You are on page 1of 3

Abstrak

Bertujuan untuk menginvestigasi efek anticendawan dari ekstrak tanaman pada pascapanen
jerukfan perbandingannya dengan perlakuan menggunakan bahan kimia. Perlakuan pada
penelitian meliputi Kontrol (tanpa perlakuan), pencelupan pada larutan Karbendazim dalam 3
jenis konsentrasi (1000,1500,2000 mg/L)selama 5 menit dan penggunaan ektrak mint (150, 300,
450 mg/L). buah yang dikenai perlakuan disimpan selama 3 bulan. Pada akhir eksperimen,
jumlah kebusukan, total padatan terlarut (TSS),total asam (TA), rasio TSS/TA, pH, vitamin C,
dan susut bobot diukur. Data menunjukkan bahwa presentase susut bobot dan kebusukan
minimum serta nilai TSS/TA yang tinggi terjadi pada perlakuan menggunakan ekstrak mint (450
mg/L).
Abstrak
Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang cepat mengalami kerusakan di India.
Bawang merah dapat disimpan hingg 8-10 bulan. Sekitar 35 40% bawang merah mengalami
kerusakan yang diakibatkan penyakit saat penyimpanan. Sekitar 15 -30% kehilangan terjadi
karena busuk yang diakibatkan oleh jamur selama penyimpanan pada varietas yang berbeda. Ada
bermacam-macam spesies jamur pathogen seperti Aspergillus spp, Penicilium spp, Alternaria
spp, Fusarium spp, Rhizopus spp, Colletotrichum Spp., Pseudomonas spp., Lactobacilus spp.,
Erwinia spp., dan Botrytis spp. yang menyerang bawang merah selama periode penyimpanan
pascapanen. Diantara semuanya, Aspergillus spp (khususnya A. niger) adalah patogent yang
paling mematikan. Pencegahan menggunakan konfensional fungisida untuk mengurangi
kehilangan pascapanen tidak cukup aman untuk konsumsi manusia dan mungkin berbahaya bagi
kesehatan karena residu yang dihasilkan. Oleh karena itu, strategi untuk meminimalisir
kehilangan bawang merah selama penyimpanan dikembangkan dengan menggunakan senyawa
turunan tanaman dalam bentuk biofungisia. Nano bio fungisida ini dapat melawan penyakit yang
diakibatkan oleh jamur pada bawang merah.
Abstrak
Sepuluh ekstrak dari tanaman Neem, Pong-pong, Cabai, Rumput Lemon, Tumeric, cengkeh,
Chirayta hijau, Mahogani, Daun curry dan jahe diuji untuk melawan Penicillium digitatum, yang
menyebabkan penyakit green mould pada buah jeruk, dievaluasi untuk efek pencegahan pada
in vitro dan in vivo selama kondisi penyimpanan. Konsentrasi 3000 ppm neem, pong-pong dan
cabai menunjukkan penghambat pertumbuhan paling tinggi mencapai 90%. Pada percobaan in
vivo, perlakuan buah selama 21 hari menggunakan ekstrak neem, pong-pong dan cabai pada
konsentrasi 4000 dan 5000 ppm menunjukkan penurunan penyakit yang signifikan dibandingkan
dengan perlakuan control. Batas nilai letal untuk ekstrak neem, pong-pong dan cabai adalah 20, 5
dan 30 g/ml.
Abstrak

Studi dilakukan untuk mengevaluasi pencelupan efesien pada buah pir Le conte pada Sodium
bikarbonat (SBC), Potasium sorbet (KS), atau kombinasi antara keduanya untuk
mempertahankan kualitas dan mengendalikan penyakit pasca panen pada penyimpanan dingin
atau selama pemasaran pada suhu ruang. Buah pir disimpan pada suhu 01 oC dengan RH 9095%selama 90 hari dan 5 hari pada suhu ruang. Penggunaan perlakuan SBC 2% + KS 2%
penghambatan sempurna pada pertumbuhan linier dan berat kering serta dapat menurunkan
infeksi penyakit yang disebabkan oleh Penicilium expansum dan Botrytis cinerea secara
maksimum. Aplikasi SBC dan KS memberikan hasil terbaik dalam mengurangi presntase
kebusukan dan susut bobot dan dapat mempertahankan klorofil A dan karoten selama
penyimpanan dingin serta 5 hari pada suhu ruang.

