Professional Documents
Culture Documents
KASUS
IDENTITAS PASIEN :
Nama
:Tn. I
Umur
:27 thn
Jenis kelamin
: Laki - laki
Alamat
Tgl Masuk RS
: 07/09/2015
ANAMNESIS :
Keluhan Utama :
Nyeri dada kanan sejak 3 hari SMRS.
Keluhan Tambahan :
Sesak, batuk, demam, penurunan berat badan, nafsu makan menurun, lemas.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk RSIJCP dengan keluhan nyeri pada dada kanan yang hebat dan
disertai dengan sesak nafas. Nyeri dada dirasakan semakin bertambah ketika
bernafas. Nyeri dirasakan pada dada kanan dan tidak menjalar. Nyeri dirasakan
sejak 3 hari SMRS. Sebelumnya pasien belum pernah mengeluh nyeri dada
disertai sesak nafas. Pasien juga mengeluh batuk berdahak sejak 1 minggu SMRS,
batuk berdahak berwarna kuning, kental. Pasein juga merasa demam sejak 3 hari
SMRS, demam dirasakan naik turun, menggigil tidak ada. Flu disangkal, mual dan
muntah tidak ada. Pasien juga merasa berat badan semakin menurun dan akhirakhir ini pasien jarang makan dan mudah merasa lemas.
Paman pasien pernah mengalami keluhan batuk berdahak sejak kurang lebih 2
minggu yang lalu.
Riwayat Psikososial
-
Riwayat Pengobatan :
-
Riwayat Alergi
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 82/menit, regular kuat angkat
R : 26 x/menit
S : 36,60C
Status Gizi :
- BB sebelum sakit : 48 kg
- BB sesudah sakit : 45 kg
- TB : 163 cm
IMT : 45/ 2,65 : 16.9 (Underweight)
STATUS GENERALIS
- Kepala
: normocephal.
- Mata
- Telinga
: normotia, serumen -.
- Hidung
sekret (-)
- Mulut
- Leher
Paru :
I : pergerakan dada tidak simetris, gerakan dada tertinggal pada dada kanan.
P: vocal fremitus tidak teraba sama, lebih kuat pada dada kiri, teraba masa pada linea
axilaris posterior ICS 6-7 dengan diameter 4 cm, konsistensi kenyal, permukaan rata,
mobile, teraba nyeri.
P : sonor pada paru kiri, dan perubahan sonor ke redup pada linea midklavikularis
kanan ICS 4-5 dan pada linea axilaris kanan anterior ICS 4-5.
A : vesikular menurun pada lapang bawah paru, ronkhi kasar pada lapang atas (+/+).
Jantung :
I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis teraba di ICS V midclavicula
P : Batas atas : linea parasternalis dextra ICS II.
Batas kanan : linea parasternalis dextra ICS V.
Batas kiri : linea midklavikula sinistra ICS V .
A : BJ I dan II murni regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
I : Datar, scar (-).
A : Bising usus (+) 10 kali permenit
P : massa (-), nyeri tekan pada hipocondriac kanan (+).
P : timpani pada seluruh lapang abdomen
Ekstremitas
Atas : akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-, sianosis -/Bawah : akral hangat, RCT < 2 detik, edema -/-,sianosis -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
07-09-2015
Pemeriksan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Eritrosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
GDS
SGOT
Hasil
11,9
5,81
36
428
4,69
77
25
33
121
25
Satuan
g/dL
Ribu/L
%
ribu/L
10^6/L
fL
pg
g/dL
mg/dL
U/L
SGPT
Ureum darah
Kreatinin darah
25
32
0,4
U/L
Mg/dL
Mg/dL
Natrium (Na)
Kalium (K)
Clorida (Cl)
134
5,2
93
mEq/L
mEq/L
mEq/L
09-09-2015
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Sputum 1
Hasil
Expertise:
Cor CTR normal. Aorta normal.
Sinus dan diafragma kanan sebagian terselubung, kiri normal.
Pulmo: hili tebal. Corakan vaskuler ramai.
RESUME
-
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital :
TD : 120/80 mmHg
N : 82/menit, regular kuat angkat
R : 26 x/menit
S : 36,60C
IMT : 16.9 (Underweight)
Pemeriksaan fisik:
Paru:
I : pergerakan dada tidak simetris, gerakan dada tertinggal pada dada kanan.
