You are on page 1of 15

1

Pengembangan Sistem Otomasi yang Terintegrasi dengan Lingkungan Kerja


sebagai Pendekatan Psikologi Teknologi
terhadap Peningkatan Produktivitas Pabrik Jamu Ekstrak
Oleh : KI Ismara,Drs.M.M.Pd.,M.Kes.(Ind)

ABSTRACT
This research will prioritise to criss-cross process mill and extraction. Since they
do not meet standard of work safety. The aim of this research is to re-design control
system of potential hazard in the working environment, and to re-design automation
system for both process. Furthermore, to find contribution of output re-designing towards
development of working productivity based on convenience, health and safety working
environment.
Research steps begins with pre-observation for problem description and analysis,
criteria of solution identifications, develop alternative solution and re-design software
and hardware for problem solving. This research will be limited to the step of verifying,
for role feasibility in logic or theoretical instead of physical implementation and empiric.
The outcome of this research will be a recommendation based on re-designing
automation and system of working environment, supported with scheme figures,
construction and 3D-Max animation.
Subject to implementation based on theoretical review, we can find that potential
hazard of dust; alcohol fume and noise can be eliminated. Lighting and air condition can
be improved, healthier and more convenient to work place. Automation system, covers
controlling of conveyor loading and herb raw material controlling for hopper in the crisscross process, the pumping of alcohol, also for controlling valve and motor in the
extraction process with percolation system. Work operation time is simplified and
reduced by remote automation system with mecatronics and programmable logic
controler (PLC). Additionally we can recommend alternative ways to isolate workers in
the control room. Therefore the role of result re-design of automation system and
working environment towards development of working productivity based on
convenience, health and working safety, will be accepted by theorycal and logical
approach.
Key word: Work environment, Otomation system, Productivity
@

Mahasiswa S3 Psikologi Industri dan Organisasi UGM (PS/1118/02)

The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

2
Pendahuluan
Ekstrak jamu merupakan zat aktif yang dibuat dari bahan baku tumbuh-tumbuhan
(nabati). Proses ekstraksi dilakukan secara bertahap sesuai dengan standar CPOTB atau
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (Dep. Kes. RI, 1996). Tahapannya adalah
sortasi atau pemilahan, pencucian atau sortasi basah, penirisan, perajangan, pengeringan,
penyerbukan, ekstraksi, evaporasi, granulasi basah, granulasi kering, proses massa granul
siap cetak, pencetakan, pengemasan, selanjutnya adalah pengecekan setiap kemasan
dengan penimbangan, pemberian etiket, penyegelan dan diakhiri dengan pengartonan.
Kualitas produksi jamu ekstrak dapat ditingkatkan melalui perancangan ulang
sistem otomasi dalam lingkungan kerja yang nyaman, sehat dan selamat. Proses produksi
yang semula hanya bersifat mekanis semi-otomatis, kemudian berkembang menjadi
otomatis berbasis mekatronik, yang didukung oleh mikroprosesor atau mikrokomputer.
Sebagian tugas manusia yang banyak menimbulkan kesalahan kerja, dan sebagai sasaran
dari berbagai potensi sumber bahaya (Hazard) di lingkungan kerja, dapat digantikan oleh
mesin melalui sistem otomasi.
Perancangan ulang dalam penelitian ini, diprioritaskan pada proses perajangan
dan ekstraksi, karena di tempat ini paling banyak terjadi pemborosan, serta memiliki
potensi sumber bahaya kecelakaan dan penyakit kerja. Tujuan penelitian ini adalah
merancang ulang sistem otomasi yang terintegrasi dalam lingkungan kerja dan untuk
mengetahui

peranannya

terhadap

peningkatan

produktivitas

yang

berwawasan

kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja. Kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan


kerja, merupakan motivasi urutan ke dua menurut pendapat Maslow, serta motivasi
higienis yang mendasar menurut pendapat Hezberg yang harus dipenuhi terlebih dahulu
(Berry.1998).
Lingkungan kerja dalam hal ini adalah ruang perajangan dan ekstraksi yang
digunakan untuk memproduksi jamu. Menurut Pulat (1992), Cheremisinoff (1995),
Bridger (1995), dan Mundel (1994) lingkungan kerja terdiri dari pencahayaan,
kebisingan, getaran, suhu dan kelembaban ruangan kerja, sirkulasi udara, debu serta baubauan. Tingkat kebisingan, getaran, debu, temperatur dan kelembaban ruangan, mengacu
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

