You are on page 1of 4

Tipologi Kebijakan Publik

Para ilmuwan politik dan ilmuwan Administrasi Publik telah mengembangkan


sejumlah bentuk (tipologi) umum untuk mengelompokkan kebijakan-kebijakan
publik. Pengembangan pemahaman bentuk kebijakan publik sangat diperlukan oleh
karena akan membantu kita dalam mengetahui beberapa perbedaan antara kebijakan
(policies) dan penggeneralisasikan kebijakan. Tipologi tradisional yang telah banyak
digunakan, meliputi: Kebijakan Substansif (misalnya: kebijakan perburuhan,
kesejahteraan, hak-hak sipil, utusan luar negeri); Kebijakan Institusional (kebijakan
legislatif, kebijakan yudikatif, kebijakan antar departemen), dan Kebijakan TimePeriod (era perjanjian baru, kebijakan Pasca-Perang Dunia II) (Anderson, 1979:126)
Seiring perubahan sosial berubah secara fluktuatif, pendekatan tradisional ini
tidak lagi menjadi perhatian cukup serius. Dibawah ini dipaparkan kelima bentuk
kebijakan public yang memiliki maksudnya masing-masing sesuai dengan guna
melekat dalam dirinya.
a. Kebijakan Substansial atau Kebijakan Prosedural
Kebijakan substansial meliputi kebijakan yang akan dilakukan
pemerintah, seperti: pendidikan, kesehatan, bantuan bagi usaha kecil dan
menengah, atau pembayaran keuntungan bagi kesejahteraan rakyat, dan
lain-lain. Kebijakan substansif pada dasarnya memberikan tekanan pada
subject metter dari apa yang dibutuhkan oleh warga. Sedangkan kebijakan
procedural, yang jelas, meliputi siapa yang akan melaksanakan atau
bagaimana hal tersebut akan dilaksanakan. Jadi perbedaanya, kebijakan
substansif memiliki isi kebijakan lebih mengarah pada upaya pengentasan
suatu masalah yang tengah dialami oleh warga masyarakat, sedangkan jika
konten

kebijakan

itu

hanya

menyampaikan

siapa

yang

harus

melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan, maka ia termasuk


kebijakan procedural.
b. Kebijakan Liberal dan Kebijakan Konservatif

Menurut Theodore Lowi (1969: chapter 3,) kebijakan liberal umumnya


dibantu

(atau

mempergunakan/melibatkan)

pemerintah

dalam

menuntaskan masalah-masalah perubahan sosial yang dirasakan warga


masyarakat. Sedangkan kebijakan konservatif tidak melibatkan atau
mempergunakan pemerintah untuk tujuan tersebut. Lebih jauh menurut
Lowi, pihak liberal membicarakan keperluan kebijakan publik untuk
memperbaiki kesalahan dan kekurangan pada kehendak masyarakat yang
ada. Sedangkan, pihak konservatif menemukan kehendak rakyat yang
dapat memuaskan dan pendapat yang mengatakan bahwa perubahan harus
terjadi perlahan-lahan dan meningkat melalui proses sosial yang alamiah.
Secara sederhana, kebijakan liberal adalah kebijakan-kebijakan yang
mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan sosial
mendasar terutama diarahkan untuk memperbesar hak-hak persamaan
(civil liberties and civil right). Kebijakan konservatif lebih menekan pada
aturan sosial yang mereka anggap sudah baik dan mapan, jadi upaya untuk
melakukan

perubahan

sosial

tidak

perlu

untuk

dilakukan

(mempertahankan status-quo).
c. Kebijakan Distributif, Kebijakan Redistributif, Kebijakan Regulator, dan
Kebijakan Self-Regulatory
Kebijakan distributif terdiri

dari

penyebaran

pelayanan

atau

keuntungan pada sector-sektor khusus, baik untuk individu, kelompokkelompok kecil, dan komunitas-komunitas tertentu.
Kebijakan redistributif termasuk usaha hati-hati yang dilakukan oleh
pemerintah untuk memindahkan alokasi dana dari kekayaan, pendapatan,
pemilihan

