Professional Documents
Culture Documents
I.
DEFINISI
Angiofibroma nasofaring yang sering juga disebut dengan
angiofibroma
nasofaring
belia
(juvenile
nasopharyngeal
III.
nasofaring.7
ETIOLOGI
Etiologi angiofibroma nasofaring masih belum jelas, namun secara
garis besar dibagi menjadi teori jaringan asal,1,2,4,6,7 yaitu lesi berasal
dari perlekatan bagian posterior konka media dan dekat perbatasan
superior foramen sfenopalatina.6 Dan faktor ketidakseimbangan
hormonal juga banyak dikemukakan sebagai penyebab adanya
kekurangan androgen atau kelebihan estrogen. Anggapan ini
didasarkan juga atas adanya hubungan erat antara tumor dengan jenis
kelamin dan umur.2,4 Oleh karena tumor banyak ditemukan pada laki-
IV.
penafsiran.4
PATOGENESIS
Tumor pertama kali tumbuh di bawah mukosa di tepi sebelah
posterior dan lateral koana di atap nasofaring. Tumor akan tumbuh
besar dan meluas di bawah mukosa, sepanjang atap nasofaring,
mencapai tepi posterior septum dan meluas ke arah bawah membentuk
tonjolan massa di atap rongga posterior. Perluasan ke arah anterior
akan mengisi rongga hidung, mendorong septum ke sisi kontralateral
dan memipihkan konka. Pada perluasan ke arah lateral, tumor melebar
ke arah foramen sflenopalatina, masuk ke fisura pterigomaksila dan
akan mendesak dinding posterior sinus maksila. Bila meluas terus,
akan masuk ke fosa intratemporal yang akan menimbulkan benjolan di
pipi, dan rasa penuh di wajah. Apabila tumor telah mendorong salah
satu atau kedua bola mata maka tampak gejala yang khas pada wajah,
yang disebut muka kodok.2
Perluasan ke intrakranial dapat terjadi melalui fosa infratemporal
dan pterigomaksila masuk ke fosa serebri media. Dari sinus etmoid
masuk ke fosa serebri anterior atau dari sinus sfenoid ke sinus
VI.
lemah dan anemia. Gejala lain adalah sakit kepala, rinorea, anosmia,
hiposmia, rinolalia, tuli, otalgia, pembengkakan palatum dan
VII.
deformitas pipi.1,4
DIAGNOSIS
Diagnosis biasanya
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
batas
tumor
terutama
yang
telah
meluas
ke
intrakranial.2,5,8
Pada pemeriksaan arteriografi arteri karotis eksterna akan
memperlihatkan vaskularisasi tumor yang biasanya berasal dari cabang
a.maksila interna homolateral. Arteri maksilaris interna terdorong ke
depan sebagai akibat dari pertumbuhan tumor dari posterior ke anterior
dan dari nasofaring ke arah fosa pterigimaksila. Selain itu, masa tumor
akan terisi oleh kontras pada fase kapiler dan akan mencapai
maksimum setelah 3-6 detik zat kontras disuntikkan.2
Kadang kadang juga sekaligus dilakukan embolisasi agar terjadi
trombosis intravaskular, sehingga vaskularisasi berkurang dan akan
mempermudah pengangkatan tumor.2
Pemeriksaan kadar hormonal dan pemeriksaan immunohistokimia
terhadap reseptor esterogen, progesteron dan androgen sebaiknya
dilakukan untuk melihat adanya gangguan hormonal.2
Pemeriksaan patologi anato mi tidak dapat dilakukan, karena
biopsi
merupakan
kontraindikasi,
sebab
akan
mengakibatkan
Tumor
terbatas
di
nares
posterior
dan
atau
IB
nasofaringeal voult
Tumor meliputi nares posterior atau nasofaringeal
voult dengan meluas sedikitnya 1 sinus paranasal
IIA
IIB
Tumor
IIIA
IIIB
memenuhi
fossa
pterigomaksila
tanpa
Stadium
I
II
mendestruksi tulang
Tumor menginvasi
VIII.
III
IV
fossa
pterigomaksila,
sinus
A
T
ALAKSANAAN
Penatalaksanaan angiofibroma nasofaring dapat dilakukan dengan
berbagai cara seperti : (1) terapi hormonal; (2) radioterapi; dan (3)
pembedahan (tindakan operasi).1,2,4
Tindakan operasi merupakan
pilihan
utama
angiofibroma
dasar tengkorak
sebaiknya
diberikan
radioterapi
PROGNOSIS
Angka kekambuhan pada angiofibroma nasofaring ini berkisar 3040%. Besarnya angka kekambuhan sangat tergantung kepada luasnya
tumor, teknik pembedahan yang digunakan dan pengalaman ahli
bedahnya sendiri.1,6 Pada teknik operasi dengan pendekatan transpalatal
angka kekambuhan menjadi 23 %. Kontrol berkala dilakukan 3-6
bulan untuk evaluasi kekambuhan massa tumor. Faktor risiko yang
berkaitan dengan kekambuhan angiofibroma nasofaring adalah
perluasan tumor di fosa pterigoideus dan basis sfenoid, perluasan
intrakranial, suplai makanan dari arteri karotis interna, usia muda, dan
adanya sisa tumor. Beberapa kondisi dengan gejala dan tanda yang
serupa dengan angiofibroma adalah polip kavum nasi, polip
antrokoanal,
encephalocele,
inverting
papilloma,
karsinoma
nasofaring.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahman S, Budiman BJ, Azani S. Angiofibroma Nasofaring pada Dewasa.
Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Hal : 1-6
2. Arsyad Soepardi, Efiaty; Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi
Resuti. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007. Hal :188-190
3. Anggreani L, Adham M, Zanil M, Lisnawati, Bardosono S. Gambaran
Ekspresi Reseptor Estrogen Pada Angiofibroma Nasofaring Belia dengan
Menggunakan Pemeriksaan Imunohistokimia. Departemen Ilmu Penyakit
Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Jakarta Indonesia. Hal : 2
4. Siti Hajar T, Hafni. Angiofibroma Nasofaring Belia. Departemen Ilmu
Penyakit THT-KL Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik,
Medan. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 38. No 3. 2005; hal 251253
5. Wardani RS, Mayangsari IK, Lisnawati, Pandelaki J, Prameswati K,
Mangunkusumo E. Bedah sinonasal endoskopik angiofibroma nasofaring
belia: laporan seri kasus berbasis bukti (evidence based). ORLI Vol 42 No.
2 Tahun 2012. Jakarta. Hal 134
6. Yudianto SA, Tjekeg M, Nuaba AG. Angiofibroma Nasofaring pada
Pasien Usia Lanjut. Jurnal Ilmiah Kedokteran. Medicina. Volume 44 No.
2. Tahun 2013. Hal 105-107
7. Asroel, HA. Angiofibroma Nasofaring Belia . Fakultas Kedokteran Bagian
Tenggorokan Hidung danTelinga Universitas Sumatera Utara. Medan.
2002. Hal : 1
8. Atalar M, MD; Solak O, MD; Muderris S, MD. Juvenile Nasopharyngeal
Angiofibroma: Radiologic Evaluation And Pre-Operative Embolization.
Cumhuriyet
University
Faculty
of
Medicine,
Department
of