3
kepada NAB (nilai ambang batas) yang diatur oleh pemerintah RI. Bridger (1995)
menganggap bahwa manusia atau pekerja, tempat kerja dan mesin-mesin otomasi
merupakan bagian dari lingkungan kerja, saling mempengaruhi dan berinteraksi dalam
menentukan keberhasilan kerja, untuk itu perlu ada kesesuaian antara lingkungan kerja
kerja dan sistem otomasi.
Kenyamanan dalam hal ini adalah kondisi yang dirasakan oleh manusia ketika
bekerja atau berinteraksi dengan mesin dan lingkungan kerjanya. Hal ini berarti organ
tubuh tenaga kerja tersebut tidak mendapat tekanan, tidak menanggung beban, dan tidak
menerima paparan yang berlebihan dari prosedur pekerjaan, hazard di tempat kerja, dan
lingkungan pekerjaannya (Apple, 1987; Bridger, 1995; dan Woodside and Kocurek,
1997).
Kesehatan kerja adalah derajat kesehatan yang diusahakan melalui tindakan
promotif, preventif dan kuratif terhadap kemungkinan timbulnya penyakit akibat kerja
dan gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan serta lingkungan kerja.
Paparan bahan kimia tertentu, tingkat kebisingan, suhu ruangan, kelembaban, debu di
tempat kerja, atau getaran mesin yang melampaui ambang batas, dapat menimbulkan
kegelisahan, stress, perasaan kurang nyaman, dan lebih lanjut akan menjadi salah satu
penyebab penyakit akibat kerja (Berry,1998; Scott,1995; LaDou,1990; dan Zenz,1994).

Otomasi proses produksi dalam lingkungan kerja


Otomasi bertujuan untuk lebih mendukung kenyamanan, keselamatan, dan
kesehatan manusia yang selanjutnya akan dapat memperbaiki bahkan mengatasi
keterbatasan manusia dalam rangka peningkatan produktivitas kerja. Otomasi adalah
interaksi manusia dengan mesin dan lingkungan kerjanya. Sistem otomasi akan berperan
penting terhadap kemudahan, penghematan biaya, peningkatan hasil produksi secara
massal dan terstandar, mengeliminasi kotoran, mengurangi kebosanan, mengatasi
pekerjaan yang berulang dan berbahaya, dengan tetap konsisten terhadap jaminan
kualitas (Pulat,1992; Morris,1994; Bridger,1995; Suzaki,1997; Mundel et. all.,1994; dan
Sugiyanto,2000). Meredith (1992) lebih lanjut menjelaskan bahwa otomasi merupakan
penggunaan perangkat mekanik dan elektronik untuk menggantikan sebagian
kemampuan tenaga kerja manusia.
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

4
Mesin sebaiknya dilengkapi dengan kecerdasan untuk mengindera keadaan tak
wajar dan memberikan informasi pada operator agar dapat melakukan tindakan
seperlunya (Morris,1994). Terjadinya kondisi tidak wajar seperti cacat produksi,
kerusakan alat atau kekurangan komponen, akan membuat mesin dapat memberikan
isyarat pada operator dan kemudian secara otomatis mesin akan menghentikan operasi,
yang dikendalikan secara remote dan terprogram. Hal ini membuat pekerja terhindar dari
potensi sumber bahaya yang ada, dan akan mengurangi pemborosan.
Pemecahan permasalahan otomasi proses produksi yang paling strategis dewasa
ini hanyalah dengan menerapkan PLC. Programmable Logic Controler (PLC)
didefinisikan sebagai suatu peralatan elektronik yang bekerja secara digital yang
menggunakan memori terprogram untuk melakukan tugas khusus seperti logika,
pengurutan, pemilihan waktu, penghitungan dan aritmetika serta pengendalian melalui
peralatan

masukan/keluaran

dari

berbagai

jenis

mesin

atau

proses

produksi

(Ismara,2001).

Produktivitas kerja
Produktivitas kerja dapat diketahui dari jumlah output dibagi jumlah tenaga kerja,
atau dari jumlah output dibagi dengan jumlah waktu yang digunakan, atau jumlah output
dibagi dengan jumlah modal untuk input (Aroef,2000). Peranan kesehatan dan
keselamatan kerja bagi pekerja merupakan faktor yang sangat penting dalam peningkatan
produktivitas kerja (Aroef,2000). Menurut Sumamur (1996) dan Michael Lee (2001)
hal-hal yang mempengaruhi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja antara lain
meliputi penerangan, kebisingan, ventilasi untuk menurunkan kadar polusi dan
memberikan asupan udara segar, serta suhu kerja yang ideal untuk menurunkan tingkat
kelelahan pekerja dan meningkatkan kenyamanan kerja.
Ternyata terdapat kaitan erat antara lingkungan kerja dan sistem otomasi dalam
suatu proses produksi. Kaitan tersebut terletak pada orientasi kenyamanan, kesehatan dan
keselamatan kerja. Sistem otomasi yang hanya bertujuan untuk efisiensi dan efektivitas
dalam rangka peningkatan produktivitas hasil kerja, tetapi tanpa disertai orientasi
terhadap kenyamanan, kesehatan dan keselamatan kerja, biasanya tidak akan terintegrasi
dan sinergi dengan lingkungan kerja, dan akan menimbulkan pemborosan yang baru.
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

5
Sebaliknya lingkungan kerja yang optimal akan mampu mendukung secara integratif dan
sinergis terhadap penerapan sistem otomasi, akan berperan uatma dalam peningkatan
produktivitas kerja.

Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan pengembangan (analysis and design) yang
bersifat mix-methode. Lokasi penelitian di sentra industri jamu Cilacap. Lokasi penelitian
pembanding (benchmarking) di pabrik farmasi dan jamu ekstrak di kawasan Jabotabek
dan beberapa home-industri di kawasan Yogyakarta.
Jalannya penelitian meliputi observasi awal, menganalisis atau mendeskripsikan
masalah, mengevaluasi data pendukung, mendeskripsi kebutuhan sumber daya,
mengidentifikasi kriteria pemecahan masalah, mengembangkan alternatif penyelesaian,
merancang ulang hardware dan software untuk menyelesaikan masalah. Hasil penelitian
ini berupa usulan atau rekomendasi yang dilengkapi dengan, gambar skema, konstruksi,
sistem otomasi atau animasi yang berbasis 3D-Max (Davis,1983; Jefrey,1986; dan
Mundel,1994).
Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dan kualitatif
(Reason,1994). Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian antara
lain adalah: perekam visual, thermometer, db-meter, luxmeter, stopwatch, alat tulis dan
peneliti sebagai instrumen pengumpulan data. Data penelitian yang berasal dari
dokumentasi relevan, berasal dari lembaga pengukuran kesehatan lingkungan yang cukup
bonafid, sehingga valid untuk digunakan.
Tahap observasi awal dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan observasi partisipan, wawancara mendalam, dan analisis konten terhadap data
dokumentasi yang relevan (Miles & Huberman,1984; dan Morse,1994). Tahap ini, juga
dilengkapi dengan pengukuran secara langsung terhadap tempat kerja, kebisingan,
pencahayaan, dan suhu udara, tata letak mesin, bahan, kondisi peralatan pendukung,
kondisi lingkungan dan tempat kerja, yang dituangkan dalam diagram alir, tabel dan
gambar skema.
Meredith (1992), Suzaki (1997), Hutchins (1996), Aroef (2000) menggambarkan
bahwa perancangan ulang lingkungan kerja di pabrik (design for manufacturability) yang
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

6
terintegrasi dengan sistem otomasi proses produksi, dikembangkan berdasarkan JIT (just
in time), karena terkait dengan eliminasi pemborosan, QA,QC,TQM, Jidoka/otomation,
kanban, 5S, dan awareness; karena dalam hal ini pabrik jamu ekstrak adalah product
line-based flow shop.
Perancangan ulang diterapkan dengan pendekatan ECCS (Barnes, 1990) yaitu
mengeliminasi hal-hal yang tak perlu atau dapat membahayakan, mengkombinasikan
beberapa elemen dalam operasi kerja, merobah atau memperbaiki tahap operasi kerja,
menyederhanakan operasi kerja yang kurang penting, dan merancang perobahan
perangkat pendukung kerja.
Tahapan ini, diakhiri dengan penilaian secara rasional logis dari subjek penelitian
dan para ahli terkait (Metode Kawakita Jiro, Aroef,2000). Kedalaman peranan atau
kemanfaatan hasil perancangan ulang secara teoritis (audit-trail) didapatkan dengan
penilaian dan pertimbangan referensi (review) dari para ahli yang relevan, khususnya
para pimpinan atau tenaga ahli di pabrik yang bersangkutan berdasarkan kajian teoritis,
bukan empiris. Indikator sebagai tolok ukur yang digunakan antara lain adalah
kemudahan penerapan (aplicative, adaptability and flexibility).

Deskriptornya adalah

apakah lebih nyaman, sehat, dan selamat; selain itu apakah akan lebih efisien terhadap
penggunaan sumberdaya, efektif, dan lebih produktif (Mundel, 1994; Niebel, 1993; dan
Meredith, 1992). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat ditentukan tingkat kelayakan
hasil penelitian ini. Apakah dapat diimplementasikan dan atau digeneralisasikan ke
proses yang sama di pabrik sejenis atau tidak.

Hasil penelitian di proses perajangan


Temperatur kondisi udara dalam ruangan ini terlalu panas (32C) melebihi suhu
nikmat orang Indonesia (24-26C) dan melebihi standar yang ditetapkan (21C-30C,
Kep. Mennaker No.:Kep-52/Men/1999). Ventilasi menggunakan sistem buatan, dengan
dua buah motor exhaust fan, tanpa inhaust fan. Di ruang ini belum tersedia penghisap
debu (dust collector) yang cukup kapasitasnya, dan dengan jumlah memadai.
Kandungan debu dalam ruangan ini melebihi standar yang ditetapkan yaitu 358
ug/m (BTKL NAB debu=230ug/m), akan menimbulkan efek negatif, seperti
pencemaran udara yang dapat menimbulkan terganggunya pernafasan seseorang, batuk,
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

