You are on page 1of 2

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit leukemia selama kehamilan sangat jarang terjadi, diperkirakan satu


dalam 100.000 kehamilan setiap tahun. Sebagian besar merupakan leukemia akut :
dua pertiga adalah Acute Myeloid Leukemia Granulositik Akut (LGA) dan sepertiga
Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia Granulositik Kronik (LGK) ditemukan
kurang dari 10% dari leukemia selama kehamilan dan Leukemia Limfositik Kronik
(LLK) sangat jarang terjadi.(Sivers EL, 2001)
Angka kejadian Leukemia akut bersamaan dengan kehamilan jarang terjadi,
Leukemia selama kehamilan merupakan masalah yang rumit karena efek potensial
terapi terhadap ibu dan janin. Terdapatnya risiko leukostasis yang berisiko
terjadinya insufisiensi plasenta dengan akibat berat badan bayi lahir rendah,
peningkatan persalinan preterm dan kematian jika tidak diterapi selama kehamilan.
(Juarez, 1988)

Manajemen Leukemia dalam kehamilan meliputi pencegahan insufisiensi


plasenta dan komplikasi lainnya dari leukositosis dengan mengontrol leukosit ibu,
disamping mencegah efek berbahaya obat-obat sitotoksik pada janin. Busulphan
dan Hidroksiurea (HU) menghambat sintesis DNA, sehingga dapat menyebabkan
abortus, malformasi atau hambatan pertumbuhan janin intrauterin. Kelainan
kongenital telah ditemukan pada pemberian terapi busulphan selama hamil.
Preeklampsia, hambatan pertumbuhan janin intrauterin dan lahir mati dilaporkan
pada penggunaan HU selama kehamilan, tapi terapi HU belum dapat dianggap
sebagai penyebab pasti.(SAW Fadilah, 2002)
Hipertensi dalam kehamilan adalah salah satu komplikasi obstetri yang
banyak menimbulkan morbiditas dan mortalitas dalam bidang obstetri, selain
perdarahan dan infeksi. Insiden preeklampsia hanya 5-10% dari seluruh kehamilan
namun merupakan penyebab utama kematian ibu dan janin serta merupakan
penyumbang terbesar untuk terjadinya persalinan preterm. Saat ini diperkirakan
preeklampsia menyumbang 50.000 kematian tiap tahunnya diseluruh dunia,
disamping itu dengan adanya penyakit ini akan meningkatkan kebutuhan untuk
perawatan neonatal intensif. (Cunningham et al, 2010)

Frekwensi eklampsia bervariasi antara satu negara dengan yang lain.


Frekwensi

rendah

pada

umumnya

merupakan

petunjuk

tentang

adanya

pengawasan antenatal yang baik dan penanganan preeklampsia yang sempurna.


(Sibai BM, 1998)

Telah diketahui bahwa eklampsia masih merupakan penyebab tingginya

morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. Mortalitas ibu di Negara berkembang masih
tinggi yaitu sekitar 5 10 %, di AS kurang dari 1 %, sedangkan kematian janin
sekitar 40 %, di AS sekitar 12 % dengan penyebab kematian ibu terjadi oleh karena
perdarahan otak, gagal jantung, edema paru, gagal ginjal dan berbagai bentuk
kegagalan multiorgan. (Cuningham 2010)
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus, seorang pasien wanita berusia 38
tahun, rujukan dari RS. Swasta Batusangkar dengan diagnosa G3P2A0H2 gravid
preterm 30-32 minggu + anemia berat , Pasien dirawat selama 2 hari dan dianjurkan
untuk dirujuk ke Padang. Akan tetapi pasien menolak dan pulang paksa. Beberapa hari
kemudian pasien masuk IGD RS. Prof Dr. Hanafiah Batusangkar dengan penurunan
kesadaran + Post partus prematurus spontan diluar. 30 menit berikutnya kondisi pasien
semakin memburuk dan akhirnya meninggal.

You might also like