Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media yang disertai
dengan perforasi yang menetap dan sekret yang tetap keluar atau hilang timbul lebih
dari satu setengah bulan atau dua bulan disebut otitis media supuratif kronis (OMSK),
dimana sekret mungkin berupa sekret yang encer atau kental, bening atau berupa
nanah1. Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden
Otitis Media Supuratif Kronik (atau yang oleh awam dikenal sebagai congek)
sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk
Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Kebanyakan penderita
OMSK menganggap penyakit ini merupakan penyakit yang biasa yang nantinya akan
sembuh sendiri. Penyakit ini pada umumnya tidak memberikan rasa sakit kecuali
apabila sudah terjadi komplikasi2. Otitis media supuratif kronik dianggap sebagai
salah satu penyebab tuli yang terbanyak, terutama di negara-negara berkembang,
dengan prevalensi antara 1- 46%. Di Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea 3,33% dan
Madras India 2,25%. Prevalensi tertinggi didapat pada penduduk Aborigin di
Australia dan bangsa Indian di Amerika Utara 3. Prevalensi di Indonesia masih cukup
tinggi dan mudah terjadi suatu OMSK terkait higienitas dan gizi yang masih buruk
serta daya tahan yang belum optimal untuk kesehatan. Sedangkan hampir 85% anak
memiliki episode otitis media akut paling sedikit satu kali dalam 3 tahun pertama
kehidupan dan 50% anak mengalami 2 episode atau lebih. Anak yang menderita otitis
media pada tahun pertama, mempunyai kenaikan resiko otitis media kronis ataupun
otitis media berulang. Sehingga bisa menjadikan otitis media yang tadinya akut
menjadi kronis karena serangan yang berulang4.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Anatomi Telinga
Struktur telinga terbagi menjadi bagian luar , tengah, dalam. Telinga luar terdiri dari
daun telinga dan liang telinga hingga membrane timpani. Daun telinga terdiri dari tulang
rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan rangka tulang rawan pada
sepertiga bagian luar, sedangkan dua pertiga bagian dalam rangkanya terdiri dari dari tulang.
Panjang liang telinga kira-kira 2,5-3 cm. Pada sepertiga bagian luar kulit liang telinga
terdapat banyak kelenjar serumen dan rambut. Kelenjar keringat terdapat pada semua kulit
liang telinga5.
Telinga tengah bagian medial dari membran timpani merupakan rongga berisi udara
di telinga tengah. Terdapat dua jalan udara di telinga tengah mastoid air cells di procesus
mastoid dari os temporal dan kanalis auditori atau eusthachian yang menghubungkan telinga
tengah dengan faring dan menyeimbangkan tekanan udara di lingkungan dengan di rongga
telinga tengah6. Pada telinga tengah terdapat tiga osikel auditori, yaitu malleus, inkus, stapes,
yang menjalarkan getaran dari membran timpani menuju fenestra ovale. Malleus menempel
pada membran timpani dan membentuk synovial joint dengan inkus pada salah satu ujung
malleus. Ujung lain dari inkus juga membentuk synovial joint dengan stapes dan bagian foot
plate dari stapes akan di ikat dengan fenestra vestibuli oleh ligament annular. Sehingga
getaran pada membran timpani akan menggetarkan malleus. Begitu seterusnya hingga
getaran masuk kedalam telinga bagian tengah6.
Telinga dalam berisi cairan dan terletak dalam os temporal di sisi medial telinga
tengah. Telinga dalam terdiri dari dua bagian labirin (labirin vestibula dan labirin
membranosa). Labirin vestibula merupakan ruang berliku berisi perilimfe (menyerupai cairan
serebrospinal) dan di labirin membranosa yang mengandung cairan endolimfe (menyerupai
cairan intraselular). Bagian ini melubangi bagian petrosus os temporal dan terbagi menjadi
tiga bagian: vestibula, kanalis semisirkular, dan koklea (seperti siput). Bagian dari telinga
dalam yang berkaitan dengan proses pendengaran adalah koklea6.
Otitis media supuratif kronik ialah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi
membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul
Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah1.