7
rinitis, dispnea mirip asma, iritasi mata, iritasi kulit dan dispnea pada pengerahan tenaga
(Levy and Wegman,1988). Penggunanaan peralatan mesin mekanis perajangan,
menimbulkan getaran yang tinggi dan menyebabkan tingkat kebisingan di ruangan ini
sebesar 99,3 dB, melebihi NAB (85 dB, Kep. Mennaker No.: Kep-51/Men/1999). Hal ini
dapat mengakibatkan kehilangan: konduksi pendengaran, kepekaan sensor syaraf
pendengaran, pendengaran campuran, pendengaran psychogenic, dan dapat menyebabkan
stress (Berry,1998). Pencahayaan yang ada menggunakan cara alamiah dengan jendela
dan buatan dengan lampu neon berarmatur putih, luminasi cahayanya 60 lux, berarti
masih jauh dari standar yang ditetapkan.
Peluang perancangan ulang untuk perbaikan melalui ventilasi dan sirkulasi udara
akan memberikan asupan udara segar (idealnya 14-16%) dan dapat menekan
kemungkinan paparan debu bagi pekerja (Achmadi,1991). Seharusnya, untuk
memperlancar sirkulasi udara, inhaust fan diletakan di arah berseberangan atau di atas
mesin perajang dengan daya 10% lebih kecil dari daya exhaust fan, lengkap dengan filter
jenis basah dengan karbon aktif (biofilter) untuk menjernihkan udara masuk dan keluar
(ACGIH,1995).
Selain itu perlu dilengkapi dengan beberapa dust collector dengan daya 2 PK.
Dust collector dan exhaust fan sebaiknya diletakkan di dekat sumber debu, misalnya di
atas hopper dan bak penampung outlet mesin perajangan. Outlet perajangan sebaiknya
ditampung dalam kantong kain atau plastik yang diletakkan di dalam bak kayu (ukuran
1x2x0,5m) yang dilapisi

stainless-steel dan ditutup rapat (diisolasi) dengan

menggunakan bahan tembus pandang (akrilik) dilengkapi gasket agar debu tidak dapat
keluar. Letak bak ini dapat terpisah dari ruangan mesin perajangnya. Tempat pemasukan
bahan nabati sebelum dirajang, dilengkapi dengan hopper (corong) yang diisolasi dengan
baik, misalnya ditutup akrilik dengan gasket, agar debu tidak dapat keluar. Debu yang
berlebihan secara fisik juga dapat mempercepat keausan perangkat keras sistem otomasi,
karena dapat menimbulkan hubung singkat secara elektris, yang selanjutnya dapat
mengurangi keandalan sistem.
Penggunaan alat proteksi diri, merupakan tindakan terakhir yang bersifat
pelengkap pencegahan penyakit akibat kerja. Sebaiknya agar lebih efektif, digunakan
masker yang sekaligus dapat melindungi mata dan mulut, menyaring sampai kurang dari
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

8
2 mikron partikel debu, dilengkapi dengan filter khusus (misalnya karbon aktif) karena
mengingat

debu

juga

mengandung

zat

kimia

dan

biologi

termasuk

jamur

(Pritchard,1976).
Perancangan ulang pengkondisian udara dengan menggunakan mesin AC, dapat
dilakukan dengan asumsi bahwa kebocoran debu telah dapat dieliminasi dan ventilasi
udara lengkap dengan biofilter serta penghisap debu dalam keadaan beroperasi dengan
baik (Arismunandar dan Saito,1991). Berdasarkan analisis di atas, maka dapat digunakan
dua buah mesin pendingin jenis terpisah (split), yang dilengkapi dengan motor fan asupan
udara segar, dilengkapi ventilasi dengan berfilter wet-system yang menggunakan karbon
aktif yang mampu menyaring <2mikron debu, dengan kapasitas pendingin 3450 kcal/jam
atau 1200 Btu/jam, dan berdaya listrik berkisar 1250 watt sebanyak 2 buah. Kelebihan
pendingin jenis terpisah adalah dapat mengisolasi dari kontaminasi antar ruang,
mengisolasi perkembangan biohazard yang biasanya terdapat pada AC sentral, perawatan
atau perbaikannya tidak begitu mengganggu operasi kerja, lebih memudahkan
pengontrolan kualitas udara asupan yang segar, dan kelembaban udara dapat
dikendalikan, yang paling penting adalah mampu mengurangi sick building syndrome
(Achmadi,1991).
Peluang perbaikan lainnya yang perlu dikembangkan adalah penambahan isolasi
mesin perajang dengan suatu bahan khusus yang tembus pandang (fiberglass atau
acrylic), dan dilengkapi dengan gasket sebagai perlengkapan peredam suara atau
menggunakan bahan khusus yang bersifat sebagai peredam akustik. Sehingga suara dapat
diabsorpsi, dan tidak dipantulkan lagi (Thurman, Louzine, and Kogi,1993).
Alternatif lainnya adalah operator dapat diisolasi di ruang terpisah, tempat dimana
dapat menangani hasil perajangan, dan melakukan operasi pengendalian sistem otomasi
mesin secara remote, sehingga pekerja tidak akan terkena paparan kebisingan yang
berlebihan. Alat pelindung diri berupa ear-murf atau ear-plug yang sesuai dengan
standard hanya digunakan sebagai alternatif terakhir, jika sedang melakukan operasi
mesin dan supervisi proses perajangan.
Pencahayaan yang memadai akan membuat pekerja merasa nyaman, dapat
melihat benda kerja dan pedoman operasi kerja sistem otomasi dengan jelas, serta
membuat lebih tanggap terhadap adanya ancaman bahaya atau kemungkinan kesalahan
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

