ini pada orang yang tidak mengetahui hokum agama untuk bertanya
kepada ahludz dzikr, yaitu orang-orang yang mengetahuinya. Dan yang terendah
dalam perintah ini adalah al ibahah/boleh. Kesimpulannya: diperbolehkan bagi orang
awam untuk bertanya kepada ulama dan mengikuti pendapatnya.
2.
firman Allah: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. QS. At Taubah: 122
Ayat ini dengan tegas menjelaskan bahwa tidak mungkin seluruh kaum
muslimin mempelajari fiqh, akan tetapi ada sekelompok orang yang focus, kemudian
mengajarkannya kepada saudara-saudaranya. Jika memungkinkan atau semua umat
Islam disuruh mendalami fiqh dalam setiap masalah furuiyah maka Allah tidak
memberikan larangan di atas.
Realitas sahabat ra yang merupakan generasi terbaik, hanya terdapat sedikit
fuqaha, dan mayoritas mereka meruju kepada para fuqaha yang minoritas itu untuk
mendapatkan fatwa masalah-masalah agamanya. Menerima fatwanya tanpa
menanyakan apa dalilnya, kecuali dalam kondisi tertentu.
Rasulullah saw mengutus seorang ulama, atau qari (pembaca Al Quran) dari
kalangan sahabat ke satu qabilah untuk mengajarkan Islam dan Al Quran. Kabilah itu
menerima saja dari sahabt itu tanpa menanyakan apa dalilnya.
Demikianlah ijma (kesepakatan) sahabat tentang diperbolehkannya orang
awam mengikuti seorang mujtahid. 4
4 Lihat Kitab Al Ahkam, Al Amidiy dan Al Mushtashfa, Al Ghazali

Logis dan riilnya: Apa yang bias dilakukan oleh seorang muslim yang awam,
dan tersibukkan dengan urusan pekerjaan? Apa yang bisa dilakukan seorang arsitek,
dokter, dll jika menghadapi masalah agama? Apakan kita mengharuskannya untuk
mengkaji buku-buku tafsir, dan hadits untuk mendapatkan nash atau tidak? Lalu jika
tidak menemukan maka harus merujuk kepada buku-buku bahasa, agar
memahaminya. Jika menemukan lebih dari satu nash maka harus mentarjih salah
satunya. Dan ini tidak akan terjadi kecuali setelah melakukan kajian panjang,
mengetahui nasakh mansukh, dll. Jika tidak menemukan nash, kita haruskan
berijtihad. Sementara seseorang tidak akan bisa berijtihad jika tidak memilki
kemampuan ijtihad.
Dan ketika kita perketat syarat ijtihad maka kebanyakan orang tak akan
mampu, sebagaimana yang terjadi sekarang ini, atau akan terjadi ijtihad tanpa batasan
syariy, tanpa ilmu. Dan ini lebih berbahaya daripada mengembalikan mereka kepada
ulama yang telah menfokuskan diri untuk menggali hukum.
Realitas madrasah salafiyah sendiri sudah tidak rahasia lagi- bahwa ulama
madrasah ini banyak berbeda pendapat satu dengan yang lainnya dalam masalah
hukum Islam, bisa karena perbedaan penafsiran, atau mentashih hadits, atau dalam
menggali hukum, dan setiap ulama itu memiliki pengikut pendapatnya.
Ada yang mengatakan bahwa hal ini bukan taqlid tetapi ittiba karena pengikut
itu mengetahui dalilnya dan menerimanya. Kami katakana: Mengapa para ulama itu
tidak mengenali dalil ulama lain dan menerimanya? Apakah ketika seseorang
menerima dalil salah seorang ulama dianggap tidak ada nilainya karena berbeda
dengan ulama lainnya? Apa bedanya hal ini dengan para pengikut yang menerima
dalil yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, dengan para pengikut taqlid
tanpa bertanya tentang dalilnya, karena dia menyadari ketidak mampuannya untuk
menerima atau menolak dalil?
Terakhir, telah berlangsung ijma tentang diperbolehkannya taqlid sejak abad
pertama, meskipun ada sebagian sectarian pengikut madrasah salafiyah yang berbeda
pendapat. Pada kenyataannya mereka menerima taqlid itu dengan bentuk lain.
b. Taqlid bukanlah kewajiban
Diantara kesalahan populis pada fase fanatic madzhab adalah terbaginya kaum
muslimin pada mujtahid dan muqallid, lalu tertutupnya pintu ijtihad, sehingga setiap
orang menjadi muqallid termasuk para ulama dan pencari ilmu. Karena itulah melemah
atau hilang semangat untuk mengkaji, diskusi, dan pendalaman. Obsesi para ulama
muqallid hanya terbatas pada pembelaan pendapat madzhabnya meskipun dengan dalil
yang lemah, meskipun mereka tidak berhak karena statusnya sebagai muqallid, untuk
berbeda dengan madzhab. Al Iz ibn Abdussalam dalam kitabnya: Qawaidul Ahkam
mengkritik para fuqaha yang menyikapi kelemahan dalil imamnya, lalu berusaha mencari
pembenarannya, dan tidak menemukan pembelaan kelemahannya, tetapi masih saja
mengikutinya dengan meninggalkan Al Kitab, As Sunnah dan qiyas yang shahih, karena
mempertahankan kejumudan taqlid imamnya.
Kalimat ini tidak kami maksudkan untuk membuka pintu ijtihad yang bisa
dimasuki siapa saja tanpa kemampuan yang cukup. Kami hanya bertujuan untuk
mengatakan bahwa taqlid dan urgensinya adalah dalam batas mubah dan boleh, tidak

akan berubah menjadi wajib, kecuali pada orangawam yang sama sekali tidak memiliki
kemampuan pengkajian dan penelitian. Sedangkan bagi orang yang mampu mempelajari
dan meneliti, atau mumpuni untuk berpindah dari taqlid (mengikuti pendapat ulama tanpa
mengetahui dalilnya) kepada ittiba (mengikuti pendapat ulama setelah mengetahui
dalilnya). Mengetahui dalil dan menerimanya tidak berarti melegitimasinya menjadi ahli
ijtihad, hanya memperbolehkannya, bisa jadi dalam satu masalah ketika memepelajari
dalil-dalil madzhabnya kemudian menemukan kelemahan dalil itu mengharuskannya
untuk mengambil pendapat madzhab lain yang lebih kuat. Posisi ini dapat disebut
sebagaimana Imam Hasan Al Banna- menyebutnya : Level mengkaji hukum agama
atau level orang yang mampu mengkaji hukum-hukum agama, memahaminya,
mengenali dalilnya, dan merujuk kepada sumber utama untuk menilainya.
c. Taqlid tidak terbatas pada empat Madzhab
Masalah populer yang ada di masa fanatic madzhab adalah pembatasan taqlid
pada empat madzhab saja. Hal ini tidak berdasar pada dalil syariy yang melarang taqlid
ulama lainnya.
Dasarnya hanyalah bahwa madzhab empat itu telah lengkap pembukuan dan
penjelasannya, yang dapat diperoleh dengan berurutan, terbagi menurut bab yang rapi,
dan tersedia para ulama yang mengajarkan, sehingga bisa dengan mudah meyakinkan dan
menisbatkan pendapat itu kepada aslinya, imamnya atau madzhabnya.
Sedangkan madzhab lainnya maka sangat sulit untuk menemukan nisbat pendapat
itu kepada yang berhak. Kalau toh bisa ditemukan nisbatnya, pendapat-pendapat itu tidak
didukung oleh para pengikut madzhab yang menjelaskannya ketika membutuhkan
penjelasan.
Atas dasar sebab-sebab teknis di atas itulah kemudian para ulama membatasi
taqlid hanya pada empat madzhab saja.
Akan tetapi pada zaman sekarang ini, ketika buku-buku klasik Islam telah dicetak
dan telah berada di tangan kaum muslimin, dan pendapat para sahabat dan tabiin serta
para mujtahid -baik fase sebelum era empat madzhab, atau yang semasa mereka, atau
sesudahnya- telah tersebar dan sangat mudah untuk menisbatkan kepada pemilik aslinya.
Maka tidak ada lagi halangan untuk bertaqlid kepada mereka dalam satu masalah atau
yang lainnya jika berkemampuan untuk mengkaji dalil-dalilnya. Apalagi jika ditemukan
bahwa dalil-dalil mereka lebih kkuat dari dalil yang sedang diamalkan sekarang ini.
Al Izz bin Abdussalam berkata: .. maka ketika ada madzhab yang menurutnya
lebih kuat, maka bagi orang yang taqlid itu diperbolehkan mengikutinya meskipun di luar
empat madzhab.
d. Diperbolehkan iltizam/konsisten dengan satu madzhab bagi orang awam
Diantara kesalahan yang menyebar di kalangan kaum muslimin pada masa
taashshub madzhab adalah kewajiban iltizam dengan satu madzhab saja, dan haram
intiqal/berpindah ke madzhab lainnya. Dan jawaban dari pandangan yang sektarian ini
adalah larangan iltizam dengan satu madzhab. Kedua pendapat ini tanpa dalil.
Kewajiban iltizam dengan satu madzhab dan larangan intiqal madzhab lain baik
secara umum maupun dalam masalah tertentu, baik sebelum atau sesudah
mengamalkannya, tidak ada dalil syarinya. Sebab yang wajib adalah yang diwajibkan
oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu iltizam dengan hukum syariy, dan memperbolehkan kita

jika tidak mengetahuinya langsung dari Al Quran dan As Sunnah untuk bertanya kepada
ahludzdzikri tanpa ada pambatasan satu persatunya. Para sahabat bertanya kepada para
fuqahanya, adan fuqaha menjawab pertanyaan mereka, dan tidak seorangpun dari
sahabat yang ditanya itu mewajibkannya untuk tidak bertanya lagi kepada yang lain baik
dalam masalah itu maupun masalah yang lainnya. Demikianlah kaum muslimin di
sepanjang masa, sampai di masa empat imam madzhab itu sendiri. Tidak ada seorangpun
dari mereka yang melarang muridnya mengambil pendapat ulama lain, tidak pernah ada
pemikiran yang mewajibkan iltizam dan melarang intiqal kecuali pada masa belakangan
saja.
Demikian juga pendapat yang mengharamkan iltizam dengan satu madzhab dan
menganggapnya sebagai syirik, juga tidak ada dalilnya. Jika ada seseorang yang merasa
cocok dengan salah satu ulama karena ketaqwaannya, dan selalu lebih ia sukai fatwanya,
maka dalam Islam juga tidak ada dalil yang melarangnya, baik ulama itu dari kalangan
empat madzhab atau selainnya. Yang tidak boleh adalah meyakini bahwa iltizam itu
hukumnya wajib syariy. Kemudian jika suatu saat ingin intiqal ke madzhab lain, maka
tidak ada yang menghalanginya, (dengan memperhatikan penjelesan berikut tentang
talfiq).
e. Kewajiban mengikuti dalil bagi pengikut yang mampu mengkaji
Sedangkan seorang muslim pengikut madzhab yang sudah mampu mempelajari
hukum syariy maka kewajibannya adalah mencari dalil setiap masalah yang dikajinya,
mendalaminya, memahami pendapat yang berbeda dan dalil-dalilnya, kemudian memilih
yang paling dekat dengan Kitabullah dan As Sunnah, meskipun sikap ini membuatnya
mengambil madzhab ini dan itu, bahkan jika mengharuskannya untuk berijtihad sendiri
dalam masalah-masalah baru yan belum dibahas oleh ulama sebelumnya.
Walau demikian, tidak ada larangan syariy bagi seorang muslim pengikut
madzhab untuk mengikuti satu madzhab sehingga dia mampu mempelajari seluruh
masalah dengan keharusan mengikuti dalil yang lebih kuat dan bertahan pada dasar
madzhab pilihannya dalam masalah lain. Karena Allah tidak pernah memberikan taklif
kepada seseirang kecuali sebatas kemampuannya. Terkadang seorang muslim harus
berbulan-bulan tafarrugh (menfokuskan diri) untuk mempelajari satu masalah sehingga
dapat menemukan dalil yang lebih kuat yang memuaskannya. Maka tidak salah kalau dia
masih menjadi muqallid (taqlid) dengan salah satu imam, sehingga ia mampu
mempelajari masalah. Lalu ketika telah menemukan dalilnya masih bersama dengan
imam yang diikutinya, ia bisa bertahan di situ. Dan jika mendapatkan dalil yang kuat ada
pada imam lain, maka ia akn pindak ke pendapat lain.
f. Diperbolehkan Talfiq
Talfiq artinya mengambil dari berbagai madzhab untuk satu masalah dan sampai
kepada cara madzhab itu berpendapat. Akan kami jelaskan masalah talfiq dengan singkat
berikut ini:
Mengambil satu masalah dari satu madzhab, dan mengambil masalah lain dari
madzhab lain yang tidak berhubungan dengan masalah pertama diperbolehkan menurut
jumhurul ulama yang tidak mewajibkan iltizam dengan satu madzhab dan
memperbolehkan intiqal ke madzhab lain. Seperti seorang muslim yang shalat dengan

madzhab Syafiiy, kemudian zakatnya dengan madzhab Hanafi, atau puasa dengan
madzhab Maliki.
Iltizam tentang satu masalah syariy dengan satu madzhab, lalu intiqal ke
madzhab lain dalam masalah yang sama. Seperti shalat zhuhur dengan satu madzhab,
kemudian shalat ashar dengan madzhab lain. Hal ini juga diperbolehkan oleh Jumhurul
Ulama yang tidak mewajibkan iltizam dengan satu madzhab.
Bentuk talfiq yang diperselisihkan boleh tidaknya adalah talfiq dalam satu
masalah saja. Seperti seorang muslim berwudhu mengusap sebagian kepala, sesuai
dengan madzhab Syafiiy, kemudian menyentuh wanita dan merasa tidak batal, taqlid
imam Abu Hanifah dan imam Malik yang tidak menganggap bersentuhan wanita tidak
membatalkan wudhu, kemudian ia shalat. Para ulama madzhab belakangan mengatakan:
wudhu ini sudah batal, karena telah bersentuhan dengan wanita, dan tidak sah menurut
Abu Hanifah karena mengusap kepalanya tidak sampai seperempat, tidak sah menurut
Imam Malik karena tidak mengusap seluruh kepala. Talfiq di sini menyeret kepada cara
yang tidak diajarkan oleh madzhab manapun. Inilah yang tidak diperbolehkan.
1. Sesungguhnya talfiq jika dilakukan dengan dalil yang kuat dari orang yang
mampu mengkaji dalil-dalil hukum syariy, diperbolehkan. Karena kewajiban
seorang muslim adalah berijtihad untuk dirinya sendiri. Dan ini bukan sisi yang
diperselisihkan.
2. Sedangkan talfiq yang dilakukan orang awam, diperbolehkan juga, karena
madzhabnya orang awam adalah mengikuti fatwa muftinya. Dan orang awam
tidak ditugaskan untuk mengkaji madzhab dan melihat sudut-sudut perbedaan,
sebab jika dia mampu melakukan hal ini tentu dia menjadi muqallid, bukan awam.
Para sahabat ra ketika bertanya tentang satu masalah tidak menanyakan kepda
seluruh orang yang mengetahuinya, dan yang ditanya juga tidak mensyaratkan
jika sudah mengambil pendapatnya dalam masalah ini agar tidak bertanya kepada
oranglain dalam masalah yang sama. Ini artinya bahwa generasi terbaik telah
melakukan talfiq, ketika madzhab dan pendapat para sahabat belum dikumpulkan
dan dibukukan. Setiap muslim dapat bertanya kepada siapa saja sahabat yang
ditemui, lalu bertanya ke sahabat lainnya, tanpa meneliti apakah dua pertanyaan
itu berkaitan atau tidak.
3. Contoh tentang wudhu di atas, dapat kami jelaskan: Bahwa wudhu itu telah benar
menurut madzhab Syafiiy, sudah benar menurut pandangan Syariy, karena
madzhab Syafiiy bukan syariat yang berdiri sendiri, tetapi pintu yang
dipergunakan seorang muslim untuk sampai kepada syariah Allah. Ketika sudah
masuk ke madzhab itu ia sudah berada di ruang syariah, wudhunya benara dalam
pandangan syariah, jika dia menyentuh wanita dengan mengikuti madzhab
Hanafi maka wudhunya tetap sah sesuai dengan madzhab itu, artinya sesuai
dengan syariat Islam, karena madzhab hanafi juga bagian dari syariat Islam
4. Kemudian talfiq yang dilakukan dengan dalil yang kuat, oleh orang yang
mumpuni, dan larangan bagi orang awam, akan berkonotasi bahwa ada satu
masalah yang haram atas seorang muslim dan halal bagi muslim lainnya. Hal ini
tidak bisa diterima dalam hukum Islam yang di antara karakteristiknya adalah
menyeluruh. Yang telah halal dalam syariah halal untuk semua, dan yang haram
untuk dalam syariah haram untuk semua.

5. Syeikh Ath Tharsusiy, Al Allamah Abus Suud, Al Allamah Ibnu Nujaim, Al


Allamah Ibnu Arafah Al Malikiy, Al Allamah Al Adawiy dll, telah menfatwakan
diperbolehkannya hukum murakkab atau talfiq. 5

TATABBUURRUKHAS DALAM TALFIQ


Ada sebagian orang awam yang memilih tatabbuurrukhas dan pendapat-pendapat
yang aneh dalam madzhab-madzhab atau ulama dengan semangat talahhiy (main-main)
tasyahhiy (senang-senang) atau mencari yang paling gampang. Ini boleh atau tidak?
Mayoritas ulama melarang talfiq yang demikian karena sudah berubah menjadi
mengikuti selera. Dan syariat Islam melarang mengikuti nafsu. Ibnu Abdul Barr
menyebutkan ijma larangan ini.
Sebagian ulama membolehkannya dalam beberapa madzhab, karena tidak ada
larangan dalam syariat yang melarangnya. Al Kamal bin Al Hammam berkata dalam
kitab At Tahrir: Sesungguhnya seorang muqallid dipersilahkan mengikuti yang dia
kehendaki, meskipun seorang awam mengambil setiap masalah dengan ucapan mujtahid
yang lebih ringan baginya, saya tidak tahu apa yang melarangnya secara naqli dan aqli.
Keberadaan manusia yang mencari apa yang lebih ringan baginya dari pendapat para
mujtahid yang ahli berijtihad, saya tidak mengetahui celaannya dalam syariat Islam. Dan
adalah Rasulullah saw menyukai apa saja yang meringankan ummatnya.
Yang kami ketahui bahwasannya tidak ada perbedaan hukum syariy antara
rukhshah dan azimah, selama masih hukum syarI yang memiliki dalil sahih. Jika
diperbolehkan talfiq dalam masalah pokok, maka tidak ada sisi larangan untuk memilih
yang mudah-mudah selama rukhshah itu memiliki dalil syariy. Tidak bisa dikatakan
bahwa hukumnya makruh jika tidak ada dharurat atau udzur, dan diperbolehkan tanpa
maakruh jika ada kondisi dharurat atau udzur. Rasulullah saw tidak pernah diberi pilihan
dua hal, kecuali memilih yang paling mudah selama tidak ada dosa 6. Prinsipnya setiap
muslim diberi kebebasan memilih antara pendapat-pendapat produk ijtihadiyah yang
berbeda-beda, dan insyaallah pendapat-pendapat itu tidak ada dosa.
Perlu diingatkan bahwa talfiq hanya berlaku dalam masalah-masalah ijtihadiyah
yang zhanniy (hipotesis). Sedangkan untuk masalah-masalah yang bersifat qathiy tidak
ada ruang untuk memilih rukhshah atau talfiq di sana. Sebagaimana jika talfiq atau
mencari rukhshah itu menyeret kepada pelanggaran agama, maka hukumnya haram
seperti jika dengan talfiq itu menyebabkan khamr, zina, dan perbuatan haram lainnya
yang qathiy menjadi mubah. Hal ini tidak mungkin menjadi halal baik dengan talfiq
maupun dengan cara lain.
AKTIFIS ISLAM DAN ILMU FIQH
Setelah runtuhanya khilafah Utsmaniyah pada awal abad 20, maka secara alami
para daI dan ulama bergerak untuk mengembalikan pemerintahan yang Islamiy dalam
5 lihat Kitab Ushul Fiqh Al Islamiy DR. Wahbah Az Zuhailiy
6 Muatan hadits ini dengan redaksi yang berbeda-beda dalam shahih Bukhari Muslim,
Muwaththa Malik, Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ad Darimiy

kehidupan umat Islam, maka lahirlah pergerakan-pergerakan dan partai, muncul lembagalembaga dan tampil para ulama yang semua bergerak untuk tujuan itu dengan
menganggapnya sebagai kewajiban agama.
Kebangkitan Islam yang dikumandangkan di masa sekarang ini, mengcover ruang
yang sangat luas dalam masyarakat muslim, pemerintahan dan partai ssangat
membutuhkan
upaya untuk menaikkan syiar (benderanya) melipat gandakan
gelombangnya disadari atau tidak.
Gelombang kebangkitan ini dalam banyak sisi masih berupa ssemangat dan
perasaan yang masih sangat membutuhkan pemahaman sehingga mampu memainkan
perannya dengan signifikan. Al wayu (keterjagaan) yang bersih hanya bisa dibangun
lewan tafaqquh (pemahaman) yang benar terhadap madzhab-madzhab yang ada di zaman
sekarang ini yang sesuai dengan situasi amal Islamiy kontempoerer. Diantara kontribusi
positif dalam penyadaran pemahamab yang bersih, ingin kami jelaskan berikut ini
beberapa masalah penting, yaitu:
1.

Belajar dan Pengajaran Fiqh


Belajar dan Mengajarkan fiqh Islam adalah kebutuhan setiap orang yang
melakukan amal Islamiy. Sesungguhnya setiap orang yang mengajak kepada Islam, orang
yang memulai hidup Islamiy, harus dimulai dari diri sendiri, dan belajar bagaimana
menjadi pribadi yang hidup Islamiy, komitmen dengan masalah halal dan haram dalam
ibadah maupun muamalah, dan bahakan setiap sisi hidupnya. Ini semua tidak akan
terwujud tanpa belajar fiqh.
Dari itulah kami nyatakan bahwa apapun harakah Islamiyah yang dilakukan
dengan serius mengharuskannya untuk mempelajari fiqh, kemudian mengajarkannya
kepada kaum muslimin. Karena mengetahui hukum agama adalah langkah pertama untuk
iltizam dengan agam itu. Iltizam seseorang secara individu terhadap hukum-hukum ini
adalah jug alangkah yang harus dilakukan untuk mengantarkan umat Islam seluruhnya
iltizam dengan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupannya.
Ada sebagian orang yang menyalah fahami pandangan Asy Syahid Sayyid Quthb,
dalam hal ini yaitu: tidak menyetujui penggunaan fatwa Islam dalam setiap persoalan
masyarkat modern yang menolak berhukum dengan Islam sejak awal Dia menganggap
Usaha untuk mengembangkan fiqh islam untuk menghadapai situasi dan kebutuhan
yang ada dalam masyarakat modern adalah upaya menabur benih di udara Dia
berpendapat bahwa yang harus dilakukan adalah: Ushan yang menyadarkan masyarakat
ini untuk tunduk kepada hukum Allah, kemudian setelah itu fiqh akan berkembang untuk
menjawab kebutuhan yang ada secara nyata, dan mencari solusinya 7 ada sebagian orang
yang menyimpulkan pernyataan ini bahwa Sayyid Quthb menyerukan untuk
meninggalkan fiqh.
Orang yang membaca pernyataan Sayyid Quthb ini dengan obyektif akan
berkesimpulan bahwa yang dimaksudkan adalah upaya pembaharuan dan
pengembangannya, bukan kekayaan fiqh yang telah diwariskan oleh para Ulama, dan
para Imam, yang di dalamnya telah diuraikan halal dan haram, peninggalan yang sangat
besar yang selalu bersandar kepada Al Kitab dan As Sunnah, berangkat dari keduanya,
meskipun sering diwarnai oleh warna zaman fiqh itu ditulis. Tidak mungkin ada seorng
7 cuplikan dari buku Al Islam wa Musykilatul-hadharah. Sayyid Quthb

muslim yang tidak membutuhkan kekayaan fiqh ini. Sayyid Quthb mengharapkan usaha
pemahaman dan komitmen dengan hukum-hukum syarI itu. Inilah yang ditulis Sayyid
Quthb: Tinggallah kewajiban untuk komitmen dengan hukum-hukum Islam itu yang
harus ditegakkan di setiap pundak kaum muslimin yang berada dalam tatanan masyarkat
jahiliyah, dan bergerak menghadapi jahiliyah itu untuk menegakkan system yang
Islamiy(Fi Zhilal Al Quran juz 13 hal 21
Jika iltizam dengan hukum syariy menjadikan kewajiban, maka
mempelajari,memperhatian dan mengajarkannya menjadi kewajiban yang aksiomatik. Ini
juga menjadi konsekwensi logis dalam upaya penegakan masyarakat Islami dan
mengembalikan hukum Allah di muka bumi. Tidak ada yang bertentangan.
2.

