You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit meniere merupakan salah satu masalah yang sulit dan merupakan tantangan
yang besar bagi dokter umum maupun spesialis THT. Ini dikarenakan masih belum pastinya
etiologi dari penyakit tersebut, sehingga pengobatan yang diberikan belum dapat maksimal. Halhal tersebut mengakibatkan banyaknya klinikus mengalami kebingungan dan hilangnya kasus
pada saat pengobatan.
Penyakit Meniere ditandai dengan penurunan pendengaran berfluktuasi, vertigo, tinnitus,
dan rasa tertekan pada telinga. Penyakit ini dikenal juga sebagai hidrops endolimfatik yaitu suatu
gangguan telinga dalam (labirintin) yang mana terdapat peningkatan volume dan tekanan
endolimfe telinga dalam. Terdapat bentuk klasik penyakit Meniere dan beberapa varian yang
disebut sebagai sindroma lermoyez, hidrops vestibular, dan hidrops kohlea. Pada tipe klasik
terdapat serangan vertigo dalam beberapa menit sampai beberapa jam, tetapi ada juga bentuk lain
berupa kehilangan pendengaran yang berfluktuasi, tinnitus, dan atau tekanan tetapi tidak disertai
vertigo, atau hanya serangan vertigo saja.1,2,3,4,5,6
Beberapa kumpulan gejala dan tanda yang ditemukan membantu dalam menegakkan
diagnosis dan ini termasuk suatu ketulian tipe sensorineural yang dilihat pada audiometri dan
sering pada satu telinga. Pasien dengan penyakit Meniere yang berat sering mengalami vertigo
yang berulang. Gangguan keseimbangan dapat juga membuat pasien sulit konsentrasi.3
Pada tahun 1861, Prosper Meniere seorang dokter Perancis menggambarkan manifestasi
klinik yang berkaitan dengan hidrops endolimfatik yang dibuktikan oleh Hailpike dan Cairn
tahun 1938.5,12 Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini.8
Di Amerika Serikat sebanyak 50 % pasien dengan penyakit Meniere memiliki riwayat
keluarga yang sama. Prevalensi diperkirakan 150 kasus per 100.000 populasi.
Pada banyak kasus kedua jenis kelamin ditemukan secara sebanding pada usia dekade ke-3 atau
ke-4.5,6,7,9

BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN VESTIBULER

Aparatus vestibuler merupakan organ yang dapat dipakai untuk mendeteksi sensasi
yang berhubungan dengan keseimbangan. Alat ini terdiri atas suatu sistem tabung tulang dan
ruangan-ruangan yang terletak dalam bagian petrosus (bagian seperti batu, bagian keras) dan
tulang temporal yang disebut labirin tulang (bony labyrinth) dan dalam labirin tulang ada
tabung membran dan ruangan yang disebut membran labirin, yang merupakan bagian
fungsional dari aparatus ini.1.3

Gambar 2.1 Anatomi vestibuler

Labirin membran, terutama terdiri atas duktus koklearis, tiga kanalis semisirkularis,
dan dua ruangan besar yang dikenal sebagai utrikulus dan sakulus. Duktus koklearis merupakan area sensorik luas dari pendengaran dan sama sekali tak berhubungan dengan
keseimbangan. Biarpun begitu, utrikulus, kanalis semisirkularis dan mungkin sakulus,
semuanya ini merupakan bagian integral (suatu kesatuan) dari mekanisme keseimbangan.

Makula merupakan organ sensorik utrikulus dan sakulus untuk mendeteksi orientasi kepala
2

sehubungan dengan gravitasi. Di bagian permukaan dalam dari setiap utrikulus dan sakulus
ada daerah sensorik kecil yang diameternya lebih sedikit dari dua mm dan disebut sebagai
makula. 1.3
Makula dari utrikulus terletak pada bidang horizontal permukaan inferior utrikulus dan
memegang peran penting dalam menentukan orientasi yang normal dari kepala sesuai dengan
arah gaya gravitasi atau gaya percepatan. Sebaliknya, makula yang dari sakulus terletak dalam
bidang vertikal dinding medial sakulus. Dari beberapa penelitian diduga kerja makula dari
sakulus erat hubungannya dengan duktus koklearis yang dipakai untuk mendeteksi tipe-tipe
suara tertentu dan oleh karena mungkin tak begitu berperan sebagai alat keseimbangan.
Biarpun begitu, mungkin tapi tak pasti sakulus juga bekerja sebagai alat keseimbangan,
khususnya sewaktu kepala tak dalam posisi vertikal.
Setiap makula ditutupi oleh lapisan gelatinosa yang dilekati oleh banyak kristal
kalsium karbonat kecil-kecil yang disebut statokonia (atau otolit). Dalam makula juga
didapati beribu-ribu sel rambut. 1.3

Gambar 2.2 Diagram membran di dalam canalis semicircularis


saculus dan urticulus

Sel rambut ini akan memprojeksikan silia ke dalam lapisan gelatinosa tadi. Pangkal dan
sisi-sisi sel-sel rambut bersinaps dengan akson-akson sensorik saraf vestibuler. Bahkan dalam
keadaan istirahat, sebagian besar serat saraf di depan sel-sel rambut terus-menerus menjalarkan
rangkaian impuls saraf, rata-rata bcrkisar 200 impuls per detiknya. Tertekuknya silia sel rambut
ke salah satu sisinya akan menyebabkan penjalaran impuls pada serat saraf meningkat secara
nyata; sedangkan bila silia tertekuk ke sisi yang berlawanan akan menurunkan penjalaran impuls,
seringkali dapat menghentikan penjalaran secara total. Oleh karena itu, oleh karena ada
perubahan orientasi kepala pada ruangan dan oleh karena beratnya otokonia (di mana gravitasinya
kurang lebih tiga kali gravitasi jaringan sekitarnya) akan menekuk silia, maka sinyal-sinyal
yang sesuai akan dijalarkan ke otak untuk mengatur keseimbangan. 1.3.4

Gambar 2.3 Sel-sel rambut

Dalam setiap makula, bermacam-macam sel rambut ditempatkan dalam arah yang
berbeda-beda sehingga beberapa di antaranya dapat terstimulasi sewaktu kepala tertekuk ke
depan, beberapa sewaktu kepala tertekuk ke belakang, lainnya sewaktu kepala tertekuk ke
salah satu sisi, dan sebagainya. Karena itu, untuk setiap posisi kepala dalam makula dapat
timbul pola eksitasi yang berbeda-beda. Pola inilah yang nantinya akan memberitahukan pada
otak perihal orientasi kepala. 1.3.4

