You are on page 1of 10

KULIAH

SEMANTIK KOGNITIF
Oleh:
Prof. Dr. Tajudin Nur, M. Hum.

PENGERTIAN SEMANTIK
KOGNITIF

1. Kognitivisme mengacu pada teori linguistik yang berdasar pada pandangan


tradisional tentang arah hubungan sebab akibat antara bahasa dan pikiran
(Lyons 1995: 97).
2. Penganut semantik kognitif berpendapat bahwa kita tidak memiliki akses
langsung terhadap realitas, dan oleh karena itu, realitas sebagaimana
tercermin dalam bahasa merupakan produk pikiran manusia berdasarkan
pengalaman mereka berkembang dan bertingkah laku (Saeed 1997: 300).
3. Dengan kata lain, makna merupakan struktur konseptual yang
dikonvensionalisasi (Saeed 1997: 300) dan bahasa merupakan cara
eksternalisasi dari seluruh mekanisme yang terdapat dalam otak (Jaszczolt
2002: 345).
4. Proses konseptualisasi ini, menurut penganut semantik kognitif, sangat
dipengaruhi oleh metafora sebagai cara manusia memahami dan
membicarakan dunia. Selain itu, dalam semantik kognitif juga ditelaah
proses konseptual pembicara, meliputi viewpoint shifting, figure-ground
shifting, dan profiling (Saeed 1997: 302).

5. Fokus utama Semantik Kognitif adalah kajian terhadap struktur


konseptual dan proses konseptualisasi. Ini berarti bahwa pakar SK
tidak mengkaji makna linguistik semata, tetapi lebih kepada apa
yang dapat diungkap terkait dengan hakikat sistem penataan
konseptual manusia melalui bantuan bahasa (Evans & Green,
2006:170).2.
6. Semantik kognitif merupakan cabang dari kajian linguistik kognitif
dan cabang lainnya adalah Tatabahasa Kognitif.
7. Cabang-cabang teori serta kajian dalam SK meliputi (i) Teori Skema
Gambaran (Image-Schema Theory), (ii) Teori Metafora dan
Metonimi Konseptual, (iii) Kategorisasi, (iv) Semantik Leksikal dan
Semantik Ensiklopedis, dan (v) Teori Ruang Mental dan Pemaduan
Konseptual (Mental Spaces and Conceptual Blending Theory)
(Evans & Green, 2006).

PENGANTAR

Bahasa tidak hanya memungkinkan terjadinya komunikasi,


tetapi juga mencerminkan pola-pola dari alam konseptual
manusia.
Cara yang digunakan oleh bahasa untuk menindaklanjuti
fungsi tersebut adalah dengan menggunakan tanda,
utamanya tanda simbolis yang menjadi hak prerogatif
manusia semata.
Simbol-simbol dalam bahasa alamiah manusia terdiri atas:
(a) bentuk (form) yang dapat: (i) terucap/bunyi (spoken),
misalnya [hd], (ii) tertulis/ortografis (written), misalnya
head, atau (iii) tertanda (signed language).
(b) makna (meaning) yang secara konvensional dipasangkan
dengan bentuk-bentuk tersebut.

Keberpasangan bentuk dan makna (form-meaning pairing) oleh


Langacker (2008:161) disebut dengan struktur simbolis (symbolic
structure).
Struktur simbolis dapat direpresentasikan seperti pada Gambar
berikut:

Struktur Fonologis (form)

Struktur Simbolis
Struktur Semantis (meaning)

bentuk [hd] secara konvensional dipasangkan dengan gambar


HEAD sebagai maknanya yang kemudian dihubungkan dengan
sebuah konsep, bukannya langsung dengan sebuah objek fisik
yang ada di dunia luar.