P: vocal fremitus tidak teraba sama, lebih kuat pada dada kiri, teraba masa pada linea
axilaris posterior ICS 6-7 dengan diameter 4 cm, konsistensi kenyal, permukaan rata,
mobile, teraba nyeri.
P : sonor pada paru kiri, dan perubahan sonor ke redup pada linea midklavikularis
kanan ICS 4-5 dan pada linea axilaris kanan anterior ICS 4-5.
A : vesikular menurun pada lapang bawah paru, ronkhi kasar pada lapang atas (+/+).
Penunjang :
LAB : Hemoglobin 11,9 g/dl, Hematokrit 36 %, MCV/VER 77 fl, MCH/HER
25 pg, Natrium (Na) 134 mEq/L, Kalium (K) 5,2 mEq/L, Clorida (Cl) 93 mEq/L.
Rontgen Thorax:
Kesan :
Cor tidak membesar.
TB paru Duplex.
Efusi pleura kanan.
Daftar Masalah :
ASSESMENT
Efusi pleura e.c TB Paru Recurrent
S: Pasien masuk RSIJCP dengan keluhan nyeri pada dada kanan yang hebat dan
disertai dengan sesak nafas. Nyeri dada dirasakan semakin bertambah ketika bernafas.
Nyeri dirasakan sejak 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluh batuk berdahak sejak 1
minggu SMRS, batuk berdahak berwarna kuning, kental. Pasein juga merasa demam
sejak 3 hari SMRS, demam dirasakan naik turun. Pasien juga merasa berat badan
semakin menurun dan akhir-akhir ini pasien jarang makan dan mudah merasa lemas.
Pasien pernah mengalami Tuberculosis 2 tahun yang lalu. Paman pasien pernah
mengalami keluhan batuk berdahak sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien
pernah mengkonsumsi obat TB 2 tahun yang lalu secara tuntas. Pasien sering
merokok 1 bungkus perhari selama 4 tahun.
O : keadaan umum tampak sakit sedang, status gizi underweight (16,9). Paru-paru :
Inspeksi : pergerakan dada tidak simetris, gerakan dada tertinggal pada dada kanan.
Palpasi: vocal fremitus tidak teraba sama, lebih kuat pada dada kiri, teraba masa pada
linea axilaris posterior ICS 6-7 dengan diameter 4 cm, konsistensi kenyal, permukaan
rata, mobile, teraba nyeri. Perkusi : sonor pada paru kiri, dan perubahan sonor ke
redup pada linea midklavikularis kanan ICS 4-5 dan pada linea axilaris kanan anterior
ICS 4-5. Auskultasi : vesikular menurun pada lapang bawah kedua paru, ronkhi kasar
pada lapang atas kedua paru (+/+). Pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri
tekan pada hipocardiac dextra.
A: Efusi pleura DD/ Penebalan pleura e.c suspek TB Paru Recurrent
P: - Pemeriksaan USG Thorax, saran pemeriksaan CT Scan thorax dengan kontras.
-
Follow Up
Tanggal 8-9-2015
S: Os merasanyeri dada kanan (+), nyeri berkurang, batuk (+), sesak berkurang, nafsu
makan baik.
O: TD: 120/80 mmhg
N
: 80x/menit
: 36,7 C
RR: 20x/menit
Thorax: I: Pernafasan tampak tertinggal pada dada kanan
P: Nyeri tekan dada kanan
P: Terdapat bunyi pekak di ICS IV
A: Vesikuler (+/+)
A: Efusi pleura ec TB Paru recurrent
P: IVFD Asering 14 tpm
DOTS
1x2 tab
Gastridin
2x1 tab
: 84x/menit
: 36,5 C
RR: 20x/menit
1x2 tab
Gastridin
2x1 tab
: 90x/menit
: 36,5 C
RR: 20x/menit
Ronkhi (+/+)
Thorax: I: Pernafasan tampak tertinggal pada dada kanan
P: Nyeri tekan dada kanan
P: Terdapat bunyi pekak di ICS IV
A: Vesikuler (+/+)
1x2 tab
Gastridin
2x1 tab
1x1
O2 2 liter/menit
Diet nasi
Tanggal 11-9-2015
S: Os merasa nyeri dada kanan (+) berkurang, lemas (-), mual (-), muntah (-)batuk (-)
O: TD: 90/70 mmhg
N
: 80x/menit
: 36,5 C
RR: 22x/menit
Ronkhi (+/+)
Thorax: I: Pernafasan tampak tertinggal pada dada kanan
P: Nyeri tekan dada kanan
P: Terdapat bunyi pekak di ICS IV
A: Vesikuler (+/+)
A: Efusi pleura ec TB Paru recurrent
P: IVFD Asering 14 tpm
DOTS
1x2 tab
Gastridin
2x1 tab
1x1
Streptomicin
1x1
O2 2 liter/menit
Diet nasi
Rencana BLPL dengan pengobatan harus teratur
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 TB Paru
Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2011)
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis) yang menyerang jaringan (parenkim)
paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. Sebagian besar
kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya
(Depkes, 2011).