2. Epidemiologi
Dari survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden otitis
media supuratif kronis sebesar 3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta
penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini
kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya mengingat
kondisi ekonomi masih buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah dan
sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan2.
Otitis media supuratif kronik dianggap sebagai salah satu penyebab tuli yang
terbanyak, terutama di negara-negara berkembang, dengan prevalensi antara 1- 46%. Di
Indonesia antara 2,10-5,20%, Korea 3,33% dan Madras India 2,25%. Prevalensi tertinggi
didapat pada penduduk Aborigin di Australia dan bangsa Indian di Amerika Utara 3.
Prevalensi di Indonesia masih cukup tinggi dan mudah terjadi suatu OMSK terkait higienitas
dan gizi yang masih buruk serta daya tahan yang belum optimal untuk kesehatan. Sedangkan
hampir 85% anak memiliki episode otitis media akut paling sedikit satu kali dalam 3 tahun
pertama kehidupan dan 50% anak mengalami 2 episode atau lebih. Anak yang menderita
otitis media pada tahun pertama, mempunyai kenaikan resiko otitis media kronis ataupun
otitis media berulang. Sehingga bisa menjadikan otitis media yang tadinya akut menjadi
kronis karena serangan yang berulang4.
3. Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang
dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba eustachius. Fungsi tuba
3
eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan
cleft palate dan Down Sindrome. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring
yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Beberapa faktorfaktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi
sekret telinga purulen berlanjut.
Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan
pada perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui
mekanisme migrasi epitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang
cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah
penutupan spontan dari perforasi.7.
Penyebab OMSK antara lain 1,8 :
a. Lingkungan
b. Genetik
c. Otitis media sebelumnya.
d. Infeksi
e. Infeksi saluran nafas atas
f. Autoimun
g. Alergi
h. Gangguan fungsi tuba eustachius
4. Patogenesis
Patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi dalam hal ini merupakan
stadium kronis dari otitis media akut (OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti
dengan keluarnya sekret yang terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi
4
kronis tanpa kejadian infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis
menyatakan keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis 8. Pada keadaan
normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan tertutup dan akan membuka bila kita
menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah
dengan tekanan udara luar (tekanan udara atmosfer) serta untuk drainase sekret dan
mencegah masuknya sekret dari nasofaring ke telinga tegah. Fungsi tuba yang belum
sempurna, tuba yang pendek, penampang realtif besar pada anak dan posisi tuba yang datar
menjelaskan mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar
ke telinga tengah sehingga sering menimbulkan otitis media daripada dewasa9.
Adanya infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba
Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi ke telinga tengah. Pada
saat ini terjadi respon imun di telinga tengah, mediator peradangan pada telinga tengah yang
dihasilkan oeh sel-sel imun infiltrat, seperti neutrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal
seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan menambah
permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret di telinga tengah9.
Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah bentuk dari epitel
skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified respiratory epithelium dengan banyak lapisan
sel di antara sel tambahan tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang
bersilia, mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan otitis media
ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut9. Beberapa faktor yang menyebabkan
OMA menjadi OMSK ialah terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat,
virulensi kuman tinggi, daya tahan tubuh pasien rendah, gizi buruk atau higiene buruk1.
5. Klasifikasi
1. Berdasarkan Letak Perforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe atau jenis OMSK.
Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sentral, marginal atau atik. Oleh
karena itu disebut perforasi sentral, marginal atau atik 1.
5
a.
Perforasi sentral
Pada perforasi sentral, lokasi perforasi terdapat pada pars tensa, sedangkan
diseluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani 1. Perforasi sentral yang
besar ini dapat disertai nekrosis osikula, pembentukan granulasi dan polip 8.
b.
Perforasi marginal
Perforasi atik
2.
Berdasarkan aktifitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK aktif dan OMSK tenang.
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara akttif,
sedangkan OMSK tipe tenang ialah yang keadaan kavum timpanina terlihat basah atau
kering1.
3.