Abstrak
Efek penghambat pada minyak cassia tersendiri atau dengan kombinasi dengan kalsium klorida
(CaCl2) melawan Alternaria alternata secara in vitro dan in vivo diuji pada tomat ceri. Hasil
menunjukkan bahwa konsentrasi CaCl2 yang berkisar antara 0,25% - 3% meningkatkan fackor
penghambat untuk minyak cassia 200l/liter pada pertumbuhan A. alternata. Kombinasi antara
CaCl2 0,25% dan minyak cassia 500 l/liter menunjukkan efek yang signifikan pada
perkembangan kebusukan yang dilakukan pada kedua jenis buah, yaitu buah terluka yang secara
sengaja terinfeksi dan buah tidak terluka treinfeksi secara alami. Perlakuan ini tidak mengurangi
kualitas tomat. Kombinasi CaCl2 secara signifikan meningkatkan pertahanan yang berkaitan
dengan aktifitas enzim, seperti peroksida dan polipeno oksida.
Abstrak
Kualitas buah mangga, pemasaran dan umur simpan dipengaruhi oleh perkembangan
penyakit pascapanen. Fungisida dan aktivator tanaman menekan perkembangan penyakit
pada buah-buahan dan sayuran. Studi ini ditargetkan untuk mengevaluasi potensi aplikasi
fungisida pra dan dan pascapanen serta peyemprotan tanaman activator. Alternaria
alternata, Phomopsis mangiferae dan Botryodiplodia sp. berkaitan penyakit busuk
ujung batang (SER). Penecillium sp. dan Aspergillus sp. (A. niger & A. flavus)
diidentifikasi berkaitan dengan infeksi sekunder dalam penyakit jaringan buah mangga.
Di antara penyakit pascapanen, busuk sisi buah yang predominan (5-10% daerah yang
terkena) diikuti oleh ujung batang dan membusuk distal akhir (<5% daerah yang terkena).
Perlakuan fungisida pascapanen memberi pengendalian penyakit secara signifikan lebih
baik dibandingkan dengan aplikasi preharvest. Aplikasi pascapanen menggunkan air
panas (52 C; 5 menit) dalam Tecto (1,8 mL/L) seperti Thiabendazole (TBZ) secara
individu dan dalam kombinasi dengan Sportak (0,5 mL/L) Prochloraz menghasilkan
penyakit pascapanen yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan pra dan
pascapanen lainnya. Aplikasi fungisida pada pra dan pascapanen secara signifikan
mempengaruhi perkembangan kulit warna buah. Kualitas biokimia (total padatan terlarut

dan tingkat keasaman) yang dihasilkan setelah perlakuan fungisida pada kedua kegiatan
pra dan pasca panen tidak terlalu signifikan.
Abstrak
Aktivitas biokontrol dua isolat Trichoderma virens melawan blue mold pada buah apel yang
disebabkan oleh Penicillium expansum dan kemampuan untuk menginduksi respon pertahanan
biokimia dalam jaringan apel diinvestigasi. Luka buah apel (Malus domestica) diinokulasi
dengan suspensi antagonis 20l (107 konidia / ml) dari T. virens dan 4 jam kemudian dengan 20
ml suspensi konidia P. expansum (105 konidia / ml). Apel kemudian diinkubasi pada 20 C
selama 8 hari. Dua isolat T. virens yang efective dalam mengendalikan pembusukan buah apel
yang disebabkan oleh P. expansum. Enam hari setelah perlakuan, aktifitas peroksidase meningkat
lebih dari tiga kali lipat dalam buah apel yang dikenai perlakuan dengan kombinasi antagonis
dan patogen, dibandingkan dengan jaringan kontrol yang tidak diinokulasi. Aktivitas katalase
(CAT) meningkat pada buah yang diinokulasi dengan kombinasi T. virens dan P. expansum
dibandingkan dengan kontrol yang sehat dan tingkat aktivitas maksimum tercatat pada 6 hari
setelah inokulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat T6 dan T8 dari T. virens
menyebabkan peningkatan aktivitas -1,3-glukanase yang mencapai tingkat maksimum masingmasing pada 4 dan 6 hari setelah inokulasi dengan patogen. Peningkatan aktivitas -1,3glukanase dipicu oleh luka meskipun tingkat kenaikannya jelas lebih rendah dibandingkan yang
terdeteksi pada buah yang terserang. Akumulasi senyawa fenolik menunjukkan tingkat tertinggi
pada 2-4 hari setelah inokulasi dan kemudian menurun. Kemampuan T. virens untuk
meningkatkan aktivitas peroksidase, katalase, -1,3-glukanase dan tingkat senyawa fenolik
mungkin menjadi salah satu mekanisme yang bertanggung jawab pada kegiatan biokontrol.

You might also like