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit granulomatosa kronis menular
dimana biasanya bagian tengah granuloma tuberkular mengalami nekrosis
perkijuan (Kumar, 2007).
Klasifikasi Tuberkulosis Paru
Menurut PDPI (2006), terdapat beberapa klasifikasi tuberkulosis, yaitu :
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
a. Tuberkulosis paru BTA (+), yaitu:
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA
positif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan
kelainan radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.
b. Tuberkulosis paru BTA (-), yaitu:
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis
dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
M.tuberculosis positif.
2.Berdasarkan tipe pasien
Bayangan berawan / nodular di segmen apical dan posterior lobus atas paru
dan segmen posterior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular.
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
b. Lesi TB inaktif dicurigai bila:
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
c. Lesi TB Aktif Yang Mulai Menyembuh (Quiescent)
5.Berdasarkan Luas Lesi Yang Tampak Pada Foto Thorax
a. Tuberkulosis Minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat non kavitas pada satu paru maupun kedua paru,
tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b. Moderadately Advance Tuberculosis
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. jumlah infiltrat bayangan
halus tidak lebih dari satu bagian paru. bila banyangannya kasar tidak lebih dari
sepertiga bagian satu paru.
c. Far Advance Tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada moderately advance
tuberculosis.
6.Di Indonesia, klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis,
radiologis dan mikrobiologis.
a. TB Paru
b. Bekas TB Paru
c. TB Paru Tersangka, yang terbagi dalam:
TB Paru Tersangka Yang Diobati.
Dengan sputum BTA negatif, tetapi tanda tanda lain positif.
TB Paru Tersangka Yang Tidak Diobati.
Dengan sputum BTA negatif dan tanda tanda lain juga meragukan. Dalam 2
3 bulan, TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termasuk
TB Paru ( Aktif ) Atau Bekas TB Paru.
Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan:
- Status Bakteriologi
- Mikroskopik Sputum BTA ( Langsung )
- Biakan Sputum BTA
- Status Radiologis, kelainan yang relevan untuk tuberkulosis paru.
- Status Kemoterapi, riwayat pengobatan dengan OAT.
Hal ini jarang ditemukan. Nyeri dada dapat timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan nafasnya.
Gejala Sistemik
a. Demam
Biasanya subfebril seperti demam influenza. Tetapi kadang kadang
panas badan dapat mencapai 40 41o C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sementara, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Hal ini terjadi terus
menerus, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan
berat ringannya infeksi MTB yang masuk
b. Gejala sistemik lain, seperti :
Malaise
Keringat malam
Anoreksia
Berat badan menurun.
Pada keadaan tertentu dengan pertimbangan medis spesialistik, alur diagnosis ini dapat digunakan secara fleksibel
yaitu pemeriksaan mikroskopik dapat dilakukan bersamaan dengan foto thoraks dan pemeriksaan yang diperlukan.
Suspek TB paru adalah seseorang dengan batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih disertai dengan atau tanpa
gejala lain.
Antibiotik non OAT adalah antibiotik spektrum luas yang tidak memilki efek anti TB (jangan gunakan
fluorokuinolon).
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah rutin, didapatkan LED yang normal atau meningkat
dan limfositosis.
Pemeriksaan serologi :
Tes PAP (peroksidase anti peroksida)
Prinsip dasar uji PAP adalah menemukan adanya antibodi IgG yang
spesifik terhadap antigen M.tuberculosae . hasil uji PAP dinyatakan
patologis bila pada titer 1:10.000 didapatkan hasil uji PAP positif.
