You are on page 1of 8

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN TINGKAT NYERI

PADA IBU POST SECTIO CAESAREA


(Di Ruang Kemuning Rumah Sakit Umum Daerah Nganjuk)
Sri Wijayanti1, Sujatmiko,S.Kep,Ns,M.Kes2, Ganda Ardiansyah,S.Kep.Ns3
1

Mahasiswa Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk, 2Dosen STIKes Satria Bhakti Nganjuk, 3Dosen STIKes Satria
Bhakti Nganjuk.

ABSTRAK

SRI WIJAYANTI: Hubungan Mobilisasi Dini dengan Tingkat Nyeri Pada Ibu Post
Sectio Caesarea di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk
Dampak operasi Sectio Caesarea adalah nyeri, hal ini terjadi karena adanya luka
akibat terputusnya continuitas jaringan. Salah satu cara memperlancar sirkulasi darah,
mempercepat penyembuhan luka, menurunkan nyeri adalah dengan mobilisasi dini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan mobilisasi dini dengan tingkat nyeri
pada ibu post Sectio Caesarea di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk.
Desain penelitian ini adalah analitik kolerasional dengan prospektif, dilaksanakan
pada tanggal 09 Maret-09 April 2015. Populasi penelitian ini adalah Ibu post Sectio Caesarea
hari pertama di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk rata-rata per bulan sebanyak 31 ibu.
Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, dan jumlah sampel 31
responden.Variabel independen adalah mobilisasi dini dan variabel dependen adalah tingkat
nyeri. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Analisa data dengan Coefisien
Contigensi dengan tingkat signifikan 0,05.
Mobilisasi dini pada ibu post Sectio Caesarea sebagian besar dari responden
melakukan mobilisasi dini yaitu sebanyak 16 responden (51,6%). Tingkat nyeri pada ibu post
Sectio Caesarea hampir setengahnya responden mengalami tingkat nyeri berat terkontrol
yaitu sebanyak 14 responden (45,2%). Uji statistik menggunakan Coefisien Contingensi
didapatkan value = 0,017, sehingga Ha diterima. Ada hubungan mobilisasi dini dengan
tingkat nyeri di Ruang Kemuning RSUD Nganjuk.
Pasien dapat melakukan mobilisasi dini setelah 6 jam pertama post sc. Mobilisasi
yang dilakukan dengan benar seperti menggerakkan kaki, tangan serta miring kanan dan kiri
dapat mempercepat penyembuhan luka, menurunkan nyeri. Petugas kesehatan harus
memberikan motivasi dan informasi tentang mobilisasi dini kepada ibu post Sectio Caesarea.

Kata Kunci: Mobilisasi Dini, Tingkat Nyeri, Ibu post Sectio Caesarea

PENDAHULUAN
Sebagian besar pasien post Sectio
Caesarea akan merasakan nyeri yang
tingkatannya dapat berbeda-beda pada
setiap ibu (Firda, 2013). Pasien post
partum Sectio Caesarea harus diberikan
mobilisasi
dini
dengan
tujuan
memperbaiki sirkulasi, membuat nafas
dalam, mencegah kekakuan sendi
sehingga mengurangi nyeri (Kusmawan,
2003). Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada tanggal 27 sampai 31
Oktober 2014 di ruang Kemuning
RSUD Nganjuk, terhadap 7 ibu post
Sectio Caesarea yang dirawat enggan
melakukan mobilisasi dini dengan alasan
nyeri luka operasi.
Menurut WHO angka persalinan
Sectio Caesarea sekitar 10% sampai 15%
persalinan di negara-negara berkembang.
Di Indonesia pada tahun 2012 adalah
sekitar 921.000 dari 4.039.000 atau
sekitar 22.8% (Depkes, 2013). Di
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013
berjumlah 3.401 operasi dari 170.000
persalinan atau sekitar 20% dari seluruh
persalinan. Data survey dari Rekam
Medik RSUD Nganjuk di dapatkan hasil
rata-rata per bulan 25 ibu yang memilih
persalinan Sectio Caesarea.
Operasi
Sectio
Caesarea
menyebabkan stress pada daerah operasi.
Stress ini akibat nutrisi yang tidak
adekuat, gangguan sirkulasi, dan
perubahan
metabolisme
akan
meningkatkan
resiko
lambatnya
penyembuhan
luka
sehingga
menyebabkan nyeri tetap (Potter, 2005).
Kebanyakan pasien masih mempunyai
kekhawatiran jika tubuh digerakkan pada
posisi tertentu pasca operasi akan
menambah
nyeri.
Secara
umum
imobilisasi mengakibatkan terjadinya
trombosis, emboli, seperti luka jahitan
yang tidak menutup, infeksi pada luka