Metode Belajar dan Pengejaran Fiqh


Tidak diragukan lagi bahwa terdapat perbedaan serius dalam mempelajari dan
mengajarkan fiqih antara methode madzhab dengan metode salaf. Kami menyadari
bahwa perbedaan itu telah mngalami penggelembungan yang jauh dari kenyataannya
oleh sebagian kelompok sectarian di sana sini, sehingga menyebabkan seikap
mengkafirkan atau menganggap sesat kelompok lain yang berbeda pandangan. Kami
menyadari bahwa wajah dan peran fiqih dalam kehidupan umat Islam tidak akan
terwujud dengan baik kecuali dalam paying negara yang Islamiy. Maka bekerja untuk
menegakkan negeri yang Islami adalah problem utama umat Islam, sedang perbedaan
pengajaran fiqh antara madrasah para madzhab dan madrasah salaf harus dipertahankan
dalam batas dialog yang dipenuhi rasa ukhuwwah untuk mencapi yang paling afdhal.
Sedang sikap sebagian umat Islam yang membiarkan musuh-musuh Islam mereka
yasa untuk mencerabut hukum-hukum Islam yang ada, dan menyibukkan umat dengan
perang saudara yang menghabiskan banyak energi tanpa ada hasilnya, tidak akan pernah
memberikan kebaikan bagi Islam atau bagi dua madarasah fiqh itu. Sebab jika ada yang
merasa meraih kemenangan semu, maka tidak akan pernah ditemukan dalam
kemenangan itu dampak positif, setelah hukum dan fiqh Islam telah terabit dari realitas
umat Islam dan digantikan dengan hukum produk orang-orang kafir.
Kami melihat bahwa kedua metode fiqh itu diajaarkan Islam, dapat diterima dan
bermanfaat, dengan syarat para pembawa madrasah fiqh madzhab menyadari bahwa fiqh
madzhab bukanlah pengganti dari fiqh Al Quran dan As Sunnah, tetapi menyadarinya
sebagai rincian dan pencabangan dari kedua sumber itu. Sehingga yang baku hanyalah
Kitabullah dan Sunnah Rasul. Sebagaimana para pengusung madrasah fiqh salaf untuk
menyadari bahwa khilaf (perbedaan) memahami Al Kitab dan As Sunnah adalah realitas
syariy, dan tidak mungkin mengumpulkan seluruh umat manusia dengan satu
pemahaman saja. Sebagaimana tidak meungkin menjadikan kemampuan seluruh manusia
dengan satu standar pemahaman. Dan bahwa orang yang tidak mampu memahami teks Al
Quran dan As Sunnah sendiri maka diperbolehkan untuk merujuk kepada para ulama
dan para imam yan membantunya memahami agama, khususnya empat imam madzhab
yang madzhabnya telah diterima oleh umat Islam, juga imam-imam lain, termasuk ahul

bait Nabi, ulamany para sahabat Nabi, dan Tabiin jika dapat memperoleh pendapat
mereka yang sahih dan valid.
Kami berpendapat bahwa ruang lingkup amal Islami harus mencakup dua
madrasah itu, karena kewajiban syariy menghendaki keduanya. Kami melihat bahwa
suasana tsiqah (saling percaya) dan mahabbah (cinta) harus merata kepada seluruh umat
sehingga mereka dapat bersama-sama menghadapi perang besar melawan musuh-musuh
Islam. Dari itu kami nasehatkan berikut ini:
a. Mempelajari dan mengajarkan fiqh sesuai dengan salah satu madzhab empat
imam adalah masyru, tetapi kami sarankan untuk mencari rujukan pendapt para
madzhab itu kepada sumber utamanya yaitu Al Kitab dan As Sunnah. Dan
hendaklah orang yang mempelajarinya menengok pendpat masdzhab lain jika
memungkinkan. Dijelaskan kepadanya juga bahwa pendapat-pendapat yang lain
itu juga benar, dan sangat baginya untuk berpindah mengikuti pendapt itu jika
merasa lebih cocok jika memiliki cukup alas an syariy, atau ketikadalam
kondisi darurat. Seorang daI yang bisa mengkaji perbedaan pendapat dalam satu
masalah akan menjadikannya lebih lunak bersama dengan orang lain, tidak
kecewa kepada mereka, karena satu pendapat lalu menuduhnya sesat, karena ada
pendapat lain, membuka perang horizontal tanpa ada alasan yang membenarkan.
b. mempelajari dan mengajarkan fiqh langsung dari Al Quran dan As Sunnah juga
masyru, dan merupakan dasar kajian. Akan tetapi melihat pandagan para ulama
dan madzhab-madzhab yang ada merupakan dharuriyah (kaharusan) untuk
memahami teks dengan baik. Hal ini sangat dibutuhkan oleh para daI yang
berinteraksi dengan kaum muslimin secara luas yang menjadi pengikut salah satu
madzhab. Masalah fundamental bagi para daI bukan mengeluarkan jumhurul
ummat dari pandangan satu imam kepada imam lainnya dalam masalah furuiyah,
akan tetapi agenda utamanya adalah mengentaskan jumhurul ummat ini dari
hukum jahiliyah buatan manusia untuk menegakkan syariat Allah. Dari itu tidak
ada gunanya menyuruh orang meninggalkan madzhab yang telah dipilih, untuk
mengikuti ijtihad sang daI, dengan dalil bahwa itu bersumber dari Al Quran dan
As Sunnah. Harus diketahui bahwa mayoritas pendapat yang dinisbatkan kepada
nash sesungguhnya hanyalah sekedar pemahaman terhadap nash itu, dan tidak ada
yang bisa menghalangi keberadaan pemahaman lain. Dan bahwasannya pendapat
para imam madzhab minimal adalah pemahaman yang lain yang memiliki dalil.
c. Kami sangat mengharapkan kalau para aktifis Islam, dan para daI adalah orangorang yang mampu mengkaji hukum-hukum agama beserta dalilnya. Dapat
diselenggarakan bagi mereka itu forum-forum diskusi dari waktu ke waktu
seputar masalah-masalah yang diperselisihkan dalam suasan penuh mahabbah dan
penuh tsiqah. Forum-forum ini akan memperluas pandangan dan wawasannya.
Barangkali ada titik temu antara mereka itu dalam satu pandangan, meskipun titik

temu itu tidak akan pernah menjadi satu-satunya pandangan bagi seluruh umat
Islam.

3.

Fiqh amal Islamiy atau Fiqh Perubahan


Sesungguhnya amal Islamiy sekarang ini bertujuan untuk membangun masyarakat
islamiy dan negara yang islamiy. Hal ini harus menjadi agenda utama dalam kehidupan
setiap muslim, karena ia merupakan perintah agama yang sangat penting yang jika
diwujudkan maka seluruh perintah agama lainnya akan terlaksana. Dan jika belum
terealisir maka seluruh ajaran agama yang lain akan tersembunyi dan terkontaminasi.
Sesungguhnya usaha kaum muslimin, dalam level ulama, pergerakan, dan
golongan untuk menegakkan hukum Islam, harus dipandu juga dengan fiqh syariy, baik
dalam pembatasanmarhalah (level), atau metodenya dan segala yang berhubungan
dengannya. Fiqh jenis ini tidak pernah dibahas oleh para ulama kita di masa lalu, karena
mereka memang tidak membutuhkannya. Fiqih inilah yang disebut oleh Sayyid Quthb
dengan Fiqhul-harakah sebagai bandingan dari Fiqhul-Auraq/kertas yang tidak dapat
mewakili keseluruhan fiqhutturats, tetapi hanya bermuatan sebagian sisi fiqh yang masih
merupakan ungkapan di atas kertas dan belum terealisir. Sedangkan fiqhul-halal wal
haram yang diterapkan secara pribadi, maka tidak disebut Sayyid Quthb sebagai fiqhulauraq. Fiqh inilah yang diserukan untuk ditekuni dan diamalkan dengan sepenuh hati.
Fiqh yang harus dipelajari setiap aktifis Islam hari ini adalah pendalaman hukumhukum yang mengharuskan amal Islamiy modern ini, baik dari sisi pentahapan amal,
metode amal, hubungan dengan orang lain yang muslim maupun non muslinm, dengan
seluruh muatan hubungan ini mulai dari perdamaian, gencatan senjata, koalisi,
peperangan, dll sehingga perjalanan para aktifis itu dipandu oleh bukti dan petunjuk
yang jelas. Fiqh semacam ini tidak untuk menggantikan fiqhul-ibadat dan muamalah serta
bab fiqh lainnya. Fiqh ini hanya sebagian dari fiqh itu. Para ulama kita telah mengkajinya
sesuai dengan suasana saat itu, dan sekarang membutuhkan pengkajian ulang dalam
ruang lingkup kondisi sekarang.
Dua fiqh ini fiqhutturats dan fiqhul harakat- keduanya sangat dibutuhkan dan
menjadi kewajiban, sedangkan fiqhul-auraq adalah fiqh yang ditolak meskipun bagian
dari peninggalan klasik. Itulah fiqh yang mengada-ada masalah yang pernah ditolak oleh
para imam di masa lalu. Mereka berkata kepada penanya masalah yang mengada-ada itu
dengan pernyataan: Biarkan sampaia ada dahulu. Itulah cara mereka ketika hukum
Islam telah tegak berdiri, apakah pantas di zaman sekarang ini untuk kita mengurusi
masalah-masalah yang tidak terjadi, dengan melupakan problema umat Islam yang lebih
besar dan serius?
4.

Diantara Keistimewaan Fiqh Islam adalah Lengkap dan Realistis


Sesungguhnya fiqh Islam yang komprehensif, dan perhatiannya terhadap seluruh
problema umat Islam dalam skala peersonal dan komunal adalah sesuatu yang
aksiomatik, karena fiqh itu merupakan produk dari ajaran Islam yang komprehensif. Fiqh
yang tidak melarang untuk memberikan perhatian lebih pada salah satu sisi fqih dari pada
sisi lainnya jika memang kebutuhan kepadanya lebih besar, yang dilarang oleh fiqh Islam
adalah mengabaikan salah satu sisi fiqh dengan pengabaian total,dan membengkakkan
perhatian pada fiqh lainnya. Jika fiqh ibadah telah mendapatkan porsi besar dalam sejarah

Islam kita karena situasi yang telah kita ketahui semua, maka hal ini tidak boleh membuat
kita meninggalkan sisi fiqh lainnya. Sangat mungkin menjadi kewajiban atau yang lebih
bermanfaat bagi umat kita hari ini adalah pendalaman dan pengorsinilan fiqhul harakah
agar serasi dengan fiqhul ibadah.
Fiqh Islam adalah fiqh yang riil. Definisi fiqh seperti yang tersebut di atas adalah
sekumpulan hukum Islam yang wajib ditaati setiap muslim dalam kahidupan praktisnya.
Dengan demikian maka fiqh Islam bukan fiqh yang mengada-ada. Realitas fiqh Islam
mengharuskan perhatian fiqh itu untuk menjelaskan hukum-hukum syariy dalam setiap
masalah yang terjadi. Dan masalah terpenting yang dihadapi kaum muslimin hari ini
adalah usaha untuk mengembalikan kejayaan hukum Islam. Maka fiqh Islam harus pula
menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan usaha ini.
Kelenngkapan dan relitas fiqh Islam pada zaman sekarang ini mengharuskan kita
untuk memberikan perhatian utuh kepada fiqhutturats dan fiqhul harakah sehingga
keduanya saling melengkapi, dan kita tidak boleh sekalipun menjadikan dua fiqh ini
saling berhadap-hadapan (diadu). Seorang daI tanpa fiqh seperti orang yang berjalan di
padang pasir tanpa bekal, dan ahli fiqh yang tidak terlibat dengan aktifitas saudaranya
dalam memikul beban berat usaha mengembalikan kekuasaan Islam sedangkan ia orang
yang pertama kali mengetahui hukum wajibnya atas setiap muslim- maka ia tidak akan
pernah menjadi contoj kebaikan sebagai seorang ulama yang mengamalkan ilmunya.

METODE FIQH DALAM KITAB INI


Dalam kitab ini kami menempuh cara khusus, yaitu dengan berpegang pada:
1. Kembali kepada Al Quran dan As Sunnah semaksimal mungkin, agar hukumhukum syariy memiliki paying dan berhubungan dengan sumber pokoknya, dan
agar memudahkan orang yang mencari dalil menggunakan kitab ini.
2. Menyebutkan pendapat yang paling penting dalam masalah-masalah yang
diperselisihkan, dengan mengadopsi salah satunya jika dalilnya jelas dan
menguatkan. Kemudian menyebutkan pendapat-pendapat lainnya dalam urutan
redaksi maupun pada catatan kaki.
3. Kesungguhan untuk mencantumkan pendapat empat madzhab semaksimal
mungkin agar bagi siapapun yang ingin beriltizam dengan salah satunya dapat
menggunakan kitab ini.
4. Dalam kesempatan tertentu, kami sebutkan pendapat imam lain di luar empat
madzhab, sejalan dengan pendapat kuat yang memperbolehkan bertaqlid kepada
selain empat madzhab.
5. Kami berupaya agar kitab ini menjadi permulaan kajiab fiqh para aktifis islam,
untuk merealisasikan pikiran besar yang telah kami sebutkan di atas. Dan
kemungkinan dijarkan dalam halaqah para pemula, dalam madrasahnya salafi
maupun madzhabiy, dan memungkinkan para pengkajinya untuk berpindah
kepada kajian kitab fiqh lain dengan terbuka dan jauh dari sikap sectarian, penuh
kelenturan yang tidak mengarah kepada pelunturan. Jika hal ini berhasil, maka
itulah pertolongan Allah, dan jika kami salah maka harapan besar kami akan
rahmat dan ampunan Allah.

Mata Kuliah

Kode

03/Pesma/002

FIQIH

Pokok Bahasan

Fiqh Thaharah

Target Pembelajaran

Ihsan dalam Thaharah

Pertemuan

2 kali

Tujuan Umum Pembelajaran


Mengetahui pengertian ibadah dalam Islam, hukum-hukum dan cara syar`I dalam ibadah
khusus, dan pengaruhnya pada individu dan masyarakat sehingga menjadi pribadi yang
memiliki sifat terpuji dan akhlak Islami yang mendasar, yang tidak dikotori oleh kotoran
dan tidak berhubungan dengan pihak yang bertentangan.
Tujuan Teori (Kognitif)
1. Menjelaskan air yang suci dan macam-macamnya
2. Memberikan pengertian najis sambil menerangkan macam-macamnya dan cara
menghilangkannya
Tujuan Afektif dan Psikomotorik (Praktik)
1. Membedakan macam-macam air
2. Menjelaskan dua macam najis ( alhissiyah dan hukmiah) dengan contoh
3. Menjelaskan pengaruh thoharoh (bersuci) pada ibadah
4. Menerangkan adab-adab dalam membuang hajat
5. Mempraktekkan cara bersuci dari najis
FIQHUTHTHAHARAH
I. HUKUM AIR
1. Macam macam Air
a. Air Muthlaq, seperti air hujan, air sungai, air laut, hukumnya suci dan mensucikan
b. Air Mustamal: yaitu air yang lepas dari anggota tubuh orng yang sedang
berwudhu atau mandi, dan tidak mengenai benda najis, hukumnya suci seperti
yang disepakati para ulama, dan tidak mensucikan menurut jumhurul ulama

c. Air yang bercampur benda suci seperti sabun, dan cuka selama percampuran itu
sedikit tidak merubah nama air, maka hukumnya masih suci mensucikan menurut
madzhab Hanafi , dan tidak mensucikan menurut imam SyafiI dan Malik.
d. Air yang terkena najis, jika merubah rasa, warna atau aromanya maka hukumnya
najis tidak boleh dipakai bersuci menurut ijma. Sedang jika tidak merubah salah
satu sifatnya maka mensucikan menurut imam Malik, baik air itu banyak atau
sedikit; tidak mensuciakn menurut madzhab Hanafi; mensucikan menurut
madzhab Syafiiy jika telah mencapai dua kulah, yang diperkirakan sebanyak
volume tempat yang berukuran 60 cm3

Sur (sisa) yaitu air yang tersisa di tempat minum setelah diminum
sisa anak Adam (manusia) hukumnya suci, meskipun ia seorang kafir,
junub, atau haidh
sisa kucing dan hewan yang halal dagingnya hukunya suci
sisa keledai, dan binatang buas, juga burung hukumnya suci menurut
madzhab Hanafi.
Sedangkan sisa anjing dan babi hukumnya najis menurut seluruh ulama

II. NAJIS DAN CARA MEMBERSIHKANNYA


1. Najis
Najis adalah kotoran yang wajib dibersihkan oleh setiap muslim, dengan mencuci
benda yang terkena. Macamnya:
Air kencing, dan tinja manusia, dan hewan yang tidak halal dagingnya, telah
disepakati para ulama. Sedangkan kotoran hewan yang halal dimakan dagingnya
maka hukumnya najis menurut madzhab Hanafi dan Syafiiy, dan suci menurut
madzhab Malikiy dan Hanbali
Madzyi; yaitu air putih lengket yang keluar ketika seseorang sedang berfirki
tentang seks dan sejenisnya.
Wadi; yaitu air putih yang keluar setelah buang air kecil
Darah yang mengalir. Sedangkan yang sedikit di-mafu. Menurut madzhab
Syafiiy darah nyamuk, kutu dan sejenisnya dimafu jika secara umum dianggap
sedikit.
Anjing dan babi8
8 Anjing najis semua menurut jumhurul fuqaha, karena hadits: Jika anjing menjilat wadah salah seorang
diantaramu, maka tumpahkanlah dan basuhlah dengan tujuh kali basuhan HR Muslim. Mereka mengatakan
bahwa hadits ini menunjukkan najis air liurnya. Dan air liur adalah bagian dari mulutnya, maka mulutnya
najis juga. Sedang mulut adalah organ yang palin mulia maka selebihnya lebih layak disebut najis.Menurut
Imam Malik, anjing itu suci semua termasuk air liurnya, karena firamn Allah: (Maka makanlah dari apa
yang ditangkapnya untukmu, QS. Al Maidah: 4) dan hewan buruan itu pasti terjilat liur anjing dan kita
tidak disuruh mencucinya. Dan jika anjing menjilat air maka tidak membuatnya najis, boleh diminum,
berwudhu dengannya. Mencuci tempat bekas dijilat anjing adalah taabbudi (ibadah)
Menurut madzhab Hanafi, air liur anjing itu najis, sedangkan organ tubuh lainnya suci.
Sedangkan babi hukumnya najis menurut jumhurul fuqaha, termasuk madzhab Hanafi. Tidak seorangpun
yang berbeda pendapat dalam hal ini, kecuali sebagian pengikut Maliki. Jumhur berdalil bahwa babi lebih
menjijikkan daripada anjing, dan Allah berfirman: (sesungguhnya ia najis)

Bangkai, kecuali mayat manusia, ikan dan belalang, dan hewan yang tidak
berdarah mengalir

2. Menghilangkan najis
Jika ada najis yang mengenai badan, pakaian manusia atau lainnya, maka wajib
dibersihkan, jika tidak terlihat maka wajib dibersihkan tempatnya sehingga dugaan kuat
najis telah dibersihkan. Sedangkan pembersihan bejana yang pernah dijilat anjing maka
wajib dibasuh dengan tujuh kali dan salah satunya dengan debu. (walagha: menjulurkan
lidah ke air, atau benda cair lainnya).
Sedangkan sentuhan anjign dengan fisik manusia, maka tidak membutuhkan
pembersihan melebihi cara pembersihan yang biasa9. Sedang najis cedikit yang tidak
memungkinkan dihindari maka hukumnya dimaafkan, demikianlah hukum sedikit darah,
dan muntahan. Diringankan pula hukum air kencing bayi yang belum makan makanan,
maka hanya cukup dengan diperciki air.
3. Adab Buang Hajat
Jika seorang muslim hendak buang hajat, maka harus memperhatikan hal-hal
berikut ini:
Tidak membawa apapun yang ada nama Allah, kecuali jika takut hilang
Membaca basmalah, istiadzah, ketika masuk. Dan tidak berbicara ketika ada di
dalamnya
Tidak menghadap kiblat atau membelakanginya. Hal ini harus menjadi perhatian
setiap muslim jika membangun kamar mandi
Jika sedang berada di perjalanan, maka tidak boleh melakukannya di jalan, atau di
bawah teduhan. Harus menjauhi liang hewan.
Tidak kencing berdiri, kecuali jika aman dari perciakan (seperti kencing di tempat
kencing yang tinggi; urinoir)
Wajib membersihkan najis yang ada di organ pembuangan dengan air, atau
dengan benda keras lainnya (asal bukan benda yang dihormati), tidak dengan
tangan kanan. Membersihkan tangannya dengan air dan sabun jika ada.
Mendahulukan kaki kiri ketika masuk dengan membaca:
A A
,
dan keluar dengan kaki kanan sambil membaca:

9 Ini menurut jumhurul ulama, sedang menurut Malikiy dan Hanafi maka tidak perlu
pembersihann karena menurut mereka fisik anjing itu tidak najis

Mata Kuliah

Kode

01/Pesma/003

FIQIH

Pokok Bahasan

Haid, nifas, junub

Target Pembelajaran

Ihsan dalam Thaharah

Pertemuan

2 kali

Tujuan Umum Pembelajaran


Mengetahui pengertian ibadah dalam Islam, hukum-hukum dan cara syar`I dalam ibadah
khusus, dan pengaruhnya pada individu dan masyarakat sehingga menjadi pribadi yang
memiliki sifat terpuji dan akhlak Islami yang mendasar, yang tidak dikotori oleh kotoran
dan tidak berhubungan dengan pihak yang bertentangan.
Tujuan Teori (Kognitif)
1. Menerangkan arti haid, nifas dan junub
2. Menjelaskan sebab-sebab yang mewajibkan mandi
3. Membedakan antara mandi wajib dengan mandi sunnah
Tujuan Afektif dan Psikomotorik (Praktik)
1. Menjelaskan pengaruh thoharoh (bersuci) pada ibadah
2. Menerangkan adab-adab dalam membuang hajat
3. Mempraktekkan cara bersuci dari hadats
A. HAIDH, NIFAS, DAN JINABAT
1. HAIDH: adalah darah yang keluar dari wanita dalam keadaan sehat, minimal
sehari semalam menurut Syafiiyyah, dan tiga hari menurut madzhab Hanafi.
Umumnya tujuh hari, dan maksimal sepuluh hari menurut madzhab Hanafi, dan
lima belas hari menurut madzhab Syafiiy. Jika darah itu berlanjut melebihi batas
maksimal disebut darak ISTIHADHAH
2. NIFAS: yaitu darah yang keluar dari wanita setelah melahirkan. Minimal tidak
ada batasnya, dan maksimal empat puluh hari sesuai dengan hadits Ummu
Salamah: Para wanita yang nifas pada zaman Rasulullah saw menunggu empat
puluh hari. HR Al Khamsah, kecuali An Nasaiy

3. Seseorang menjadi junub karena berhubungan seksual, atau karena keluar sperma
dalam kondisi tidur maupun melek/terjaga.
4. Hukum wanita haidh dan nifas bahwa mereka tidak berpuasa dan wajib qadha hari
Ramadhan yang ditinggalkan; tidak wajib shalat dan tidak wajib qadha shalat
yang ditinggalkan; diharamkan baginya dan suaminya berhubungan seksual;
tidak diperbolehkan juga baginya dan orang yang junub melakukan thawaf;
menyentuh mushaf, membawanya, membaca Al Quran kecuali yang sudah
menjadi doa atau basamalah; tidak boleh juga berada di masjid; sebagaimana
diharamkan pula atas orang yang junub melakukan shalat bukan puasa.
B. MANDI
Mandi adalah mengalirkan air suci mensucikan ke seluruh tubuh. Dasar hukumnya
adalah firman Allah: , dan jika kamu junub maka mandilah, QS Al Maidah: 6
1.

