You are on page 1of 9

TUGAS INDIVIDU

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN

OLEH:
NI KOMANG ATIKA ADI WULANDARI
(1302105005)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
2015
.
ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM IMUN

Sistem imun adalah sistem pertahanan yang ada pada tubuh manusia yang berfungsi untuk
menjaga manusia dari benda-benda yang asing bagi tubuh manusia. Pada sistem imun ada istilah
yang disebut Imunitas. Imunitas sendiri adalah ketahanan tubuh kita atau resistensi tubuh kita
terhadap suatu penyakit. Jadi sistem imun pada tubuh kita mempunyai imunitas terhadap
berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan tubuh kita.
Ada 2 jenis respons imun yaitu Respons Imun Non-spesifik dan Respons Imun Spesifik.
1.

Respon Imun Non-spesifik


Respons Imun non spesifik (Imunitas Bawaan/innate immunity) yaitu respons terhadap zat
asing, dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar pada zat tersebut.
Imunitas ini diturunka secara alami, dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua
organisme dan memberikan perlindungan umum terhadap berbagai jenis agent. (Syaifuddin,
2011)
Respons imun non spesifik berperan dalam menyertakan beberapa agens pertahanan tubuh,
misalnya :
1.
2.
3.
4.

Pada peradangan menyertakan neutrofil dan makrofag.


Interferon untuk menahan serangan virus.
Natural killer cel, sejenis limfosit menahan serangan virus dan sel tumor.
Sistem komplemen, suatu plasma protein. (Syaifuddin, 2011)

Lapisan Respons Imun Non-spesifik dibagi menjadi dua, yaitu (Roger, 2011) :
1. Lapisan Pertama
Pertahanan lapis pertama yang berfungsi melawan infeksi terdapat pada permukaan tubuh,
meliputi :
A. Kulit dan Membran Mukosa
Kulit merupakan bagian pertahanan tubuh yang paling awal terhadap agen infeksi
karena kulit langsung terpapar terhadap lingkungan. Sebuah luka kecil dapat menyebabkan
bakteri atau virus masuk kedalam tubuh. Akan tetapi, kalenjar yang terdapat dikulit akan
mensekresikan asam lemak dan keringat yang mengandung garam sehingga menghambat laju
bakteri. Selama kulit tidak rusak, epitelium yang berlapis keratin ini sulit ditembus oleh
mikroba. Apabila mikroba dapat menembus kulit, membran mukosa yang menghasilkan
lendir akan menjerat mikroba tersebut. Saluran pernapasan yang menyekresi lendir akan
memerangkap bakteri. Sebagian lendir yang mengandung bakteri masuk kedalam saluran
pernapasan secara refleks kita akan merespons dengan batuk atau bersin.
Perlindungan yang dihasilkan kulit dan membrane mukosa adalah sebagai berikut :

1. Hasil sekresi kulit cenderung bersifat asam (pH 3-5), sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri. Minyak (sebum) pada kulit mengandung zat kimia yang beracun
bagi bakteri.
2. Mukosa lambung mengandung larutan HCL dan enzim untuk membunuh
mikroorganisme.
3. Ludah dan airmata mengandung lisozim yaitu enzim penghancur bakteri.
4. Lendir yang lengket akan memerangkap mikroorganisme yang masuk kesaluran
pencernaan dan saluran pernapasan. (Marieb, 2004).
2. Lapisan kedua
a. Peradangan
Peradangan adalah suatu respons non-spesifik yang beraksi terhadap cedera jaringan.
Pada keadaan ini spesialis fagosit neutrofil dan makrofag dalam memberi bantuan dari
sel-sel imun jenis lain. (Syaifuddin, 2011).
Fungsi inflamasi:
1.Membunuh antigen yang masuk.
2.Mencegah penyebaran infeksi.
3.Mempercepat proses penyembuhan
Inflamasi merupakan reaksi akibat timbulnya infeksi dan terbukanya arteriol
disekitar daerah yang terluka sehingga suplai darah kedaerah yang terluka meningkat.
Inflamasi dikontrol oleh sejumlah enzim dan beberapa komponen lainnya seperti
serotonin, platelet, dan basofil. Tujuan respons inflamasi adalah untuk melindungi,
mengisolasi, menonaktifkan, serta menyingkirkan agen penyebab dan jaringan yang
rusak sehingga berlangsung proses penyembuhan. (Nurrachman, 2010)
Serotonin dapat meningkatkan pelebaran arteriol dan permeabilitas jaringan
pembuluh. Darah membawa fagosit kedaerah tersebut. Fagosit juga bergerak dari
jaringan yang terdekat. Dinding kapiler semakin meningkat permeabilitasnya sehingga
fagosit dapat keluar dari pembuluh kapiler kedaerah yang terluka. Fagosit yang tiba
lebih dulu akan melepas senyawa kimia histamin untuk memicu lebih banyak fagosit
bergerak kedaerah yang terinfeksi. (Nurrachman, 2010)
Ketika bakteri berhasil dibunuh dan ditelan oleh fagosit, materi yang berasal
dari pembuluh kapiler akan membentuk penebalan atau pembengkakan disekeliling
daerah yang terinfeksi agar infeksi tidak menyebar. Daerah yang mengalami inflamasi
kemungkinan juga mengandung nanah (abses). Nanah berasal dari sel darah putih yang
telah mati karena menelan bakteri. Nanah dapat diserap lagi oleh sel tubuh.
Selanjutnya, proses perbaikan jaringan dan tanda-tanda inflamasi menghilang.
(Nurrachman, 2010)