operasi,
perubahan
pada
sistem
integumen (Potter dan Perry, 2006).
Perawat mengobservasi nyeri
yang dirasakan pasien dengan melakukan
manajemen nyeri dengan teknik non
farmakologis seperti relaksasi, distraksi
dan mobilisasi dini. Jika teknik nonfarmakologis nyeri belum juga berkurang
maka
barulah
diberikan
teknik
farmakologis
dengan
pemberian
analgesik sesuai dengan resep dokter.
Pengkombinasian antara teknik nonfarmakologis dan teknik farmakologis
merupakan cara yang paling efektif untuk
menghilangkan nyeri terutama untuk
nyeri
yang
sangat
hebat
yang
berlangsung selama berjam-jam bahkan
berhari-hari (Smaltzer dan Bare, 2002).
Berdasarkan latar belakang diatas
tentang pentingnya mobilisasi dini maka
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
mobilisasi dini dengan tingkat nyeri pada
ibu post Sectio Caesarea di ruang
Kemuning Rumah Sakit Umum Daerah
Nganjuk
METODE
Desain dan lokasi penelitian
Pada penelitian ini menggunakan desain
analitik korelasional dengan pendekatan
prospektif. Pendekatan waktu secara
longitudinal atau time period approach.
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang
Kemuning RSUD Nganjuk.
Populasi, sampling, sampel
Populasi penelitian ini adalah ibu
post Sectio Caesarea di ruang Kemuning
RSUD Nganjuk (N=31/bulan). Teknik
sampilng yang digunakan ialah Non
probability sampling dengan metode total
sampling yaitu teknik penentuan sampel
bila semua populasi digunakan bila jumlah
populasi relatif kecil (Nursalam, 2013).

Besar sample yang


sebanyak 31 ibu.

didapat

adalah

Identifikasi variabel
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah mobilisasi dini dan variabel
dependen adalah tingkat nyeri pada ibu
post Sectio Caesarea di Ruang Kemuning
RSUD Nganjuk.
Analisa data
Setelah data terkumpul kemudian
di tabulasi dalam bentuk tabel dengan
variabel yang akan diukur. Analisa data
dilakukan melalui tahap editing, koding,
tabulasi, dan uji statistik. Skala data yang
digunakan adalah data yang berjenis
nominal-ordinal maka untuk menganalisa
hubungan mobilisasi dini dengan tingkat
nyeri pada ibu post Sectio Caesarea di
Ruang Kemuning RSUD Ngajuk. Uji
hipotesis dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan komputerisasi SPSS 20 for
windows dan uji statistik menggunakan
coefisien contigensi dengan tingkat
signifikasi = 0,05 dimana jika value
= 0,05 maka Ha diterima yang berarti
ada hubungan mobilisasi dini dengan
tingkat nyeri
pada ibu post Sectio
Caesarea di ruang Kemuning RSUD
Nganjuk dan jika value > = 0,05 maka
Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan
mobilisasi dini dengan tingkat nyeri pada
ibu post Sectio Caesarea.
HASIL PENELITIAN
Data umum
Dari hasil penelitian ini didapatkan
hasil dari pengolahan data demografi
bahwa dari 31 responden hampir
setengahnya berumur 31-35 tahun yaitu
14 responden (45%), sebanyak 31
responden, sebagian besar bekerja sebagai
ibu rumah tangga yaitu 21 responden
(68%), sebanyak 31 responden hampir
setengahnya berpendidikan SMA yaitu 15
responden (48%), sebanyak 31 responden
hampir setengahnya merupakan persalinan

yang ke dua yaitu 13 responden


dan sebanyak 31 responden
seluruhnya yaitu 25 responden
mempunyai pengalaman operasi
Caesarea pertama.