PENYEBAB WAJIB MANDI


Keluar mani disertai syahwat pada waktu tidur maupun terjaga, oleh laki-laki
maupun wanita, seperti hadits Rasulullah saw: air itu dari air.
HR Muslim. Hal ini disepakati oleh tiga imam madzhab. Berdasarkan hadits ini
maka keluar mani tanpa disertai syahwat, sperti karena sakit, kedinginan,
kelelahan, dsb tidak mewajibkan mandi. Asy SyafiI menyatkan kewajiban mandi
karena keluar mani, oleh sebab apapun meskipun tanpa syahwat.
Hubungan seksual, meskipun tidak keluar mani, karena sabda Rasulullah saw :
Ketika sudah duduk dengan empat kaki, kemudian khitan bertemu khitan, maka
wajib mandi. HR Ahmad, Muslim dan At Tirmidzi
Selesai haidh dan nifas bagi wanita. Karena firman Allah: . Oleh sebab itu
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka
campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. QS. Al
Baqarah: 222
Mayit muslim, wajib dimandikan oleh yang hidup, karena sabda Nabi:
mandikanlah dengan air dan daun bidara.Muttafaq alaih, kecuali syahid di medan
perang.
Orang kafir ketika masuk Islam, karena hadits Qais bin Ashim bahwasannya ia
masuk Islam, lalu Rasulullah menyuruhnya agar mandi dengan air dan daun
bidara. HR Al Khamsah kecuali Ibnu Majah

2.

MANDI SUNNAH
Seorang muslim disunnahkan mandi dalam keadaan berikut ini:
Hari jumat, karena sabda Nabi: Jika datang kepada salah seorang di antaramu
hari jumat maka hendaklah mandi. HR Al Jamaah, disunnahkan mandinya
sebelum berankar shalat jumat
Mandi untuk shalat iedul fitri dan adha, hukumnya sunnah menurut para ulama
Mandi marena selesai memandikan janazah, sesuai sabda Nabi: Barang siapa
yang selesai memandikan hendaklah ia mandi. HR Ahmad dan Ashabussunan

3.

RUKUN MANDI

4.

5.

Mandi ihram bagi yang hendak menunaikan haji atau umrah, seperti dalam hadits
Zaid bin Tsabit bahwasannya Rasulullah saw melepaskan bajunya untuk ihram
dan mandi. HR Ad Daruquthniy Al Baihaqi dan At Tirmidziy yang
menganggapnya hasan.
Masuk untuk memasuki kota Makkah. Rasulullah saw melakukannya seperti yang
disebutkan dalam hadits shahih, demikian juga mandi untuk wuquf di Arafah.

Niat, karena hadits Nabi: Sesungguhnya amal itu dengan niat. Dan juga untuk
membedakannya dari kebiasaan, dan tidak disyaratkan melafalkannya, karena
tempatnya ada di hati.
Membasuh seluruh tubuh, karena firman Allah: (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu
mandi. QS. An Nisa: 43 dan hakekat mandi adalah meratakan air ke seluruh tubuh
Madzhab Hanafi menambahkan rukun ketiga yaitu: berkumur, menghisap air ke
hidung, yang keduanya sunnah menurut imam lainnya.
SUNNAH MANDI
Membaca basamalah
Membersihkan najis fisik jika ada
Berwudhu (berkumur dan menghisap air ke hidung)
Mengulanginya tiga kali dalam setiap maembasuh organ tubuh dan memulainya
dari kanan lalu kiri
Meratakan air, mensela-sela jari, rambut, membersihkan ketiak, lubang hidung
dan pusar.
Menggosok dan terus menerus tidak terputus basuhannya

CARA MANDI
Dari Aisyah dan Maimunah ra: bahwasannya Rasulullah saw jika mandi junub mau
mandi- memulai dengan mencuci dua tangannya dua atau tiga kali, kemudian
menuangkan air dari kanan ke kiri, lalu membersihkan kemaluannya, lalu berwudhu
sebagaimana wudhu untuk shalat, kemudian mengambil air dan dimasukkan ke pangkal
rambut, kemudian membasuh kepalanya tiga guyuran sepenuh tangannya, kemudian
mengguyurkan air ke seluruh badan, lalu membasuh kakinya. Muttafaq alaih

Mata Kuliah

Kode

03/Pesma/004

FIQIH

Pokok Bahasan

Wudhu dan Tayamum

Target Pembelajaran

Ihsan dalam Thaharah

Pertemuan

Tujuan Umum Pembelajaran


Mengetahui pengertian ibadah dalam Islam, hukum-hukum dan cara syar`I dalam ibadah
khusus, dan pengaruhnya pada individu dan masyarakat sehingga menjadi pribadi yang
memiliki sifat terpuji dan akhlak Islami yang mendasar, yang tidak dikotori oleh kotoran
dan tidak berhubungan dengan pihak yang bertentangan.
Tujuan Teori (Kognitif)
1. Menjelaskan arti wudlu,
2. Menjelaskan syarat-syarat wajibnya,
3. Membedakan antara rukun-rukun dengan sunnah-sunnah wudhu, caranya dan
dalilnya
4. Menjelaskan hal-al yang membatalkan wudlu, kapan wajib dan kapan musahab
5. Menerangkan cara memgusap sepatu, kaos kaki dan gips, pembalut dan kapan
batalnya
6. Menerangkan tayammum, menyebutkan dalil dan hal-hal yang membatalkannya
Tujuan Afektif dan Psikomotorik (Praktik)
1. Menunjukkan dalil tentang wudhu dan tayamum
2. Melakukan mandi dan wudlu dengan benar
3. Senantiasa dalam keadaan berwudlu sebisa mungkin
4. mengusap sepatu, kaos kaki dan gips dengan benar
5. Melakukan tayamum dengan benar
WUDHU DAN TAYAMUM
1.

TARIF HUKUM DAN KEUTAMAANNYA

Wudhu adalah bersuci dengan air yang dilakukan dengan cara khusus.
Kewajibannya ditetapkan dengan firman Allah: Hai orang-orang yang beriman, apabila
kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan
siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu
dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
Dan hadits Nabi: Allah tidak akan menerima shalat salah seorang diantaramu jika
berhadats sehingga berwudhu. HR. As Syaikhani.
Abu Hurairah ra telah merilis tentang keutamaan wudhu. Bahwasannya Rasulullah saw
bersabda: Tidakkah aku tunjukkan kepadamu tentang amal yang menghapus kesalahan
dan meninggikan kedudukan? Mereka menjawab: Mau Rasulullah. Sabda Nabi:
Menyempurnakan wudhu dalam kondisi yang tidak menyenangkan, memperbanyak
langkah ke masjid, menunggu shalat setelah shalat, itulah ribath, itulah ribath itulah
ribath10. HR Malik, Muslim, At Tirmidziy dan An Nasaiy
2.

FURUDHUL WUDHU
Membasuh muka, para ulama membatasinya mulai dari batas tumbuh rambut sampai
bawah dagu, dari telinga ke telinga.
Membasuh kedua tangan sampai ke siku; yaitu pergelangan lengan
Mengusap kepala keseluruhannya menurut Imam Malik dan Ahmad, sebagiannya
menurut Imam Abu Hanifah dan Asy Syafiiy
Membasuh kedua kaki sampai ke mata kaki, sesuai dengan sabda Nabi kepada orang
yang hanya mengusap kakinya: Celaka, bagi kaki yang tidak dibasuh, ia diancam
neraka. Muttafaq alaih
Empat rukun inilah yang tercantum dengan tekstual dalam ayat wudhu (QS. 5:6)
ditambah dengan:
1.
Niat menurut Imam Syafiiy, Malik dan Ahmad sesuai dengan sabda Nabi:
Sesungguhnya semua amal itu tergantung niatMuttafaq alaih. Dan untuk
membedakan antara ibadah dari kebiasaan. Dan tidak disyaratkan melafalkan
niat. Karena niat itu berada di hati
2. Tartib, berurutan: yaitu dimulai dari membasuh muka, tangan, mengusap
kepala, lalu memabasuh kaki. Hal ini sunnah hukumnya menurut Abu Hanifah
dan Malikiyah.
3.

SUNNAH WUDHU

10 ribath adalah keterikatan diri di jalan Allah, artinya: membiasakan wudhu dengan
menyempurnakannya dan beribadah menyamai jihad fi sabilillah.

a. Membaca Basmalah, yang menjadi sunnah dalam memulai semua pekerjaan,


juga sesuai dengan sabada Nabi: berwudhulah dengan menyebut nama
Allah HR Al Baihaqi
b. Bersiwak, sesuai dengan sabda Nabi: Jika tidak akan memberatkan umatku
maka akan aku perintahkan mereka bersiwak setiap kali berwudhu. HR. Malik,
Asy Syafiy, Al baihaqi, dan Al Hakim. Disunnahkan pula bersiwak itu bagi
orang yang berpuasa juga seperti dalam hadits Amir bin Rabiah ra berkata: Aku
melihat Rasulullah saw tidak terhitung jumlahnya bersiwak dalam keadaan
berpuasa.HR Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy. Menurut Imam Syafiiy
bersiwak setelah bergeser matahari bagi orang yang berpuasa hukumnya
makruh.
c. Membasuh dua telapak tangan tiga kali basuhan di awala wudhu, sesuai hadits
Aus bi Aus Ats Tsaqafiy ra berkata: Aku melihat Rasulullah saw berwudhu dan
membasuh kedua tangannya tiga kali. HR Ahmad dan An Nasaiy
d. Berkumur, menghisap11 air ke hidung dan menyembrukannya keluar. Terdapat
banyak hadits dalam hal ini. Sunnahnya dilakukan dengan berurutan, tiga kali,
menggunakan air baru, menghisap air ke hidung dengan tangan kanan dan
menymburkannya dengan tangan kiri, menekan dalam menghisap kecuali dalam
keadaan puasa.
e. Mensela sela jenggot dan jari. At Tirmidzi dan Ibnu Majah meriwayatkannya
dari Utsman dan Ibnu Abbas ra.
f. Mengulang tiga kali basuhan. Banyak sekali hadits yang menerangkannya
g. Memulai dari sisi kanan sebelum yang kiri, seperti dalam hadits Aisyah ra.
Rasulullah saw sangat menyukai memulai dari yang kanan ketika memakai
sandal, menyisir, bersuci, dan semua aktifitasnya. Muttafaq alaih
h. Menggosok, yaitu menggerakkan tangan ke anggota badan ketika mengairi atau
sesudahnya. Sedang bersambung artinya terus menerus pembasuhan anggota
badan itu tanpa terputus oleh aktifitas lain di luar wudhu. Hal ini diterangkan
dalam banyak hadits. Menggosok menurut madzhab Maliki termasuk dalam
rukun wudhu, sedang terus menerus termasuk dalam rukun wudhu menurut
madzhab Maliki dan Hanbali.
i. Mengusap dua telinga, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad dan At
Thahawiy dari Ibnu Abbas, dan Al Miqdam bin Ma' di Kariba
j. Membasuh bagian depan kepala, dan memperpanjang basuhan di atas siku dan
mata kaki. Seperti dalam hadits Nabi: Sesungguhnya umatku akan datang di
hari kiamat dalam keadaan putih berseri dari basuhan wudhu.
k. Berdoa setelah wudhu, seperti dalam hadits Ibnu Umar ra. Rasulullah saw
bersabda: Tidak ada seorangpun di antara kalian yang berwudhu dan
menyempurnakannya, kemudian berdoa:

Aku Bersaksi bahwasannya tiada Tuhan yan berhak disembah selain Allah, Maha Esa
tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan
11 Keduanya wajib menurut Imam Ahmad, karena keduanya termasuk dari wajah.

utusan-Nya. Pasti akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan itu, dan
dipersilahkan masuk dari mana saja. HR. Muslim.
l. Shalat sunnah wudhu dua rakaat, seperti dalam hadits Uqbah bin Amir ra
berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidak ada seorangpun yang berwudhu
dan menyempurnakan wudhunya, kemudian shalat dua rakaat dengan
menghadap wajah dan hatinya maka wajib baginya surga. HR Muslim,
Abu Daud dan Ibnu Majah.
2.
Sedangkan doa ketika berwudhu, tidak pernah ada riwayat yang
menerangkan sedikitpun
4.

CARA WUDHU
Dari Humran mantan budak Utsman bin Affan ra. Bahwasannya Utsman minta
diambilkan air wudhu, kemudian ia basuh kedua tangannya tiga kali, kemudian
berkumur, menghisap air ke hidung, menyemburkannya, lalu membasuh mukanya
tiga kali, membasuh tangan kanannya samapai ke siku tiga kali, kemudian yang kiri
seperti itu, kemudian mengusap kepalanya, lalu membasuh kaki kanannya sampai ke
mata kaki tiga kali, dan yang kiri sepertiitu. Kemudian Utsman berkata: Saya melihat
Rasulullah saw berwudhu seperti wudhuku ini dan Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian shalat dua rakaat, maka
akan diampuni dosanya. Muttafaq alaih.

5.

YANG MEMBATALKAN WUDHU


Segala sesuatu yang keluar dari dua jalan pembuangan (kencing, tinja, angin, madziy,
atau wadi) kecuali mani yang mengharuskannya mandi. Dalilnya adalah firman Allah:
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, .. (QS.
Al Maidah: 6) dan sabda Nabi saw: Allah tidak menerima shalat salah seorang di
antaramu ketika berhadats sehingga ia berwudhu. Muttafaq alaih. Hadats: adalah
angin dubur baik bersuara atau tidak. Sedangkan madzy adalah karena sabda Nabi
saw: wajibnya wudhu. Muttafaq alaih. Sedangkan wadiy adalah karena ungkapan
Ibnu Abbas: Basuhlah kemaluanmu, dan berwudhulah sebagaimana wudhu untuk
shalat. HR AL Baihaqi, dalam As Sunan.
Perkara yang membatalkan wudhu tersebut antara lain;
a. Tidur lelap yang tidak menyisakan daya ingat, seperti dalam hadits Shafwan bin
Assal ra berkata: Rasulullah saw pernah menyuruh kami jika dalam perjalanan
untuk tidak melepas sepatu kami selama tiga hari tiga malam, sebab buang air kecil,
air besar maupun tidur, kecuali karena junub. HR. Ahmad, An Nasaiy, At Tirmidzi
dan menshahihkannya. Kata tidur disebutkan bersama dengan buang air kecil dan
air besar yang telah diketahui sebagai pembatal wudhu. Sedang tidur dengan duduk
tidak membatalkan wudhu jika tidak bergeser tempat duduknya. Hal ini terantum
dalam hadits Anas ra, yang diriwayatkan oleh Asy Syafiiy, Muslim, Abu Daud:

Adalah para sahabat Rasulullah saw pada masa Nabi menunggu shalat isya
sehingga kepala mereka tertunduk, kemudian mereka shalat tanpa berwudhu.
b. Hilang akal baik karena gila, pingsan, mabuk atau obat. Karena hal ini menyerupai
tidur dari sisi hilangnya kesadaran.
Dua hal ini disepakati sebagai pembatal wudhu, dan mereka berbeda pendapat dalam
beberapa hal berikut ini:
a. Menyentuh kemaluan tanpa sekat, membatalkan wudhu menurut Syafiiy, dan
Ahmad, seperti dalam hadits Busrah ra bahwasannya Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu. HR. Al
Khamsah dan disahihkan oleh At Tirmidziy dan Ibnu Hibban. Al Bukhariy berkata:
Inilah yang paling shahih dalam bab ini. Telah diriwayatkan pula hadits yang
mendukungnya dari tujuh belas orang sahabat.
b. Darah yang mengucur, membatalkan wudhu menurut Abu Hanifah, seperti dalam
hadits Aisyah ra Bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang muntah
atau mengeluarkan darah.maka berpaling dan berwudhulah.. HR. Ibnu Majjah
dan didhaifkan oleh Ahmad, dan Al Baihaqi. Dan menurut Asy Syafiiy, dan Malik
bahwasannya keluarnya darah tidak membatalkan wudhu. Karena hadits yang
menyebutkannya tidak kokoh menurutnya, juga karena hadits Anas ra:
Bahwasannya Rasulullah saw dibekam dan shalat tanpa wudhu lagi. Hadits ini
meskipun tidak sampai pada tingkat shahih, tetapi banyak didukung hadits lain yang
cukup banyak. Al Hasan berkata: Kaum muslimin melaksanakan shalat dengan
luka-luka mereka. HR Al Bukhariy.
c. Muntah yang banyak dan menjijikkan, seperti dalam hadits Madan bin Abi
Thalahah dari Abu Darda: Bahwasannya Rasulullah saw muntah lalu berwudhu.
Ia berkata: Kemudian aku berjumpa dengan Tsauban di masjid Damaskus, aku
tanyakan kepadanya tentang ini. Ia menjawab: Betul, saya yang menuangkan air
wudhunya. HR At Tirmidziy dan mensahihkannya. Demikiamlah madzhab Hanafiy.
Dan menurut Syafiiy dan Malik bahwa muntah tidak membatalkan wudhu, karena
tidak ada hadits yang memerintahkannya. Hadits Madan di atas dimaknai
Istihbab/sunnah.
d. Menyentuh lawan jenis atau bersalaman, membatalkan wudhu menurut Syafiiyah,
karena firman Allah: QS. Al Maidah:6. Tidak membatalkan menurut Jumhurul
Ulama, karena banyaknya hadits yang menyatakan tidak membatalkannya.
Diantaranya hadits Aisyah ra: Bahwasannya Rasulullah saw mencium isterinya,
kemudian shalat tanpa berwudhu. HR. Ahmad dan imam empat. Juga ucapan
Aisyah ra: Saya tidur di hadapan Rasulullah, dan kakiku ada di arah kiblatnya, jika
ia hendak sujud ia memindahkan kakiku. Muttafaq alaih. Tidak ada bedanya dalam
pembatalan ini, apakah wanita itu isterinya atau bukan. Sedang jika menyentuh
mahram maka tidak membatalkan wudhu.
e. Tertawa terbahak ketika shalat yang ada ruku dan sujudnya, membatalkan wudhu
menurut madzhab Hanafi, karena ada hadits: ..kecuali karena tertawa terbahakbahak, maka ulangilah wudhu dan shalat semuanya. Sedang menurut jumhurul

ulama tertawa terbahak-bahak membatalkan membatalkan shalat tetapi tidak


membatalkan wudhu, karena hadits tersebut tidak kokoh dalam hadits yang
membatalkan wudhu. Juga karena hadits Nabi: Tertawa itu membatalkan shalat,
dan tidak membatalkan wudhu. Demikian imam AL Bukhariy mencatatnya sebagai
hadits mauquf dari Jabir. Pembatalan wudhu karena tertawa membutuhkan dalil,
dan tidak ditemukan dalil yang kuat.
f. Jika orang yang berwudhu ragu apakah sudah batal atau belum? Tidak membatalkan
wudhu sehingga ia yakin bahwa telah terjadi sesuatu yang membatalkan wudhu.
Karena hadits Nabi menyatakan: Jika salah seorang diantaramu merasakan sesuatu
du perutnya, lalu dia ragu apakah sudah keluar sesuatu atau belum, maka janganlah
keluar masjid sehingga ia mendengar suara atau mendapati aroma. HR Muslim, Abu
Daud dan At Tirmidziy. Sedang jika ragu apakah sudah wudhu atau belum maka ia
wajib berwudhu sebelum shalat.
6.

KAPAN WAJIB ATAU SUNNAH WUDHU


a.
Wajib berwudhu:
Untuk shalat, baik shalat fardhu maupun sunnah. Meskipun shalat jenazah,
karena firman Allah: jika kamu mau shalat maka hendaklah kamu basuh
QS. Al Maidah: 6
Thawaf di kabah, karena hadits Nabi: Thawaf adalah shalat. HR At
Tirmidziy dan Al Hakim
Menyentuh mushaf, karena hadits Nabi Muhammad saw: Tidak boleh
menyentuh Al Quran kecuali orang yang suci. HR. An Nasaiy dan Ad Daru
Quthniy. Demikianlah pendapat jumhurul ulama. Ibnu Abbas, Hammad, dan
Zhahiriyah berpendapat bahwa menyentuh mushaf boleh dilakukan oleh orang
yang belum berwudhu, jika telah bersih dari hadats besar. Sedangkan membaca
Al Quran tanpa menyentuh mushaf, semua sepakat memperbolehkan.
b.
Sunnah berwudhu
Ketika dzikrullah. Pernah ada seseorang yang memberi salam kepada Nabi
yang sedang berwudhu, dan Nabi tidak menjawab salam itu sehingga
menyelesaikan wudhunya. Dan bersabda: Sesungguhnya tidak ada yang
menghalangiku menjawab salammu, kecuali karena aku tidak ingin menyebut
nama Allah kecuali dalam keadaan suci. HR Al Khamsah, kecuali At Tirmidziy
Ketika hendak tidur, seperti hadits Nabi: Jika kamu mau tidur hendaklah
berwudhu sebagaimana wudhu shalat. HR Ahmad, Al Bukhariy dan At
Tirmidziy
bagi orang junub yang hendak makan, minum, mengulangi hubungan seksual,
atau tidur. Demikianlah yang diriwayatkan dari Rasulullah saaw oleh AL
Bukhari, Muslim dan muhadditsin lain.
Disunnahkan pula ketika memulai mandi, seperti yang disebutkan dalam hadits
Aisyah ra.


7.

Disunnahkan pula memperbaharui wudhu setiap shalat, seperti yang


diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim dan kebanyakan ulama hadits.