Berdasarkan Tipe
Berdasarkan tipenya, OMSK dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman
(tipe mukosa = tipe
benigna)
dan OMSK
tipe bahaya
(tipe tulang = maligna). Proses
Gambar
1. Jenis-jenis
Perforasi
Membran
1
peradangan padaTimpani,
OMSK tipe
terbatas
pada mukosa
biasanya tidak mengenai
(a)aman
sentral,
(b) marginal,
(c)saja,
atik dan
tulang. Perforaso terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan
komplikasi yang berbahaya. Pada OMSK tipe aman tidak terdapar kolesteatoma. Yang
dimaksud OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai dengan kolesteatoma. OMSK ini
dikenal juga dengan OMSK tipe bahaya atau OMSK tipe tulang. Perforasi pada OMSK tipe
bahaya letaknya marginal atau di atik, kadang kadang terdapat juga kolesteatoma pada
OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau fatal
timbul pada OMSK tipe bahaya 1.
6
4. Vertigo
Vertigo pada pasien dengan surpurasi telinga tengah kronik merupakan gejala
serius lainnya. Gejala ini memberikan kesan adanya suatu fitsula, berarti adanya erosi
pada labirin tulang seringkali pada kanalis semisirkularis horisontalis. Fitsula
merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga
tengah dan mastoid ke telinga dalam, sehngga timbul labirinitis (ketulian komplit),
dan dapat berlanjut menjadi meningitis 8.
Pada OMSK tipe bahaya dengan kolesteatoma harus ditegakan secara dini.
Mengingat OMSK tipe bahaya seringkali menimbulkan komplikasi yang berbahaya,
maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti baru dapat
ditegakkan di kamar operasi namun beberapa tanda klinik dapat menjadi pedoman
adanya OMSK tipe berbahaya, yaitu perforasi pada marginal atau atik. Tanda ini
biasanya merupakan tanda dini dari OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang
sudah lanjut dapat terlihat; abses atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan
granulasi di liang telinga luar yang berasal dari dalam telinga dalam, terlihat
kolesteatomapada telinga tengah (sering terlihat di epitimpanum), sekret berbentuk
nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma) atau terlihat bayangan kolesteatoma
pada foto rontgen mastoid 1.
7. Penegakan diagnosis
Diagnosis OMSK ditegakkan dengan cara10 :
Anamnesis yang terarah diperlukan untuk menggali lebih dalam dan lebih luas
keluhan utama pasien.
1. Keluhan utama dapat berupa:
o Gangguan pendengaran/pekak (tuli)
Bila ada gangguan pendengaran maka perlu ditanyakan :
Apakah keluhan tersebut pada satu atau dua telinga?
Apakah timbul tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap?
Sudah berapa lama diderita?
Adakah riwayat trauma telinga (tertampar, terpapar bising,
trauma akustik)?
Riwayat penggunaan obat-obatan ototoksik sebelumnya?
Apakah pernah menderita penyakit infeksi virus?
Apakah gangguan pendengaran ini dialami sejak masih bayi dan
juga terdapat gangguan dalam berbicara?
Apakah gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau
tenang? (Ditanyakan pada orang dewasa)
o Tinnitus (Suara berdengung/berdenging)
Hal yang perlu ditanyakan yaitu apakah tinnitus desertai dengan
gangguan pendengaran ataukah dengan gangguan pendengaran?
o Vertigo (Rasa pusing yang berputar )
Vertigo merupakan gangguan keseimbangan dan rasa ingin
9
PEMERIKSAAN FISIK10
Alat yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan telinga adalah lampu
kepala, corong telinga, otoskop, pelilit kapas, pengait serumen, pinset telinga dan
garputala. Mula-mula dillihat keadaan dan bentuk daun telinga, daerah belakang
daun telinga (retro aurikuler) apakah terdapat tanda-tanda radang, sikatrik ataupun
bekas operasi. Dengan menarik daun telinga ke atas dan ke belakang liang telinga
akan menajdi lebih lurus dan mempermudah untuk melihat keadaan liang telinga
tengah dan membrane timpani. Pakailah otoskop untuk dapat melihat membrane
timpanu dengan lebih jelas10.