9
yang dapat terjadi (Darmasetiawan, 1991; dan Harten,1985). Terdapat kriteria dalam
perancangan pencahayaan yang perlu diperhatikan, yaitu kuantitas atau jumlah cahaya
pada permukaan tertentu (lighting level) tingkat pencahayaan, distribusi kepadatan
cahaya (luminance distribution), pembatasan cahaya agar tidak menyilaukan mata
(limitation of glare), arah pencahayaan dan pembentukan bayangan (light directionality
and shadows), serta warna cahaya dan refleksi warnanya (light colour and colour
rendering), di samping itu perlu diperhatikan pula kondisi ruang dan tata letak serta
iklim ruangan. Hasil perncangan ulang di ruang perajangan ternyata dibutuhkan enam
buah lampu, lampu tersebut berupa tube-lamp neon 2x40 watt sejajar dalam armature
yang berlapis reflektor atau cat putih, yang ditanam sejajar dengan atap atau plafon.
Salah satu perancangan ulang perbaikan proses produksi di ruang perajangan
adalah dengan menerapkan sistem otomasi pengontrolan bahan baku yang akan masuk
ke dalam mesin perajang. Hopper tempat pemasukan bahan baku, sebaiknya dilengkapi
dengan sensor ketinggian bahan baku (dapat menggunakan LDR, atau infra merah) yang
dihubungkan secara otomatis ke mesin perajang. Sensor ini akan memberi tahu jika,
bahan baku nabati yang dirajang akan hampir habis, atau bahkan telah habis akan
mematikan mesin perajang secara otomatis. Sensor tersebut dapat dikombinasi dengan
penggunaan timer, andon dan buzzer, yang akan memberi tanda berupa cahaya dan suara
jika kekurangan bahan baku atau terjadi kesalahan. Pengisian bahan baku dapat
menggunakan ban berjalan yang akan mengangkat dan memasukkan nabati secara
otomatis. Sistem otomasi mesin rajang, sensor dan transduser dapat dilayani dengan
menggunakan PLC (programable logic controler), dengan pengaturan yang berdasarkan
waktu operasi. Hal yang sama dapat diterapkan pada bak penampung hasil perajangan.
Dimana andon dan buzer akan memberitahukan jika isi bak telah mencapai batas tertentu.
Perancangan ulang sistem otomasi di atas, akan membuat proses perajangan berjalan
dengan lebih lancar, sehat dan aman.

Hasil penelitian di proses ekstraksi


Terdapat beberapa kekurangan dalam ruangan ini misalnya tidak ada tempat yang
terpisah khusus untuk drum alkohol, pada hal bahan ini bersifat eksplosif. Pemisahan
ampas dengan alkohol menggunakan mesin peras sentrifugal, menimbulkan uap alkohol
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

10
yang berbau sangat menyengat dan menyesakkan nafas. Hal ini akan berpengaruh bagi
kenyamanan dan kesehatan pekerja, yang berakibat pada waktu kerja yang menjadi
semakin lama. Keluhan yang dapat diungkapkan adalah adanya perasaan telah terbiasa
atau ingin membaui uap alkohol (narkosis), mula-mula adanya perasaan mual, agak
pening, pedih di hidung (membrana mukosa) dan mata, serta merasa sesak nafas. Akibat
klinis lebih lanjut adalah dapat menimbulkan dermatitis, kerusakan hati dan ginjal, serta
dapat mengakibatkan kerusakan saraf optik dan saraf pusat (WHO,1995).
Saat proses ekstraksi dilakukan suhu ruangan mencapai 37C. Temperatur
tersebut terlalu tinggi, melebihi ukuran standar yang dianjurkan yaitu berkisar 24C-26
(Sutalaksana dkk, 1979). Kondisi temperatur melebihi 30C akan berpengaruh terhadap
aktivitas mental, daya tanggap mulai menurun, cenderung membuat kesalahan dalam
pekerjaan, dan timbul kelelahan fisik (Berry,1998). Sistem ventilasi ini dirasakan masih
sangat kurang, bila saat terjadi operasi penirisan dengan mesin sentrifugal, karena uap
alkohol masih terasa pekat. Di ruang ini belum dilengkapi dengan penyedot uap alkohol
yang didukung oleh filter yang memadai.
Mesin peras sentrifugal dapat diisolasi dengan rapat menggunakan bahan yang
tembus pandang (kaca-fiber, akrilik, atau thermoplastik) yang dilengkapi lobang
pengontrol, agar uap alkohol

tidak dapat keluar mencemari ruangan dan pekerja.