MENGUSAP AL KHUFF
a.
Mengusap sepatu dalam berwudhu ditetapkan
berdasarkan As Sunnah yang shahih. Hal ini disepakati oleh empat imam
madzhab dan mayoritas ulama lain. Di antara hadits yang membahas hal ini
adalah:
Hadits Al Mughirah bin Syubah ra berkata: saya pernah bersama Rasulullah
saw yang sedang berwudhu, kemudian segera aku hendak melepas
sepatunya. Beliau bersabda: Biarkan (jangan dilepas) karena aku
memakainya dalam keadaan suci, kemudian ia mengusapnya. Muttafaq
alaih
Hadits Jabir bin Abdullah AL Bajali ra bahwasannya ia kencing kemudian
berwudhu dan mengusap sepatunya. Ada yang bertanya kepadanya: kamu
lakukan ini? Ia menjawab: Ya. Aku menyaksikan Rasulullah saw buang air
kecil, kemudian wudhu dan mengusap sepatunya.
b.
Hukumnya
Syarat diperbolehkan mengusap sepatu dalam berwudhu adalah:
Memakainya dalam keadaan suci, seperti yang disebutkan dalam hadits Al
Mughirah di atas
Kedua sepatu itu dalam keadaan suci, sebab jika ada najisnya maka tidak
sah shalatnya
Menutup sampai ke mata kaki,12 demikianlah sepatu yang dikenakan dan
diusap Rasulullah saw
c.
Yang membatalkannya
Habisnya masa pengusapan (kecuali menurut Malikiyah yang tidak
menghitus batas pengusapan)
Melepas salah satu sepatu atau keduanya
Wajib mandi karena junub atau sejenisnya. Seperti hadits Shafwan bin
Assal yang disebutkan: Agar tidak melepas sepatu selama tiga hari tiga
malam, kecuali karena junub. HR An Nasaiy, At Tirmidziy dan Ibnu
Huzaimah.
Semua yang membatalkan wudhu
Jika sudah selesai masa pengusapan atau terlepasnya sepatu, dan dalam keadaan
berwudhu maka ia cukup membasuh kakinya saja. Demikian menurut madzhab
Hanafi dan Syafiiy, karena bersambung dalam berwudhu menurut mereka adalah
sunnah. Sedang menurut madzhab Maliki dan Hanbali, wajib mengulang wudhu
secara keseluruhan karena bersambung dalam wudhu menurut mereka hukumnya
wajib
12 Madzhab Syafi;iy menambahkan syarat mengusap sepatu: tiga hari bagi musafir dan
sehari semalam bagi muqim, dan tidak tembus air sampai ke kaki

d. Tempat Pengusapan adalah bagian atas sepatu tanpa ada pembatasan. Seperti
dalam hadits Al Mughirah bin Syubah wa: Aku melihat Rasulullah saw
mengusap bagian atas sepatunya. HR Ahmad, Abu Daud dan At Tirmidziy
e. Batas waktu pengusapan, bagi orang yang mukim (tidak bepergian) sehari
semalam, dan bagi musafir tiga hari tiga malam, seperti dalam hadits Ali ra:
Rasulullah saw memberikan tiga hari tiga malam bagi musafir dan sehari
semalam bagi muqimin, dalam mengusap sepatu. HR Muslim.
8.

MENGUSAP ALJAURA (kaos kaki)


Hukum mengusap kaos kaki ditetapkan dalam As Sunnah. Diantaranya adalah:
Hadits Al Mughirah bin Syubah: Bahwasannya Rasulullah saw berwudhu dan
megusap dua kaos kaki dan sandalnya. HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah,
dan At Tirmidzi yang mengatakan hadits ini hasan shahih (Hadits Abu Musa Al
Asyariy yang meriwayatkan seperti teks hadits di atas. HR Ibnu Majah. )
Hukum pembolehkan mengusap kaos kaki diriwayatkan oleh banyak sahabat,
diantaranya adalah: Ali bin Abi Thalib, Ibnu Masud, Ibnu Umar, Anas bin
Malik, Ammar bin Yasir, Bilal, Al Barra bin Azib, Abu Umamah, Sahl bin Sad,
Amr bin Huraits dan Sad bin Abi Waqas.
Madzhab Hanafi dan Hanbali memperbolehkannya. Sedang madzhab Syafiiy
memperbolehkannya dengan syarat kaos kaki itu dapat diapai untuk berjalan.
Kebolehan mengusap kaos kaki ini hukum-hukumnya seperti yang ada pada
hukum mengusap sepatu.

9.

MENGUSAP AL JABIRAH
Al jabirah adalah pembalut tubuh yang terluka. Jika membasuh organ tubuh yang sakit
dalam wudhu membahayakan atau sakti, atau terhalang oleh pembalut luka itu, maka
pembasuhan itu diganti dengan penusapan di atas pembalut itu. Hal ini berdasrkan
hadits Tsauban ra berkata: Rasulullah saw mengutus satu pasukan sariyah (ekspedis
perang) lalu mereka menghadapi musim dingin. Maka ketika mereka bertemu Nabi
Muhammad saw, mereka mengadukan dingin yang menimpanya, dan Rasulullah
menyuruhnya mengusap pembalut lukanya dan sepatunya. HR Ahmad, Abu Daud, dan
Al Hakim dalam Al Mustadrak, sesuai dengan persyaratan Imam Muslim, dan disetujui
oleh Adz Dzhabiy
Mengusap pembalut luka ini batal jika dilepas, atau sembuh lukanya.13
II.

1.

TAYAMMUM

TARIF
13 Menurut madzhab Syafiiy, mengusap pembalut luka ini ada beberapa hukum, yaitu: Dipasang dalam
keadaan suci, tidak berada pada organ tayammum, jika ada syarat yang tidak terpenuhi harus mengulang
shalat.

Tayammum adalah menggunakan tanah yang suci, dengan cara tertentu disertai
dengan niat untuk kebolehan shalat. Firman Allah: . Dan jika kamu sakit atau sedang
dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh
perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan
tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pema`af lagi Maha Pengampun.QS. An Nisa: 43. tayammum dapat menggantikan wudhu
dan mandi.
2.

SEBAB KEBOLEHAN TAYAMMUM


Sebab utama diperbolehkan tayammum adalah karena ketiadaan air, seperti dalam
firman Allah: kemudian kamu tidak mendapat air (QS. An Nisa: 43) Ketiadaan air itu
bisa hakiki atau hukmiy, dan masing-masing memiliki kondisi yang sangat beragam,
kami ringkas berikut ini:
a. Ketiadaan hakiki: yaitu dengan tidak ditemukan air setelah melakukan pencarian baik
dialakukan oleh musafir yang jauh ari perkampungan sejauh satu mil, atau di
perkampungan yang tidak ada air. Kewajiban awalnya adalah mencari air, jika ada
yang dekat,14 atau dugaan kuat ada air di suatu tempat. Demikianlah pendapat
madzhab Hanafi. Sedang menurut madzhab Syafi;iy dan Hanbali kewajiban mencari
itu berlaku jika yakin ada air.
Atau mendapatkan air yang tidak cukup untuk bersuci, atau lebih dubutuhkan untuk
minum sendiri atau minum makhluk lain, manusia atau hewan, atau lebih dibutuhkan
untuk makan. Imam Ahmad berkata: Beberapa orang sahabat melakukan tayammum
dan menyimpan air untuk minumnya.
b. Ketiadaan Hukmiy: yaitu keberadaan air yang cukup tetapi ia tidak dapat
menggunakannya karena sakit dan menambah sakitnya atau memperlambat
kesembuhannya. Atau karena air sangat dingin yang membahayakan manusia jika
memakainya dan tidak mampu menghangatkannya. Sahabat Amr bin Ash ra shalat
subuh dengan tayammum karena takut celaka jika mandi dengan air dingin dalam
perang Dzatussalasil, dan Rasulullah mengiyakannya. HR Ahmad, Abu Daud, dan
dishahihkan oleh Al Hakim dan Ibnu Hibban, Al Bukhari memberikan catata hadits
ini, Al Mundziri menilainya hadits Hasan, dan Al Hafizh Ibnu Hajar menguatkannya.
Air berada di dekat, tetapi tidak dapat mengambilnya karena ada musuh atau tidak
ada alat untuk mengeluarkannya dari sumur.
c. Kehabisan waktu. Jika seseorang merasa takut kehabisan waktu shalat jika
menggunakan air, dan cukup waktu jika tayammum lalu shalat, maka tidak wajib
mengulang menurut madzhab Malikiy, wajib mengulang menurut madzhab Hanafiy.

14 Keberadaan air dianggap jauh ketika berjarak lebih dari satu mil (1847 m) menurut
madzhab Hanafi, atau setengah farsah sekitar satu setengah mil menurut madzhab
Syafiiy (2771 m) atau dua mil menurut madzhab Maliki (3694 m)

Tidak boleh tayammum meskipun kehabisan waktu menurut madzhab Hanbali dan
Syafiiy
3.

TANAH SEBAGAI ALAT TAYAMUM


Tanah yang digunakan adalah yang berada di permukaan bumi. Dari itulah diperbolehkan
bertayammum dengan debu dan seluruh benda suci sejenisnya yang ada di muka bumi
seperti pasir, batu, semen, dan kapur. Tetapi menurut madzhab Syafiiy, tayammum hanya
diperbolehkan dengan debu atau pasir yang mengandung debu.

4.

CARA TAYAMMUM
Seorang yang hendak bertayammum berniat dahulu, kemudian membaca basamalah, lalu
memukulkan telapak tangannya ke atas tanah yang suci dengan sekali atau dua kali
tepukan, kemudian diangkat tangannya dan ditiup sehingga tidak ada debu yang
membekas di tangan, kemudian mengusapkan dua tangan itu ke muka dan dua telapak
tangannya sampai ke pergelangan, seperti yang disebutkan dalam hadits Ammar bin Yasir
ra berkata: Rasulullah saw mengutusku dalam satu hajat, lalu saya junub dan tidak
menemukan air untuk mandi, kemudian saya berguling-guling di tanah seperti hewan.
Dan ketika saya bertemu Nabi saya ceritakan peristiwa itu. Lalu Nabi bersabda:
Sesungguhnya kamu cukup dengan memukulkan kedua tanganmu ke tanah dengan sekali
pukulan, kemudian tangan kiri mengusap yang kanan dan punggung telapak tangan dan
wajah. Muttafaq alaih. Demikianlah madzhab Hanbali dan Maliki. Sedangkan dalam
madzhab Hanafi dan Syafiiy, mereka berpendapat pengusapan tangan harus sampai ke
dua siku. Mereka berpegang dengan beberapa hadits dhaif yang tidak sampai menandingi
hadits Ammar di atas. Imam Nawawiy, penulis kitab Al Majmu Syarah AL Muhadzdzab,
dan Ash Shananiy penulis kitab Subulussalam, mentarjih/menguatkan pendapat pertama,
padahal keduanya bermadzhab Syafiiy

5.

HAL-HAL YANG DIPERBOLEHKAN DENGAN TAYAMMUM


Tayammum adalah pengganti wudhu dan mandi, maka dengan tayammum itu
diperbolekan apa saja yang diperbolehkan oleh keduanya, sepeti: Shalat, thawaf,
memegang mushaf. Madzhab Hanafi berpendapat bahwa orang yang bertayammum dapat
shalat dengan tayammumnya itu berapa saja shalat fardhu maupun sunnah yang dia mau,
sehingga hilang penyebab pembolehan tayammum. Sedangkan menurut madzhab
Syafiiy tayammum hanya bisa dipakai untuk sekali shalat fardhu dan shalat sunnah tidak
terbatas.

6.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN TAYAMMUM


Segala yang membatalkan wudhu, membatalkan tayammum. Tayammum batal jika
hilang penyebab pembolehan, seperti sudah mendapati air atau sudah mampu
menggunakan air. Akan tetapi jika sudah shalat dengan tayammum kemudian

menemukan air maka ia tidak wajib mengulanginya15. Sedangkan orang yang tayammum
karena junub maka ia harus mandi ketika sudah menemukan air.16
Catatan : Tulis hikmah mudhu dan tayamum

Mata Kuliah

Kode

03/Pesma/005

FIQIH

Pokok Bahasan

Shalat

Target Pembelajaran

Ihsan dalam shalat

Pertemuan

1.
2.
3.
4.

Menjelaskan hukum dan waktu sholat, adzan dan iqomat


Menjelaskan tenatang nas yang berkenaan dengan sholat, adzan dan iqomat
Mempraktekkan adzan dan iqomat
Menjelaskan tentang keutamaan adzan dan iqomat

1.
2.
3.

Bersemangat untuk adzan


Menunjukkan dalil tentang Perintah Shalat
Menunjukkan dalil tentang keutamaan adzan dan

1. HUKUM, DAN KEUTAMAAN SHALAT SERTA HUKUM ORANG YANG


MENINGGALKANNYA

15 menurut madzhab Maliki dan Syafiiy karena hadits Rasulullah saw terhadap orang
yang tidak mengulang shalat setelah menemukan air : Kamu sesuai dengan sunnah dan
shalatmu sudah boleh HR Abu Daud dan An Nasaiy
16 karena hadits Imran ra berkata: Rasulullah saw shalat bersama dengan kaum
muslimin. Ketika usai shalat, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menyendiri dan tidak
ikut shalat bersama kaum muslimin. Nabi menegurnya: Mengapa kamu itdak shalat
bersama kaum muslimin? Orang itu menjawab: Saya junub dan tidak ada air. Sabda Nabi:
Kamu bisa gunakan tanah, itu cukup. Kemudian Imran menyebutkan bahwa setelah
mereka menemukan air, Rasulullah memberikan air kepada orang yang junub tadi dengan
mengatakan: bawalah dan gunakan mandi. HR Al Bukhari.

Shalat adalah atau dari lima rukun Islam. Shalat merupakan tiang agama yang
tidak akan tegak tanpanya. Shalat adalah ibadah pertama yang Allah wajibkan. Shalat
adalah amal pertama yang diperhitungkan di hari kiamat. Shalat adalah wasiat terakhir
Rasulullah saw kepada ummatnya ketika hendak meninggalkan dunia. Shalat adalah
ajaran agama yang terakhir ditinggalkan.
Allah swt menyuruh memelihara shalat setiap saat, ketika mukim atau musafir,
saat aman atau ketakutan. Firman Allah:



}


*


[239 238 : { ]
Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah
(dalam shalatmu) dengan khusyu`Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka
shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka
sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang
belum kamu ketahui..(QS. 238-239)
Sebagaimana Allah telah menjelaskan cara shalat di waktu perang, yang
menegaskan bahwa shalat tidak boleh ditinggalkan dalam kondisi yang paling genting.
Firman Allah:




[103 - 101 :{ ]



Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu menqashar
sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah
mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka
hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata,
kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
seraka`at), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh)
dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu
bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan
menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu
dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Dan tidak ada dosa
atasmu meletakkan senjata-senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena
hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap-siagalah kamu. Sesungguhnya Allah
telah menyediakan azab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu. Maka apabila
kamu telah menyelesaikan shalat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk
dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah
shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An Nisa:101-103)
Allah swt mengancam orang-orang yang mengabaikan shalat,










: { ]

} : [59




[5 4 : { ]
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan
shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.
(QS. Maryam: 59) Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya, (QS. Al Maun: 4-5)
Rasulullah saw telah menjelaskan bahwa shalat menghapus kesalahan.
Bagaimana pendapatmu jika ada sungai di depan pintu rumah di antaramu, mandi di
sana lima kali sehari, apakah masih ada daki di tubuhnya? Mereka menjawab: tidak ada
Ya Rasulallah. Sabda Nabi: itulah perumpamaan shalat lima waktu, Allah menghapus
kesalahan denan shalat. HR Al Bukhariy dan Muslim.
Ada beberapa hadits dari Rasulullah saw tentang kafirnya orang yang
meninggalkan shalat, antara lain:



1. Hadits Jabir ra berkata: Rasulullah saw bersabda:


Batas antara kufur dengan seseorang adalah shalat. HR Muslim, Abu
Daud, At Tirmidziy, Ibnu Majah dan Ahmad.
2. Hadits Buraidah, berkata: Rasulullah saw bersabda:

perjanjian antara kami dengan mereka adalah shalat, maka barang siapa yang
meninggalkannya, maka ia kafir. HR. Ahmad dan Ashabussunan.
3. Hadits Abdullah bin Syaqiq Al Uqailiy, berkata: Para shahabat Nabi Muhammad
saw tidak pernah menganggap amal yang jika ditinggalkan menjadi kafir selain
shalat. HR. At Tirmidzi, Al Hakim dan menshahihkannya dengan standar Al
Bukhari Muslim,
Para sahabat dan para imam telah berijma, bahwa barang siapa yang
meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya, atau melecehkannya hukumnya
kafir murtad. Sedangkan jika meninggalkannya dengan sengaja, tidak mengingkari
kewajibannya, hukumnya kafir juga menurut sebagian shahabat, antara lain: Umar bin
Khaththab, Abdullah ibnu Masud, Abdullah ibnu Abbas, Muadz bin Jabal, demikian
juga menurut imam Ahmad bin Hanbal. Sedangkan menurut jumhurul ulama, bahwa
orang yang meninggalkan shalat dengan tidak mengingkari kewajibannya tidak
membuatnya kafir, akan tetapi fasik yang disuruh bertaubat, dan jika tidak mau bertaubat
maka dihukum mati, bukan kafir murtad menurut Asy Syafiiy dan Malik. Abu Hanifah
berkata: Tidak dibunuh tetapi ditazir dan disekap (dipenjara) sampai mau shalat.
Meskipun shalat tidak diwajibkan kecuali kepada muslim yang berakal, dan
baligh, hanya saja ia dianjurkan untuk diperintahkan kepada anak-anak yang sudah
berumur tujuh tahun, dan dipukul, jika tidak mengerjakannya setelah berusia sepuluh
tahun, agar menjadi kebiasaannya. Seperti dalam hadits: perintahkan anakmu shalat
ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah ia jika berusia sepuluh tahun, pisahkan tempat
tidur mereka. HR Ahmad, Ab Daud, dan Al Hakim, yang mengatakan hadits ini shahih
sesuai dengan persyaratan imam Muslim.
2. WAKTU SHALAT
Shalat yang diwajibkan atas setiap muslim sehari semalam adalah lima waktu,
sesuai dengan hadits seorang Arabiy yang menemui Rasulullah saw dan bertanya: Ya
Rasulullah beritahukan kepadaku tentang shalat fardhu yang telah Allah wajibkan
kepadaku? Jawab Nabi: Shalat lima waktu, kecuali jika kamu beribadah sunnah.
Kemudian orang itu bertanya dan Rasulullah memebaritahukan beberapa syariat Islam.
Orang itu berkata: Demi Allah yang telah memuliakanmu, saya tidak akan beribadah
sunnah sedikitpun dan tidak akan mengurangi kewajiban sedikitpun. Lalu Rasulullah
bersabda:

A
Orang arabiy itu beruntung jika ia benar


(dengan ucapannya). HR Al Bukhari dan Muslim.

Allah swt telah menetapkan waktu setiap shalat fardhu, dan memerintahkan kita
untuk berdisiplin memeliharanya, dengan firman Allah: Sesungguhnya shalat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. QS. An
Nisa:103, waktu itu adalah:
1. Shalat fajar, wakutnya sejak terbit fajar shadiq sehingga terbit matahari,
disunnahkan pelaksanaannya di awal waktu menurut Syafiiyah 17, inilah yang
lebih shahih, dan disunnahkan melaksanakannya di akhir waktu meurut madzhab
Hanafi.18
2. Shalat zhuhur, waktunya sejak tergelincir matahari dari pertengahan langit,
sehingga bayangan benda sama dengan aslinya. Disunnahkan mengakhirkannya
ketika sangat panas, dan di awal waktu di selain itu. Seperti yang diriwayatkan
oleh Al Bukhari dari Anas ra.19
3. Shalat ashar, waktunya sejak bayangan benda sama dengan aslinya, di luar
bayangan waktu zawal, sampai terbenam matahari. Disunnahkan
melaksanakannya di awal waktu, dan makruh melaksanakannya setelah matahari
menguning. Shalat ashar disebut shalat wustha.
4. Shalat maghrib, waktunya sejak terbenam matahari, sehingga hilang rona merah.
Disunnahkan melaksanakannya di awal waktu, 20 dan diperbolehkan
mengakhirkannya selama belum hilang rona merah di langit.
5. Shalat isya, waktunya sejak hilang rona merak sehingga terbit fajar. Disunnahkan
mengakhirkan pelaksanaannya hingga tengah malam. Diperbolehkan juga
melaksanakannya setalah tengah malam, dan makruh hukumnya tidur sebelum
shalat isya dan berbincang sesudahnya.
Dari Jabir bin Abdillah ra: Bahwa Rasulullah saw kedatangan Malaikat Jibril
alaihissalam, dan berkata: Bangun lalu shalatlah, maka Rasulullah shalat zhuhur ketika
matahari bergeser ke arah barat, kemudian Jibril as datang kembali di waktu ashar dan
mengatakan: Bangun dan shalatlah. Maka Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan
benda sudah sama dengan aslinya. Kemudian Jibril as mendatanginya di waktu maghrib
ketika matahari terbenam, kemudian mendatanginya ketika isya dan mengatakan bangun
dan shalatlah. Rasulullah shalat isya ketika telah hilang rona merah. Lalu Jibril
mendatanginya waktu fajar ketika fajar sudah menyingsing. Keesokan harinya Jibril
17 Hujjah Imam Syafi;I adalah hadits Ibnu Masud, Bahwa Rasulullah saw shalat shubuh
pertama di awal waktu, lalu shalat hari berikutnya di akhir waktu, kemudian shalat
Rasulullah pada saat masih gelap setelah itu sampai wafat. HR Al Baihaqi, dengan sanad
shahih. Juga hadits Aisyah ra: Bahwasannya para wanita mukminah kembali ke
rumahnya setelah shalat shubuh bersama Nabi Muhammad saw, mereka tidak dapat
dikenali karnea masih gelap. HR Al Jamaah
18 dalil madzhab Hanafi adalah hadits: Akhirkan shalat fajar, sesungguhnya ia lebih besar
pahalanya. HR Al Khamsah dan disahihkan oleh At Tirmidziy
19 Adalah Rasulullah jika di saat sangat dingin mensegerakan shalat dan jika di waktu
sangat pamas menunda sehingga agak dingin ketika shalat
20 Hadits Rafi bin Khudaij: Kami shalat maghrib bersama Rasulullah saw, ketika selesai
shalat di antara kami masih melihat letak sandalnya. HR Muslim.

datang waktu zhuhur dan mengatakan: Bangun dan shalatlah. Rasulullah shalat zhuhur
ketika bayangan benda telah sama dengan aslinya. Lalu Jibril mendatanginya waktu ashar
dan berkata: Bangun dan shalatlah. Rasulullah saw shalat ashar ketika bayangan benda
telah dua kali benda aslinya. Jibril as mendatanginya waktu maghrib di waktu yang sama
dengan kemarin, tidak berubah. Kemudian Jibril mendatanginya di waktu isya ketika
sudah berlalu separoh malam, atau sepertiga malam, lalu Rasulullah shalat isya.
Kemudian Jibril mendatanginya ketika sudah sangat terang, dan mengatakan: Bangun
dan shalatlah. Maka Rasulullah shalat fajar. Kemudian Jibril as berkata: antara dua waktu
itulah waktu shalat. HR Ahmad, An NasaI dan At Tirmidziy. Al Bukhari mengomentari
hadits ini: Inilah hadits yang paling shahih tentang waktu shalat.
Waktu-waktu yang dijelaskan dalam hadits di atas adalah waktu jawaz (boleh),
dan dalam kondisi udzur dan darurat, waktu shalat itu membentang sampai datang waktu
shalat berikutnya. Kecuali waktu shalat fajar yang habis dengan terbitnya matahari.
Seperti yang diriwayatkan dari Abudullah bin Amr bin Ash, bahwa Rasulullah saw
bersabada: Waktu zhuhur itu ketika matahari telah bergeser sampai bayangan seseorang
sama dengan tingginya, selama belum datang waktu ashar, dan waktu ashar itu selama
matahari belum menguning, waktu maghrib selama belum hilang awan merah, waktu
isya hingga tengah malam, dan waktu shubuh dari sejak terbit fajar sehingga terbit
matahari.HR Muslim
Jika seorang muslim tertidur sebelum melaksanakan shalat fardhu atau lupa belum
melaksanakannya, maka ia wajib melaksanakannya ketika ingat, seperti yang
pernah disebutkan dalam hadits Rasulullah saw
Makruh hukumnya shalat sunnah setelah shubuh sehingga terbit matahari, dan
sesudah ashar sehingga terbenam matahari. Sedangkan shalat fardhu maka sah
hukumnya tanpa makruh. Dan menurut madzhab Syafiiy tidak makruh shalat
sunnah pada dua waktu ini jika ada sebab tertentu seperti tahiyyatul masjid.
Sedangkan ketika matahari terbit, terbenam dan ketika tepat di tengah, maka
hukum shalat di waktu itu tidak sah menurut madzhab Hanafi, baik shalat fardhu
maupun sunnah, baik qadha maupun ada (bukan qadha). Dan menurut madzhab
Syafiiy makruh hukumnya shalat sunnah tanpa sebab. Kecuali jika sengaja shalat
ketika sedang terbit atau saat terbenam, maka haram. Dan menurut madzhab
Maliki haram hukumnya shalat sunnah pada waktu itu meskipun ada sebab. Tetapi
diperbolehkan shalat fardhu baik qadha maupun ada pada saat terbit atau
terbenam matahari. Sedang ketika saat matahari berada tepat di tengah maka
hukumnya tidak makruh dan tidak haram.
3. ADZAN DAN IQAMAT
: Adzan artinya pemberitahuan tentang telah datang waktu shalat, dan lafadhnya adalah

(2x) (4x)
) A
( 2x) A
( 2x)
.( 2x) (2x
sedang iqamat dengan menambahkan ( A
) setelah:

(2x)

1. Adzan dan iqamat hukumnya sunnah muakkadah untuk melaksanakan shalat


fardhu, bagi munfarid maupun berjamaah, menurut jumhurul ulama. Keduanya
hukumnya wajib di masjid menurut imam Malik dan fardhu kifyaah menurut
imam Ahmad
2. Disunnhkan bagi yang mendengar adzn untuk menguapkan seperti yang
diucapkan oleh muadzdzin kecuali dalam bacaan A
( 2x) A


( 2x) yang dijawab dengan : A
Akemudian bershalawat atas Nabi sesudah adzan dan mengucapkan :

Ya Allah Pemiliki
panggilan yang sempurna ini, dan shalat yang tegak. Berikan kepada Nabi
Muhammad wasilah dan keutamaan, berikan kepadanya tempat yang terpuji yang
telah Engkau janjikan. HR. Al Bukhariy
3. Disunnahkan berdoa antara adzan dan iqamat. Di antara doa matsur dalam hal ini
adalah yang diriwayatkan dari Sad bin Abi Waqas, dari Rasulullah saw:Barang
siapa
yang
mengucapkan
ketika
mendengar
muadzdzin:









Aku

4.