Konsep yang ada pada mind manusia inilah yang


terwujud dalam bahasa (Evans & Green, 2006:58).
Kebanyakan sebuah struktur simbolis dalam suatu
bahasa, misalnya leksem, tidak hanya memiliki satu
representasi semantis. Artinya, bentuk dari suatu struktur
simbolis sering diasosiasikan dengan sekumpulan
jejaring makna yang kurang lebih berkaitan dan pada
tingkatan tertentu telah bersifat konvensional.
Fenomena inilah yang dikenal dengan polisemi.
Misalnya dalam bahasa Inggris konsep HEAD tidak
hanya mengacu secara prototipikal (literal) pada bagian
anggota badan, tetapi juga dapat diperluas ke makna
lain, yang bersifat figuratif (non-literal).

PRINSIP SEMANTIK
KOGNITIF

Grdenfors (op.cit., 21-25) memaparkan enam prinsip dasar semantik


kognitif, yaitu:
1. Makna merupakan konseptualisasi yang terjadi dalam kognisi. Semantik
dalam suatu bahasa adalah pengkategorisasian unsur-unsur bahasa dalam
bentuk satuan-satuan mental. Makna ada lebih dahulu daripada acuan di
luar bahasa.
2. Makna bergantung pada persepsi. Oleh karena itu, makna ditentukan oleh
persepsi. Hipotesa utama dari semantik kognitif adalah persepsi manusia di
dalam pikirannya mempunyai bentuk yang sama dengan makna kata.
3. Dasar dari skema konseptual adalah ruang dan benda-benda yang
berkaitan dengan geometri. Konsep ruang terdiri atas berbagai jenis dimensi,
misalnya atas-bawah, depan-belakang, luar-dalam, warna, suhu, dan berat.
Dimensi-dimensi tersebut diasumsikan mempunyai struktur metrik, misalnya
waktu dan berat merupakan struktur satu dimensi yang sama dengan
struktur linear nomor.

4. Model kognitif yang utama adalah image-schemas yang diungkapkan


secara metaforis dan metonimis. Oleh karena itu, metafora dan
metonimia menduduki posisi penting dalam semantik kognitif.
Image-schemas secara inheren mempunyai struktur ruang dan
berkaitan erat dengan pengalaman kinetis manusia. Model kognitif
ini dicetuskan oleh Lakoff dan Johnson. Mereka mengatakan bahwa
image-schemas yang paling mendasar adalah container, sourcepath-goal, dan link. Cabang-cabang teori serta kajian dalam SK
meliputi (i) Teori Skema Gambaran (Image-Schema Theory), (ii)
Teori Metafora dan Metonimi Konseptual, (iii) Kategorisasi, (iv)
Semantik Leksikal dan Semantik Ensiklopedis, dan (v) Teori Ruang
Mental dan Pemaduan Konseptual (Mental Spaces and Conceptual
Blending Theory) (Evans & Green, 2006).
5. Semantik mempunyai peran lebih penting daripada sintaksis, bahkan
dalam hal tertentu mengambil bagian dalam kaidah sintaktik.
Paparan tentang sintaksis tidak dapat dilepaskan dari semantik.

6.

Konsep memperlihatkan prototipe. Namun, prototipe ini


menimbulkan masalah. Apabila orang menganggap MEJA dan
KURSI adalah contoh atau tipe yang paling tepat dari kategori
MEBEL, KARPET dianggap sebagai contoh yang kurang tepat.
Ketimpangan antara keanggotaan dalam suatu kategori tersebut
disebut typicality effects (Evans, op.cit.,254).
Contoh lain: nomor genap. Orang cenderung mengatakan 2, 4, 6
dan 8 sebagai anggota nomor genap daripada 98 atau 10.002.
Kategori semacam ini disebut graded categories. Hal tersebut dapat
muncul karena ketidaktahuan atau kesalahan. Seseorang dapat
memiliki sebuah konsep tanpa harus mengetahui definisinya,
misalnya ia mengetahui konsep IKAN PAUS dan secara keliru
mengategorikannya ke dalam IKAN, bukan MAMALIA.

You might also like