atau

hak-hak

diantara

kelompok-kelompok

penduduk,

misalnya: dari kelompok kaya ke kelompok miskin. Termasuk dalam


kebijakan yang mempunyai dampak redistributif adalah: pengelompokan
pajak pendapatan, pemberantasan masalah kemiskinan, kesehatan, dan
lain-lain.
Kebijakan regulator adalah kebijakan tentang penggunaan pembatasan
atau larangan perbuatan atau tindakan bagi orang atau kelompok orang.
Contohnya, pembatasan penjualan obat-obat jenis tertentu di pasar bebas,

larangan untuk menjual senjata api secara bebas di pasaran, larangan


untuk membuat limbah-limbah di tempat umum, dan lain-lain.
Kebijakan self-regulatory adalah semacam peraturan kebijakan yang
berupaya untuk membatasi atau mengawasi beberapa bahan atau
kelompok. Sebuah contoh adalah pemberian sertifikat atau lisensi
professional dan pekerjaan, pengawasan terhadap Harga Eceran tertinggi
(HET), kebijakan tentang Surat Izin Mengemudi, dan lain-lain.
d. Kebijakan Material dan Kebijakan Simbolis
Kebijakan material adalah kebijakan yang berupaya

untuk

menyediakan sumber penghasilan yang nyata atau kekuasaan yang


sesungguhnya kepada orang-orang yang diuntungkan, atau memberikan
kerugian yang sesungguhnya bagi siapa yang terkena kerugian.
Sederhananya, kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan
sumber-sumber material yang nyata bagi penerimanya. Sedangkan
kebijakan simbolis secara jelas, membagikan keuntungan atau kerugian
yang mempunyai dampak kecil bagi manusia.
e. Kebijakan Kolektif dan Kebijakan Privat
Kebijakan public juga dimasukkan dalam ketetapan yang merupakan
barang kolektif (indivisible) atau barang privat (divisible). Yang disebut
barang kolektif adalah kebijakan tentang penyediaan barang dan
pelayanan bagi keperluan orang banyak (kolektif).
Kebijakan privat adalah kebijakan yang dapat dibagi menjadi satuansatuan dan dibiayai untuk pemakai tunggal dan dapat dipasarkan.
Bermacam-macam barang sosial yang disediakan oleh pemerintah seperti:
pelayanan pos, perawatan kesehatan, museum, taman nasional, dan lainlain.
Kebijakan Publik dan Kepentingan Publik
Semua kebijakan publik dimaksudkan untuk mempengaruhi atau mengawasi
perilaku manusia dalam beberapa cara, untuk membujuk orang supaya bertindak
sesuai dengan aturan atau tujuan yang ditentukan pemerintah, apakah yang berkenaan
dengan kebijakan atau bermacam-macam hal seperti hak patent dan hak duplikasi,

membuka perumahan, tarif harga, pencurian malam hari, produksi pertanian atau
penerimaan militer. Jika kebijakan tidak dapat dipenuhi, jika orang-orang tetap
bertindak dengan cara yang tidak diinginkan, jika mereka tidak memakai cara yang
ditentukan, maka kebijakan tersebut dikatakan tidak efektif atau secara ekstrem
hasilnya nol.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pelaksanaan atau tidaknya suatu
kebijakan publik adalah adanya kepentingan publik. Masyarakat mempunyai
keyakinan bahwa kebijakan publik dibuat secara sah, konstitusional, dan dibuat oleh
pejabat publik yang telah tersedia. Bila suatu kebijakan dibuat berdasarkan ketentuan
tersebut di atas, maka masyarakat cenderung mempunyai kesediaan diri untuk
menerima dan melaksanakan kebijakan itu. Apalagi ketika kebijakan publik itu
memang berhubungan erat dengan hajat hidup mereka

Daftar Pustaka
Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta

You might also like