b. Interferon
Interferon adalah kelompok protein yang secara non spesifik tubuh terhadap infeksi,
dihasilkan sel tubuh yang diserang virus. (Syaifuddin, 2011)
Interferon berfungsi memperingatkan sel lain di sekitarnya akan bahaya suatu antigen.
Interferon mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi, karena mengubah sel di
sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen. (Roger, 2011)
Interferon adalah suatu protein yang dihasilkan oleh sel tubuh yang terinfeksi virus
untuk melindungi bagian sel lain disekitarnya. Interferon mampu menghambat
perbanyakan sel-sel yang terinfeksi, namun dapat meningkatkan diferensiasi sel-sel.
Interferon dihasilkan dari limfosit T dan fungsinya adalah mencegah replikasi virus
didalam sel yang terinfeksi dan penyebaran virus kesel yang sehat. (Nurrachman, 2010)
c. Sel Natural Kiler
Sel Natural killer adalah sel jenis khusus mirip limfosit yang secara spontan dan relatif
non spesifik menyebabkan ruptur dan menghancurkan sel pejamu yang terinfeksi virus
dan sel tumor/kanker.(Syaifuddin, 2011)
Sel NK berjaga disistem peredaran darah dan limfatik. Sel NK merupakan sel
pertahanan yang mampu melisis dan membunuh sel-sel kanker serta sel-sel tubuh yang
terinfeksi virus sebelum diaktifkannya sistem kekebalan adaptif. Sel NK tidak bersifat
fagositik. Sel-sel ini membunuh dengan cara menyerang membrane sel target dan
melepaskannya senyawa kimia yang disebut perforin. (Nurrachman, 2010)
d. Sistem komplemen
Sistem komplemen yaitu terdiri dari kelompok protein plasma inaktif yang apabila
diaktifkan secara sekuensial, menghancurkan sel asing dengan menyerang membran
plasma. (Syaifuddin, 2011)
Sedangkan protein komplemen sekelompok plasma protein yang bersirkulasi didarah
dalam keadaan tidak aktif. Protein komplemen dapat diaktifkan oleh munculnya ikatan
antigen dan antibodi. Terdapat lebih dari 20 jenis protein komplemen. Protein in
dibentuk dihati. Ketika terjadi infeksi, antibodi terbentuk dan memicu terbentuknya
protein komplemen akan memicu terbentuknya protein komplemen lainnya sehingga
membentuk reaksi berantai. (Nurrachman, 2010)
Protein komplemen membantu pertahanan lapis kedua dengan beberapa cara, antara
lain sebagai berikut :
1.
Menempel pada mikroba sehingga fagosit lebih mudah mengenalinya
2.
Merangsang fagosit untuk lebih aktif
3.
Memicu fagosit menuju lokasi terjadinya infeksi
4.
Menghancurkan membran mikroba yang menyerang

5.

Berperan dalam kekebalan yang diperoleh.