Gambar 2.4 Posisi sel sel rambut

Kanalis Semisirkularis. Dalam setiap aparatus vestibuler terdapat tiga buah kanalis
semisirkularis, yang dikenal sebagai kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan
horizontal, yang satu sama lain saling tegak lurus, sehingga ketiga kanalis ini terdapat dalam
tiga bidang. Bila kepala tunduk kira-kira 30 derajat ke depan, maka kedua kanalis
semisirkularis horisontalis akan terletak kira-kira pada bidang horisontal sesuai dengan
permukaan bumi. Maka kemudian kanalis anterior akan terletak pada bidang vertikal yang
arah proyeksinya akan ke depan dan 45 derajat keluar dan kanalis posterior juga akan
terletak pada bidang vertikal tapi projeksinya ke belakang dan 45 derajat keluar. Jadi,
kanalis anterior pada setiap sisi kepala akan terletak pada bidang yang sejajar dengan kanalis
posterior sisi kepala yang berlawanan, sedangkan kedua kanalis horisontalis pada kedua sisi
kepala kira-kira terletak pada bidang yang sama. . 1.3.4
Pada ujung akhir setiap kanalis semisirkularis ada pembesaran yang disebut ampula,
dan kanalis ini terisi dengan cairan kental yang disebut endolimfe. Adanya aliran atau
pengaliran cairan dalam kanalis akan merangsang organ sensorik yang terdapat dalam
ampula. Dalam setiap ampula ada kuncung kecil (small crest) yang disebut krista ampularis,
dan pada puncak krista ada massa gelatinosa seperti yang terdapat pada utrikulus dan dikenal
sebagai kupula.

Gambar 2.5 Cupula

Ke dalam kupula ada projeksi silia dari sel-sel rambut yang terletak di sepanjang
krista ampularis, dan sebaliknya sel-sel rambut ini berhubungan dengan serat-serat saraf
sensorik yang berjalan ke nervus vestibularis. Pembengkokan kupula ke salah satu sisi akan
menyebabkan timbulnya aliran cairan dalam kanalis, merangsang sel-sel rambut, sedangkan
pembengkokan ke arah yang berlawanan akan menghambat sel-sel rambut. Jadi, sinyal yang
sesuai akan dikirimkan melewati nervus vestibularis untuk memberitahukan sistem saraf
pusat tentang adanya gerakan cairan dalam kanalis yang sesuai. 1

Gambar 2.6 Kepekaaan Sel-sel Rambut-Kinosilium dan aliran Endolymph

Arah Kepekaaan Sel-sel Rambut-Kinosilium. pada setiap sel rambut, baik dalam makula
atau dalam kupula, mempunyai kira-kira 50 silia kecil, yang disebut sebagai stereosilia, serta
ada satu silia yang sangat besar yang disebut kinosilium. Kinosilium ini terletak pada salah
satu sisi sel rambut, jadi selalu terletak pada sisi yang sama dari sel yang sesuai dengan
orientasinya pada krista ampularis. Keadaan ini merupakan penyebab timbulnya sensitivitas
langsung sel-sel rambut itu: yaitu, perangsangan bila silia membengkok ke arah sisi
kinosilium dan penghambatan bila ada pembengkokan ke sisi yang berlawanan.

Gambar 2.7 Kinocilium dan Stereocilia

Hubungan Neuronal antara Aparatus Vestibuler dengan Sistem Saraf Pusat.


Sebagian besar serat-serat saraf vestibuler ini berakhir di dalam nuklei vestibuler, yang
terletak dekat dengan tempat gabungan antara medula dan pons, namun beberapa serat saraf
ini lewat tanpa bersinaps ke nuklei fastigial, uvula, dan lobus flokulonoduler serebeli. Seratserat yang berakhir di nuklei vestibuler akan bersinaps dengan neuron urutan kedua yang
juga akan mengirimkan serat-serat menuju ke area serebelum maupun ke korteks bagian lain
dari serebelum, ke dalam traktus vestibulospinal, ke dalam fasikulus longitudinalis
medialis, dan bagian-bagian lain batang otak, khususnya formasio retikularis.1,3

Gambar 2.8 Hubungan saraf Vestibuler

.4

Perhatikan secara khusus adanya hubungan yang sangat erat antara aparatus
vestibuler, nuklei vestibuler, dan serebelum. Lintasan primer refleks-refleks keseimbangan
dimulai dalam saraf vestibuler dan selanjutnya akan berjalan menuju ke nuklei vestibuler
dan serebe1um. Selanjutnya, bersama-sama dengan penjalaran dua arah dari kedua impuls,
sinyal-sinyal juga dikirim ke nuklei retikuler batang otak maupun ke bawah melalui traktus
vestibulospinal dan traktus retikulospinal menuju ke medula spinalis. Sebaliknya, sinyalsinyal ke medula dipakai untuk mengatur fasilitasi dan inhibisi otot-otot antigravitasi yang
saling mengatur satu sama lain, jadi secara otomatis mengatur keseimbangan. .1,3.4
Tampaknya lobus flokulonoduler khusus berhubungan dengan fungsi keseimbangan dari
8

kanalis semisirkularis sebab bila ada kerusakan lobus ini maka gejala-gejala klinik yang
timbul hampir sama dengan gejala-gejala akibat kerusakan kanalis semisirkularis sendiri.
yaitu, bila ada cedera berat pada salah satu struktur ini maka keseimbangan akan hilang
selama ada perubalran arah gerak yang cepat, namun pada keadaan statik gangguan
keseimbangan ini tak begitu serius, seperti yang akan dibicarakan dalam bagian bab ini
selanjutnya. Juga ada anggapan bahwa bagian uvula serebelum juga mempunyai peran yang
sama pentingnya dalam keseimbangan statik. 1,3.4
Sinyal-sinyal dari nuklei vestibuler dan serebelum melalui fasikulus longitudinalis
medial akan dijalarkan ke atas menuju ke batang otak dan akan menyebabkan perbaikan dari
gerakan mata setiap kali kepala berputar, agar mata tetap terfiksasi pada suatu objek penglihatan yang spesifik. Sinyal-sinyal juga akan dijalarkan ke atas (baik melalui traktus yang
sama atau melalui traktus retikularis) menuju ke korteks serebri, mungkin akan berakhir di
pusat korteks primer untuk keseimbangan, yang terletak di bagian dalam fisura Sylvian
lobus parietalis, yakni di sisi lain fisura dari area auditorik girus temporalis superior. Sinyalsinyal iru akan mengabarkan tentang keadaan jiwa akibat dari keadaan keseimbangan tubuh.
1,3.4

Nuklei vestibuler pada kedua sisi batang otak terbagi dalam empat bagian yang
terpisah. Yakni:

(1 dan 2) Nuklei vestibuler medial dan nuklei vestibular superior yang terutama menerima
sinyal-sinyal dari kanalis semisirkularis dan nuklei-nuklei ini sebaliknya akan mengirimkan
banyak sekali sinyal saraf ke jasikrdus longitudinalis medial guna menimbulkan gerakan
koreksi dari mata seperti halnya sinyal-sinyal yang melalui traktus vestibulospinal medial
guna menimbulkan gerakan yang sesuai dari leher dan kepala.
(3) Nukleus vestibuler lateral yang menerima persarafan terutama dari utrikulus dan mungkin
dari sakulus, dan nuklei ini sebaliknya akan mengeluarkan
sinyal yang melalui traktus vestibulospinal lateral menuju ke medula spinalis guna mengatur
gerakan tubuh.
(4) Nukleus vestibuler inferior yang menetima sinyal-sinyal dari kanalis semisirkularis dan
utrikulus dan sebaliknya nuklei ini akan mengirimkan sinyal menuju ke serebelum dan
9

formasio retikularis batang otak

.
Gambar 2.10 Nuklei Vestibuler

10

Gambar 2.11 Tractus Vestibuler

2.1 FUNGSI UTRIKULUS DAN SAKULUS DALAM KESEIMBANGAN STATIK

3.4

Kiranya penting diingatkan bahwa bermacam-macam sel rambut ditempatkan dengan


bermacam-macam arah dalam makula dari utrikulus dan sakulus sehingga pada berbagai
posisi kepala yang terangsang juga bermacam-macam sel rambut. Pola perangsangan
bermacam-macam sel rambut akan mengabarkan pada sistem saraf tentang posisi kepala
sehubungan dengan daya tarik dari gravitasi. Sebaliknya, sistem motorik vestibuler, sistem
motorik serebelar dan sistem motorik retikuler secara refleks akan merangsang otot-otot yang
11

menjaga keseimbangan yang tepat.


Makula di dalam utrikulus berfungsi secara ekstrem efektif dalam menjaga keseimbangan
sewaktu kepala pada posisi hampir vertikal. Memang, seseorang akan dapat menentukan
ketidakseimbangan sebesar setengah derajat bila kepala dimiringkan dari posisi tegak. Sebaliknya, bila kepala semakin miring dari posisi tegaknya, maka penentuan orientasi kepala
oleh indera vestibuler akan semakin berkurang. Jadi jelasnya, sensitivitas yang ekstrem dari
posisi tegak mempunyai peran yang penting untuk menjaga keseimbangan statik dalam bidang vertikal yang tepat, yang merupakan fungsi utama aparatus vestibuler. 1,3.4
Deteksi Percepatan Linear oleh Makula. Bila tubuh tiba-tiba didorong dengan kasar ke
depan-yakni, sewaktu tubuh mengalami percepatan-maka statokonia, yang mempunyai
kelembaman (inersia) yang lebih besar dari cairan sekelilingnya, akan jatuh ke belakang
yakni ke silia sel-sel rambut, dan informasi mengenai ketidakseimbangan akan dikabarkan ke
pusat-pusat saraf, sehingga orang akan merasakan sepertinya ia akan jatuh ke belakang.
Keadaan ini akan menyebabkan orang secara automatis menyondongkan badannya ke arah
depan sampai pergeseran ke anterior dari statokonia akibat gerakan condong tadi sama dengan
kecenderungan statokonia untuk jatuh ke belakang. Pada titik ini, sistem saraf akan dapat
mendeteksi keadaan sebenarnya dari keseimbangan sehingga gerakan condong ke depan dari
tubuh tak akan berlanjut. Jadi, makula bertugas untuk menjaga agar keadaan keseimbangan
selama ada penambahan kecepatan secara linear dengan pola yang tepat sama seperti sewaktu
makula bekerja pada keseimbangan statik. 1,3.
Makula tak bekerja untuk mendeteksi kecepatan linear. Bila seorang pelari mau mulai lari,
pelari harus mencondongkan diri jauh ke depan dulu agar tak sampai jatuh ke belakang oleh
karena mengalami percepatan, namun begitu ia dapat mencapai kecepatan lari yang
maksimum, bila pelari lari dalam ruang yang hampa, pelari itu tak usah lagi menyondongkan
badannya terlalu ke depan. Bila pelari lari dalam udara (ruang ada udaranya), pelari akan
menyondongkan dirinya ke depan untuk menjaga agar keseimbangannya tetap dan kcadaan
ini tercapai hanya oleh karena adanya tahanan udara terhadap badan pelari, dan pada contoh
ini, bukan makula yang menyebabkan condongnya badan ke depan tapi tekanan udara yang
bekerja pada reseptor tekanan yang terdapat pada kulit, yang akan memulai terjadinya
penyetelan keseimbangan yang sesuai agar tak sampai jatuh. 1,3.4
12

Gambar 2.12 Deteksi Percepatan Linear oleh Makula

13

2.2FUNGSI KANALIS SEMISIRKULARIS


Bila kepala tiba-tiba mulai berputar kearah setiap arah (ini disebut sebagai percepatan
angular/bersiku-siku), maka endolimfe yang terdapat dalam kanalis semisirkularis membranosa,
oleh karena adanya inersia, cenderung untuk menetap, sedangkan kanalis semisirkularis akan
berbelok/berputar. Keadaan ini akan menimbulkan aliran cairan kanalis relatif dengan arah yang
berlawanan dengan arah perputaran kepala. 1,3.4
Penyebab timbulnya adaptasi pada reseptor yang timbul sewaktu diputar selama satu detik
atau lebih adalah adanya gesekan di dalam kanalis semisirkularis yang akan menyebabkan
endolimfe berputar dengan kecepatan yang sama cepatnya dengan kecepatan kanalis
semisirkularis itu sendiri, dan selanjutnya selama 15 sampai 20 detik berikutnya kupula
secara perlahan kembali ke posisi istirahat, yakni di bagian tengah ampula sebab sifat rekoil
elastiknya. Bila putaran dengan tiba-tiba dihentikan, maka jelas akan timbul akibat yang
sebaliknya: cairan endolimfe tetap terus bergerak sedangkan kanalis semisirkularisnya
berhenti. Pada saat ini, kupulanya akan berbelok ke arah yang berlawanan, sehingga
sel-sel rambut tak akan mengeluarkan rabas samasekali. Sesudah beberapa detik kemudian,
cairan endolimfe akan berhenti bergerak dan dalam waktu kira-kira 20 detik kupula secara
bertahap akan kembali ke posisi istirahat , jadi pengeluaran rabas dari sel-sel rambut akan
kembali ke nilai normal yang tonik. 1,3.4
Jadi bila kepala mulai berputar, kanalis semisirkularis akan menjalarkan sinyal-sinyal
positif dan bila kepala berhenti berputar ,maka kanalis semisirkularis akan menjalarkan sinyalsinyal negatif. Selanjutnya paling sedikitnya ada beberapa sel rambut yang selalu
mengeluarkan respon terhadap perputaran yang terjadi dalam setiap bidang-bidang horizontal,
sagital atau koronal.