Sebaliknya, dapat digunakan cara lainnya, yaitu pembuatan ruang terisolasi bagi operator
yang terpisah dari ruang operasi kerja proses ekstraksi, dan memiliki ventilasi yang
berbeda (Burton,1994).
Peluang pengembangan sirkulasi udara, dengan pemasangan exhaust-fan dan
inhaust-fan yang dilengkapi dengan fume-collector sangat diperlukan untuk membantu
mengurangi paparan uap alkohol. Fume-collector dibuat satu sistem dengan dustcollector, yaitu dengan menggunakan filter basah yang dilengkapi dengan karbon aktif
(ACGIH,1995). Perlengkapan ventilasi tersebut, sebaiknya dilengkapi dengan sensor dan
pengatur suhu udara. Fan-fan tersebut akan mati dan hidup sesuai dengan kebutuhan, dan
dapat dikendalikan melalui PLC (programable logic controler).
Pengkondisian udara sebaiknya menggunakan AC jenis split atau terpisah, untuk
menciptakan temperatur udara nikmat, dengan tanpa interaksi kontaminan dari ruang
lainnya. Hal ini dapat dilakukan dengan asumsi jika kebocoran uap alkohol sudah dapat
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

11
dieliminasi semaksimal mungkin (Pritchard,1976). Alternatif lainnya adalah AC hanya
ditempatkan pada ruang kendali yang terisolasi. Konsekuensinya sistem otomasi yang
diterapkan, memungkinkan untuk operasi secara remote. Sehingga pekerja tidak akan
menerima paparan uap alkohol dan panas dari ruang proses ekstraksi. Unit AC yang
dibutuhkan berdasarkan perhitungan adalah 5 buah dengan daya masing-masing 1200
Watt, dengan kapasitas pendingin 3450 kcal/jam atau 12000 Btu/jam, karena beban kalor
ruangan adalah 7304,67kcal/jam atau 28999,5 Btu/jam, tetapi jika dipasang pada ruang
kendali operator cukup menggunakan sebuah saja.
Perancangan ulang pencahayaan bertujuan untuk meningkatkan luminasi di ruang
ekstraksi yang semula berkisar 70-120 Lux, menjadi 250-500 Lux. Harapannya adalah
terpenuhinya kenyamanan dan kesehatan mata, para pekerja akan menjadi lebih teliti,
hati-hati, dan waspada, terutama dalam mengoperasikan sistem otomasi proses ekstraksi
yang memerlukan keakuratan. Pemasangan 14 buah lampu, dengan armarture yang
dilengkapi reflektor secara merata pada atap plafon, agar tidak mudah menangkap debu.
Mesin yang digunakan sudah bersifat mekanis semi otomatis, dengan
menggunakan motor vakum, sentrifugal, pompa aliran steam dan motor pengaduk, tetapi
masih bersifat open-loop. Pengoperasian proses ekstraksi, dapat dimodifikasi dari sistem
open-loop (semi otomatis) menjadi close-loop yang lebih otomatis, dengan menggunakan
bantuan PLC. Pemantauan setiap aspek dalam proses ekstraksi sebaiknya menggunakan
bantuan sensor dan tranduser. Sensor dan indikator tersebut dapat dikombinasi dengan
penggunaan timer, andon dan buzzer.
Peluang perancangan ulang sistem otomasi untuk menaikkan campuran cairan
alkohol dan air yang digunakan dalam proses ekstraksi setinggi 2 meter. Proses yang
sama juga digunakan untuk menaikkan cairan ekstrak dari mesin peras sentrifugal
langsung ke tanki evaporator. Pompa-pompa tersebut dilengkapi dengan valve elektronik,
dan alat penghitung volume (counter), agar dapat mengetahui volume yang digunakan.
Hal ini dapat mengurangi beban kerja serta untuk meningkatkan kenyamanan, kesehatan,
dan keselamatan kerja bagi para karyawan.
Peluang perbaikan yang lain adalah penggunaan PLC untuk mengendalikan
secara otomatis mesin dan katup, sesuai urutan prosedur proses ekstraksi dan evaporasi.
Misalnya pembukaan dan penutupan valve cairan, atau uap panas (steam), mengendalikan
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

12
putaran beberapa motor, baik motor pengaduk, motor pompa, maupun motor pemeras
sentrifugal, secara bergantian, berurutan atau berdasarkan masukan sinyal perintah dari
sensor dan tranduser.
Sistem

otomasi

proses

ekstraksi

menggunakan

cara

perkolasi,

yang

dikembangkan dalam penelitian ini. Sistem otomasi tersebut, memerlukan perlengkapan


tambahan yaitu sebuah unit PLC, 15 buah klep atau valve yang dikendalikan dengan
magnit, beberapa sensor suhu, beberapa limit swicth, dan perlengkapan pendukung panel
kontrol.