(42%),
hampir
(81%)
Sectio

Data khusus
Tabel 1. Mobilisasi Dini pada Ibu Post
Sectio Caesarea di Ruang Kemuning
RSUD Nganjuk Tanggal 09 Maret 09
April 2015
Mobilisasi Dini
Frekuensi
%
Tidak melakukan

15

48,4

Melakukan

16

51,6

Total

31

100

Berdasarkan Tabel 1 diatas


didapatkan dari 31 responden bahwa
sebagian besar responden melakukan
mobilisasi dini sebanyak 16 responden
(51,6%).
Tabel 2. Tingkat Nyeri pada Ibu Post Sectio
Caesarea di Ruang Kemuning RSUD
Nganjuk Tanggal 09 Maret 09 April 2015
Tingkat Nyeri

Frekuensi

Tidak nyeri

3,2

Nyeri ringan

19,4

Nyeri sedang

29,0

Nyeri berat terkontrol

14

45,2

Nyeri berat
terkontrol

3,2

31

100

Total

tidak

Berdasarkan
tabel
2
diatas
menunjukan bahwa dari 31 responden
hampir setengahnya yaitu 14 responden

(45,2%) mengalami tingkatan nyeri


dengan kategori nyeri berat terkontrol.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hubungan
Mobilisasi Dini dengan Tingkat Nyeri pada
Ibu Post Sectio Caesarea di Ruang
Kemuning RSUD Nganjuk Tanggal 09
Maret 09 April 2015
Tingkat Nyeri pada Ibu Post Sectio Caesarea
Mobilisasi
Dini

Tidak

Ringan

Sedang Terkontrol

0,0

3,2

6,5

11

35,5

Melakukan 1

3,2

16,1 7 22,6

9,7

3,2

19,4 9 29,0 14

45,5

Tidak

Total

value 0,017 = 0,05

Berdasarkan Tabel 3 diatas


menunjukkan bahwa dari 31 responden
hampir setengahnya yaitu 11 responden
(35,5%) tidak melakukan mobilisasi dini
mengalami tingkat nyeri dalam kategori
nyeri berat terkontrol. Berdasarkan hasil
uji statistik menggunakan uji Coefisien
Contigensi dengan SPSS versi 20 For
Windows menunjukkan nilai value
0,017 sehingga nilai value = 0,05,
yang artinya Ha diterima dan H0 ditolak
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan mobilisasi dini dengan tingkat
nyeri pada ibu post Sectio Caesarea di
Ruang Kemuning RSUD Nganjuk.
PEMBAHASAN
1; Mobilisasi Dini Pada Ibu Post Sectio
Caesarea Di Ruang Kemuning
RSUD Nganjuk.
Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui dari 31 responden,
sebagian besar dari responden
melakukan mobilisasi dini yaitu
sebanyak 16 responden (51,6%).
Berdasarkan dari data demografi

pada lampiran 11 diketahui dari 16


responden
didapatkansebagian
kecil umur tertinggi yaitu 31-35
tahun yaitu sebanyak7 responden
(22,6%), pada lampiran 12
didapatkan hampir setengahnya
pekerjaan tertinggi yaitu bekerja
sebagai ibu rumah tangga sebanyak
14 responden (45,2%), pada
lampiran 14 didapatkan persalinan
tertinggi yaitu hampir setengahnya
merupakan
persalinan
kedua
sebanyak 9 responden (29,0%),
pada lampiran 15 didapatkan
riwayat sc tertinggi hampir
setengahnya merupakan sc yang
pertama yaitu 11 responden
(35,5%). Hal ini juga didukung
gambar 4.3 dapat diketahui bahwa
dari
31
responden
hampir
setengahnya berpendidikan SMA
yaitu 15 responden (48%).