14

Gambar 2.13 Respon sel rambut terhadap perputaran

Telinga dalam mendapat sumber perdarahan dari arteri auditiva interna. Arteri ini
merupakan cabang dari arteri serebelaris anterior inferior atau langsung dari arteri basilaris atau
dari arteri vertebralis. Arteri auditiva interna kemudian bercabang menjadi arteri vestibularis
anterior yang memperdarahi makula sakuli, sebagian kanalis semisirkularis posterior, kanalis
semisirkularis lateral, dan arteri kohlearis komunis yang memperdarahi sebagian besar kohlea.
Arteri kohlearis komunis kemudian bercabang menjadi arteri vestibulokohlearis dan arteri
kohlearis. Arteri vestibulokohlearis bercabang menjadi arteri vestibulo posterior dan ramus
kohlearis. Arteri vestibularis posterior memperdarahi sakulus, kanalis semisirkularis posterior,
dan utrikulus. 1,3.4

Gambar 2.14 Suplai Pembuluh Darah Telinga Dalam

15

BAB III
MENIERE DISEASE
III.1.DEFINISI
Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama
Prospere Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Penyakit Meniere
adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan
keseimbangan. Sindroma Meniere adalah gangguan pada telinga dalam yang ditandai dengan
serangan vertigo spontan, sensorineural hearing loss frekuensi rendah yang berfluktuasi, telinga
terasa penuh dan tinnitus. Dapat diarahkan pada sindroma Meniere apabila idiopatik dan
penyebab lain dapat disingkirkan. (Bailey) Penyakit bisa didapatkan dengan keluhan berulang,
biasanya pada satu telinga. (A,5) Seiring dengan perkembangan penelitian, definisi penyakit ini
pun berkembang, adanya kondisi degenerasi telinga dalam yang dapat menyebabkan
menurunnya homeostasis, penurunan penengaran dan vertigo.(A) Penyakit ini disebabkan oleh
peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.5
III.2.EPIDEMIOLOGI
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia
menderita penyakit Meniere. Prevalensi penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di
Amerika terdapat 190 penderita dari 100.000 penduduk, di Jepang terdapat 34,5 penderita dari
100.000 penduduk, di Inggris terdapat 157 penderita dari 100.000 penduduk dan 513 penderita
dari 100.000 penduduk terdapat di Finland. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40
hingga 60 tahun dengan perbandingan 1,3-1,9 : 1 didominasi penderita wanita. (Bailey)
Presentasi gejala pada penyakit Meniere yaitu serangan berulang vertigo (96,2%).
Tinnitus (91,1%) dan ipsilateral hearing loss (87,7%). (Bailey)
III.3 ETIOLOGI
Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari
penyakit ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal
dengan hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak
16

meningkat sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media, sakulus, dan utrikulus. Tetapi,
penyebab hidrops endolimfe sampai saat ini belum dapat dipastikan.2
Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops, antara lain :
1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri 2
2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler2
3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler2
4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa2
5. Infeksi telinga tengah7
6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas7
7. Trauma kepala7
8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi7
9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan7
10. Infeksi virus golongan herpesviridae
11. Herediter
Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit
Meniere:
1. Virus Herpes (HSV).
Dari penelitian yang dilakukan didapat data sekitar 200 kasus dari 100.000 orang di dunia
menderita penyakit Meniere. Kebanyakan penderita adalah yang berumur 40 tahun keatas dan
tidak ada perbedaan yang berarti antara antara jumlah penderita pria dan wanita. Prevalensi
penyakit Meniere di beberapa negara berbeda-beda, di Amerika terdapat 218 penderita dari
100.000 penduduk, di Jepang terdapat 36 penderita dari 100.000 penduduk, dan 8 penderita
dari 100.000 penduduk terdapat di Italia.6
2. Herediter.
Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita
penyakit Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan
kelainan anatomis saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.8
3. Alergi.
Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap
makanan. Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :8

Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan

pada saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.


Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus
endolimfatikus.
17

Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus
endolimfatikus.

3. Trauma kepala.
Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran
hidrodinamik dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere
yang mempunyai riwayat fraktur tulang temporal.8
4. Autoimun.
Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan
penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch
pada tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari
orang yang tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang
difokuskan pada fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat
penyakit Meniere diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian
pada tahun 2004 mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan
juga penyakit autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga
mendapatkan pada sekitar 40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang
positif

pada

pemeriksaan

autoimun

darah

seperti

Rheumatoid

factor,

Antibodi

antiphospholipid dan Anti Sjoegren.


III.4.PATOFISIOLOGI
Hidrops endolimfe telah lama diketahui sebagai dasar patologi dari penyakit Meniere.
Pada endolimfe, cairan yang kaya dengan potassium pada telinga dalam, terjadi sintesa yang
berlebih atau penyerapan yang kurang adekuat sehingga terjadi perluasan ruang endolimfe.
Hidrops endolimfe dapat terjadi pada bagian inferior labirin meliputi sakkulus dan kokhlea.
Bagian superior labirin yaitu utrikulus dan kanalis semisirkularis dapat juga mengalami hidrops
endolimfe walaupun hal ini jarang terjadi.(Bailey)
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan
pada morfologi pada membran Meissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama
di daerah apeks koklea, helikotrema. Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat
meluas mengenai bagian tengah dan basal koklea.2
18

Vertigo pada penyakit Meniere dianggap sebagai hasil dari akumulasi berlebihan dari
cairan telinga dalam. Tekanan cairan meregangkan membran yang membagi kompartemen
telinga dalam. Karena rnembran telinga dalam meregang, terjadi penurunan pendengaran dan
tinitus yang hebat. Ketika membran mengalami peregangan yang berat, cairan dan telinga dalam
dapat ruptur. Hasil dari tercampurnya kedua cairan(endolimfe dan perilimfe), dimana satu kaya
natrium dan yang lain kaya potassium yang dianggap mengakibatkan timbulnya vertigo. Hal ini
juga menyebabkan gangguan pendengaran sementara yang kembali pulih setelah membrana
kembali menutup dan komposisi kimiawi cairan endolimfe dan perilimfe kembali nomal.1,5,11
Penyakit Meniere adalah suatu gangguan pengaturan cairan endolimf yang secara khas
ditandai oleh adanya dilatasi ruangan endolimfatik dari labirintus membranosa. Dilatasi atau
hidrops ini dapat disebabkan akibat penyerapan endolimf dalam skala media oleh stria vaskularis
terhambat. Bagian otopsy memasukkan pasien dengan penyakit Meniere yang telah
memperlihatkan peningkatan volume dari endolimf dengan tahanan dan sistem endolimfatik.
Tahanan dan peningkatan dari cairan mengakibatkan kerusakan permanen pada kedua aparatus
vestibular dan kohlear.5,8,10,12
Dilatasi kohlea ini dibuktikan dengan adanya peregangan membrana Reissner di dalam
labirin, membrana ini dapat robek atau mengalami prolaps rnasuk ke dalam ruang labirin yang
lain. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di daerah apeks kohlea Helikotrema.
Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala
media dimulai dari daerah apeks kohlea, kemudian dapat meluas mengenai bagian tengah dan
basal kohlea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli saraf nada rendah pada penyakit
meniere.1,7,8,9,13
Setelah membran ruptur, akhirnya terjadi penyembuhan, tetapi pendengaran biasanya
hilang. Ternyata, dengan pengurangan garam, perencanaan makan dan diuretik sedang, gejala
dan Menieres Disease akan hilang. Dan beberapa kasus pendengaran dapat menjadi normal
Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen
endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe
bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang
kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali
normal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya
serangan1
19

Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh
distorsi yang besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear
membesar ke arah skala vestibuli dan skala timpani.10
Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan
terjadinya penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula.
Penonjolan kanal ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista.10 Tinitus
dan perasaan penuh di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan
endolimfatikus.2
III.5. GEJALA KLINIS
Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang
bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi
lamanya. Pola serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala
berkurang setelah beberapa tahun.3 Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu
vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran2
Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh atau tertekan pada telinga yang
dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu. Namun sensasi ini
terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat yang timbul tiba-tiba disertai mual dan
muntah. Serangan vertigo episodic ini dapat terjadi sekitar 30 menit sampai 2 jam. Terdapat
adanya kurang pendengaran yang hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena
genuruh tinitus yang timbul bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung
selama 2-4 jam, setelah itu vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala
menetap selama beberapa jam. Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak
menghilang dengan redanya vertigo. Setelah serangan yang berat pasien dapan merasakan pusing
yang akan membaik keesokan harinya.(KJ
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya
merasakan tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo
spontan lain yang mirip dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi
serangan ini bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan
setiap hari. Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi
20

remisi spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali
gangguan pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut
ternyata tidak permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul
dalam beberapa bulan. Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut
melemah oleh karena hilangnya secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan
respon akibat degenerasi elemen-elemen sensorik. Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan
dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom Lermoyes merupakan satu contoh dimana
gangguan pendengaran terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan
vertigo pertama.3
Guidline yang banyak digunakan untuk mendiagnosa penyakit Meniere adalah Guidline
yang dikeluarkan oleh American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAOHNS), dimana yang disebut dengan Penyakit Meniere secara pasti yaitu dua atau lebih episode
serangan sponta vertigo, gangguan pendengaran yang dapat dibuktikan pada audiogram serta
tinnitus dan telinga terasa penuh pada sisi yang terkena dan penyebab lain telah disingkirkan.
(Bailey)

21

III.6.PEMERIKSAAN PENYAKIT MENIERE


Pemeriksaan fisik diperlukan hanya untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam
anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan ternyata
terdapat tuli saraf, maka kita sudah dapat mendiagnosis penyakit Meniere, sebab tidak ada
penyakit lain yang bisa menyebabkan adanya perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada penyakit
Meniere. Dalam hal yang meragukan kita dapat membuktikan adanya hidrops dengan tes
22

gliserin. Selain itu tes gliserin ini berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada
pembuatan shunt.8
Tidak ada tes definitive untuk memeriksa penyakit meniere. Ada beberapa penyakit dan
kondisi yang memiliki gejala yang sama dengan penyakit meniere. Penyakit meniere tidak dapat
didiagnosa hanya dari gejala yang ada. Berbagai kemungkinan harus dapat dibedakan dengan
penyakit lain. Ketika dokter mengeliminasi penyakit lain dari gejala yang ada, maka dari situ
baru penyakit meniere ditegakkan. 2 Beberapa pemeriksaan penunjang yang mendukung untuk
pemeriksaan penyakit meniere yaitu : 4)
1. Pemeriksaan laboratorium2,5,6,9
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk penyakit Meniere, kecuali jika
penyebabnya adalah infeksi dapat dilakukan pemeriksaan kultur darah, kultur urin dan
pemeriksan cairan serebro spinal. Sifilis bisa terdapat pada telinga dalam setelah 20 sampai 30
tahun sesudah infeksi pertama. Individu dengan penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan
arthritis rheumatoid yang berat atau yang menderita penyakit tiroid seperti penyakit grave dan
hashimoto dapat berasiko tinggi menderita penyakit Meniere. Pemeriksaan urinalisis, kimia
darah, skrining penggunaan obat-obatan dan alkohol dapat membantu jika diduga terdapat
penyebab lain.
2.Pemeriksaan radiologi5,7
Pada sebagian besar kasus, tidak ada pemeriksaan radiologi yang tersedia untuk pasien-pasien
dengan riwayat penyakit Meniere. Jika penyebabnya adalah infeksi dapat dilakukan foto
thorax. Jika secara klinik terdapat lesi pada sentral vestibuer dapat dilakukan MRI kepala
dengan atau tanpa kontras gadolinium. MRI dengan kontras gadolinium secara spesifik
memperlihatkan N.VIII dan struktur telinga dalam termasuk kohlea dan kanalis semisirkularis.
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan neuroma akustik atau tumor otak lainnya.
3. Tes penala5, 10
Pada tes penala didapatkan kesan tuli sensorineural pada penyakit meniere.
4. Otoskopi
Normal.(5)
5. Tes kalori2,5
Tes ini dilakukan untuk menilai fungsi keseimbangan, Setiap telinga dites secara terpisah,
Pada telinga masing masing disemprotkan secara bergantian air dingin dan air hangat.
23

Setelah beberapa saat akan timbul nistagmus yang arahnya berlawanan dengan arah
semprotan. 6) Tes ini cukup berarti dengan kepekaan 60% (black-1980). Tes ini berguna untuk
menentukan labirin yang hipoaktif dengan gambaran grafik adanya parese dari kanal. 7)
Pada alat vestibuler biasanya menunjukkan penurunan fungsi pada telinga yang bersangkutan
baik terhadap rangsangan panas maupun dingin.
6. Audiogram2,5,7,9,10
Hasil audiogram pada penyakit meniere didapatkan tuli sensorineural, terutama nada rendah
dan selanjutnya dapat ditemukan rekrutmen.
7. Tes gliserin10
Pasien diberikan minum gliseirin 1,2 mI/kgBB setelah diperiksa tes kalori dan audiogram.
Setelah 2 jam diperiksa kembali dan dibandingkan. Perbedaan bermakna menunjukkan adanya
hidrops endolimf.
8. Elektrokokleografi (ECoG)7,9
Menilai akumulasi cairan yang berlebihan pada telinga tengah, tes ini juga untuk menilai
peningkatan tekanan akibat cairan berlebihan di telinga

dalam.