5.
6.
7.

bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, Maha Esa, Tiada sekutu baginya. Dan
bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan utusannya. Aku ridha Allah sebagai
Tuhanku, Islam agamaku, Nabi Muhammad saw sebagai utusan. Akan diampuni
dosa-dosanya. HR Muslim dan At Tirmidziy.
Disunnahkan ada jarak antara adzan dan iqamat untuk memberi kesempatan orang
hadir ke masjid. Diperbolehkan juga iqamat selain orang yang adzan21.
Disunnahkan bagi yang mendengar qamat untuk menguapkan seperti yang
dikatakan oleh orang yang qamat. Sebagaimana disunnahkan pula berdiri ketika
orang yang qamat mengucapkan
(
Diajarkan bagi orang yang mengqadha shalat yang terlewatkan untuk adzan dan
iqamat. Dan jika shalat yang ditinggalkan itu banyak maka adzan unutk shalat
pertama dan qamat untuk setiap shalat.
Diperbolehkan berbicara dll antara qamat dan shalat, dan tidak mengulang iqamat
meskipun penghalang itu panjang. Hal ini ditetapkan dalam As Sunnah seperti
dalam riwayat Al Bukhariy
Wanita tidak disunnahkan adzan dan iqamat. Tetapi tidak apa-apa jika
melakukannya. Aisyah ra pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh Al
Baihaqi.

21 hadits yang menyatakan: Barang siapa adzan dia yang qamat, adalah dhaif

Mata Kuliah

Kode

03/Pesma/006

FIQIH

Pokok Bahasan

Shalat

Target Pembelajaran

Ihsan dalam shalat

Pertemuan

1. Memerinci syarat-syarat sholat, hal-hal yang wajib dan yang sunnah dilakukan
Menjelaskan hal-hal yang makruh dilakukan dalam sholat, hal-hal yang membatalkan dan yang boleh
dilakukan
3. Menjelaskan sholat-sholat fardlu dan sunnah
2.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

A.

Bangun pagi untuk mengerjakan sholat subuh


Bersemangat untuk adzan
Berusaha sholat di masjid
Menghindari hal hal yang makruh dalam sholat
Menjadikan doa sebagai penolong khususnya pada waktu-waktu utama
Selalu menghadirkan niat dalam setiap amalannya
Menggunakan siwak
Dapat membedakan antara syarat, rukun dan sunnah shalat

SYARAT SHALAT

1.

2.

Syarat shalat adalah segala sesuatu yang harus dilakukan sebelum seseorang menunaikan shalat. Dan jika
ada salah satu di antaranya tidak terpenuhi maka batal shalatnya. Syarat shalat itu mencakup;
Mengetahui telah datang waktu, meskipun cukup dengan asumsi terkuat. Firman Allah:
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman. An Nisa: 103

Suci badan. Seperti dalam sabda Nabi:


berwudhu dan basuhah kemaluanmu (dari madzi) HR Al Bukhari. Bersih pakaian,
firman Allah: Dan pakaianmu bersihkanlah, Al Muddatstsir : 4
bersih tempat, seperti dalam perintah Nabi untuk mengguyur bekas kencing orang badui yang
kencing di masjid.

3.

Bersih dari hadats kecil dan besar, dengan mandi dan wudhu. Seperti dalam firman Allah:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika
kamu junub Maka mandilah, QS. Al Maidah: 6

4.

Menutup aurat, seperti dalam firman Allah;


Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid.
QS. Al Araf: 31
Dan yang dimaksud dengan zienah adalah penutup aurat, dan yang dimaksud
dengan masjid adalah shalat. Aurat laki-laki antara pusar dan lutut, dan uarat
wanita seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan.

5.

Menghadap kiblat langsung bagi yang dapat melihatnya langsung. Menghadap arahnya bagi yang
tidak dapat melihat langsung. Dan wajib berusaha bagi orang yang sedang kebingungan arah kiblat.
Namun ketika ketahuan salah setelah shalat tidak wajib mengulangnya, dan jika mengetahui kesalahan itu
saat shalat, harus segera merubah dan menyempurnakannya. Kewajiban menghadap kiblat ini gugur bagi
orang yang terpaksa, sakit, ketakutan, shalat sunnah di atas kendaraan. Rasulullah saw shalat menghadap
ke mana saja, dengan menundukkan kepalanya. Tetapi tidak dalam shalat wajib. HR Al Bukhari.
B.

RUKUN SHALAT

Rukun shalat juga disebut dengan faraidhushshalat adalah amal perbuatan yang dilakukan selama dalam
shalat, jika salah satunya ditinggalkan maka batal shalatnya. Rukun shalat itu mencakup:
1. Niat, yaitu berniat melaksanakan shalat yang dimaksud. Niat adanya di hati. Oleh sebab itu tidak
disyaratkan melafalkannya, dan tidak ada teks niat yang diajarkan oleh Rasulullah saw
2. Takbiratul Ihram; yaitu takbir tanda masuk amaliah shalat. Lafalnya : Allahu Akbar. Seperti
yang dikatakan oleh Rasulullah saw.

Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam.
HR Al Khamsah, kecuali An Nasaiy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
3.
Berdiri; bagi orang yang mampu berdiri dalam shalat fardhu. Sabda Nabi:









Shalatlah dengan berdiri, jika tidak mampu maka dengan duduk, jika tidak mampu maka dengan
berbaring. HR. Al Bukhari.

Sedangkan untuk shalat sunnah maka diperbolehkan dengan duduk meskipun mampu berdiri;
hanya nilai shalat duduk itu setengah shalat berdiri. HR Al Bukhari dan Muslim

Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat fardhu maupun sunnah.22 Sabda Nabi:

4.

5.

Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Al Fatihah. HR Al Jamaah


Ruku; yaitu membungkukkan badan sehingga tangan mampu menyentuh lutut, dengan
thumaninah. Sabda Nabi:
.

.



Lalu rukulah sehingga kamu tenang ruku. Muttafaq alaih
6.
Bangun ruku dan berdiri tegak. Sabda Nabi:

.
Kemudian bangunlah sehingga kamu berdiri tegak. Muttafaq alaih
7.
Dua kali sujud setia rakaatnya dengan thumaninah.

Lalu sujudlah sehingga benar-benar sujud dengan thumaninah. Muttafaq alaih


Kesempurnaan sujud dengan tujuh anggota badan yaitu: wajah, dua telapak tangan, dua lutut, dan
dua ujung kaki. HR Abu Daud dan At Tirmidziy
8.

9.

Duduk akhir dan membaca tasyahhud, yang lafalnya:









...

Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW setelah tasyahhud,23 menurut madzhab Syafiiy
Salam, seperti dalam hadits Nabi :

Kunci pembuka shalat adalah bersuci, mulainya adalah takbir dan selesainya dengan bersalam.
HR Al Khamsah, kecuali An Nasaiy dishahihkan oleh At Tirmidzi dan Al Hakim.
Sebagaimana telah disebutkan dari Rasulullah saw yang salam sekali, dan dua kali dalam
beberapa hadits.
10.
Tartib, berurutan sesuai yang disebutkan di atas.

C. SUNNAH SHALAT
22 Membaca surah Al Fatihah hukumnya wajib bagi imam atau munfarid (shalat sendirian) menurut
kesepakatan Ulama. Sedang mamum, hukum membaca Al Fatihah adalah wajib menurut madzhab
Syafiiy, makruh menurut madzhab Hanafiy, karena firman Allah: Dan apabila dibacakan Al Quran,
Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu
mendapat rahmat.QS. Al Araf: 204
Sedangkan menurut madzhab Malikiy dan Hanbali, maka mamum wajib membaca Al Fatihah dalam shalat
sirriyah (tidak bersuara) dan mendengarkan dalam shalat jahriyah. Makmum sebaiknya membacanya saat
imam diam (antara dua bacaan).
23 Minimal berbunyi:
Dan yang sempurna adalah:

)
(
Hukumnya sunnah menurut madzhab Hanafiy, dan tidak termasuk dalam rukun shalat.

Sunnah shalat adalah amalah yang dianjurkan untuk diamalkan dalam shalat agar mendapatkan pahala
lebih banyak, dan jika ditinggalkan tidak membatalkan shalatnya, yaitu:
1. Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram, sehingga jari jempol setinggi daun telinga, atau
bahunya, bagian dalam telapak tangan menghadap kiblat. Mengangkat tangan ini juga
disunnahkan ketika hendak ruku dan bangun ruku. Menurut jumhurul ulama. Tidak ada yang
berbeda kecuali madzhab Hanafi dan sebagian madzhab Malikiy.
2.
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di dada, atau di bawahnya, atau di bawah pusar.
Semua ini bersumber dari Rasulullah saw. Sebagaimana melepaskan kedua tangan itu.
3. Membuka shalat setelah takbiratul ihram dengan doa istiftah yang diriwayatkan dari Rasulullah
saw, di antaranya:





.A



A A



A


A
A
A





A A
A
4. Membaca istiadzah yaitu: (
) setelah membaca
doa iftitah, dan sebelum membaca AL Fatihah di rakaat pertama. Dan tidak apa-apa jika dibaca
setiap rakaat sebelum membaca.
5. Membaca Amin setelah membaca Al Fatihah, baik mejadi imam, makmum maupun sendirian.
Dengan suara keras pada shalat jahriyah, dan pelan pada shalat sirriyah. Setelah imam tidak boleh
mendahuluinya atau terlalu lama ketinggalan.
6. Membaca sebagian Al Quran setelah surah Al Fatihah, kecuali pada rakaat ketiga dan keempat,
yang cukup dengan surah Al Fatihah. Membaca Al Quran yang disukai sedikit atau banyak. Satu
surat sempurna atau sebagiannya. Semua ini bersumber dari Rasulullah. Disunnahkan membaca
pada rakaat pertama lebih panjang daripada rakaat kedua. Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah
saw membaca surah-surah pendek pada shalat maghrib, sebagaimana pernah membaca surah
surah Al Araf, As Shaffat, dan Ad Dukhan. Disunnahkan pula memperindah suara ketika
membaca Al Quran, waqaf setiap ayat. Ketika melewati ayat rahmat disunnahkan berdoa
meminta anugerah Allah. Dan jika melintasi ayat adzab disunnahkan memohon perlindungan
Allah darinya. Disunnahkan pula mengeraskan bacaan shalat subuh, jumat, dua rakaat awal
maghrib dan isya, dan tidak bersuara pada shalat selainnya. Sedangkan dalam shalat sunnah
disunnahka sirriyah pada shalat siang hari, dan jahriyah waktu tahajju, qiyamullail. Jahriyyah dan
sirriyah pada tempat masing-masing adalah sunnah haiah shalat. Jika ditinggalkan dengan sengaja
atau lupa, tidak mempengaruhi shalat.
Sedangkan bagi makmum wajib mendengarkan dan memperhatikan imam yang membaca
daengan jahriyyah. Makmum membaca Al Quran ketika makmum membacanya dengan sirriyah,
karena firman Allah:
Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang
agar kamu mendapat rahmat.QS. Al Araf: 204
Dan hadits Nabi:

Jika ia bertakbir, maka bertakbirlah, dan jika ia membaca maka (Al Quran) maka dengarkanlah.
Dishahihkan oleh imam Muslim. 24

24 Ini menurut madzhab Maliki, sedang menurut madzhab Syafiiy mewajibkan


membaca Al Fatihah setiap rakaat di belakang imam. Sedang madzhab Hanafi melerang
membaca di belakang imam, baik dalam shalat jahriyah mauoun sirriyah.

7.

Disunnahkan bertakbir setiap turun naik, berdiri dan duduk, kecuali bangun ruku. Dalam ruku
disunnahkan rata antara kepala dan punggung, menggunakan kedua tangan bertumpu ke lutut,
dengan membentangkan jari-jari, disertai dzikir,
( A
) 3x atau lebih, atau dengan redaksi lain yang bersumber dari Rasulullah saw seperti:


(



)



A

)
A A
A
A

A A
(
Disunnahkan ketika bangun ruku membaca : (


)


Dan ketika sudah berdiri tegak membaca: (

)
(
)
Atau
kalimat
lain
yang
bersumber
dari

Rasulullah saw
9. Mendahulukan lutut sebelum tangan ketika hendak bersujud, menempelkan hiudng, dahi dan
kedua telapak tangan ke tanah (alas shalat) dengan menjauhkan kedua tangannya dari lambung,
meletakkan kedua telapak tangan sejajar dengan telinga atau punggung, membuka jari-jari
tangannya dan menghadapkanya ke kiblat. Minimal yang dibaca dalam sujud adalah (

A )dan dperbolehkan menambah tabih, dzikir, dan doa khusus yang bersumber dari
Rasulullah saw, seperti:
8.

A


A A




.

10. Duduk antara dua sujud dengan duduk IFTIRASY (duduk di atas kaki kiri) kaki kanan tegak, dan
jari-jari kaki kanan menghadap kiblat, dengan membaca doa matsur(bersumber dari Nabi),
antara lain:

A( A A A A
A
)
Menurut madzhab Syafiiy, disunnahkan pula duduk istirahat setelah sujud kedua sebelum
bangun, untuk rakaat yang tidak ada tasyahhud.
11. Tasyahhud awal (wajib menurut madzhab Hannafi) dengan duduk iftirasy, meletakkan tangan
kanan di atas paha kanan dan tangan kiri di atas paha kiri, menunjuk dengan jari telunjuk kanan.
Disunnahkan agak lebih cepat.
12. Duduk tawarruk untuk tasyahhud akhir, yaitu dengan mendorong kaki kiri ke depan, mendirikan
kaki kanan, dan duduk di tempat shalat (HR. Al Bukhari). Sebagaimana disunnahkan pula
bershalawat keapda Nabi setelah tasyahhud dengan shalawat Ibrahimiyyah.
13.
Berdoa sebelum salam dengan doa matsur, antara lain:




A






A

. .
A

.



14.

Memperbanyak dzikir setelah salam dengan dzikir matsur, antara lain:




A
-


A
.

A



.A






A
A

. .




Mata Kuliah

Kode

FIQIH

Pokok Bahasan

Target Pembelajaran

Pertemuan

03/Pesma/008
Ihsan dalam shalat

D. HAL-HAL YANG MAKRUH DALAM SHALAT


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Meninggalkan salah satu sunnah yang tersebut di atas


Menggaruk-garuk baju atau anggota badan tanpa ada udzur
Melihat ke atas seperti yang diriwayatkan imam Al BukhariMemakai atau menghadap sesuatu yang mengganggu konsentrasi shalat seperti yang
diriwayatkan oleh imam Al BukhariyShalat di tempat sampah, tempat pemotongan hewan, kuburan, jalanan, kamar mandi,
peristirahatan onta, di atas kabah (HR Muslim)
Memakai baju yang terbuka leher; menggulung lengan baju panjang; shalat dengan pakaian kerja
padahal ada pakaian lain. Karena hal ini meninggalkan adab.
Takhashshur meletakkan tangan di pinggang- para ulama memakruhkannya kecuali imam Ibnu
MajahMenggunakan lengan tangan untuk tumpua ketika sujud -makruh menurut jamaah ulamaAsh Shaqd (berdiri dengan merapatkan kedua kaki; ash shaqn- berdiri dengan satu kaki
Membaca surah (setelah Al fatihah) di rakaat kedua, sebelum surat di rakaat pertama (dalam
urutan mushaf0
Sujud di atas tutup kepala yang menghalangi dahi dan tanah (tempat sujud)25, mengusap bekas
sujud selama dalam shalat diriwayatkan oleh Ibnu Majah
Miring ketika shalat, karena menyerupai Yahudi (riwayat Al Bukhari); menguap (riwayat imam
Muslim dan At Tirmidzi), disunnahkan menutup dengan tangan ketika shalat atau di luar shalat
Shalat dengan menahan hadats,26 atau berhadapan dengan makanan (riwayat imam Muslim dan
Abu Daud); atau ketika sangat mengantuk (riwayat Al Jamaah)

25 Batal menurut madzhab Syafii


26 Kencing dan buang air besar

14.

Memanjangkan kain sampai ke tanah; menutup mulut (riwayat lima imam dan Al Hakim)
E. HAL-HAL YANG MUBAH (DIPERBOLEHKAN) DALAM SHALAT

1.

Menangis, merintih, seperti dalam firman Allah:


Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka
mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis. QS. Maryam: 58
Diriwayatkan pula bahwa Rasulullah saw menangis ketika shalat, Abu Bakar
juga menangis salam shalatnya. Diriwayatkan pula bahwa Umar ra shalat
shubuh dan membaca surah Yusuf, sehingga sampai pada ayat:
Ya'qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah Aku mengadukan
kesusahan dan kesedihanku, QS. Yusuf: 86
terdengar suara tangisnya.
Menurut madzhab Syafiiy, jika dalam tangisnya itu ada terdengar satu atau
dua huruf yang tidak difahami maka batal shalatnya.
2.

Menoleh dengan wajah ketika diperlukan saja. Sebab jika tidak ada kebutuhan yang mendesak
masuk dalam kategori,

celingukan karena godaan syetan. Dan jika memalingkan dadanya dari arah kiblat, maka batal
shalatnya.
Membunuh hewan yang membahayakan, karena hadits Nabi:

3.



A
.
Bunuhlah dua hewan hitam dalam shalat, ular dan kala jengking.
Berjalan sedikit karena ada kebutuhan tanpa merubah posisi dari arah kiblat. Rasulullan saw
pernah melakukannya sebagaimana riwayat imam Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy dan An
Nasaiy, dari Aisyah ra, dengan syarat kurang dari tiga langkah pindah, atau tiga gerakan.
5. Membawa anak kecil dengan digendong sambil shalat. Hal ini diriwayatkan oleh imam Ahmad,
An Nasaiy, Al Hakim dan Muslim dari Rasulullah saw
6. Mengingatkan Al Fatihah imam jika kelupaan, atau salah dalam membaca. Abu Daud
meriwayatkan kebolehannya. Bertahmid bagi orang yang bersin, Rasulullah saw pernah
memperbolehkannya kepad Rifaah seperti diriwayatkan oleh Al Bukhari, An Nasaiy dan At
Tirmidziy. Demikian juga diperbolehkan tasbih bagi laki-laki dan tepuk tangan bagi wanita untuk
mengingatkan. Sseperti diriwayatkan oleh imam Ahmad, Abu Daud, dan An Nasaiy.
7. Sujud di atas sorban atau pakaian yang dikenakan karena kondisi tertentu (seperti sangat panas).
Rasulullah saw pernah melakukannya seperti yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dengan sanad
yang sahih.
8. Membaca Al Quran dengan memegang mushaf. Seperti yang diriwayatkan oleh imam Malik. Hal
ini menjadi madzhab imam Syafiiy
9. Menghentikan shalat karena untuk membunuh binatang yang membahayakan, atau
mengembalikan hewan (kendaraan) yang kabur, atau takut kehilangan barang, atau menahan
buang air besar dan kecil, atau karena panggilan salah satu orang tua jika khawatir bahaya.
Bahkan wajib menghentikan shalat untuk menolong orang yang dalam bahaya, atau karena akan
terjadi bahaya besar pada seseorang, atau kebakaran.
4.

F. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT


1.

Meninggalkan salah satu syarat shalat, atau rukunnya. Seperti sabda Rasulullah saw kepada orang
arabiy (badui) yang tidak bagus shalatnya:

Kembalilah shalat karena kamu belum shalat. HR Asy Syaikhani. Diantaranya adalah terbuka
aurat, berubah arah kiblat, berhadats saat shalat.
2. Makan minum dengan sengaja meskipun sedikit. Sedang jika terjadi karena lupa, atau tidak tahu,
atau ada selilit di antara gigi yang ditelan, maka itu tidak membatalkan menurut madzhab Syafiiy
dan Hanbali.
3. Sengaja berbicara di laur bacaan shalat. Sedang jika dilakukan karena tidak tahu hukumnya, atau
lupa maka tidak membatalkan shalat, seperti dalam hadits Muawiyah bin Al Hakam As Salamiy,
yang berbicara ketika shalat karena tidak tahu hukumnya, dan Rasulullah tidak menyuruhnya
mengulang shalat, tetapi mengatakan kepadanya:

A A
:


A
Sesungguhnya shalat ini tidak baik untuk bicara dengan sesama manusia, sesungguhnya ia adalah
tasbih, takbir, dan membaca Al Quran. HR Ahmad, Muslim, Abu Daud dan An Nasaiy
4. Banyak bergerak dengan sengaja atau lupa di luar gerakan shalat. Tetapi jika terpaksa seperti
menolang orang dalam bahaya, menyelamatkan orang yang hendak tenggelam, ia wajib
menghentikan shalatnya.
5. Tertawa dan terbahak-bahak keduanya membatalkan shalat. Tertawa adalah yang terdengar orang
yang melakukan itu saja, sedang terbahak-bahak adalah yang terdengar orang lain. Sedang
tersenyum tidak membatalkan.
6.
Salah baca yang merubah makna dengan perubahan yang keji, atau kalimat kufur.
7. Makmum yang ketinggalan dua rukun filiyah dengan sengaja tanpa sebab, atau mendahuluinya
dengan dua rukun filiyah menurut madzhab Syafiiy meskipun ada sebab. Seperti jika imam
membaca dengan cepat sehingga makmum di belakangnya ketinggalan asal tidak lebih dari tiga
rukun dimaksud.
8. Mengingatkan bacaan bukan imamnya. Atau imam membetulkan bacaan orang yang tidak ikut
shalat bersamanya menurut madzhab Hanafi.
G.

