Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Definisi Eosinofilia adalah sekelompok kondisi yang diturunkan dan
ditandai dengan ditandai eosinofilia persisten dan keterlibatan satu
atau lebih sitem organ. Keadaan hipereosinophilic (HE) didefinisikan
oleh jumlah eosinofil persisten melebihi 1,5 x 109 / L darah.
Penyebab eosinofilia dapat bermacam-macam, dapar berupa
keganasan, infeksi maupun reaksi alergi. Keadaan eosinifilia ini dapat
menginduksi kerusakan organ dengan symptom yang ringan sampai
berat. Diagnosis dapat ditegakkan dari hasil pemeriksaan klinis,
molekular dan histopatologi serta gejala klinis yang menunjukkan
kerusakan
organ
yang
akhirnya
disebut
sebagai
sindrom
hipereosinophilic,
Keadaan klinis, prognosis, dan respon terhadap obat tertentu
sangat bervariasi antara pasien dan di antara varian penyakit. Selama
beberapa tahun terakhir, beberapa penanda penyakit dan target organ
baru telah diidentifikasi, meningkatkan diagnosis, prognosis, dan
terapi untuk pasien dengan HE. Selain itu, beberapa upaya telah
dilakukan untuk menetapkan kriteria umum yang berhubungan kuat
dan klasifikasi untuk penyakit HE-terkait. Namun, pathogenesis dan
mekanisme kerusakan organ yang diinduksi HE masih belum pasti.
Mengingat
meningkatnya
jumlah
penderita
penyakit
alergi,
ICON
memberikan
usulan
untuk
memperbaharui
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menggunaka kriteria ini, dalam menegakkan diagnosis HES dokter wajib untuk
menyelidiki dan mencari mekanisme yang mendasarinya. Dibandingkan dengan
klasifikasi WHO sebelumnya, HES dikatakan sebagai sinonim dari CEL. Namun dalam
klasifikasi terbaru dari WHO istilah HES tidak dianjurkan sebagai sinonim dari CEL.
Spektrum luas gangguan non neoplastik dan neoplastik yang dapat mendasari HES dan
gangguan alergi sering menjadi pertimbangan penting dalam diferensial diagnosis. 6
Pemeriksaan molekuler , imunologi, dan histopatologi dari sel myeloid (eosinofil)
serta klinis dan laboratorium menunjukkan adanya proses reaktif harus dicari pada
pasien. 6 Algoritma diagnostik dapat dilihat pada tabel 1.
Perlu diingat bahwa hipereosinofilia (HE) belum tentu disertai dengan kerusakan
organ (kriteria untuk HES tidak terpenuhi), Keadaan ini sangat mungkin terjadi ketika
pasien dengan HE terdeteksi pada awal proses penyakit. Karena itu kita tetaop harus
waspada dalam mengamati perkembangan penyakit pada pasien ini.7
ETIOLOGI
membutuhkan reagen khusus untuk protein granul dari eosinofil. Oleh karena itu,
pemeriksaan darah perifer HE dianggap yang paling penting untuk diagnosis.1,5,7
Pada beberapa pasien, pemeriksaan darah perifer didapatkan hasil normal, tetapi
pemeriksaan molekuler dan klinis positif termasuk dalam indikasi gangguan eosinophilic
tertentu, dengan atau tanpa HES. Pasien-pasien ini harus terus diamati karena dapat
berkembang menjadi HES dari waktu ke waktu. 1
Dua pertanyaan kritis harus terjawab untuk membuat diagnosis akhir: (1) apakah
ada yang mendasari penyakit atau kondisi dan (2) yang ada tanda-tanda klinis dan gejala
atau kelainan laboratorium yang mengarah ke HES. Misalnya, pemeriksaan darah perifer
mengkonfirmasi leukemia eosinophilic (CEL), dan klinis menunjukkan adanya trombi
endomiokard trombosis / fibrosis. Diagnosis akhir pada pasien ini adalah CEL dengan
HES primer. Pada pasien tersebut, dengan manifestasi klinis yang khas dari HES,
pemeriksaan histopatologi jarang diperlukan lagi untuk diagnosis. 1
Namun dalam manifestasi sistem organ yang langka atau atipikal (seperti gagal
ginjal
atau
diare
berdarah),
biopsi
jaringan
mungkin
diperlukan
untuk
Reaksi Imunologi
Beberapa proses reaksi sistem imunmenyebabkan Hipereosinophilic Reactive
(HER). Termasuk didalamnya penyakit infeksi (infeksi parasit, cacing, HIV) , penyakit
alergi (Alergi makanan, asma, dermatitis atopik, maupun alergi obat/ Drug Reaction
With Eosinophilia and Systemic Symptoms - DRESS) dan penyakit autoimun. Pada
pemeriksaan
imunoserologi
seringkali
ditemukan
peningkatan
produksi
diantaranya
yaitu
Gleich
Syndrome,
Chug-strauss
Syndrome,
CEL , yang
endotel yang
PENATALAKSANAAN
Pasien HE tanpa manifestasi klinis tidak memerlukan terapi. Namun pada HES
terapi diperlukan berdasarkan kausa penyebabnya. Pada pasien dengan HES primer
(neoplastik) , terapi dengan kemoterapi mungkin diperlukan. Eosinofilia dapat dikontrol
dengan interferon alfa (IFN-). Pada pasien dengan HES idiopatik, diobati dengan
kortikosteroid. Namun penggunaan kortikosteroid jangka panjang menyebabkan banyak
efek samping. Penggunaan Mepolizumab (corticosteroid sparring agent)
dikatakan
efektif dan aman pada pasien HES sekunder (non-neoplastik)., dan pada pasien Asma
bronchial dengan eosinofilia serta Chug-strauss Syndrome.8-10
Pada pasien dengan kelainan PDGFRA atau PDGFRB penggunaan imatinib efektif
dan merupakan pengobatan lini pertama. Berdasarkan aktifitas poten dari bloker kinase
ini , imatinib juga digunakan pada pasien suspek CEL. 8-10
Sedangkan pada pasien dengan FGFR1-derived fusion protein. imatinib tidak efektif
sehingga tidak direkomendasikan. Kondisi ini termasuk penyakit stem sel yang agresif
dan seringkali disebut sindrom 8p11. Penatalaksanannya adalah dengan kemoterapi dan
transpalantasi stem sel alogenik, atau dengan bloker kinase yang lebih poten yaitu
ponatinib. 8-10
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini tergantung pada penyakit yang mendasarinya. Apabila
penyakit yang mendasarinya adalah keganasan, prognosis umumnya adalah Ad malam.1
10