9. Brainstem evoked response audiometry (BERA)5,7


Untuk mengetahui kerusakan sistem keseimbangan telinga bagian dalam. Biasanya normal
meskipun terdapat kehilangan pendengaran, setidaknya terdapat kerusakan sentral.
10.Electronystamography
Tes ini untuk menilai fungsi keseimbangan
11.VEMPs (Vestibular Evoked Myogenic Potensials)
Dilakukan untuk menilai fungsi dari otolith. Pemeriksaaan VEMPs menjanjikan untuk menilai
beratnya penyakit Meniere dan dapat memperkirakan prognostic terjadinya gangguan
bilateral. (Bailey)
III.7.DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT MENIERE
Diagnosis penyakit meniere ditegakkan berdasarkan kombinasi dari gejala yang ada, tes
pendengaran dimana terdapat gangguan pendengaran setelah serangan yang berangsur-angsur
membaik lagi, serta setelah pengeliminasian dari penyakit lain. 3)
Diagnosis dipermudah dengan dibakukan kriteria diagnosis yaitu :
1. Vertigo hilang timbul
24

2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf


3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral
Bila gejala khas dari penyakit meniere pada anamnesis ditemukan maka diagnosis
penyakit meniere dapat ditegakkan. 1)
Pemeriksaan fisik hanya diperlukan untuk menguatkan diagnosis penyakit ini. Bila dalam
anamnesis terdapat riwayat fluktuasi pendengaran, sedangkan pada pemeriksaan terdapat tuli
saraf, maka kita sudah dapat mendiagnosa penyakit meniere. Sebab tidak ada penyakit lain yang
bisa menyebabkan perbaikan dalam tuli saraf, kecuali pada penyakit meniere. Dalam hal yang
meragukan kita dapat membuktikan adanya hydrops dengan tes gliserin. Selain itu tes gliserin ini
berguna untuk menentukan prognosis tindakan operatif pada pembuatan shunt . Bila terdapat
hydrops, maka operasi diduga akan berhasil dengan baik. 1)
III.8.DIAGNOSIS BANDING
1. Tumor nervus akustikus
Vertigo sebagai gejala dini dari meningioma, schwannoma dan lain lain. Schwannoma
atau neurinoma akustikus mula timbul dengan tuli perspektif unilateral yang progresif. Pada
tahap dini terdapat vertigo. Kalau tumor itu menjalar dan merusak meatus akustikus interna,
maka hemihipestesia fasialis dengan reflek kornea yang menurun atau lenyap dapat detemukan
bersama adanya hemiparesis fasialis ringan akibat terlibatnya nervus trigeminus / ganglkion
gasseri dan nervus facialis. Pemeriksaan kalorik dan audiogram sudah dapat memperlihatkan
kerusakan disusunan vestibularis dan auditorik sesisi. Perjalanan penyakitnya sangat lambat. 9)
2. Labirintitis
Labirintitis disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Labirintitis bakteri merupakan
komplikasi dari mastoiditis, otitis media atau meningitis. Sedangkan pada labirinitis virus
berkembang dalam perjalanan penyakit parotis epidemika dan rubeola. Pada labirinitis virus daya
pendengaran normal atau sedikit terganggu. Sedangkan pada labirintitis bakteri dijumpai adanya
tuli berat. Demam, sakit kepala dan nyeri di dalam telinga tidak selamanya ada. 9)
3. Neuritis vestibularis
Penyakit ini timbul secara mendadak dengan serangan vertigo berat diiringi mual dan
muntah. Nistagmus spontan menyertai serangan vertigo ini. Komponen cepat mengarah ke sisi
yang normal. Pada tes kalorik ditemukan paresis vestibular unilateral. Tetapi yang membedakan
25

dengan penyakit meniere yaitu pada penyakit ini pendengaran tidak terganggu. Dan dengan atau
tanpa pengobatan serangan vertigo dapat hilang sama sekali dalam beberapa minggu atau dengan
gejala sisa berupa vertigo posisional yang berlangsung sejenak dan bangkit sekali sekali saja.
9)
4. Vertigo posisionil benigna
Vertigo benigna dikenal juga sebagai vertigo barany. Sindrome vestibuler ini paling
umum, dan dijuluki posisional karena vertigonya timbul kalau kepala berputar kekanan atau ke
kiri. Hal ini terjadi jika kepala menoleh ke kanan atau ke kiri dan jika merebahkan badan untuk
berbaring atau berbalik ke samping waktu berbaring. 9)
III.9.PENGOBATAN PENYAKIT MENIERE
Untuk saat ini, belum ada guidelines yang didasarkan dari penelitian. Beberapa terapi dan
obat sangat bermanfaat dalam mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Dengan merubah gaya hidup terbukti dapat mengurangi gejala serta memperbaiki kkualitas
hidup pasien.
Perubahan Gaya Hidup
Pengaturan diet. Pasien yang didiagnosa penyakit meniere menunjukkan perbaikan dengan diet
rendah sodium, dengan membatasi asupan sodium harian sebesar 1000 hingga 2000 mg. diet
rendah sodium dipercaya memiliki efek positif terhadap hemostasis cairan telinga dalam dengan
meningkatkan retensi cairan dan mengurangi hidrops endolimfatik. Mengurangi konsumsi
alcohol dan kafein juga direkomendasikan untuk pengobatan penyakit Meniere. Tujuan dari diet
ini adalah untuk membatasi perpindahan cairan dan elektrolit yang dapat mempengaruhi
keseimbangan telinga dalam.
Selama masa serangan, pasien dianjurkan untuk berbaring pada tempat datar.
Menggerakkan anggota badan sesedikit mungkin, dengan mata terbuka dan melihat suatu fokus
tempat secara tetap. Hal ini dapat membantu untuk mengurangi perasaan berputar. Tetaplah pada
posisi ini sampai serangan vertigo hilang, kemudian bangun secara perlahan lahan. Setelah
serangan pasien merasa sangat kelelahan dan butuh tidur untuk beberapa jam. 3)
Jika perasaan mual dan berputar tetap muncul dalam jangka waktu lebih dari 24 jam, maka yang
dilakukan pertama adalah pemberian obat obat simtomatik, seperti sedative, dan bila terdapat

26

mual dapat diberikan anti muntah. Setelah diagnosis telah ditemukan, baru diobati penyebabnya.
1)
Untuk mengurangi tekanan hydrops endolimfa, maka diberikan obat obatan vasodilator.
Tekanan endolimfa juga dapat dikurangi dengan cara disalurkan ketempat lain dengan jalan
operasi, yaitu dengan membuat shunt. 1)
Untuk memperkuat saraf pada penyakit meniere, dapat diberikan obat- obatan neurotonik
dan obat obatan anti iskemik. 1)
Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih system vestibuler, terapi ini sangat
menolong. Kadang kadang vertigo dapat diatasi dengan latihan teratur dan baik. Orang orang
yang kerena profesinya menderita vertigo servikal dapat diatasi dengan latihan yang intensif,
sehingga gejala yang timbul tidak lagi menggangu pekerjaan sehari harinya. Misalnya pada
pilot, pemain sirkus, dan olahragawan. 1)
Obat obat yang sering digunakan selama serangan berlangsung :
1. Diuretik
Triamterine
Harus diberikan secara kombinasi dengan asam folat pada wanita hamil, karena
triamterine bersifat sebagai antagonis folat. Pemakaian dalam jangka panjang dapat
menyebakan batu ginjal. 3)
Amiloride
Acetazolamide
Furosemide
Furosemide dapat diberikan bila terdapat alergi pada pemakaian obat obat di atas.
Dosis yang digunakan dalam pemakaian obat ini harus kecil, karena obat ini sedikit
bersifat ototoksik. 3)
2. Obat supresi vestibular
Klonazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
Lorazepam, diberikan 0,5 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
Diazepam, diberikam 2 mg 2 kali sehari / sebanyak yang dibutuhkan
Meclizine, diberikan 12,5 -25 mg 3-4 kali sehari
3. Kalsium chanel bloker
Verapamil, berikan 120 -240 mg sehari
Nimodipine
Flunarizine
4. Steroid
Dexamethasone
Prednisone
27

methylprednisolon
5. Imunosupresan
methotrexate
Steroid
Enbrel
Penatalaksanaan
Ketika diagnosis penyakit Meniere ditegakkan, pengobatan secara langsung perlu dilakukan
untuk menghentikan atau mengurangi frekuensi dan beratnya serangan.
a.