KAIFIYAH SHALAT (BAGAIMANA ANDA SHALAT)

A A

Rasulullah saw bersabda:


Shalatlah kamu sebagaimana aku shalat. Hadits Muttafaq alaih. Dan berikut ini akan kamu sebutkan
amaliyah shalat secara berurutan dari pertama sampai terakhir, dengan disertai statusnya (fardhu) atau
(sunnah) sesuai dengan pilihan pada fashal-fashal sebelumnya.
Setelah yakin waktu shalat sudah masuk, telah bersuci, menutup aurat, menghadap kiblat, kemudian
melakukan hal-hal berikut ini :
1. Niat shalat yang hendak ditunaikan (fardhu)
2. Mengangkat kedua tangan sehingga ibu jari setinggi telinga atau bahu, telapak tangan menghadap
kiblat (sunnah) kemudian bertakbiratul ihram, yang lafadlnya ALLAHU AKBAR (fardhu)
3. Masih beridri (fardhu) tegak menghadapkan wajhanya ke arah sujud, meletakkan tangan kanan di atas
tangan kiri di atas pusar, membuka kedua kakinya kira-kira empat jari (sunnah)
4. Membaca doa iftitah, dengan salah satu lafadh yang ada (sunnah)
5. Membaca istiadzah dengan sirriyah (suara pelan), mengeraskan atau membaca pelan basmalah
sebelum Al Fatihah di setiap rakaat. (sunnah)
6. Membaca surah Al Fatihah setiap rakaat shalat fardhu atau shalat sunnah (fardhu) jika sebagai imam
atau shalat sendirian. Sedang jika sebagai makmum, maka membaca Al Fatihah ketika imam
membacanya siririyah (pelan) dan mendengarkan bacaan imam ketika membacanya jahriyah.
7. Membaca satu surah atau ayat dari Al Quran setelah membaca Al Fatihah pada dua rakaat pertama
setiap shaat (sunnah)
8. Bertakbir (sunnah) lalau ruku (fardhu) dengan mengangkat kedua tangan (sunnah) bertasbih (sunnah)
thumaninah ketika ruku (fardhu)
9. Bangun ruku dan berdiri tegak (fardhu) dan memabaca :
(


) dengan mengangkat kedua tangan (sunnah)

10. Bertakbir (sunnah) turun untuk bersujud (fardhu) dengan memperhatikan sunnah cara bersujud,
memperbanyak dzikir (sunnah)
11. Bertakbir (sunnah) mengangkat kepala dan duduk (fardhu) dengan memperhatikan sunnah, lalu
bertakbir (sunnah) dan sujud lagi (fardhu), bertakbir (sunnah) dan bangun dari sujud dengan
mengangkat kedua tangan sebelum kedua kaki (sunnah) untuk meneruskan rakaat kedua.
12. Pada rakaat kedua melakukan apa yang sudah di lakukan pada rakaat pertama, sesudah itu duduk
untuk tasyahhud awal, dan bershalawat atas Nabi Muhammad saw (sunnah)
13. Pada rakaat ketiga dan keempat, cukup dengan membaca surah Al Fatihah dengan sirriyah, meskipun
dalam shalat jahriyah. Kemudian duduk tasyahhud akhir (fardhu) bershalawat atas Rasulullah saw
(sunnah), berdoa sebelum salam dengan doa matsur yang disukai.
14. Salam ke sisi kanan (fardhu) lalu ke kiri (sunnah), memperbanyak dzikir matzur sesudah salam
(sunnah).

: A

A

:


A : : .


.A






A


Abu Hurairah ra meriwayatkan: Ada seseorang masuk masjid lalu ia shalat, kemudian datanga
menemui Nabi Muhammad saw, memberi salam, dan Nabi menjawab salamnya, dan bersabda:
Kembalilah shalat karena kamu belum shalat lalu ia mengulanginya sampai tiga kali. Abu Hurairah
berkata: Orang itu mengatakan: Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar. Saya tidak bisa
shalat yang lebih baik lagi, maka ajarilah aku. Nabi bersabda: Jika kamu berdiri shalat maka
bertakbirlah, kemudian bacalah Al Quran yang paling mudah bagimu, kemudian rukulah sehingga
thumaninah ruku, kemudian bangunlah sehingga berdiri tegak, kemudian sujudlah sehingga
tumaninah sujud, kemudian bangunlah sehingga tumaninah duduk, kemudian sujudlah sehingga
tumaninah sujud, kemudian lakukan itu dalam seluruh shalatmu. HR Asy Syaikhani

Mata Kuliah

Kode

FIQIH

Pokok Bahasan

Target Pembelajaran

Pertemuan

03/Pesma/008
Ihsan dalam shalat

MACAM SHALAT
BAGIAN: I
SHALAT FARDHU
Pertama: Shalat lima waktu
1. Shalat Fajar: dua rakaat
2. Shalat Zhuhur, empat rakaat
3. Shalat Ashr: empat rakaat
4. Shalat Maghrib: tiga rakaat
5. Shalat Isya: empat rakaat
Kedua : Shalat Jumat
1. Hukumnya
Shalat jumat hukumnya fardhu ain, seperti dalam firman Allah: QS Al Jumah: 9
Juga sabda Rasulullah saw.



Sungguh aku bermaksud untuk menyuruh seseorang shalat bersama kaum
muslimin, kemudian aku membakar rumah orang-orang yang tidak ikut
melaksanakan shalat jumat. HR Ahmad, dan Muslim
Sabda Nabi yang lain:



A -


-



. A

Kaum itu mau meninggalkan (pekerjaannya) untuk shalat jumat, atau Allah akan
kunci mati hati mereka, kemudian menjadi orang-orang yang lalai. HR Muslim,
An Nasaiy dan Ahmad.
Rasulullah mengancam orang yang meninggalkannya dengan bersabda:

Barang siapa yang meninggalkan tiga shalat jumat karena meremehkannya, maka
Allah akan mengunci mati hatinya. HR Ashabussunan dan Al Hakim.
2. Siapa Yang Berkewajiban
Shalat wajib bagi setiap muslim yang berakal, baligh,
muqim (tidak musafir) dan mampu berjalan.
Shalat jumat tidak wajib bagi wanita, anak-anak, orang
sakit yang membahayakan kalu ikut jumatan, perawat yang tidak dapat
meninggalkan pasiennya,27 musafir, orang yang dalam ketakutan, orang yang
terhalang hujan lebat, atau gangguan keamanan.28
Ketika orang yang tidak berkewajiban jumat
melaksanakannya, maka sah shalatnya dan tidak berkewajiban shalat zhuhur.
3. Waktu dan Syaratnya
Waktu shalat jumat adalah waktu shalat zhuhur,29 dan syaratnya adalah:
a.
Berjamaah, sabda Nabi:

Jumatan adalah kewajiban atas setiap muslim dengan berjamaah. HR Abu


Daud. Dan berjamaah itu adalah tiga orang selain imam. Madzhab Syafiiy
mensyaratkan kehadiran empat puluh orang mukim. Madzhab Maliky
mensyaratkan kehadiran dua belas orang laki-laki selain imam.

27 Karena sabda Nabi Muhammad saw: ( :


) .
Jumatan adalah kewajiban atas setiap muslim dengan berjamaah, kecuali empat orang yaitu: hamba
sahaya, wanita, anak kecil, orang yang sedang sakit. HR Abu Daud, An Nawawiy berkata: Shahih menurut
syarat Imam Muslim.
28 Karena jawaban Nabi Muhammad saw yang ditanya : : ) (
.Apa udzur itu? Jawabnya: ketakutan dan sakit. HR. Abu Daud dengan sanad shahih

29 Menurut imam Ahmad bin Hanbal, dari waktu shalat ied/waktu dhuha, seperti dalam
hadits Jabir, bahwa Rasulullah pernah shalat jumat, kemudian kami pergi ke onta kami,
mengistirahatkan mereka pada saat mathari bergeser. HR Ahmad, Muslim, An Nasaiy,
dan yang utama dilaksanakan setelah matahari bergeser. Dan menurut madzhab Malikiy,
waktu jum;at itu sampai waktu maghrib.

b.

Madzhab Syafiiy mensyaratkan pelaksanaannya di tempat yang


sudah dibangun (ada bangunan)
c.
Madzhab Hanafi mensyaratkan izin imam (kepala negara) untuk
pelaksanaannya
4. Khutbah
Khutbah jumat hukumnya wajib menurut pendapat
mayaoritas ulama.
Syarat Khutbah: Sebelum shalat, di waktu zhuhur, dihadiri
oleh jumlah minimal shalat jumat, dengan dua khutbah yang dipisah dengan
duduk, berkhutbah dengan berdiri dan dalam keadaan suci (hal ini sunnah
menurut madzhab Hanafi, dan syarat menurut madzhab Syafiiy), antara
khutbah dan shalat tidak terpisah dengan kegiatan lain, tidak disyaratkan
dengan berbahasa Arab,30 dan yang utama adalah berkhutbah dengan bahasa
Arab, kemudian menjelaskan isinya dengan bahasa pendengar. Dalam khutbah
harus ada: hamdalah, shalawat atas Rasulullah, membaca ayat Al Quran, doa
untuk orang-orang beriman dan wasiat taqwa.
5. Adab Jumat, dan hal-hal yang berkaitan dengan hari jumat.

mandi; sabda Nabi:



jika salah seorang diantaramu menghadiri jumatan hendaklah
mandi. Hadits Muttafaq alaih.
Berpakaian rapi, menggunting kuku, bersiwak, memakai
wewangian, dan berpakaian yang paling bagus.
Memperbanyak doa. Sabda Nabi:

A
A


Pada hari jumat itu ada waktu yang jika seorang muslim mendapatkannya
dalam shalat, lalu ia meminta sesuatu kepada Allah, maka pasti Allah akan
berikan. Hadits Muttafaq alaih.
Memperbanyak membaca shalawat Nabi, sabda Nabi:

Sesungguhnya di antara hari-harimu yang paling utama adalah hari jumat,


maka perbanyaklah bershalawat keapdaku pada hari itu, karena shalawatmu
ditunjukkan padaku. HR Abu Daud
Membaca surah Al Kahfi. Sabda Nabi:




A

A

Barang siapa yang membaca surah Al kahfi pada hari jumat, akan ada nur
yang meneranginya diantara dua jumat. HR Al Hakim, dalam Al Mustadrak,
danberkata: Snadnya shahih

30 Menurut madzhab Malikiy, khutbah harus berbahasa Arab, dan jika tidak ada orang
yang mampu, maka tidak wajib jumatan.

Banyak bersedekah, membaca Al Quran dan beramal


shalih

Yang berkaitan dengan shalat dan Khutbah Jumat


Semakin pagi berangkat ke masjid, berjalan dengan tenang
dan khusyu
Tidak melangkahi pundak orang dan memisah antara kedua
orang yang duduk
Tidak berjalan di depan orang yang shalat
Berusaha meraih shaf pertama
Tidak melakukan shalat sunnah setelah imam naik mimbar,
berkonsentrasi menjawab seruan adzan dan mendengarkan khutbah
Tidak berbiacara sedikitpun. Rasulullah bersabda:

Jika kamu berkata kepada sahabatmu diam pada hari jumat, sewaktu imam
berkhutbah, maka telah sia-sia jumatanmu. HR Al Jamaah
Bahkan diharamkan makan minum dan menulis sewaktu khutbah.
Disunnahka shalat sesukanya sebelum adzan, dan
sesudahnya empat rakaat, sesuai sabda Nabi saw:
Jika salah seorang di antaramu shalat jumat, maka hendaklah shalat empat
rakaat sesudahnya. HR Muslim.
Tidak disunnahkan shalat sesudah adzan kecuali shalat
tahiyyatul masjid, seperti dalam hadits Nabi:
Jika salah seorang di antaramu datang pada hari jumat, ketika imam
berkhutbah maka hendaklah ia rukudua rakaat dengan agak cepat. HR
Muslim

Ketiga : Shalat Janazah


1. Shalat janazah hukumnya fardhu kifayah. Jika ada salah seorang telah
menunaikannya maka gugur kewajiban atas yang lainnya. Dan jika tidak ada
seorangpun yang menunaikan maka berdosa semua
2. Shalat jenazah itu dengan empat kali takbir, satu kali berdiri, tanpa ruku dan
sujud
3. Syaratnya sama dengan syarat shalat lainnya. Ditambah lagi:
a. ada mayitnya.31
b. mayitnya buka syahid di medan perang32
4. Cara shalat janazah adalah sebagai berikut:
a. niat shalat janazah
31 Madzhab Syafiiy dan Hanbali memperbolehkan shalat ghaib, seperti shalat
Rasulullah atas An Najasyi, ketika mendengar berita kematiannya. HR. Al Jamaah

b. bertakbir dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca surah Al


Fatihah
c. bertakbir kedua dengan mengangkat tangan, lalu membaca shalawat Nabi
(shalawat Ibrahimiyah)
d. bertakbir ketiga dengan mengangkat kedua tangan, lalu berdoa untuk
jenazah, dengan doa-doa matsur (yang bersumber dari Nabi), antara lain:


Ya Allah, amunilah ia, syangilah ia, maafkanlah ia, muliakanlah
persinggahannya, lapangkanlah pintu masuknya, mandikan ia dengan air,
salju, dan embun, bersihkan ia dari kesalahan sebagaimana bersihnya kain
putih dari noda, gantikan rumah dengan rumah yang lebih baik dari rumah
dunianya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya (di dunia) istri/suami
yang lebih baik dari istri/suaminya (di dunia), masukkan ia ke dalam
surga, hindarkan ia dari adzab kubur, dan adzab neraka. HR Muslim






.

.

Ya Allah, ampunilah yang hidup dan yang mati dari kami, yang hadir dan
yang tidak hadir dari kami, yang besar dan yang kecil dari kami, lelaki dan
wanita kami, Ya Allah, siapapun yang Engkai hidupkan di antara kami,
hidupkanlah ia dalam Islam, dan siapapun yang Engkau matikan di antara
kami, maka matikan ia dalam keadaan beriman. Ya Allah jangan Engkau
halangi kami dari pahalanya, dan jangan Engkau sesatkan kami
sesudahnya. HR Muslim dan empat imam.
e. bertakbir ke empat dengan mengangkat kedua tangan, lalu membaca:

A - .


Ya Allah, janganlah Engakau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah
Engkau berikan fitnah (ujian) atas kami sesudahnya. HR. At tirmidzi, Abu
Daud kemudian mengucapkan salam.

BAGIAN KEDUA: SHALAT-SHALAT SUNNAH

32 Sebab jenazah syuhada tidak dimandikan dan tidak dishalatkan. Dan menurut
madzhab Hanafi, syuhada tidak dimandikan tetapi wajib dishalatkan, meruju kepada
Rasulullah yang mensholati syuhada Uhud, seperti yang diriwayatkan oleh Al Baihaqi.
Syahid yang dimaksud di sini adalah syahid di medan perang

Pertama: Shalat Witir


Shalat witir hukumnya sunnah muakkadah (ditekankan) menurut jumhurul fuqaha (ahli
fiqh). Wajib menurut madzhab Hanafi. Hukum-hukum yang berkaitan dengan shalat witir
adalah:
1. Waktunya sesudah shalat isya sehingga terbit fajar. Disunnahka dikerjakan di
akhir malam bagi yang mampu. Seperti hadits Nabi:

Jadikanlah akhir shalatmu adalah witir. Muttafaq alaih. Dan sabdanya yang lain:





A
.

Sesungguhnya Allah menambahkan shalat atas kalian yaitu shalat witir, maka
kerjakanlah shalat itu antara shalat isya sampai fajar. HR Ahmad.
2. Bilangan rakaatnya: satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat. Tiga
rakaat adalah kesempurnaan minimal, boleh dengan bersambung dengan hanya
sekali salam,33 atau terpisah-pisah salam setiap dua rakaat, kemudian shalat yang
ketiga.
3. Disunnahkan membaca doa qunut di rakaat akhir sebelum ruku (menurut
madzhab Hanafi), sesudah ruku menurut madzhab Hanbali, Syafiiy. Menurut
madzhab Syafiiy, qunut witir hanya ada di separo kedua bulan Ramadhan.
Lafadh qunut itu adalah:

A
A


A

A
A A

Ya Allah tunjukilah aku bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk.
Sehatkan aku bersama orang-orang yang telah Engakau beri kesehatan.
Lindungilah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi.
Berkahilah apa saja yang Engkau beri. Lindungilah aku dari keburukan apa yang
telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menetapkan, dan
tidak bisa ditetapkan atasmu. Sesungguhnya tidak akan pernah nista orang yang
telah Engkau lindungi. Engkaulah Rabb kami Maha Pemberi berkah, dan Maha
Tinggi. HR. Ahmad dan Ashabussunan. Atau dengan membaca doa Umar, 34
33 Inilah madzhab Hanafi, yang shalat witirnya seperti shalat maghrib.
:

: ) Ya Allah

34

sesungguhnya kami mohon pertolongan-Mu, meminta petunjuk-Mu, meminta ampunan-Mu, bertaubat


kepada-Mu, beriman dengan-Mu, berserah diri atas-Mu, memuji-Mu dengan seluruh kabaikan, bersyukur
kepada-Mu, tidak mengingkari-Mu. Kami mencabut,meninggalkan orang-orang yang mendurhakai-Mu, Ya
Allah, hanya kepada-Mu kami menyembar, dan hanya karena-Mu kami shalat dan sujur. Hanya kepada-Mu
kami berusaha bergegas, kami mengharap rahmat-Mu, kami takut adzab-Mu, sesungguhnya adzab-Mu atas
orang kafir pasti akan mengena.

yang diriwaytakan dari Abdullah ibn Masud. Doa ini yang lebih afdhal menurut
madzhab Hanafi.
4. Disunnahkan shalat witir dengan berjamaah di bulan Ramadhan, mengikuti
sunnahnya berjamaah shalat tarawih. Diperbolehkan pula shalat witir berjamaah
di luar bulan Ramadhan. Sebagaimana diperbolehkan shalat jamaah untuk shalat
sunnah lainnya yang tidak ditemukan dalil disunnahkan berjamaah untuk
melaksanakannya.
5. Disunnah mengqadha witir, jika sudak lewat waktunya. Jika telah menunaikan
shalat witir di awal malam, kemudian bangun dan shalat sunnah nafilah, maka
tidak usah mengulang shalat witir, karena sabda Nabi:

Tidak ada dua witir dalam satu malam. HR Ahmad dan tiga ulama hadits lain.
6. Disunnahkan bagi orang yang shalat witir untuk mengucapkan sesudah shalat:

A .(

)

Maha Suci Yang Maha Kuasa dan Maha Suci.


Kedua : Shalat Rawatib lima waktu

Disunnahkan bagi setiap muslim untuk membiasakan shalat sunnah bersama dengan
shalat lima waktu sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan.

A : A A

: .
: . A
:
.
. :
A

Dari Rabiah bin Malik Al Aslamiy ra berkata: Rasulullah saw berkata kepadaku:
Mintalah, aku berkata: Aku minta bisa bersamamu di sorga. Tanya Nabi: Apakah
ada permintaan lain? Aku jawab: Hanya itu. Sabda Nabi: Maka bantulah aku
mencapai keinginanmu dengan banyak bersujud.. HR. Muslim.



A
: A

A
:

A
A

A
.

Dari Ummul mukminin, Ummu Habibah binti Abu Sufyan ra berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda: Tidak ada seorang hamba muslim yang shalat karena Allah
setiap hari dua belas rakaar sebagai tathawwu (tambahan kebaikan) selain shalat fardhu,
kecuali Allah akan bangunkan untuknya rumah di surga. HR Muslim.
Shalat sunnah rawatib yang menyertai shalat lima waktu itu ialah:
1. Sunnah Fajar, dua rakaat dengan agak cepat, sebelum shalat fardhu, dan bisa
diqadha jika terlewatkan. Seperti dalam hadits Imran bin Hushain, yang
diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim.


A A

A
.

Aisyah berkata: Rasulullah tidak pernah sangat menjaga amal sunnah melebihi
dua rakaat sebelum fajar.
Rasulullah juga bersabada:




2.
3.
4.

5.

Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dengan segala isinya. HR Muslim,
hukumnya sunnah muakkadah mendekati wajib.
Sunnah Zhuhur; yaitu empat rakaat sebelum zhuhur35, dan sua rakaat sesudahnya,
ini sumber yang paling shahih. Bisa juga dengan dua rakaat sebelum dan
sesudahnya36, atau empat rakaat sebelum dan sesudahnya.37
Sunnah Ashar, dua rakaat (seperti yang diriwayatkan Abu Daud dari Ali ra) atau
empat rakaat (seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan At Tirmidziy dari Ibnu
Umar ra) sebelum shalat fardhu.
Sunnah Maghrib; yaitu dua rakaat sesudah shalat fardhu, hukumnya sunnah
muakkadah (seperti riwayat Al Bukhari dan Muslim)
- dua rakaat sebelumnya sunnah bagi yang mau mengamalkannya (seperti riwayat
Asy Syaikhani/Al Bukhari dan Muslim), demikianlah madzhab Syafiiy dan
Hanbali.
Sunnah Isya; dua rakaat sesudah shalat fardhu (riwayat Al Bukhari dan Muslim)
- Dua rakaat sebelumnya sunnahbagi yang mau melakukannya, inilah madzhab
Syafiiy. Sedang menurut madzhab Hanafi sunnah Isya itu empat rakaat
sebelumnya dan empat rakaat sesudahnya.

Ketiga : Shalat Sunnah lainnya.


1. Shalat Dhuha; dari Abu Hurairah ra berkata:

A
A

A

Kekasihku (Rasulullah saw) telah berwasiat kepadaku untuk puasa tiga hari setiap
bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum aku tidur. Muttafaq alaih
. " . . . " :Hadits Aisyah ra 35

Bahwa Nabi Muhammad saw shalat di rumahku empat rakaat sebelum zhuhur, kemudian keluar shalat
dengan kaum muslimin, lalu masuk kembali dan shalat dua rakaatHR. Muslim, dikuatkan oleh hadits Al
Bukhariy

) :Inilah standar yang ditekankan dalam sunnah zhuhur, karena hadits Abdullah ibnu Umar 36
:
(
Aku menghafal dari Nabi saw sepuluh rakaat: dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua
rakaat sesudah maghrib di rumahnya, dua rakaat sesudah isya di rumahnya, dua rakaat sebelum shubuh. HR
Al Bukhari, dan Ahmad dengan sanad shahih.
37 Karena sabda Rasulullah saw: " " Barang
siapa shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat sesudahnya Allah haramkan dagingnya dari api
neraka. HR Lima perawi hadits.

(38)












A
A
.

Setiap sendi tubuh salah seorang di antaramu setiap apginya dapat bersedekah.
Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar maruf adalah sedekah, nahi munkar
adalah sedekah, dan cukup dari semua itu dengan dua rakaat di waktu dhuha. HR
Muslim, Abu Daud, Ahmad.
Bilangan rakaatnya mulai dari dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat. Semua ini
memiliki sumber hadist shahih dari Rasulullah saw. Adapula enam belas rakaat
menurut madzhab Hanafi dengan bersumber dari beberapa hadits hasan.
Waktunya mulai matahari setinggi tombak sampai menjelang matahari bergeser
ke barat.
2. Shalat Gerhana Matahari dan Bulan. Dari Abdullah ibnu Abbas ra berkata:









. .

Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw, lalu Rasulullah shalat dengan
berdiri lama sepanjang bacaan surah Al Baqarah, lalu ruku lama, lalu bangun dan
beridiri lama tidak selama berdiri pertama, kemudian ruku kembali dengan lama
tidak selama ruku pertama, lalu sujud. Kemudian bangun berdiri lama, tidak
selama yang pertama, kemudian ruku lama tidak selama yang pertama, kemudian
bangun dengan berdiri lama tidak selama yang perama, kemudian ruku lama
tidak selama ruku pertaman, kemudian bangun ruku, kemudian sujud dan ketika
selesai shalat, matahari telah pulih kembali. Lalu berkhitbah di hadapan kaum
muslimin. Muttafaq alaih.
Para ulama telah bersepakat bahwa shalat gerhana itu hukumnya sunnah
muakkadah (ditekankan) bagi semua laki-laki dan wanita, dilakukan dengan
berjamaah. Seperti dalam hadits Al Mughirah bin Syubah ra berkata:




A A -

: -

38() : .

Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw pada hari wafatnya Ibrahim
(putra Rasulullah pada tahun sepuluh hijriyah) lalu orang-orang berkata: Gerhana
matahari karena wafatanya Ibrahim. Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya
matahari dan bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah, tidak terjadi gerhana
karena kematian seseorang atau kelahirannya. Maka jika kamu melihatnya
berdoalah dan shalatlah sehingga terang kembali. Muttafaq alaih.
Shalat gerhana adalah dua rakaat setiap rakaat dua kali berdiri dan dua ruku
seperti dalam hadits di atas.39 Disunnahkan pula memperpanjang berdiri dan
ruku. Waktunya sejak mulai gerhana matahari atau bulan, sampai selesai.
Khutbah sesudah shalat hukumnya adalah syarat menurut madzhab Syafiiy, dan
sunnah menurut Abu Hanifah dan Imam Malik setelah shalat gerhana matahari
saja. Dengan dua kali khutbah. Membaca istighfar dalam kedua khutbah itu
sebagai pengganti takbir (dalam shalat ied).
Diperbolehkan jahriyah dan sirriyah. Shalat jahriyah lebih shahih seperti yang
dikatakan oleh Imam Al Bukhari. Dan ditekankan untuk dilakukan dengan
jahriyah pada shalat gerhana bulan kaena terjadi di malam hari.
3. Shalat Istikharah. Dari Jabir ra berkata:

A :


:

:
A


.

A A A - A -

. A A
A A
A


A A

A A A
A
A
A A


. .

Rasulullah saw pernah mengajarkan kepada kami istikharah (memilih) dalam


semua urusan sebagaimana mengajarkan bacaan surah dalam Al Quran. Dengan
bersabda: Jika salah seorang di antaramu bimbang atas sesuatu maka hendaklah
ruku dengan dua rakaat, di luar shalat fardhu, kemudian berdoa: Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta pilihan dengan ilmu-Mu, dan meminta kemampuan
dengan Kekuasaan-Mu, meminta dari anugerah-Mu yang besar, Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Kuasa dan aku tidak berdaya, Engkau Yang Maha
39 Menurut madzhab Hanafi, bahwa shalat gerhana itu hanya dengan satu kali berdiri di
setiap rakaat, sebagaimana shlat sunnah lainnya, karena ada hadits yang
meriwayatkannya. Hal ini disetujui oleh madzhab Maliki dalam shalat gerhana bulan

Mengetahui dan aku tidak mengetahui, Engkaulah Yang Maha Mengetahui yang
tersembunyi. Ya Allah, Engkau yang mengetahui jika urusan ini menyebutkan
urusannya- baik bagiku dalam agama, dunia dan akhir urusanku, maka tetapkan ia
padaku dan mudahkan bagiku, lalu berkahilah aku dengannya. Dan Engkau yang
mengetahui jika urusan ini buruk bagiku, dalam agama, dunia, dan akhir urusanku
maka jauhkan ia dariku, jauhkan aku darinya, tetapkan bagiku apa yang ada, lalu
ridhailah aku. HR Al Jamaah, kecuali Imam Muslim.
4. Shalat Taubat. Dari Abu Bakar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda:


A





:

Tidak ada seorangpun yang berbuat dosa kemudian ia bangun bersuci, lalu shalat
dua rakaat, kemudian beristighfar kepada Allah pasti Allah akan mengampuninya.
Lalu Rasulullah membaca ayat:


...

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka Mengetahui.
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di
dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan
Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. QS. Ali Imran: 135-136

HR. Abu Daud, An Nasaiy, Ibnu Majah, Al Baihaqi, dan At Tirmidziy yang
menilainya hadits hasan.
5. Shalat Istisqa; yaitu shalat untuk minta turun hujan dari Allah karena
paceklik/kekeringan.

Shalat istisqa itu dua rakaat40 tanpa adzan dan iqamat. Dilakukan di luar waktu
yang dilarang shalat. Pada rakaat pertama imam membaca surah Al Fatihah dan
surah Al Ala dengan jahriyah, dan pada rakaat kedua membaca Al fatihah dan Al
Ghasyiyah. Kemudian berkhtbah dengan dua kali khutbah seperti khutbah ied.
Menurut madzhab Hanbali dengan sekali khutbah dan berdoa41. Rasulullah
membalik selendangnya yang semula di kanan ke kiri, dan yang semula di kiri ke
kanan.
Bisa juga dengan doa dalam khutbah jumat, seperti yang Rasulullah lakukan,
dalam riwayat Asy Syaikhani dari Anas ra.


:

. ...

Bahwa seseorang masuk masjik di hari jumat saat Rasulullah sedang berdiri
khutbah, orang itu berkata: Ya Rasulallah. Harta benda pada hancur dan
perjalanan jadi terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan
pada kami. Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa: Ya Allah

Bisa juga dengan berdoa saja selain hari jumat, tanpa shalat di masjid atau
lapangan. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Al Baihaqi,
Ibnu Abi Syaibah dan Al Hakim.
6. Qiyamu Ramadhan/shalat tarawih; Rasulullah saw bersabda:

Barang siapa yang qiyamu Ramadhan dengan dengan iman dan mengharap Allah,
maka Allah akan ampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Muttafaq
alaih
Qiyamu Ramadhan disebut tarawih karena mereka beristirahat setelah empat
rakaat shalat.
Shalat tarawih hukumnya sunnah muakkadah bagi laki-laki dan wanita di bulan
Ramadhan. Waktunya sesudah shalat isya dan sebelum witir fajar. Tarwih
dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat; sepetti dalam hadits :

40 Menurut madzhab Syafiiy, disunnahkan bertakbir dalam shalat itu sebagaimana takbr
di shalat ied, seperti dalam hadits riwayat Ad Daru Quthniy dari Ibnu Abbad, dinilai dhaif
seperti yang tercantum dalam Al Majmu.
" : :Di antara doa matsurnya adalah 41
.

. ) (

. : . " .
( : ( ): )
:
) ( : ( ) :
. (

Shalat malam itu dua-dau. Muttafaq alaih


Ditekankan delapan rakaat, seperti yang disebut dalam hadits-hadits shahih,42
disunnahkan pula dua puluh rakaat seperti yang dilakukan oleh para shabat dan
khulafaurrasyidin. Demikianlah madzhab Hanafi, Syafi;iy, Hanbali, dan jumhurul
ulama. Disunnahkan dalam berjamaah. (lihat shalat tarawih dalam bab puasa di
buku ini)
7. Qiyamullail, yaitu bangun di tengah malam untuk shalat sunnah. Ia merupakan
taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah yang paling besar. Allah swt telah
memerintahkannya pada Nabi Muhammad saw, denngan ayat:


Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang Terpuji. QS. Al Isra: 79

Allah memuji para hamba-Nya:

Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan
ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz Dzariyat: 17-18)

Waktunya sejak selesai shalat isyasehingga terbit fajar,


utamanya sepetiga malam terakhir, setelah bangun tidur, tidak
ada batasan jumlah rakaat, bisa hanya dengan dua rakaat, atau
sebelas rakaat seperti dalam riwayat Aisyah ra, dan tidak ada
larangan lebih dari itu.
Di antara adabnya, adalah berniat sebelum tidur, memulai shalat
dengan dua rakaat yang ringan (singkat), kemudian shalat
sesuka hantinya. Sebaiknya membangunkan keluarga. Berhenti
shalat ketika ngantuk. Tidak mempersulit diri sendiri artinya
berdiri shalat sesuai dengan kemampuan- berdoa dengan doadao matsur dari Rasulullah saw. 43
Di antaranya hadits Aisyah ra;( )
.
Rasulullah saw tidak pernah lebih dari sebelas rakaat di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Muttafaq
alaih
42

43 "

" .

8. Shalar Ied (fithri dan adha), hukumnya sunnah Muakkadah (ditekankan),44


Rasulullah saw membiasakannya. Dan secara singkat hukum-hukumnya adalah
sebagai berikut:
dilakukan dengan dua rakaat berjamaah tanpa adzan dan
iqamat, sebelum khutbah, seperti dalam hadits Jabir

...

Aku menyaksikan shalat ied bersama Rasulullah saw pada hari ied sebelum
khutbah tanpa adzan dan iqamat, kemudia Rasulullah berdiri dengan
didampingi Bilal, lalu memerintahkan bertaqwa kepada Allah, mendorong
taat, dan memberi banyak nasehat.... HR Muslim.
Kaifiyahnya sama seperti shalat biasa, hanya saja pada
rakaat pertama betakbir tujuh kali dengan mengangkat kedua tangan, dan pada
rakaat kedua bertakbir lima kali sebelum membaca surah Al fatihah, seperti
dalam hadits:

A

A

A

Takbir dalam shalat iedul fitri adalah tujuh kali di rakaat pertama, dan lima
kali di rakaat kedua, dan membaca (Al Fatihah+ surah lain) sesudahnya dalam
dua rakaat itu. HR At Tirmidziy
Disunnahkan pula memisahkan antara takbir itu denga membaca :

Kemudian imam berkhutbah sesudah shalat dengan dua kali khutbah seperti
khutbah jumat.
Waktunya sejak matahari naik sepenggalah (kira-kira enam
meter) pada waktu iedul fitri dan tiga meter pada iedul adha, sampai matahari
bergeser ke barat.
Shalat ied sah dikerjakan oleh laki-laki, wanita, anak-anak,
musafir, atau mukim. Dan barang siapa yang ketinggalan berjamaah ia shalat
munfarid. Dan menurut madzhab Hanafi, ia shalat empat rakaat tanpa
tambahan takbir. Makruh shalat sunnah sebelumnya dan sesudahnya.45 Karena
Rasulullah saw tidak shalat sebelum dan sesudahnya. Seperti yang
diriwayatkan oleh tujuh ulama hadits.
Disunnahkan bagi setiap muslim untuk mandi, bersiwak,
memakai wewangian, memakai pakaian palign baik, menuju ke tempat shalat

44 Menurut madzhab Maliki dan Syafi;iy. Madzhab Hanafi menyatakan hukumnya wajib.
Madzhab Hanbali menngatakan hukumnya fardhu kifayah bagi setiap orang yang wajib
shalat jumat.
45 Menurut madzhab Syafiiy tidak makruh shalat sunnah sebelum dan sesudahnya
ketika matahari sudah meninggi bagi selain imam.

dari jalan yang berbeda dengan jalan pulangnya. Memperbanyak melantunkan


takbir, yang bunyinya:

Sebagaimana disunnahkan makan kurma atau yang lainnya sebelum berangkat


shalat iedul fitri.
FASHAL XII
PEMBAHASAN LAIN-LAIN TENTANG SHALAT
A.

Pertama: SHALAT BERJAMAAH


Fadhilah dan Hikmahnya

A
:

A -

-

.

Dari Abdullah bin Umar ra, bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Shalat berjamaah itu
leih utama dari shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat. Muttafaq alaiah.
1. Fardhu Ain menurut Imam Ahmad bin Hanbal, Al Uzaiy, dan Zhahiriyah.
Berdasarkan hadits imam muslim dari Abu Hurairah ra berkata:

A
:
:


A A

: :
:

Seorang lelaki buta menemui Rasulullah saw dan berkata: Ya Rasulallah saya
tidak memiliki penuntun yang bisa menuntunku ke masjid ia meminta
keringanan kepada Rasulullah saw, lalu Rasulullah memberinya keringanan.
Kemudian ketika orang itu kembali, Rasulullah memanggilnya dan bertanya:
Apakah kamu masih mendengar panggilan adzan? ia menjawab: Ya. Sabda
Nabi: Kalau begitu, maka penuhilah panggilan itu!.
Perintah untuk memenuhi panggilan itu adalah datang ke masjid shalat berjamaah.
Juga terdapat hadits lain. Dari Abu Hurairah ra bahwasannya Rasulullah saw
bersbda:










A
A


.
Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat isya dan
shubuh. Jika seandainya mereka mengetahui isinya tentu mereka akan
mendatanginya meskipun dengan merangkak. Dan sesungguhnya aku pernah
merencanakan untuk memerintahkan shalat, lalu aku menyuruh seseorang
mengimaminya, kemudian aku pergi bersama beberapa orang dengan membawa
kayu bakar, mendatangi orang-orang yang tidak dataang shalat berjamaah
kemudian aku bakar rumahnya. Hadits Muttafaq alaih.

2. Fardhu kifayah menurut jumhurul ulama, yang terdiri dari para Ulama pendahulu
madzhab Syafiiy, mayoritas madzhab Hanafi fan Maliki. Merujuk kepada dalildalil di atas yang menjadi dalil ulama yang menyatakannya fardhu ain, dengan
mengalihkan makna wajib ke wajib kifayah.
3. Sunnah Muakkadah menurut imam Abu Hanifah dan dua orang muridnya, Zaid
bin Ali dan Al Muayyid Billah. Dan shah shalat tanpa berjamaah. Dan jika satu
kota meninggalkannya tanpa udzur mereka diperintahkan untuk melaksanakannya
jika mereka mau, jika menolak maka mereka diperangi. Karena berjamaah adalah
salah satu syiar Islam, dan karakterstik agama ini. Dalil untuk menyatakan sunnah
itu antara lain:

()
Shalat jamaah itu lebih utama dari pada shalat sendiri an dengan duapuluh tujuh
derajat.
Jika shalat sendir itu tidak sah, maka ia tidak akan memiliki keutamaan
sedikitpun. Mereka menjawab hadits-hadist di atas sebagai hadits untuk
mengancam, bukan dipraktekkan, seperti yang dilakukan Rasulullah saw.
B.
1.
2.
3.

4.
5.
6.

7.
8.

Hukum-hukumnya
Sunnahnya berjamaah adalah di masjid. Sehingga menampilkan syiar Islam dan
jumlah umat yang banyak. Dan utamanya bagi wanita shalat di rumahnya,
meskipun tidak dilarang ke masjid, menghadiri shalat berjamaah.
Disunnahkan shalat berjamaah itu juga dalam shalat yang diqadha, minimal ada
imam dan makmum
Disunnahkan agar wanita terpisah dari laki-laki. Slaha satunya menjadi imam
(menurut madzhab Syafiiy dan Hanbali. Makruh wanita menjadi imam bagi
wanita menurut madzhab Hanafi. Tidak boleh wanita menjadi imam bagi wanita
menurut imam Malik, dan wanita berdiri di tengah shaff.
Syarat sahnya laki-laki menjadi imam adalah: Islam, baligh, berkal, mampu
membaca Al Quran, dan bebas dari udzur. 46
Orang yang paling berhak menjadi selain tuan rumah atau pejabat adalah: orang
yang paling berilmu, kemudian yang paling banyak hafalan, yang paling wara
(hati-hati dari perbuatan dosa, kemudian yang paling tua usianya.
Seorang makmum berdiri di sisi kanan imam, jika lebih dari satu maka berdiri di
belakang imam. Dimulai dari shaf orang dewasa, kemudian shaf anak-anak,
kemudian shaf wanita. Sedangkan jika anak kecil sudah ada di shaf depan maka
tidak boleh ditarik ke belakang. 47
Sebaiknya imam memperingan shalat, tidak melebihi standar sunnah dalam
bacaan shalat.
Tidak sah orang yang shalat fardhu makmum kepada orang yang shalat sunnah
menurut madzhab Hanafi dan Jumhurul Ulama. Tetapi sah menurut madzhab

46 Seperti mengalami penyakit beser kencing.


47 Menurut madzhab Maliki makmum dianggap sah shalatnya meskipun di depan imam

imam Syafiiy. Jika ada seorang muslim shalat sunnah kemudian ada orang
makmum di belakangnya untuk shalat fardhu dan tahu bahwa orang yang di
depannya itu shalat sunnah, maka sah shalatnya menurut madzhab Syafiiy dan
tidak sah menurut madzhab Hanafiy.
9. Tidak sah seorang shalat fardhu makmum di belakang orang yang shalat fardhu
lainnya, jika makmum mengetahui hal itu. Demikian juga tidak sah orang yang
makmum melaksanaan shalat fardhunya tepat waktu, dengan imam yang
mengqadha shalat fardhu. Tetapi madzhab Syafiiy memperbolehkan semua ini.
10. Makmum wajib mengikuti imam, dan haram mendahuluinya, sedang bersamaan
hukumnya makruh.
11. Makmum diperbolehkan mufaraqah (memisahkan diri) dari imam, yaitu dengan
keluar dari shalatnya imam dan menyempurnakan shalatnya sendiri jika ada
udzur. Seperti yang dilakukan sahabat ketika Muadz yang menjadi imam
membaca surah Al Baqarah dalam shalatnya. (HR. Al Jamaah)
12. Disunnahkan bagi orang yang telah shalat munfarid, untuk mengulangi shalatnya
dengan berjamaah, dan shalat munfaridnya menjadi shalat sunnah
13. Disunnahkan bagi imam, setelah shalat dan salam untuk menengok ke kanan dan
kiri, kemudian berpindah dari tempat shalatnya
14. Makmum diperbolehkan mengikuti imam meskipun di antara keduanya ada sekat,
jika makmum mengetahui pergerakan imam lewat pendengaran atau penglihatan,
dengan syarat shafnya bersambung. Sehingga tidak sah shalat dengan siaran radio
atau televisi
15. Jika seorang imam mengalami sesuatu yang tidak bisa meneruskan shalatnya
maka digantikan orang lain untuk menyempurnakan shalatnya dengan makmum
yang ada.
16. Makruh seorang imam mengimami kaum yang tidak menyukainya.
17. Tidak sah orang yang shalat sendirian di belakang shaf, seharusnya ia menarik
salah satu dari jamaah yang ada di depannya untuk shalat bersamanya. Seperti
dalam hadits Wabishah:

A


Bahwasannya Rasulullah saw melihat seseorang yang shalat sendirian di belakang
shaf, lalu menyuruhnya untuk mengulang shalat. HR. Al Khamsah, kecuali An
Nasaiy.
Dan sah shalat wanita yang sendirian di belakang shaf pria. Dan tidak boleh
baginya ia berdiri sejajar dengan pria dalam satu shaf.

18. Menghadiri shalat berjamaah menjadi tidak wajib karena hujan, sangat dingin,
ketakutan, tertahan, sakit, atau lanjut usia, atau udzur-udzur lainnya yang
disebutkan oleh para ulama untuk tidak memberatkan bagi kaum muslimin.
Rasulullah saw pernah menyuruh muadzin untuk menyerukan: ( A

)
Shalatlah di kendaraan kalian masing-masing; ketika malam sangat dingin, di
malam saat turun hujan waktu musafir. HR As Syaikhani. Udzur-udzur yang lain
diqiaskan dengan yang tersebut di atas.

19. Ketika seorang yang masbuq (keduluan imam) di sebagian shalatnya, maka ia
menyempurnakan sisa shalatnya itu setelah salam imam. Ia mengqadha awal
shalatnya dalam hal bacaan, dan akhirnya dalam hal tasyahhud. Misalnya jika
seseorang hanya mendapati rakaat terakhir imam dalam shalat maghrib maka ia
mengqadha dua rakaat, dengan membaca Al Fatihah dan surah lainnya di setiap
rakaat, karena ia mengqadha dua rakaat pertama dan kedua dilihat dari bacaan;
dan duduk di rakaat pertama itu dengan bertasyahhud karena sesungguhnya itu
rakaat kedua baginya, sehingga ia shalat maghrib dengan tiga kali duduk.
20. Seseorang tidak disebut masbuq rakaat dengan imam, kecuali jika mendapati
imamnya telah mengangkat kepala, bangun ruku.
Kedua: SHALAT MUSAFIR
Allah swt berfirman:
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kamu menqashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. QS. An Nisa:
101


: :

:

{
.

}
:
:






Yala bin Umayyah berkata: akubertanya kepada Umar bin Khaththab: Bagaimana
pendapatmu tentang mengqashar shalat, padahal Allah swt berfirman:

Jika kamu takut diserang orang-orang kafir... . Dan sekarang hal itu tidak ada. Umar
berkata: Aku heran dari apa yang kau herankan. Lalu aku sampaikan hal itu kepada
Rasulullah saw yang bersabda: Itu adalah shadaqah Allah kepada kalian maka terimalah
shadaqahnya. HR. Al Jamaah.
-

Menurut madzhab Hanafi, mengqashar shalat adalah


Azimah (hukum tetap), dan shalat sempurna hukumnya makruh berbeda dengan
sunnah, tetapi tetap sah shalatnya; dan dua rakaat akhir dianggap sebagai shalat
sunnah, dan tasyahhud awal menjadi wajib, jika ditinggalkan batal shalatnya.
Menurut madzhab Syafiiy; qashar shalat adalah rukhshah
(kemudahan), tetapi tidak dimakruhkan shalat sempurna yang berstatus Azimah, dan
itu yang utama, jika safarnya belum sampai tiga marhalah, dan jika sudah
melewatinya maka yang utama mengqashar shalat.