Produktivitas yang berwawasan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja


Diterapkannya hasil perancangan ulang sistem otomasi yang terintegrasi dengan
lingkungan kerja di proses perajangan dan ekstraksi akan menguntungkan. Keuntungan
tersebut meliputi waktu yang dipersingkat karena proses pekerjaan dapat disederhanakan,
tingkat kelelahan otot pekerja dapat dikurangi, proses pekerjaan berulang-ulang yang
kurang produktif dapat dihilangkan, tingkat kecelakaan kerja dapat dikurangi serta mesin
dapat dioperasikan dari ruang kendali (remote), tingkat polusi udara di ruangan
perajangan dan ekstraksi dapat dieliminasi sekecil mungkin.
Sistem otomasi akan semakin handal jika didukung oleh pencahayaan dan
pengkondisian udara yang memadai, serta lingkungan kerja yang terbebas dari potensi
sumber bahaya kebisingan, debu dan uap alkohol. Integrasi ke duanya ternyata akan
berperan penting dalam peningkatan produktivitas kerja yang berwawasan kenyamanan,
kesehatan dan keselamatan kerja.
Pemeriksaan kelayakan secara teoritis melalui audit-trail dengan pertimbangan
referensi (review) dari para ahli yang relevan, dan khususnya para pimpinan atau tenaga
ahli di pabrik yang bersangkutan. Hasilnya menunjukkan bahwa perancangan ulang
sistem otomasi dan lingkungan kerja ternyata mudah diterapkan dengan fleksibel dan
adaptif (aplicative, adaptability and flexibility) terhadap beberapa pabrik jamu yang
sejenis. Penerapan hasil perancangan ulang tersebut di atas relatif mudah, karena semua
kebutuhan sumber daya pendukung (hardware and software) baik informasi, teknologi,
perlengkapan, bahan baku, mesin, maupun tenaga ahli yang terkait, telah tersedia dan
mudah ditemukan di pasaran Indonesia.
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

13
Asumsi yang digunakan adalah proses produksi dapat berlangsung secara terusmenerus, maka proses kerja yang lebih efisien, efektif dan produktif, dapat ditunjukkan
oleh perhitungan waktu dan gerakan kerja yang didukung oleh penerapan otomasi.
Peranan hasil perancangan ulang tersebut secara teoritis dan logis, dapat untuk
mengendalikan potensi sumber bahaya yang mengancam kenyamanan, kesehatan, dan
keselamatan kerja. Selain itu dapat mempercepat proses produksi, mengurangi waktu
operasi kerja yang terbuang, dan akhirnya akan meningkatkan produktivitas kerja secara
menyeluruh (Sastrowinoto,1985). Pembahasan tersebut di atas menunjukkan adanya
sumbangan atau peranan penting dari

perancangan ulang sistem otomasi yang

terintegrasi dengan lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman, dalam rangka
meningkatkan produktivitas kerja.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan hasil analisis, perancangan ulang, dan pembahasan pada bab
sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut. Potensi sumber
bahaya (hazard) di lingkungan kerja dapat diatasi dengan baik untuk meningkatkan
produktivitas

kerja,

melalui

pendekatan

eliminasi,

perobahan,

kombinasi

dan

penyederhanaan (ECCS), termasuk dalam hal ini adalah pengenceran, sirkulasi udara,
penyekatan, pengurangan, absorpsi, penggantian, proteksi, perlindungan, dan antisipasi
secara berkelanjutan. Sistem otomasi digunakan untuk pemasukan dan pemantauan bahan
baku nabati pada proses perajangan dan

pemompaan bahan penyari dengan

menggunakan mekatronik; serta operasi ekstraksi dengan cara perkolasi dengan


menggunakan PLC; sehingga dapat menyederhanakan dan menyingkat proses produksi,
yang berarti akan meningkatkan produktivitas kerja. Sistem otomasi dan lingkungan kerja
secara terintegrasi, ternyata dapat saling mendukung, sehingga lebih meningkatkan
produktivitas kerja yang berwawasan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja.
Saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil proses analisis dan sintesis, bersifat
futuristik, terkait dengan usaha penerapan dan diseminasi lebih lanjut dari hasil penelitian
ini, untuk kepentingan kemajuan ekonomi bangsa, khususnya melalui pabrik obat
tradisional jamu di Indonesia. Hasil penelitian ini sebaiknya diintegrasikan dengan
subsistem kerja lainnya seperti tempat kerja, prosedur kerja, manajemen operasi dan
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

14
psikologi industri, agar dapat lebih meningkatkan produktivitas kerja secara menyeluruh.
Penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan sifat sumber bahaya atau polutan
yang ada, merupakan tindakan terahkir, untuk melengkapi hasil perancangan ulang
terhadap sistem otomasi atau rekayasa mesin dan lingkungan kerja di proses perajangan
dan ekstraksi.

