You are on page 1of 53

Analgesik Opioid

Lusi putri dwita

Sumber

Opium dihasilkan opium poppy biji dari kelopak bunga


getah coklat lengket
Mengandung alkaloida ~20

Morphine ~ 10%
codein,
Thebaine prekursor agonis apioid (etorphine: lebih poten dari
morphine, & naloxone)
papaverine vasodilator, tapi tidak digunakan klinis (utk
pengembangan verapamil)

Opioid endogen peptida opioid endogen/endorphine

Methionine-enkephaline, leucine-enkephaline : analgesik (r.delta)


Endormorphin 1,2 (r.mu)
Prepro-opiomelanocortin (POMC)
Proenkaphalin A,B
Dirilis saat stres

Klasifikasi

Agonis sempurna: morfin


Agonis parsial :codein
Antagonis: naloxone (subtituen metil pada atom nitrogen
dengan allyl)

Farmakodinamika

MK: berikatan dengan reseptor opioid di otak dan korda


spinalis yang terlibat dalam transmisi dan modulasi rasa
nyeri

Toleransi dan Ketergantungan fisik

Pemberian berulang morphine

penurunan efektivitas secara bertahap (toleransi) utk dapat


berefek baik harus meningkatkan dosis
ketergantungan fisik gejala putus obat atau sindroma
abstinensi

Efek terhadap SSP

Analgesi: mengubah aspek dari pengalaman rasa nyeri sensori


dan afektif (emosional)
Euforia: sensasi mengapung, menyenangkan, bebas gelisah dan
tekanan, namun pada pasien normal dapat mengalami disforia
Sedasi: ngantuk dan mentasi (kabur ingatan), sedikit amnesia
Depresi nafas: menghambat pernafasan batang otak, PCO2
alveoler meningkat
Penekanan batuk : menekat reflek batuk (dapat menyebabkan
penumpukan sekresi)
Miosis
Rigiditas trunkal
Mual muntah

Penggunaan Klinis

Analgesik utk nyeri parah dan kosntan (penting cara


pemberian, lama kerja, efek maks, lama terapi)

Dosis regular lebih efektif dibanding on demand


Sediaan : morfin rilis lambat, fentanyl transdermal,
ES: gelisah, gemetaran, hiperaktifitas, depresi nafas, mual muntah,
takanan intrakranial , kostipasi, retensi urin, gatal sekitar
hidung, urtikaria

Edema paru akut


Batuk : dosis rendah
Diare

Agonis kuat

Phenanthrene morfin, hidromorfin, oximorfon, heroin


Phenylheptylamine methadone (kerja , toleransi lebih
lama)
Phenylpiperidine meperidin (punya efek
antimuskarinik) dan fentanil
Morphinan levophanol

Agonis parsial

Phenethrene codein, oxycodone dosis antitusif <<


analgesik
Phenylheptylamine propoxyphene (mirip metadon,
analgesik<)
Phenylpiperidine

diphenoxylate difenoxin utk diare (solubilitas rendah)


Loperamid sulit masuk CSS

Antagonis Opioid

Naloxone

Naltrexon

Antagonis > r. Mu, r. Lain bisa agonis


PK: overdosis morfin, kerja 1-2 jam0,1-0,4 mg iv , perlu dosis
berulang

Kerja lebih lama (sekali dua hari)

Nalmefene

Farmakologi
Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)

Antiinflamasi

Nonsteroidal anti inflamatory drugs


(NSAID/AINS)
Glukokortikoid kortikosteroid

Respon Inflamasi

Fase inflamasi
1.
2.
3.