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini


post Sectio Caesarea yaitu tingkat
kesadaran pasien, kekuatan (energi) yang
dimiliki pasien, nyeri, kurangnya
pengetahuan, ketakutan, dan riwayat dan
pengalaman sebelumya (Hidayat, 2006).
Hal ini sesuai yang diungkapkan Nursalam
(2013). Dalam Kamus besar bahasa
Indonesia pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam
mendewasakan manusia upaya pengajaran
dan latihan atau proses pembuatan dan
cara mendidik makin tinggi pendidikan
seseorang, makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula
pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap
nilai yang baru diperkenalkan.
Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil
tentang manfaat mobilisasi dini adalah
dasar bagaimana ibu post operasi Sectio
Caesarea tersebut mengambil sikap dalam

melaksanakan mobilisasi dini. Responden


hampir setengahnya berpendidikan SMA.

Tingkat pendidikan berpengaruh

dalam memberikan respon terhadap segala


sesuatu yang datang dari luar, dimana pada
seseorang dengan pendidikan tinggi akan
memberikan respon lebih rasional daripada
yang berpendidikan menengah atau
rendah. Hal ini selanjutnya menunjukkan
kesadaran dan usaha pencapaian atau
peningkatan derajat kesehatan yang lebih
baik pada yang berpendidikan tinggi dari
pada yang berpendidikan menengah atau
rendah. Tingkat pendidikan merupakan
salah satu faktor yang mendukung
peningkatan pengetahuan yang berkaitan
dengan daya serap informasi. Orang yang
memiliki pendidikan tinggi diasumsikan
lebih mudah menyerap informasi dan
seseorang yang terpapar hal baru tentu
berfikir demi kesehatannya sehingga akan
berusaha mencari informasi tentang apa
yang dialaminya yang pada akhirnya
membuat kognitifnya baik dan tidak akan
salah mengambil tindakan.

diketahui bahwa dari 31 responden hampir


seluruhnya yaitu 25 responden (81%)
mempunyai pengalaman operasi Sectio
Caesarea pertama.
Menurut Potter dan Perry (2006),
faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
antara lain umur, jenis kelamin,
kebudayaan, makna nyeri, ansietas,
keletihan,
gaya
koping,
dukungan
keluarga, dan pengalaman sebelumnya.
Pengalaman
mempengaruhi persepsi
seseorang dalam merasakan nyeri pada
proses modulasi. Proses terjadinya
interaksi antara sistem analgesik endogen
dengan input nyeri yang masuk ke kornu
posterior medulla spinalis disebut proses
modulasi. Proses modulasi inilah yang
menyebabkan persepsi nyeri menjadi
subyektif dan ditentukan oleh makna atau
arti suatu input nyeri.
Responden yang mengalami
tingkatan nyeri dalam kategori nyeri berat
terkontrol
dan
hampir
seluruhnya
responden merupakan operasi Sectio
Caesarea pertama. Ditinjau dari teori salah
satu yang mempengaruhi nyeri adalah
pengalaman. Apabila individu sejak lama
sering mengalami serangkaian episode
nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita
nyeri yang berat, ansietas atau bahkan rasa
takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila
individu mengalami nyeri dengan jenis
yang
sama
berulang-ulang,
tetapi
kemudian
nyeri
tersebut
berhasil
dihilangkan, akan lebih mudah baginya
untuk menginterprestasikan sensasi nyeri.
Dengan demikian klien akan lebih siap
melakukan
tindakan-tindakan
yang
diperlukan seperti mobillisasi dini untuk
menurunkan nyeri. Namun, apabila
seseorang klien tidak pernah merasakan
nyeri sebelumnya, persepsi pertama dapat
menganggu koping terhadap nyeri. Orang
yang mempunyai tingkat toleransi tinggi
terhadap nyeri tidak akan mengeluh nyeri
dengan stimulasi nyeri kecil, sebaliknya

2; Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Sectio

Caesarea Di Ruang Kemuning RSUD


Nganjuk
Berdasarkan tabel 2 menunjukan
bahwa dari 31 responden, hampir
setengahnya yaitu 14 responden (45,2%)
mengalami tingkat nyeri dalam kategori
nyeri berat terkontrol.Berdasarkan dari
data demografi pada lampiran 16 diketahui
dari 14 responden didapatkan umur yaitu
31-35 tahun sebagian kecil yaitu
sebanyak7 responden (22,6%), pada
lampiran 17 pekerjaan tertinggi didapatkan
hampir setengahnya bekerja sebagai ibu
rumah tangga sebanyak 9 responden
(29%), pada lampiran 18 pendidikan
tertinggi
didapatkan
yaitu
hampir
setengahnya berpendidikan SMA sebanyak
8 responden (25,8%), pada lampiran 19
persalinan tertinggi didapatkan yaitu
sebagian kecil merupakan persalinan
pertama sebanyak 5 responden (16,1%).
Hal ini juga didukung gambar 4.5 dapat

orang yang toleransi terhadap nyerinya


rendah akan mudah merasa nyeri dengan
stimulasi nyeri kecil.
3; Hubungan

Mobilisasi Dini Dengan


Tingkat Nyeri Pada Ibu Post Sectio
Caesarea di Ruang Kemuning RSUD
Nganjuk
Berdasarkan Tabel 3 diatas
menunjukkan bahwa dari 31 responden
hampir setengahnya yaitu 11 responden
(35,5%) tidak melakukan mobilisasi dini
mengalami tingkat nyeri dalam kategori
nyeri berat terkontrol. Dan hasil uji
statistik menggunakan uji coefisien
contigensi dengan SPSS versi 20 For
Windows menunjukkan nilai value 0,017
sehingga nilai value a = 0,05, yang
artinya Ha diterima dan H0 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan
mobilisasi dini dengan tingkat nyeri pada
ibu post Sectio Caesarea di Ruang
Kemuning RSUD Nganjuk.
Menurut jurnal penelitian (Yeni,
2012), mobilisasi dini mempunyai peranan
penting dalam mengurangi rasa nyeri
dengan cara menghilangkan konsentrasi
pasien pada lokasi nyeri atau daerah
operasi, mengurangi aktivitas mediator
kimiawi pada proses peradangan yang
meningkatkan
respon
nyeri
serta
meminimalkan transmisi saraf nyeri
menuju saraf pusat. Melalui mekanisme
tersebut, mobilisasi dini efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri pasca operasi
Sectio Caesarea. Mobilisasi merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan bebas dan merupakan faktor yang
menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah, mobilisasi dini merupakan
suatu aspek yang terpenting pada fungsi
fisiologis karena hal itu esensial untuk
mempetahankan kemandirian. Dengan
demikian mobilisasi dini adalah suatu
upaya
mempertahankan
kemandirian
sedini mungkin dengan cara membimbing
penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologis (Capernito, 2000). Sedangkan
mobilisasi post Sectio Caesarea adalah
suatu pergerakan, posisi atau adanya