Kepustakaan
ACGIH.1995.Industrial Ventilation, Manual of Recommended Practice. Cincinati.
Achmadi, U.F.1991.Sick Building Syndrome di Gedung X. Laporan Penelitian. Jakarta:
Lembaga Penelitian UI.
Apple, J.M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.
Arismunandar, Heizo Saito.1991.Penyegaran Udara. Bandung: P.T. Pradnya Paramita.
Aroef, Matthias dan Buchara Ubuh.2000.Analisis Produktivitas dan Manajemen Mutu.
Magister Manajemen Teknologi PPS ITB.
Barnes, Ralph M. 1990. Motion and Time Study (Design and Measurement of work ).
New York: John Wiley & Sons.
Berry,Lilly.M.1998.Psychology at Work.Sanfransisco:McGraw-Hill.
Bridger,R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: McGraw-Hill.Inc
Burton, DJ. 1994.Industrial Ventilation Workbook. IAQ and HVAC Workbook.
Cheremisinoff, Paul (Ed.). 1995. Encyclopedia of Environtmental Technology, Work
Area Hazard, Vol. 8.. Houston: Gulf Pub.
Darmasetiawan, C. Puspakesuma, L.1991. Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu.
Jakarta: PT. Grassindo.
Davis.W.S., 1983. System Analysis and Design a Structured Approach. Massachusetts:
Wesley Addison.
DEPKES RI.1996.Pedoman Teknis Inspeksi dan Sertifikasi. Badan POM Indonesia.
DEPNAKER. RI. 1991. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan Kerja
dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Harten, P.V.1985.Instalasi Listrik Arus Kuat 2. Bandung: Bina Cipta.
Hutchins, David. 1996. Just in Time. New York: Professional Books.
Ismara, K. Ima.2001.Programmable Logic Controller (PLC). Universitas Negeri
Yogyakarta.
Jefrey.LW., Lonnie. DB.&Thomas.IM. 1986. System Analysis and Design Methods.
St.Louis: Time Mirror-Mosby CP.
LaDau Joseph, MD. 1990.Occuptional Medicine. California:Apleton & Lange.
Levy and Wegman (ed.). 1988. Occupational Health. USA: Penguin Book.
Meredith.J.R. 1992. The Management of Operations, a Conceps Emphasis. New York:
John Willey & Sons Inc.
Miles MB. & Huberman. AM. 1984. Qualitative Data Analysis. California: SAGE Pub.
Inc.
The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

15
Morris, S. Brian.1995.Automated Manufacturing System (Actuators, Controls, Sensors
and Robotic). New York: MECO Graw Hill.
Morse JM. 1994. Designing Funded Qualitative Research, Handbook of Qualitative
Research (Densin NK. & Lincoln YS, eds.). California: SAGE Pub. Inc.
Mundel, Marvin E. and David L. Danner. 1994. Motion and Time Study: Improving
Productivity. Enggelwood Cliffs, N. J.: Prentice Hall International Inc.
Niebel, Benjamin W. 1993. Motion and Time Study. Homewood, IL.: Richard D. Irwin.
Pritchart, J.1976.A guide to Industrial Respiratory Protection. Washington D.C.:US
Dept. Of Helth, Education, and Welfare.
Pulat B.Mustafa. 1992. Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey : Prentice
Hall.
Reason, Peter. 1994. Three Approaches to Participative Inquiri, Handbook of
Qualitative Research (Densin NK. & Lincoln YS, eds.). California: SAGE Pub.
Inc.
Sastrowinoto, S. 1985.Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta: PT.
Pratnja.
Scott, M Ronald. 1995. Introduction to Industrial Hygiene. Lewis Publisher
Sugiyanto. 2000. Otomatisasi di Dunia Kerja dan Industri, Proceeding Ergonomi 2000
(Sritomo Wignjosoebroto & Wiratno, ed). Surabaya: Guna Widya.
Sumamur.1996. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: P.T. Seksama.
Sutalaksana, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Suzaki,Kiyoshi.1997. The New Manufacturing Challenge: Techniques for Continuing
Improvement. California: Diamond Pub.Comp.
Thurman, J.E., Louzine, A. E, Kogi, K.1993.Peningkatan Produktivitas Sekaligus
Tempat Kerja. Jakarta: P.T. Komunika Jaya Pratama.
WHO.1995.Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Woodside, G and Kocurek, D. 1997. Enviromental, Safety, and Health Engineering. New
York: John Wiley & Sons.
Zenz Carl, M.D, Sc.D. 1994. Occupational Medicine, 3rd. Ed. Toronto: Mosby.

The Integration Development of Automation System and Working Environment (as an Engineering Aproach) towards
Improvement of Productivity in Herbal Extract Industry Oleh :KI Ismara, Disajikan dalam Kolokium Fakultas Psikologi
UGM tanggal 29 Februari 2003

You might also like