Inflamasi akut rilis autacoid


(histamin,serotonin,bradikinin, PG, leukotriens)
Respon imun
Inflamasi kronis rilis IL 1,2,3, GM-CSF, TNF a, Interferon,
PDGF

Tanda-tanda inflamasi
1. Rubor (kemerahan) terjadi karena banyak darah mengalir ke dalam
mikrosomal lokal pada tempat peradangan.
2. Kalor (panas) dikarenakan lebih banyak darah yang disalurkan pada
tempat peradangan dari pada yang disalurkan ke daerah normal.
3. Dolor (nyeri)dikarenakan pembengkakan jaringan mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan
zat kimia bioaktif lainnya.
4. Tumor (pembengkakan) pengeluaran ciran-cairan ke jaringan interstisial.
5. Functio laesa (perubahan fungsi) adalah terganggunya fungsi organ tubuh

Efek prostaglandin
sensitivitas saraf sensorik
stimulasi nyeri
Termoregulat set point termoregulator di
or
hipotalamus demam
Gastrik
sekresi mukus , prod. As.
lambung
Uterus
Kontraksi
Nosiseptor

Renal blood
flow

Meningkatkan dengan
vasodilatasi pembuluh

Tromboksan bertanggung jawab dalam proses


pembekuan darah
Leukotrien - meningkatkan bronkokonstriksi dan
perubahan permeabilitas pembuluh darah

Tujuan antiinflamasi

Mengurangi rasa nyeri


Memperlambat kerusakan jaringan
Contoh penyakit akibat inflamasi: artritis rematoid,
osteoartritis, pirai (gout), muskuloskeletal (terkilir)

Farmakokinetika AINS

Metabolisme : melalui enzim P450 kelompok CYP3A dan


CYP2c di hati
Eksresi: ginjal, empedu
Ikatan albumin >98%

Farmakodinamika AINS

MK: menhambat biosintesis prostaglandin melalui


hambatan COX1,2. menghambat produksi IL 1,
superoksida, radikal bebas, platelet siklooksigenase,
penurunan rilis granulosit, basofil sel mast, mengurangi
kepekaan pembuluh darah terhadap bradykinin, histamin,
mempengaruhi produksi limfokin dari sel T

Efek AINS : analgesik, antiinflamasi, antipiretik, anti agregasi


platelet (kecuali agen selektif COX2)

Efek samping: iritan lambung, nefrotoksik, hepatotoksik

Farmakodinamika AINS

Efek analgesik: bekerja secara perifer


melalui efek antiinflamasi dan menghambat
ransangan nyeri pada daerah subkortikal
Efek antipiretik: hambatan COX1,2 di ssp
menghambat IL-1 , juga penurunan suhu
akibat vasodilatasi

Klasifikasi AINS berdasarkan struktur

Asam Karboksilat

Asam asetat

Derivat asam fenilasetat : diklofenak , fenklofenak


Derivat asam asetat :Indometasin, sulindak, tolmetin
Derivat asam salisilat :Aspirin, Benorilat,
Diflunisal,Salsalat
Derivat asam propionate:As. Tiaprofenat, Fenbufen, Fenoprofen,
Flurbiprofen,Ibuprofen, ketofropen, Naproksen
Derivat asam fenamat : As. Mefenamat, meklofenamat

Asam Enolat
Derivat pirazolon : Azapropazon, Fenilbutazon,
oksifenbutazon
B. Derivat oksikam :Piroksikam ,Tenoksikam

AINS

Aspirin

AINS lain : menghambat reversibel thd COX 1-COX2

MK: mengasetilasi dan menyakat COX 1 dan COX2 secara


irreversibel
Ibuprofen, meclofenamat: hambatan seimbang dikedua isoenzim
Indometasin, aspirin, piroxicam, sulindak lbh efektid
menghambat COX1

Celecoxib, rofecoxib: menghambat selektif pada COX 2

ASPIRIN

Aspirin ( acetylsalicylic acid ;ASA)


Ibuprofen sama efektif dan lebih aman
Aspirin banyak diganti dengan ibuprofen dan naproxen

ASPIRIN
Efek antiinflamasi:
menghambat pelepasan mediator inflamasi dg
menghambat COX 1 dan COX2 secara irreversibel
Aspirin menghambat melekatnya granulosit pada
vascular yang rusak, menstabilkan lisosom,
menghambat leukosit dan makrofag ke daerah
inflamasi

ASPIRIN
Efek
analgesik:

Untuk nyeri ringan hingga sedang


Melalui efek inflamasi dan menghambat rangsang nyeri pada
daerah subkortikal

Efek
antipiretik

Hambatan COX di SSP, hambatan IL-1, vasodilatasi, keringat

efek
platelet

80mg/hari
Hambatan platelet COX irreversibel efek 8-10 hari
Hentikan penggunaan aspirin seminggu sebelum pembedahan

Penggunaan Klinis ASPIRIN


Untuk nyeri ringan, tapi tidak nyeri viseral (organ) 0,6 mg
Kombinasi dengan analgesik ringan lain tidak efektif
Kombinasi dengan opioid (sinergis) untuk kanker

Antiinflamasi 3,2-4 g/hari rematoid artritis, demam rematik,


radang sendi lain
Antipiretik
Antiagregasi platelet Mengurangi serangan iskemik, angina
tidak stabil, trombosis arteri koroner dengan infark miokardium,

Sediaan ASPIRIN

Buffered aspirin
Enteric coated aspirin
Aspirin + penghambat H2 dan antacid cair tidak
mengurangu kerusakan GI
Aspirin +mesoprostol (PG E1) efektif
Aspirin + inhibitor pompa proton efektif

SALISILAT NONASETILASI

Obat: magnesium choline salicylate, sodium salicylate,


salicylsalicylate
Antiinflamasi efektif, analgesik < dibanding aspirin
Sedikit menghabat COX pilihan utk pasien asma,
pendarahan, disfungsi ginjal

AINS LAIN

Celecoxib
Diclofenac
Diflunisal
Etodolac
Fenoprofen
Flurbiprofen
Ibuprofen
Indometasin
Ketoprofen
Sulindac
Tenoxicam
Tiaprofen

Ketorolac
Meclofenomate dan asam
mefenamat
Meloxicam
Nabumetone
Naproxen
Oxapromin
Phenylbutazone
Piroxicam
Rofecoxib
Tolmetin
Azapropazone dan carbofren

Celecoxib

Rofecoxib

MK: menghambat COX2


selektif
Penyerapan kurang dg
makanan
Dimetabolisme CYP2C9
di hati
Dosis 100-200 mg x2
artritis rematoid,
osteoartritis
Tidak mempengaruhi
agregasi platet
Tidak menyebabkan
gangguan GI

MK: menghambat COX2


selektif
Dosis 12,5-50 mgX1
osteoartritis
Dimetabolisme dihati
dan CYP3A4 di dinding
usus
Tidak mempengaruhi
agregasi platet
Tidak menyebabkan
gangguan GI

Ibuprofen
Derivat asam
fenilpropionat
Antiinflamasi 2,4
g/h ~4 g aspirin
Dosis rendah :
analgesik
ES GI < aspirin

Ketoprofen
Derivat asam
propionat
menghambat jalur
COX dan
lipoxygenase
Dosis 100-300mg/h
: rematoid artritis,
osteoartritis, pirai
dll

The end

Anestesi Umum

Sejarah

1846 : dietil eter


1847 : kloroform
1790 : Nitride oxide
1930 : tiopental
1956 : halotan (anastetika inhalasi)

Anestesi umum

Anestetika umum menekan secara reversibel pusat kesadaran


tanpa menghilangkan refleks otonom
Status anestesi umum analgesia, amnesia, hilang kesadaran,
terhambatnya refleks sensori dan otonomik, relaksasi otot
Efek anestesi tergantung jenis obat, dosis, dan kondisi klinis
pasien
Protokol anestesi

Anestesi lokal: sedatif oral


Sedasi sadar (concious sedation): benzodiazepin iv dan analgesik opioid
sadar dan jalan nafas dipertahankan
Operasi besar sedasi praoperatif tiopental utk induksi anestesi
cepat, +inhalasi +neuromuskular bloker

Jenis Anastetika Umum


Anastetika inhalasi
Generasi awal: eter, siklopropan, kloroform (sudah tidak
digunakan) mudah terbakar dan toksik
nitrous oxide, halotan, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran,
metoksifluran

Anastetika injeksi

Barbiturat: tiopental, metoheksital


Benzodiazepin: midazolam, diazepam
Opioid analgesik: morfin, fentanil, sufentanil, alfentanil, remifentanil
Propofol
Ketamin
Droperianol, etomidat, dexmetetomidin