Uji Mycodot
4. Pemeriksaan radiologi
Standar pemeriksaan radiologi pada tuberkulosis adalah foto toraks PA dan
lateral. Gambaran foto toraks yang menunjang diagnosis TB yaitu :
Bayangan lesi terletak dilapangan atas paru atau segmen apikal lobus bawah
Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)
Adanya kavitas, tunggal atau ganda
Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru
Adanya kalsifikasi
Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
Bayangan milier
TATALAKSANA
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT(PDPI, 2011).
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Obat Yang Dipakai
a. Obat Anti Tuberkulosis Golongan 1 (First Line Antituberculosis Drugs)
Rifampisin (R)
Isoniazid (INH/H)
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Pilihan
Utama
(PZA)
(E)
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif selama 2 bulan dan
tahap lanjutan selama 4 bulan.Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara
tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu
Sifat
3xseminggu
Isoniazid (H)
Bakterisid
5 (4-6)
10 (8-12)
Rifampicin (R)
Bakterisid
10 (8-12)
10 (8-12)
Pyrazinamide(Z)
Bakterisid
25 (20-30)
35 (30-40)
Streptomycin (S)
Bakterisid
15 (12-18)
15 (12-18)
Ethambutol (E)
Bakteriostatik
15 (15-20)
30 (20-35)
Tahap Intensif
Tahap Lanjutan
RHZE (150/75/400/275)
minggu RH (150/150)
30-37 Kg
2 Tablet 4KDT
2 Tablet 2KDT
38-54 Kg
3 Tablet 4KDT
3 Tablet 2KDT
Berat Badan
55.70Kg
4 Tablet 4KDT
>71 Kg
4 Tablet 2KDT
5 Tablet 4KDT
5 Tablet 2KDT
Jumlah
Tahap
Lama
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet
Hari/Kal
Pengobata
Pemgobata
Isoniazi
Rifampisi
Pirazinami
Etambuto
d @ 300
n @ 450
d @ 500
l @ 250
Menelan
mg
mg
mg
mg
Obat
Intensif
2 bulan
56
Lanjutan
4 bulan
48
Kriteria pasien
Resimen pengobatan
pengobatan
Kategori 1
Kategori 2
yang berat
o Pasien kambuh
o Pasien gagal
o Pasien default
o 2HRZE/ 4H3R3
o 2HRZE/ 4HR
o 2HRZE/ 6HE
o 2HRZES/HRZE/
5H3R3E3
o 2HRZES/ HRZE/ 5HRE
Hasil pengobatan TB
Sembuh
Bila hasil hasil pem ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali berturut-turut
negatif, salah satu diantaranya haruslah pemeriksaan pada akhir pengobatan
Pengobatan Lengkap
Gagal
Pasien yang pemeriksaandahaknya tetappositif atau kembali positif pada
akhir bulan ke-5 atau lebih selama pengobatan.
Pasien yang pemeriksaan dahaknya negatifdan foto torakspositif menjadi
dahak positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
KOMPLIKASI
Penyakit tuberkulosis bila tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi terbagi atas :
PENCEGAHAN
Vaksinasi BCG pada bayi / anak
Terapi pencegahan Kemoprofilaksis pada Penderita HIV/AIDS INH
dosis 5 mg/ kg BB ( tdk lebih 300 mg) sehari selama minimal 6 bulan
Pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan.
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo F, MD., Janet S. Butel, Phd., dan Stephen A. Morse, Phd. Mikrobiologi
Kedokteran. Bab 24. Edisi 23. Jakarta: EGC.
Guyton, Arthur C. 2008. Buku ajar Fisiologi kedokteran. Bab 37-42. Edisi 11. Jakarta:
EGC.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014.Pedoman Nasional Pengendalian
Tuberkulosis.Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis: Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid 2. Edisis V. Jakarta: IPD FKUI.
Price, Sylvia A., dan Lorraine M. Wilson. 2004. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Bab 4. Edisi VI. Jakarta: EGC
Rusnoto, Rahmatullah P., Udiono A. 2006. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian TB Paru Pada Usia Dewasa. Universitas Diponoegoro. Dikutip dari :
http://eprints.undip.ac.id/5283/1/Rusnoto.pdf [Diakses 10 September 2015]
Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Bab 13. Edisi 6.
Jakarta: EGC.
Tjay, Tan Hoan, Drs., dan Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Bab 5.
Edisi 6. Jakarta: Gramedia.