2. Respons Imun Spesifik


Respons Imun Spesifik merupakan respons imun yang didapat dari luar organisme.
Komponen sistem imun yang paling utama dan berperan paling penting pada bagian ini
adalah leukosit, yaitu bagian limfosit yang merupakan inti dalam proses imun spesifik.
(Syaifuddin, 2011)
Dikatakan spesifik karena hanya terbatas pada satu mikroorganisme dan tidak
memberikan proteksi terhadap mikroorganisme yang tidak berkaitan. Pertahanan ini di dapat
melalui pejanan terhadap agen infeksi spesifik sehingga jaringan tubuh membentuk system
imun. Respons imun spesifik adalah serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi atau
menetralisasi serangan tertentu yang oleh tubuh telah disiapkan untuk dihadapi, karena tubuh
sebelumnya sudah pernah terpajan ke sasaran tersebut.
Terdapat dua kelas respons imun spesifik :
1. Imunitas yang diperantarai oleh antibodi atau imunitas humoral yang melibatkan
pembentukan antibodi oleh turunan limfosit B.
2. Imunitas yang diperantarai oleh sel atau imunitas seluler yang melibatkan pembentukan
limfosit T aktif yang secara langsung menyerang sel-sel yang tidak diinginkan.
Jika pertahanan lapis pertama dan kedua tidak dapat membendung serangan bakteri
atau mikroba patogen, maka kehadiran patogen tersebut akan memicu pertahanan lapis ketiga
untuk aktif. Pertahanan itu melibatkan respons spesifik oleh sistem imun terhadap infeksi
khusus sehingga memperoleh kekebalan (imunitas).

Sel-sel yang berperan dalam imunitas spesifik, yaitu (Bratawidjaja, 2008) :


1. Limfosit B ( sel B )

Limfosit B tidak seperti limfosit T, yang bebas beredar ditubuh, terbatas berada dijaringan
limfoid (misal : limpa dan nodis limfe). Sekitar 20-40% limfosit darah adalah sel B. dalam
perkembangannya sel B akan berubah menjadi sel plasma yang akan menghasilkan
antibodi bila terangsang karena invasi antigen. Sel B memiliki immunoglobulin pada
permukaannya. Immunoglobulin adalah protein yang dapat mengidentifikasi antigen.
Terdapat jutaan antigen yang setiap kali harus direspons tubuh. Walaupun sel B dapat
mengenal antigen memiliki jumlah yang terbatas untuk menahan serangan besar dari
bakteri.
Limfosit B memproduksi dua jenis sel fungsional yang berbeda, yaitu :
a) Sel plasma
Sel ini menyekresikan antibodi kedarah. Antibodi dibawa oleh jaringan, sementara sel
B sendiri tetap berada dijaringan limfoid. Hidup sel plasma tidak lama dari 1 hari dan
menghasilkan hanya satu jenis antibodi yang bekerja untuk antigen tertentu saja yang
awalnya berikatan dengan limfosit B. antibodi bekerja dengan antigen, menamakan
antigen sebagai target untuk sel pertahanan (seperti limfosit T sitotoksik dan makrofag),
berikatan dengan toksin bakteri, menetralkannya,dan mengaktifkan komplemen.
Terdapat lima jenis antibodi, yaitu :
1. IgA : Ditemukan pada sekret tubuh seperti ASI dan saliva, serta mencegah antigen
menembus membrane epithelium serta menyerang jaringan yang paling dalam.
2. IgD : Dibuat oleh sel B dan ditampilkan pada permukaannya dan fungsinya
mengakitfkan sel B.
3. IgE : Ditemukan pada membran sel (misal : basofil dan sel mast) dan jika berikatan
dengan antigen akan mengaktifkan respons imun. Antibodi ini sering ditemukan saat
alergi. Fungsinya proteksi terhadap serangan parasit.
4. IgG : Merupakan jenis antibodi yang paling banyak dan paling besar. Antibodi ini
menyerang banyak patogen dan menembus plasenta untuk melindungi janin.
Fungsinya mengaktifkan protein komplemen dan makrofag.
5. IgM : Dihasilkan dalam jumlah besar saat respons primer dan merupakan aktivator
komplemen yang kuat. Fungsinya sebagai aglutinasi (dalam pembuluh darah) serta
merangsang fagositosis mikrob oleh makrofag.
b) Sel B memori
Sel B memori berada dalam tubuh untuk waktu lama setelah episode awal saat
pertama kali terpapar antigen dan dengan cepat berespons terhadap pemaparan antigen
yang sama berikutnya dengan stimulasi produksi sel plasma penyekresi antibodi.