kegiatan yang dilakukan ibu setelah


beberapa
jam
melahirkan
dengan
persalinan caesarea (Lailia, 2012).
Manfaat mobilisasi dini adalah pasien
merasa lebih sehat dan kuat dengan early
ambulation. Dengan bergerak, otot-otot
perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat
kembali dan dapat mengurangi rasa sakit
(nyeri) post Sectio Caesarea.
Mobilisasi merupakan faktor yang
menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca Sectio Caesarea. Mobilisasi dini
mempunyai peranan penting dalam
mengurangi
nyeri
dengan
cara
menghilangkan konsentrasi pasien pada
lokasi nyeri atau daerah operasi,
mengurangi aktivitas mediator kimiawi
pada
proses
peradangan
yang
meningkatkan
respon
nyeri
serta
meminimalkan transmisi saraf nyeri
menuju saraf pusat. Melalui mekanisme
tersebut, mobilisasi dini efektif dalam
menurunkan intensitas nyeri pasca operasi
sectio caesarea (Kasdu, 2013). Mobilisasi
dini bisa mencegah terjadinya trombosis
dan tromboemboli, selain itu mobilisasi
akan mencegah kekakuan otot dan sendi
sehingga
juga
mengurangi
nyeri,
menjamin kelancaran peredaran darah,
memperbaiki pengaturan metabolisme
tubuh, mengembalikan kerja fsiologis
organ-organ vital yang pada akhirnya akan
mempecepat penyembuhan luka bekas
operasi (Kusmawan, 2008).
Mobilisasi yang dilakukan yang
dilakukan pasien post operasi dilakukan
secara santai dan bertahap sehingga pasien
dapat mengukur kekuatan pada dirinya.
Banyaknya pasien post Sectio Caesarea di
Ruang Kemuning RSUD Nganjuk
memungkinkan sesama pasien dapat saling
memberi motivasi untuk tetap berlatih
mobilisasi agar nyeri segera berkurang.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai
kemampuan untuk menolong dirinya
sendiri, dengan kekuatan yang berasal dari
dirinya berupa latihan moblisasi, maka
nyeri yang dialami setelah operasi dapat
berkurang. Tidak semua keluhan nyeri

diatasi dengan obat, karena dengan


mobilisasi selain nyeri berkurang juga
dapat mempercepat proses involusio uteri.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.
Andarmoyo. (2013). Persalinan Tanpa Nyeri Berlebih. Jogjakarta : Ar- Ruzz Media.
Brunner & Suddarth. (2001). Keperawatan Medikal Bedah Alih Bahasa Volume 2.
Jakarta : EGC.
Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas (edisi 4).Jakarta : EGC.
Cuningham, Gant, Laveno, Gilstrap III, Hauth, and Wenstrom (2006). Obstetri Williams.
Jakarta : EGC.
Capernito, L.J (2005). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Volume 3.Jakarta :
EGC.
Dahlan. (2013). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.
Elmeida. (2013). Keterampilan Dasar Kebidanan 1. Jakarta : Salemba Medika.
Firda. (2013). Panduan Klinis Kehamilan dan Persalinan. Jogjakarta : D-Medika
Hidayat, A.A. (2007). Metodologi Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.Jakarta:
Salemba Medika.
___________, (2006).PengantarKebutuhanDasarManusia:
Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika

AplikasiKonsepdan

Proses

Manuaba.(2009). Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta.


Mochtar, Rustam, (2008). Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis, Obstetri Patologi Info
Medika: Jakarta
Hamilton, (2010).MobilisasiDini. Jakarta: SalembaMedika
Kasdu (2013). Mobilisasi post SC. [internet]_bersumber dari
<http://digilib.ums.ac.id/.pdf> [ Di akses 3 Oktober 2014 jam 08.45 WIB].
Kozier B., 1995. Fundamental of Nursing ; Concepts, Process, and Practice. Edisi Bahasa
Indonesia : Jakarta: EGC

Kusmawan (2008) Pentingnya Bergerak Pasca Operasi [Internet]. Bersumber dari


<http://spesialisbedah.com> [diakses tanggal 4 Oktober 2014 jam 18.34 WIB]
Lailia

(2009)
Pentingnya
Mobilisasi
Dini
[Internet]
.
Bersumber
http://indonesiannursing.com [diakses tanggal 7 Oktober 2014 jam 09.00 WIB]

dari

Mochtar, R (1998) Sinopsis Obstetrik Operatif. Obstetri Sosial. Jakarta: EGC


Notoadmojo, (2007). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
__________,(2011). Kesehatan masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Nursalam. (2008). Metodolologi Penelitian Ilmu Keperawata Pendekatan Praktis. Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika
Oxorn dan Forte. (2003). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta:
Andi Offset
Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan, BPSP, Jakarta
Perry & Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik,
Volume 1, Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, edisi 8 Volume 1. Alih
Bahasa Alih Bahasa Agung Waluyo et all. Jakarta: EGC
Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC

You might also like