Para ulama berbeda pendapat tentang jarak safar yang


diperbolehkan qashar shalat. Menurut madzhab Maliki, Syafi;iy, dan Hanbali sejauh
kurang lebih 90 km (sembilan puluh kilo meter).48
Para ulama juga berbeda pendapat tentang lama safar.
Empat hari menurut jumhurul ulama,49 lima belas hari menurut madzhab Hanafiy, jika
niat mukim melebihi batas itu dihitung mukim, dan tidak boleh mengkoshor shalat.
Sedang jika ia tidak tahu berapa lama ia mukim, dan setiap hari menyatakan :
BESOK MAU JALAN kemudian ia terpaksa harus menetap, maka dihitung musafir,
mengqoshor shalat meskipun lama di situ. Demikianlah madzhab Hanafi dan salah
satu pendapat madzhab Syafiiy, yang merupakan amalah mayoritas sahabat.
Pendapat lain madzhab Syafiiy jika lebih dari delapan belas hari dianggap muqim,
dan tidak mengqashar apapun keadaannya.
Syarat untuk mengambil rukhshah qashar shalat agar keluar
dari tempat tinggalnya, dan terus mengqashar sampai ia pulang ke negerinya.
Mengqashar shalat empat rakaat menjadi dua rakaat. Orang
mukim boleh makmum kepada musafir, ketika musafir telah salam, yang mukim
meneruskan, sebagaimana msafir yang shalat empat rakaat makmum kepada orang
mukim.
Diperbolehkan shalat sunnah di atas kendaraan, kapal,
mobil, kereta, atau pesawat. Dan bagi yang mau shalat harus menghadap kiblat jika
mampu. Dan gugur darinya beberapa rukun shalat dan kewajibannya yang tidak
mungkin dilaksanakan, seperti cukup dengan isyarat membungkuk dengan kepala
untuk ruku dan sujud. Menundukkan kepala ketika sujud lebih rendah daripada
rukunya. Hal ini telah disepakati oleh para ulama fiqh, berdasar hadits Amir bin
Rabiah ra berkata:

48 Jarak safar menurut madzhab Maliki, Syafiiy dan Hanbali adalah empat pos, dan satu pos = empat
farsah, satu farsah=tiga mil, maka kira-kira 90 km. seperti yang dibuktikan oleh Sayyid Ahmad Al Husaini
dalam bukunya Zadul Musafir/Bekal orang bepergianSedangkan menurut madzhab Hanafi; jarak safar
itu diukur dengan waktu, yaitu tig ahari,
Dalil madzhab Maliki, Syafiiy dan Hanbali, adalah riwayat Imam Malik, bahwa Abdullah bin Abbas
mengqashar shalat dalam perjalanan antara Makkah dan Thaif, jarak ini seperti Makkah dan Asfan, Makkah
dan Jeddah. Imam Malik berkata: itu kira-kira empat pos.
Demikian juga seperti yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari: Bahwa Abdullah bin Umar ra dan
Abdullah ibn Abbas keduanya mengqashar shalat dan ifthar dalam jarak empat pos.
Sedangkan dalil madzhab Hanafiy adalah riwayat Al Bukhari:
Tidak halal bagi wanita beriman kepada Allah dan hari akhir melakukan safar sejauh tiga hari kecuali
bersama dengan mahram, dan yang kurang dari tiga hari tidak dianggap safar.
Seperti dalam hadits Yala bin Murah: Bahwasannya Rasulullah saw bersama dengan para sahabat sampai
ke Mudhayyaq, masih di atas kendaraannya, dalam keadaan hujan, tanah becek, datang waktu shalat, lalu
menyuruh muadzdzin mengumandangkan adzan dan iqamat, kemudian Rasulullah maju ke depan dengan
tetap menaiki kendaraannya, di depan para sahabat, lalu shalat bersama mereka menjadi imam- dengan
isyarat membungkuk sujud lebih rendah daripada ruku. HR Ahmad, At Tirmidzi, An Nasaiy, dan Ad Daru
Quthniy.

49 Menurut madzhab Syafiiy jika ia berniat mukim lebih dari tiga hari, ia menjadi orang
mukim. Dan kurang dari empat hari dihitung musafir. Hari bearngkat dan pulang tidak
dihitung.



)

( A
A

.
Aku melihat Rasulullah saw di atas kendaraannya bertasbih dengan menundukkan
kepalanya, menghadap ke mana saja, dan hal ini tidak pernah dilakukan di shalat
fardhu. Muttafaq alaih.

Mata Kuliah

Kode

FIQIH

Pokok Bahasan

Target Pembelajaran

Pertemuan

03/Pesma/009
Ihsan dalam shalat

BAGIAN KEDUA: SHALAT-SHALAT SUNNAH


Pertama: Shalat Witir
Shalat witir hukumnya sunnah muakkadah (ditekankan) menurut jumhurul fuqaha (ahli
fiqh). Wajib menurut madzhab Hanafi. Hukum-hukum yang berkaitan dengan shalat witir
adalah:
7. Waktunya sesudah shalat isya sehingga terbit fajar. Disunnahka dikerjakan di
akhir malam bagi yang mampu. Seperti hadits Nabi:

Jadikanlah akhir shalatmu adalah witir. Muttafaq alaih. Dan sabdanya yang lain:





A
.

Sesungguhnya Allah menambahkan shalat atas kalian yaitu shalat witir, maka
kerjakanlah shalat itu antara shalat isya sampai fajar. HR Ahmad.
8. Bilangan rakaatnya: satu, tiga, lima, tujuh, sembilan, atau sebelas rakaat. Tiga
rakaat adalah kesempurnaan minimal, boleh dengan bersambung dengan hanya
sekali salam,50 atau terpisah-pisah salam setiap dua rakaat, kemudian shalat yang
ketiga.
9. Disunnahkan membaca doa qunut di rakaat akhir sebelum ruku (menurut
madzhab Hanafi), sesudah ruku menurut madzhab Hanbali, Syafiiy. Menurut
madzhab Syafiiy, qunut witir hanya ada di separo kedua bulan Ramadhan.
Lafadh qunut itu adalah:

A
A


A

A
A A

Ya Allah tunjukilah aku bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk.
Sehatkan aku bersama orang-orang yang telah Engakau beri kesehatan.
Lindungilah aku sebagaimana orang-orang yang telah Engkau lindungi.
Berkahilah apa saja yang Engkau beri. Lindungilah aku dari keburukan apa yang
telah Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Menetapkan, dan
tidak bisa ditetapkan atasmu. Sesungguhnya tidak akan pernah nista orang yang
telah Engkau lindungi. Engkaulah Rabb kami Maha Pemberi berkah, dan Maha
Tinggi. HR. Ahmad dan Ashabussunan. Atau dengan membaca doa Umar, 51
yang diriwaytakan dari Abdullah ibn Masud. Doa ini yang lebih afdhal menurut
madzhab Hanafi.
10. Disunnahkan shalat witir dengan berjamaah di bulan Ramadhan, mengikuti
sunnahnya berjamaah shalat tarawih. Diperbolehkan pula shalat witir berjamaah
di luar bulan Ramadhan. Sebagaimana diperbolehkan shalat jamaah untuk shalat
sunnah lainnya yang tidak ditemukan dalil disunnahkan berjamaah untuk
melaksanakannya.

50 Inilah madzhab Hanafi, yang shalat witirnya seperti shalat maghrib.


:

: ) Ya Allah

51

sesungguhnya kami mohon pertolongan-Mu, meminta petunjuk-Mu, meminta ampunan-Mu, bertaubat


kepada-Mu, beriman dengan-Mu, berserah diri atas-Mu, memuji-Mu dengan seluruh kabaikan, bersyukur
kepada-Mu, tidak mengingkari-Mu. Kami mencabut,meninggalkan orang-orang yang mendurhakai-Mu, Ya
Allah, hanya kepada-Mu kami menyembar, dan hanya karena-Mu kami shalat dan sujur. Hanya kepada-Mu
kami berusaha bergegas, kami mengharap rahmat-Mu, kami takut adzab-Mu, sesungguhnya adzab-Mu atas
orang kafir pasti akan mengena.

11. Disunnah mengqadha witir, jika sudak lewat waktunya. Jika telah menunaikan
shalat witir di awal malam, kemudian bangun dan shalat sunnah nafilah, maka
tidak usah mengulang shalat witir, karena sabda Nabi:

Tidak ada dua witir dalam satu malam. HR Ahmad dan tiga ulama hadits lain.
12. Disunnahkan bagi orang yang shalat witir untuk mengucapkan sesudah shalat:

A .(

)

Maha Suci Yang Maha Kuasa dan Maha Suci.


Kedua : Shalat Rawatib lima waktu

Disunnahkan bagi setiap muslim untuk membiasakan shalat sunnah bersama dengan
shalat lima waktu sebagaimana yang pernah Rasulullah lakukan.

A : A A

: .
: . A
:
.
. :
A

Dari Rabiah bin Malik Al Aslamiy ra berkata: Rasulullah saw berkata kepadaku:
Mintalah, aku berkata: Aku minta bisa bersamamu di sorga. Tanya Nabi: Apakah
ada permintaan lain? Aku jawab: Hanya itu. Sabda Nabi: Maka bantulah aku
mencapai keinginanmu dengan banyak bersujud.. HR. Muslim.



A
: A

A
:

A
A

A
.

Dari Ummul mukminin, Ummu Habibah binti Abu Sufyan ra berkata: Aku mendengar
Rasulullah saw bersabda: Tidak ada seorang hamba muslim yang shalat karena Allah
setiap hari dua belas rakaar sebagai tathawwu (tambahan kebaikan) selain shalat fardhu,
kecuali Allah akan bangunkan untuknya rumah di surga. HR Muslim.
Shalat sunnah rawatib yang menyertai shalat lima waktu itu ialah:
6. Sunnah Fajar, dua rakaat dengan agak cepat, sebelum shalat fardhu, dan bisa
diqadha jika terlewatkan. Seperti dalam hadits Imran bin Hushain, yang
diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim.


A A

A
.

Aisyah berkata: Rasulullah tidak pernah sangat menjaga amal sunnah melebihi
dua rakaat sebelum fajar.
Rasulullah juga bersabada:

Dua rakaat fajar lebih baik dari dunia dengan segala isinya. HR Muslim,
hukumnya sunnah muakkadah mendekati wajib.

7. Sunnah Zhuhur; yaitu empat rakaat sebelum zhuhur52, dan sua rakaat sesudahnya,
ini sumber yang paling shahih. Bisa juga dengan dua rakaat sebelum dan
sesudahnya53, atau empat rakaat sebelum dan sesudahnya.54
8. Sunnah Ashar, dua rakaat (seperti yang diriwayatkan Abu Daud dari Ali ra) atau
empat rakaat (seperti yang diriwayatkan Abu Daud dan At Tirmidziy dari Ibnu
Umar ra) sebelum shalat fardhu.
9. Sunnah Maghrib; yaitu dua rakaat sesudah shalat fardhu, hukumnya sunnah
muakkadah (seperti riwayat Al Bukhari dan Muslim)
- dua rakaat sebelumnya sunnah bagi yang mau mengamalkannya (seperti riwayat
Asy Syaikhani/Al Bukhari dan Muslim), demikianlah madzhab Syafiiy dan
Hanbali.
10. Sunnah Isya; dua rakaat sesudah shalat fardhu (riwayat Al Bukhari dan Muslim)
- Dua rakaat sebelumnya sunnahbagi yang mau melakukannya, inilah madzhab
Syafiiy. Sedang menurut madzhab Hanafi sunnah Isya itu empat rakaat
sebelumnya dan empat rakaat sesudahnya.
Ketiga : Shalat Sunnah lainnya.
9. Shalat Dhuha; dari Abu Hurairah ra berkata:

A
A

A

Kekasihku (Rasulullah saw) telah berwasiat kepadaku untuk puasa tiga hari setiap
bulan, dua rakaat dhuha, dan shalat witir sebelum aku tidur. Muttafaq alaih
(55)

. " . . . " :Hadits Aisyah ra 52



Bahwa Nabi Muhammad saw shalat di rumahku empat rakaat sebelum zhuhur, kemudian keluar shalat
dengan kaum muslimin, lalu masuk kembali dan shalat dua rakaatHR. Muslim, dikuatkan oleh hadits Al
Bukhariy

) :Inilah standar yang ditekankan dalam sunnah zhuhur, karena hadits Abdullah ibnu Umar 53
:
(
Aku menghafal dari Nabi saw sepuluh rakaat: dua rakaat sebelum zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua
rakaat sesudah maghrib di rumahnya, dua rakaat sesudah isya di rumahnya, dua rakaat sebelum shubuh. HR
Al Bukhari, dan Ahmad dengan sanad shahih.
54 Karena sabda Rasulullah saw: " " Barang
siapa shalat empat rakaat sebelum zhuhur dan empat rakaat sesudahnya Allah haramkan dagingnya dari api
neraka. HR Lima perawi hadits.

55() : .

A
A
.

Setiap sendi tubuh salah seorang di antaramu setiap apginya dapat bersedekah.
Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar maruf adalah sedekah, nahi munkar
adalah sedekah, dan cukup dari semua itu dengan dua rakaat di waktu dhuha. HR
Muslim, Abu Daud, Ahmad.
Bilangan rakaatnya mulai dari dua rakaat, empat rakaat, delapan rakaat. Semua ini
memiliki sumber hadist shahih dari Rasulullah saw. Adapula enam belas rakaat
menurut madzhab Hanafi dengan bersumber dari beberapa hadits hasan.
Waktunya mulai matahari setinggi tombak sampai menjelang matahari bergeser
ke barat.
10. Shalat Gerhana Matahari dan Bulan. Dari Abdullah ibnu Abbas ra berkata:















. .

Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw, lalu Rasulullah shalat dengan
berdiri lama sepanjang bacaan surah Al Baqarah, lalu ruku lama, lalu bangun dan
beridiri lama tidak selama berdiri pertama, kemudian ruku kembali dengan lama
tidak selama ruku pertama, lalu sujud. Kemudian bangun berdiri lama, tidak
selama yang pertama, kemudian ruku lama tidak selama yang pertama, kemudian
bangun dengan berdiri lama tidak selama yang perama, kemudian ruku lama
tidak selama ruku pertaman, kemudian bangun ruku, kemudian sujud dan ketika
selesai shalat, matahari telah pulih kembali. Lalu berkhitbah di hadapan kaum
muslimin. Muttafaq alaih.
Para ulama telah bersepakat bahwa shalat gerhana itu hukumnya sunnah
muakkadah (ditekankan) bagi semua laki-laki dan wanita, dilakukan dengan
berjamaah. Seperti dalam hadits Al Mughirah bin Syubah ra berkata:




A A -

: -

:


.

Terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah saw pada hari wafatnya Ibrahim
(putra Rasulullah pada tahun sepuluh hijriyah) lalu orang-orang berkata: Gerhana

matahari karena wafatanya Ibrahim. Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya


matahari dan bulan adalah dua ayat dari ayat-ayat Allah, tidak terjadi gerhana
karena kematian seseorang atau kelahirannya. Maka jika kamu melihatnya
berdoalah dan shalatlah sehingga terang kembali. Muttafaq alaih.
Shalat gerhana adalah dua rakaat setiap rakaat dua kali berdiri dan dua ruku
seperti dalam hadits di atas.56 Disunnahkan pula memperpanjang berdiri dan
ruku. Waktunya sejak mulai gerhana matahari atau bulan, sampai selesai.
Khutbah sesudah shalat hukumnya adalah syarat menurut madzhab Syafiiy, dan
sunnah menurut Abu Hanifah dan Imam Malik setelah shalat gerhana matahari
saja. Dengan dua kali khutbah. Membaca istighfar dalam kedua khutbah itu
sebagai pengganti takbir (dalam shalat ied).
Diperbolehkan jahriyah dan sirriyah. Shalat jahriyah lebih shahih seperti yang
dikatakan oleh Imam Al Bukhari. Dan ditekankan untuk dilakukan dengan
jahriyah pada shalat gerhana bulan kaena terjadi di malam hari.
11. Shalat Istikharah. Dari Jabir ra berkata:

A :


:

:
A


.

A A A - A -

. A A
A A
A


A A

A A A
A
A
A A


. .

Rasulullah saw pernah mengajarkan kepada kami istikharah (memilih) dalam


semua urusan sebagaimana mengajarkan bacaan surah dalam Al Quran. Dengan
bersabda: Jika salah seorang di antaramu bimbang atas sesuatu maka hendaklah
ruku dengan dua rakaat, di luar shalat fardhu, kemudian berdoa: Ya Allah,
sesungguhnya aku meminta pilihan dengan ilmu-Mu, dan meminta kemampuan
dengan Kekuasaan-Mu, meminta dari anugerah-Mu yang besar, Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Kuasa dan aku tidak berdaya, Engkau Yang Maha
Mengetahui dan aku tidak mengetahui, Engkaulah Yang Maha Mengetahui yang
tersembunyi. Ya Allah, Engkau yang mengetahui jika urusan ini menyebutkan
urusannya- baik bagiku dalam agama, dunia dan akhir urusanku, maka tetapkan ia
padaku dan mudahkan bagiku, lalu berkahilah aku dengannya. Dan Engkau yang
mengetahui jika urusan ini buruk bagiku, dalam agama, dunia, dan akhir urusanku
56 Menurut madzhab Hanafi, bahwa shalat gerhana itu hanya dengan satu kali berdiri di
setiap rakaat, sebagaimana shlat sunnah lainnya, karena ada hadits yang
meriwayatkannya. Hal ini disetujui oleh madzhab Maliki dalam shalat gerhana bulan

maka jauhkan ia dariku, jauhkan aku darinya, tetapkan bagiku apa yang ada, lalu
ridhailah aku. HR Al Jamaah, kecuali Imam Muslim.
12. Shalat Taubat. Dari Abu Bakar ra berkata: Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda:

Tidak ada seorangpun yang berbuat dosa kemudian ia bangun bersuci, lalu shalat
dua rakaat, kemudian beristighfar kepada Allah pasti Allah akan mengampuninya.
Lalu Rasulullah membaca ayat:


...

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka Mengetahui.
Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di
dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan
Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. QS. Ali Imran: 135-136

HR. Abu Daud, An Nasaiy, Ibnu Majah, Al Baihaqi, dan At Tirmidziy yang
menilainya hadits hasan.
13. Shalat Istisqa; yaitu shalat untuk minta turun hujan dari Allah karena
paceklik/kekeringan.
Shalat istisqa itu dua rakaat57 tanpa adzan dan iqamat. Dilakukan di luar waktu
yang dilarang shalat. Pada rakaat pertama imam membaca surah Al Fatihah dan
surah Al Ala dengan jahriyah, dan pada rakaat kedua membaca Al fatihah dan Al
Ghasyiyah. Kemudian berkhtbah dengan dua kali khutbah seperti khutbah ied.
57 Menurut madzhab Syafiiy, disunnahkan bertakbir dalam shalat itu sebagaimana takbr
di shalat ied, seperti dalam hadits riwayat Ad Daru Quthniy dari Ibnu Abbad, dinilai dhaif
seperti yang tercantum dalam Al Majmu.

Menurut madzhab Hanbali dengan sekali khutbah dan berdoa58. Rasulullah


membalik selendangnya yang semula di kanan ke kiri, dan yang semula di kiri ke
kanan.
Bisa juga dengan doa dalam khutbah jumat, seperti yang Rasulullah lakukan,
dalam riwayat Asy Syaikhani dari Anas ra.


:

. ...

Bahwa seseorang masuk masjik di hari jumat saat Rasulullah sedang berdiri
khutbah, orang itu berkata: Ya Rasulallah. Harta benda pada hancur dan
perjalanan jadi terputus, maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan
pada kami. Lalu Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa: Ya Allah

Bisa juga dengan berdoa saja selain hari jumat, tanpa shalat di masjid atau
lapangan. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Majah, Al Baihaqi,
Ibnu Abi Syaibah dan Al Hakim.
14. Qiyamu Ramadhan/shalat tarawih; Rasulullah saw bersabda:

Barang siapa yang qiyamu Ramadhan dengan dengan iman dan mengharap Allah,
maka Allah akan ampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang. Muttafaq
alaih
Qiyamu Ramadhan disebut tarawih karena mereka beristirahat setelah empat
rakaat shalat.
Shalat tarawih hukumnya sunnah muakkadah bagi laki-laki dan wanita di bulan
Ramadhan. Waktunya sesudah shalat isya dan sebelum witir fajar. Tarwih
dilakukan dengan dua rakaat-dua rakaat; sepetti dalam hadits :

Shalat malam itu dua-dau. Muttafaq alaih

" : :Di antara doa matsurnya adalah 58


.

. ) (

. : . " .
( : ( ): )
:
) ( : ( ) :
. (

Ditekankan delapan rakaat, seperti yang disebut dalam hadits-hadits shahih,59


disunnahkan pula dua puluh rakaat seperti yang dilakukan oleh para shabat dan
khulafaurrasyidin. Demikianlah madzhab Hanafi, Syafi;iy, Hanbali, dan jumhurul
ulama. Disunnahkan dalam berjamaah. (lihat shalat tarawih dalam bab puasa di
buku ini)
15. Qiyamullail, yaitu bangun di tengah malam untuk shalat sunnah. Ia merupakan
taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah yang paling besar. Allah swt telah
memerintahkannya pada Nabi Muhammad saw, denngan ayat:


Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai
suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat
kamu ke tempat yang Terpuji. QS. Al Isra: 79

Allah memuji para hamba-Nya:

Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan
ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. (QS. Adz Dzariyat: 17-18)

Waktunya sejak selesai shalat isyasehingga terbit fajar,


utamanya sepetiga malam terakhir, setelah bangun tidur, tidak
ada batasan jumlah rakaat, bisa hanya dengan dua rakaat, atau
sebelas rakaat seperti dalam riwayat Aisyah ra, dan tidak ada
larangan lebih dari itu.
Di antara adabnya, adalah berniat sebelum tidur, memulai shalat
dengan dua rakaat yang ringan (singkat), kemudian shalat
sesuka hantinya. Sebaiknya membangunkan keluarga. Berhenti
shalat ketika ngantuk. Tidak mempersulit diri sendiri artinya
berdiri shalat sesuai dengan kemampuan- berdoa dengan doadao matsur dari Rasulullah saw. 60
Di antaranya hadits Aisyah ra;( )
.
Rasulullah saw tidak pernah lebih dari sebelas rakaat di bulan Ramadhan atau di luar Ramadhan. Muttafaq
alaih
59

60 "

" .

16. Shalar Ied (fithri dan adha), hukumnya sunnah Muakkadah (ditekankan),61
Rasulullah saw membiasakannya. Dan secara singkat hukum-hukumnya adalah
sebagai berikut:
dilakukan dengan dua rakaat berjamaah tanpa adzan dan
iqamat, sebelum khutbah, seperti dalam hadits Jabir

...

Aku menyaksikan shalat ied bersama Rasulullah saw pada hari ied sebelum
khutbah tanpa adzan dan iqamat, kemudia Rasulullah berdiri dengan
didampingi Bilal, lalu memerintahkan bertaqwa kepada Allah, mendorong
taat, dan memberi banyak nasehat.... HR Muslim.
Kaifiyahnya sama seperti shalat biasa, hanya saja pada
rakaat pertama betakbir tujuh kali dengan mengangkat kedua tangan, dan pada
rakaat kedua bertakbir lima kali sebelum membaca surah Al fatihah, seperti
dalam hadits:

A

A

A

Takbir dalam shalat iedul fitri adalah tujuh kali di rakaat pertama, dan lima
kali di rakaat kedua, dan membaca (Al Fatihah+ surah lain) sesudahnya dalam
dua rakaat itu. HR At Tirmidziy
Disunnahkan pula memisahkan antara takbir itu denga membaca :

Kemudian imam berkhutbah sesudah shalat dengan dua kali khutbah seperti
khutbah jumat.
Waktunya sejak matahari naik sepenggalah (kira-kira enam
meter) pada waktu iedul fitri dan tiga meter pada iedul adha, sampai matahari
bergeser ke barat.
Shalat ied sah dikerjakan oleh laki-laki, wanita, anak-anak,
musafir, atau mukim. Dan barang siapa yang ketinggalan berjamaah ia shalat
munfarid. Dan menurut madzhab Hanafi, ia shalat empat rakaat tanpa
tambahan takbir. Makruh shalat sunnah sebelumnya dan sesudahnya.62 Karena
Rasulullah saw tidak shalat sebelum dan sesudahnya. Seperti yang
diriwayatkan oleh tujuh ulama hadits.
Disunnahkan bagi setiap muslim untuk mandi, bersiwak,
memakai wewangian, memakai pakaian palign baik, menuju ke tempat shalat
dari jalan yang berbeda dengan jalan pulangnya. Memperbanyak melantunkan
takbir, yang bunyinya:

61 Menurut madzhab Maliki dan Syafi;iy. Madzhab Hanafi menyatakan hukumnya wajib.
Madzhab Hanbali menngatakan hukumnya fardhu kifayah bagi setiap orang yang wajib
shalat jumat.
62 Menurut madzhab Syafiiy tidak makruh shalat sunnah sebelum dan sesudahnya
ketika matahari sudah meninggi bagi selain imam.

Sebagaimana disunnahkan makan kurma atau yang lainnya sebelum berangkat


shalat iedul fitri.

You might also like