Medikamentosa2,6,8,10,11,13

Terapi profilaksis

1. Vasodilator (as. Nikotinat): terdapat teori bahwa hidrops endolimfatik disebabkan oleh gangguan
fungsi autonom yang menyebabkan spasme arteriola yang memperdarahi telinga dalam.
2. Antikolinergik (probantin): terdapat teori bahwa hidrops endolimfatik penyebabnya adalah
disfungsi susunan saraf autonom pada telinga dalam.
3. Penggunaan hormon tiroid : terdapat teori bahwa hipotiridisme ringan penyebab hidrops
endolimfatik.
4. Pantang makanan : oleh karena kadang-kadang alergi makanan tertentu dibuktikan tuencetuskan
serangan vertigo.
5. Diuretik (furosemid, hicfroklortiazid), diet rendah garam : membatasi asupan garam dan
membantu tubuh mengurangi retensi cairan sebingga akumulasi cairan pada telinga dalam dapat
berkurang dan mengurangi tekanan berlebihan pada ujung saraf pendengaran dan keseimbangan.
6. Kebiasaan hidup merokok harus segera dihentikan karena dapat menahan dan mengurangi aliran
darah ke pembuluh vena kecil yang memelihara ujung saraf telinga dalam. Kafein yang terdapat
pada kopi atau teh dan coklat harus dihindari karena dapat merangsang ujung saraf secara
berlebihan. Biasakanlah berolahraga seperti jalan kaki karena akan merangsang sirkulasi dan
membantu aliran darah.

Terapi simptomatik

1.

Sedativa (diazepam) : mendepresi fungsi vestibular dan pasien dapat rileks sehingga menurunkan
frekuensi serangan vertigo.

2. Antiemetik (proklorperazine)
3. Antivertigo (dimenhidrinat, prometazine)
28

4.

Istirahat dan berbaring dalam posisi yang meringankan keluhan. Fisioterapi dan
rehabilitasi dapat melatih sistem vestibuler sehingga dengan latihan yang baik dan teratur dapat
menolong pasien.

III.10.MANAJEMEN OPERASI PADA PENYAKIT MENIERE


Meskipun etiologi dari penyakit meniere belum diketahui secara pasti, penemuan
histopatologi berupa hydrops pada saluran endilomfe ditemukan secara konsisten. Hydrops
diduga berasal dari proses rusaknya fungsi resorpsi dari sacus endolimfatikus. 4)
Pada beberapa pasien, penyakit meniere tidak dapat diobati hanya dengan medikantosa,
dan pembedahan harus dipertimbangkan. 4)
Beberapa kriteria pasti untuk pembedahan harus dibuat. Pendengaran harus baik pada
telinga yang berlawanan dan tidak ditemukan ataksia. Harus ada data data objektif dari
penyakit telinga dalam unilateral, meliputi hilang pendengaran sensorineural, biasanya lebih
berat pada frekuensi rendah. Pada pemeriksaan ENG menunjukkan penurunan respon
vestibularis di telinga yang bergejala pada 50 % kasus, dan kadang kadang terdapat
peningkatan potensial akhir pada elektrocochleograf. Harus ada fungsi keseimbangan yang baik
dan tidak ada gejala penyakit menyertai yang berat, seperti disabilitas. Pembedahan
dikontraindikasikan pada penyakit meniere dengan telinga pendengaran satu satunya, dan pada
penyakit meniere yang menyerang telinga bilateral. 5)
Penting untuk diketahui, bahwa pembedahan yang ideal sebisa mungkin harus seminimal
mungkin untuk melakukan teknik teknik infasif. Membutuhkan tidak lebih dari anastesi lokal,
diyakini bisa menyebabkan penurunan respon vestibular yang menyeluruh, dan memelihara
pendengaran dengan meminimalkan angka kesakitan pasien. 5)
Teknik teknik pembedahan pada penyakit meniere :
1. Dekompresi sakus endolimfatikus (pykt mnr
Untuk mempertahankan pendengaran pada telinga yang mengalami gangguan.
Tindakan ini dapat mencegah berlanjutnya penyakit dan mengatasi serangan vertigo
tapi dapat menyebabkan kerusakan pendengaran. Bila sakus yang mendrainase cairan
dari telinga dalam diikat, maka akan dapat menyebabkan perubahan jumlah cairan
sehingga dapat sebanding. Operasi ini dilakukan dengan membuat insisi disamping
telinga dan meliputi tulang mastoid. Operasi ini memakan waktu kira-kira satu jam.
29

2. Perfusi telinga dalam dengan gentamicin


Prosedur pengobatan bedah ini adalah yang paling tidak invasive pada pengobatan
penyakit meniere. Tujuan prosedur operasi adalah untuk mengobati telinga yang
bergejala dengan obat vestibulotoksik untuk menghasilkan deficit vestibular
menyeluruh selama meminimalisasi hilang pendengaran. Keuntungan dari pemberian
obat secara langsung pada telinga dalam adalah :
Penyakit telinga diobati secara langsung tanpa mempengaruhi fungsi sistemik tubuh
Mencegah efek samping sistemik
Konsentrasi tinggi obat pada pengobatan telinga dalam dapat diperoleh
Hal hal yang diperlukan pada prosedur meliputi anastesi telinga dengan suntikan,
yang setelahnya dilanjutkan dengan myringotomy vertical lewat membran timpani.
Telinga tengah diamati dengan endoskopi untuk menentukan apakah ada obstruksi
membrane diatas kokhlea. Jika terdapat membrane maka harus diambil terlebih
dahulu. Tabung ventilasi dimasukkan kedalam tympanostomy, dan obat dimasukkan
lewat tabung ventilasi kedalam kokhlea sampai terdapat tahanan. 5)
Tujuan pengobatan ini adalah untuk memperoleh penurunan 100% dari respon
vestibuler terhadap tes kalori ENG tes tanpa menyebabkan hilangnya pendengaran.
Lama pengobatan biasanya 2 3 minggu. Selama masa pengobatan, jika fungsi
pendengaran menurun, sedangkan fungsi keseimbangan masih ada, pengobatan
dihentikan selama 1 minggu dan steroid direkomendasikan untuk menyelamatkan
pendengaran. Kemudian pasien dievaluasi ulang satu minggu kemudian, dan terapi
diteruskan bila terdapat peningkatan pendengaran. Jika penurunan fungsi vestibularis
terhadap tes kalori telah mencapai 100%, maka pengobatan dapat dihentikan. 5)
3. Vestibular Neurectomy
Jika keluhan vertigo tetap muncul pada penyakit meniere unilateral, walaupun telah
dijalankan satu atau lebih tindakan dengan perfusi gentamicin pada telinga dalam,
maka dapat dipilih alternative proses pembedahan yang lain. Untuk pendengaran
yang lebih dari 80 dB dan memiliki lebih dari 20% dalam proses pengenalan kata
kata, pilihan prosedur operasi adalah mikrosurgeri neurektomi vestibularis fosa
posterior. Yang secara umum memungkinkan untuk memelihara pendengaran. 5)
Pertama kali digambarkan dengan metode retrolabirin pada tahun 1979, kombinasi
retrolabirin dengan retrosigmoid vestibular neurektomi adalah suatu evolusi teknik
dan metode yang disukai. Pada prosedur ini, setelah insisi kulit post auricula dibuat,