2. Limfosit T ( sel T )
Sel T yang telah diaktifkan didalam kalenjar timus dilepaskan kesirkulasi darah. Sel T
normal sebanyak 70% dari limfosit darah. Saat sel T terpapar antigennya untuk pertama kali,
sel T menjadi tersensitasi. Jika antigen berasal dari luar tubuh, antigen perlu ditampilkan pada
permukaan sel penampil antigen yaitu makrofag yang merupakan bagian pertahanan nonspesifik karena makrofag menelan dan mencerna antigen tanpa membeda-bedakan, namun
juga berpartisipasi dalam respons imun. Setelah makrofag mencerna antigen, makrofag
membawa sebagian sisa antigen dimembran selnya. Sel T jumlahnya terbatas dan sel T tidak
membentuk antibodi. Sel limfosit T akan membentuk kekebalan diperantarai sel dengan
melisis sel tubuh yang diserang sehingga mengalami apoptosis.
Ada tiga jenis limfosit T dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu (Syaifuddin, 2011) :
a. Sel T sitotoksik
Sel ini berfungsi menghasilkan racun menghancurkan mikroba, sel kanker atau sel yang
terinfeksi virus. Sel ini mengenali antigen, yaitu berupa selubung protein virus yang
tertinggal diluar sel. Sel ini membunuh sel dengan cara menyekresikan suatu protein
yang mampu melubangi membran sel sehingga sel tersebut bocor.
b. Sel T penolong
Sel T penolong meningkatkan sel B aktif menjadi sel plasma, memperkuat aktivitas sel
T toksik, dan sel T penekan yang sesuai dan mengaktikan makrofag. Sel ini mengenali
fagosit dan merangsang sel B untuk bereplikasi. Sel B tidak akan bereplikasi dan
membentuk sel plasma tanpa rangsangan dari sel T helper untuk membentuk antibodi.
Sel ini juga menghasilkan lymphokinase yang akan menggerakkan sel-sel kekebalan
agar berpartisipasi dan aktif dalam proses kekebalan.
c. Sel T penekan

Sel ini untuk menghentikan limfositT dan B yang aktif. Sel ini membatasi efek yang
kuat dan berpotensi membahayakan respons imun.Sel T penekan menekan produksi
antibodi se; B dan aktivitas sel T sitotoksik dan penolong.
Imunitas atau kekebalan tubuh yang didapat dibagi menjadi dua , yaitu :
1. Respons Imun Seluler
Pada respons ini kekebalan terjadi karena adanya limfosit (sel limfosit) yang aktif
dibuat aleh sel limfosit T. Untuk melawan mikroorganisme intraseluler diperlukan respons
imun seluler yang merupakan fungsi limfosit T. (Syaifuddin, 2011)
Respons imun ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan mikroba. Sel-sel
tersebut ada yang ditemukan pada sirkulasi darah dan ada juga yang di jaringan. Neutrofil,
Basofil, Eusinofil, Monosit, dan sel NK adalah sel sistem imun non-spesifik yang biasa
ditemukan pada sirkulasi darah. Sedangkan sel yang biasa ditemukan pada jaringan adalah
sel Mast, Makrofag dan sel NK. (Bratawidjaja, 2008)
T limfosit kemudian akan menginduksi 2 hal: (1) fagositosis benda asing tersebut
oleh sel yang terinfeksi, (2) lisis sel yang terinfeksi sehingga benda asing tersebut
terbebas ke luar sel dan dapat di dilekati oleh antibodi.
2. Respons Imun Humoral
Imunitas humoral adalah imunitas yang terjadi karena adanya pembentukan
antibodi, sel plasma (derivat limfosit B). (Syaifuddin, 2011)
Imunitas humoral diperankan oleh sel limfosit B dengan atau tanpa bantuan sel
imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan dilaksanakan oleh imunoglobulin yang
disekresi oleh sel plasma. Terdapat lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM,
IgG, IgA, IgD, dan IgE. Pembentukan kekebalan humoral dilakukan setelah respon imun
non-spesifik berhasil dilakukan.(Agnes, 2010)
Mekanisme imunitas ini ditujukan untuk benda asing yang berada di di luar sel
(berada di cairan atau jaringan tubuh). B limfosit akan mengenali benda asing tersebut,
kemudian akan memproduksi antibodi. Antibodi merupakan molekul yang akan menempel
di suatu molekul spesifik (antigen) di permukaan benda asing tersebut. Antibodi inilah
yang akan melindungi tubuh kita dari infeksi ekstraselular, virus dan bakteri, serta
menetralkan toksinnya. Kemudian antibodi akan menggumpalkan benda asing tersebut
sehingga menjadi tidak aktif, atau berperan sebagai sinyal bagi sel-sel fagosit.
1) Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.

2) Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil pesannya
oleh sel T helper melalui molekul MHC kelas II.
3) Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T helper kepada
sel B. Sel limfosit B akan membentuk kekebalan humoral dengan membelah diri

DAFTAR PUSTAKA

Agnes, Sri Harti. 2010. Imunologi Dasar & Imunologi Klinis. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Baratawidjaja, Karnen Garna, Iris Renggani. 2008. Imunologi Dasar Ed.8. Jakarta : FKUI.
Nurrachmah, Elly. 2010. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Salemba Medika.
Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC.
Watson, Roger. Anatomi dan Fisiologi Untuk Perawat Edisi 10. Jakarta : EGC.

You might also like