Stadium anestesi
I : analgesia
II: eksitasi

Diawali analgesi
tanpa amnesia,
kemudian amnesia Mengigau, gelisah,
pernafasan tidak
terjadi
teratur, penderita
meronta, muntah,
urinasi, diakhiri
dengan nafas mulai
teratur

III: pembedahan/operasi
IV: depresi medula

pernafasan mulai
teratur, perubahan
Nafas berhenti
gerak bola mata,
hilang refleks bulu depresi berat pada
mata, ukuran pupil vasomotor dan
pusat nafas
dimedula harus
segera dibantu alat
nafas
Kematian

Farmakodinamika anestesi umum


MK Inhalasi dan sebagian besar injeksi
secara spontan menekan dan membangkitkan
aktivitas neuron di berbagai area di dalam otak
Bekerja nonspesifik thd susunan lipid membran
saraf
Contoh : anestesi inhalasi bekerja melalui
inhibisi di ligand gates potassium channels
Sasaran utama: reseptor GABA-A

Anestesi Inhalasi

Minimum alveolar anesthetic concentration (MAC)


Persentase (konsentrasi) anastetika dalam alveoli yang
menyebabkan imobilitas 50% pasien (ED50)

Anestesi inhalasi

Penggunaan Klinis Anestetika Inhalasi

Kombinasi dengan iv balanced anesthesia


Nitrous oxide sebagai pembawa
Halotan byk utk anak
Metoksifluran (nefrotoksik), digunakan utk prosedur
singkat
Kloroform (hepatotoksik), tidak digunakan

Penggunaan Klinis Anestetika Inhalasi


Desfluran :
mulai kerja cepat, kerja pendek
susah menguap
ES batuk, spasme laring (tidak bisa induksi),
meningkat tek.darah dan kec.denyut jantung
Sevofluran
Onset cepat, kerja cepat dan halus
Tidak stabil thd CO2 olefinik (nefrotoksik)
Metabolisme dihati ion fluorida (merusak ginjal)

anestesi injeksi

Barbiturat
Ultra short acting tiopental (induksi anestesi) cepat melewati BBB (1 menit)
Obat lain: tiamylal, metoheksital
Tiopental dimetabolisme cepat 12-16%/jam
ES: depresi miokardium, menurunkan kepekaan pusat nafas di medula thd CO2
(depresi nafas)

Benzodiazepin
Diazepam, lorazepam : tidak larut air, injeksi dg pelarut iritan
Midazolam : larut air(tidak iritan)
Efek SSP lambat, efek tunak depresi dibawah anestesi
Pemberian iv: pemulihan lama(dipercepat dg flumazenil), amnesia anterograd
Midazolam diberi kan 15-60 menit sebelum induksi anestesi umum utk efek
amnesia
Kegunaan dalam anestesi: pramedikasi, sedasi intraoperatif, balanced
anesthesia

Anestesi Analgesik Opioid

Morfin iv 1-3 mg/kg


Fentanil 50-100 ug/kg
Digunakan utk keadaan sirkulasi minimum , ex: operasi
jantung

Propofol

Onset cepat, kerja cepat (pulih cepat).


ES pascaoperasi lebih baik , tidak muntah
PK sebagai induksi dan pemeliharaan anestesi
Pada anak: asidosis parah dalam keadaan infeksi sal, nafas
dan cacat neurologis
Es: depresi pernafasan, sakit saat penyuntikan

Ketamin
Efek amnesia, analgesi, tanpa hilang kesadaran penuh
Sangat lipofilik
ES: efek thd jantung (pada awak injeksi) , fenomena
pemunculan (mimpi serasa nyata) pencegahan dg
diazepam 5 menit sebelum induksi

Etomidat

Efek samping depresi miokardiak dan pernafasan <<


Kerja cepat, pulih mulai 3-5 menit setelah induksi
Tidak ada efek analgesi
ES; mual muntah, sakit injeksi, infus menyebabkan
hipotensi

The end
Finally :D selamat belajar buat UAS

You might also like