30

dilakukan sedikit mastoidektomi, dan sinus venosus lateralis dikerangkakan dalam


jalannya menuju mastoid. Fosa posterior di tembus lewat insisi dural yang dibuat di
belakang sinus venosus lateralis. Setelah cairan spinal dilepaskan dan arachnoid
terbuka, maka nervus vestibulocochlearis dapat terlihat lewat sudut cerebellopontine.
Pada nervus ini, terdapat celah diantara nervus cochlearis dan nervus vestibularis.
Ahli bedah harus menggunakan alat pembesar dengan resolusi tinggi untuk melihat
pembagian antara kedua nervus itu. Nervus vestibularis biasanya terdapat pada fosa
posterior. Kadang kadang pembagian tidak dapat diidentifikasi, dan bibir posterior
dari kanalis auditorius internus harus dibor untuk lebih melihat celah antara nervus
vestibularis dan nervus cochlearis. 5)
Penting untuk diketahui, bahwa kebanyakan pasien dengan vestibular neurectomy
mempunyai kehilangan pendengaran yang signifikan sebelum proses pembedahan.
Dan sangat sedikit komplain yang didapatkan untuk kasus kehilangan pendengaran
yang muncul paska operasi. Secara umum pasien merasa senang terbebas dari gejala
vertigo. Tinitus dan tekanan yang terus menerus tidak menjadi masalah utama, dan
kebanyakan pasien dapat menjalani hidup dengan normal.
Secara umum, fossa posterior vestibular neurectomy relatif aman dan mempunyai
prosedur yang efektif baik. Secara pengalaman pembedahan didapatkan tingkat
keberhasilan yang tinggi (93%) dalam mengobati serangan vertigo. 5)
4. Labyrinthectomy
Ketika pendengaran kurang dari 80 dB atau kurang dari 20% skore pengenalan kata,
labyrinthectomy dengan atau tanpa transcochlear cochleovestibular neurectomy di
rekomendasikan. Prosedur ini dilakukan lewat kanalis auricularis dan mengorbankan
fungsi pendengaran. Setelah flap timpanomeatal diangkat melalui kanalis auricularis,
labyrinthectomy yang meliputi pengeboran promontorium dan pembukaan menbran
basalis dari kokhlea. Kemudian neuroepitelium dari labyrinth diangkat dengan sudut
yang tepat. Berhubungan kadang kadang pengontrolan vertigo gagal dengan
labirinthectomy sendirian, maka transcochlear cochleovestibulari neurectomy
ditambahkan pada prosedur operasi untuk meningkatkan keberhasilan. Teknik ini
cepat dan merupakan standar emas pembedahan penyakit meniere. Memiliki tingkat
penyembuhan sebanyak 88% dari seluruh kasus. Hampir pada 70% pasien, prosedur
ini mampu mengurangi tinitus, tekanan, dan rasa penuh ditelinga. Teknik ini terbukti
31

aman, dengan insiden komplikasi yang rendah, hal ini dibuktikan dengan tidak
adanya kasus paralisis fasialis setelah pembedahan. 5) Setelah pembedahan sering
timbul vertigo berat selama 1-2 hari, hal ini dapat diatasi dengan obat. Sesudah
seminggu, pasien merasakan periode keseimbangan tanpa vertigo. Telinga sebelahnya
mengambil alih fungsi keseimbangan dan melakukan kontrol sepenuhnya Semakin
aktif individu sesudah operasi, semakin cepat pemulihan fungsi keseimbangan.
5. Chemical labirintektomi
Telah dikenal lebih 40 tahun bahwa streptomisin toksik untuk nervus keseimbangan.
Informasi ini digunakan untuk meneliti pemberian dosis kecil streptomisin (yang
terbaru gentamisin) langsung ke dalam telinga. Tujuan terapi ini untuk stabilisasi atau
merusak sebagian nervus keseimbangan. Pada kasus Meniere mempengaruhi kedua
telinga secara bersamaan, pemberian secara intramuskular dapat mengobati serangan
vertigo dan pendengaran.
6. Vestibular neurektomi
Jika kemampuan pendengaran masih ada, vestibular neurektomi dapat menjadi
pilihan operasi yang dapat mengobati vertigo dan memperbaiki pendengaran.
Vestibular neurektomi meliputi pemotongan tertentu nervus keseimbangan yang
keluar dari otak pada bagian pendengaran dan nervus ini tetap dijaga. 90-95% dari
vestibular neurektomi dapat mengobati vertigo.

Prognosis
Pada beberapa pasien bisa pulih setelah serangan pertama dan selanjutnya bebas dan gejalagejala. Bagaimanapun ada beberapa pasien pada kasus ini tidak dapat sembuh sempurna.
Kebanyakan dibutuhkan pengobatan secara pembedahan sebelum timbul gelala berikutnya. Kirakira 5-10% pasien memerlukan pembedahan yang berulang untuk vertigo yang berat.2,5,13
KESIMPULAN
Penyakit Meniere adalah gangguan komplek yang secara signifikan dapat mempengaruhi
kualitas hidup seseorang. Penyebab pasti atau patofisiologi yang mendasari peyakit Meniere
telah dipahami, beberapa teori telah diteliti dan berkontribusi pada pemilihan terapi. Klinisi dapat
32

menentukan diagnosis berdasarkan anamnesis yang lengkap dan penilaian komprehensif dari
gejala vertigo berulang, tinnitus, penurunan pendengaran, dan mungkin juga perasaan penuh
pada telinga. Dalam menegakkan diagnosis dari penyakit Meniere perlu mengesampingkan
adanya penyebab lain dari vertigo.
Perubahan gaya hidup dengan cara pengaturan asupan sodium, kafein, dan alcohol juga
mengurangi stress dianjurkan untuk pasien dengan penyakit Meniere. Obat-obatan seperti anti
emetic, anti kolinergik, anti histamine, benzodiazepine dan diuretic sedang dapat dipakai untuk
mengurangi symptom akut dan kronik.
Pasien yang tidak respon dengan terapi konservatif disarankan untuk berobat pada dokter
spesialis THT-KL agar dapat dilakukan pengobatan intratimpanic atau intervensi pembedahan.
cme

33

You might also like