Bila terdapat serumen dalam liang telinga yang menyembut maka serumen
ini harus dikeluarkan. Jika konsistensinya cair maka dapat dikelurkan dengan kapas
yang dililitkan, bila konsistensinya lunak atau liat dapat dikeluarkan dengan pengait
dan bila berbentuk lempengan dapat dipegang dan dikeluarkan dengan pinset. Jika
serumen ini sangat keras dan menyumbat seluruh telinga maka lebih baik
dilunakkan dulu dengan minyak atau karbogliserin. Bila sudah lunak atau cair maka
dapat dilakukan irigasi dengan air agar telinga menjadi bersih10.
Uji pendengaran dilakukan dengan menggunakan garputala dan dari
pemeriksaan dapat diketahui jenis ketulian apakah tuli konduktif atau tuli perseptif
(sensorineural). Uji pendengaran terdiri dari uji pendengaran Rinne dan Weber. Uji
Rinne dilakukan dengan cara menggetarkan garputala 512Hz dengan jari. Kaki
garputala tersebut kemudian diletakkan pada tulang mastoid telinga yang diperiksa
selama 2-3 detik, kemudian dipindahkan 2-3 detik ke depan liang telinga. Pasien
menentukan tempat mana yang terdengar lebih keras. Jika bunyi terdengar lebih
keras ketika garputala diletakkan di depan liang telinga berarti telinga yang
diperiksa normal atau menderita tuli sensorineural. Keadaan ini disebut dengan
Rinne positif. Bila bunyi yang terdengar lebih keras di mastoid maka telinga yang
diperiksa mengalami tuli konduktif dan biasanya lebih dari 20dB. Hal ini disebut
dengan Rinne negatif10.
11
Uji Weber dilakukan dengan meletakkan kaki penala yang telah digetarkan
pada garis tengah wajah atau kepala lalu ditanyakan pada pasien telinga mana
yang terdengar lebih keras. Pada keadaan normal pasien mendengar suara di
tengah atau tidak dapat menentukan telinga mana yang mendengar lebih keras.
Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sehat (lateralisasi ke telinga
yang sehat) maka pasien menderita tuli sensorineural tetapi bila pasien mendengar
suara lebih keras pada telinga yang sakit maka pasien menderita tuli konduktif10.
PEMERIKSAAN PENUNJANG10
1. Pemeriksaan Radiologi.
o Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral dan
atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan posisi
sinus lateral dan tegmen.
o Proyeksi Mayer atau Owen,
Diambil dari arah dan anterior telinga tengah. Akan tampak
gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat diketahui
apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.
o Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan yang
lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran.
o Proyeksi Chause III
Memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan
atau CT scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena
kolesteatom10.
2. Bakteriologi
Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA
Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain
yang dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob
adalah Bacteriodes sp10.
12
8. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan OMSK adalah :
A.Membersihkan liang telinga dan kavum timpani.
B.Pemberian antibiotika : - topikal antibiotik ( antimikroba)
- sistemik.
Terapi OMSK tidak jarang memerlukan waktu lama, serta harus berulang-ulang sekret
yang keluar tidak cepat kering atau selalu kambuh lagi. Keadaan ini antara lain disebabkan
oleh satu atau beberapa keadaan, yaitu 1:
1. Adanya perforasi membran timpani yang permanen, sehingga telinga tengah
berhubungan dengan dunia luar.
2. Terdapat sumber infeksi difaring, nasofaring, hidung dan sinus paranasal.
3. Sudah berbentuk jaringan patologik yang irreversibel dalam rongga mastoid
4. Gizi dan higiene yang kurang
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa. Bila
sekret yang keluar terus menerus, maka diberikan obat pencuci telinga berupa larutan H 2O2
3% selama 3 hingga 5 hari. Setelah sekret berkurang maka terapi dilanjutkan dengan
memberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid. Banyak ahli
berpendapat bahwa semua obat tetes yang dijual di pasaran mengan dung antibiotika yang
bersifat ototoksik. Oleh sebab itu, obat antibitik tidak boleh diberikan terus menerus selama 2
minggu atau pada OMSK yang bersifat tenang. Secara oral diberikan antibiotika dari
golongan ampisilin, atau eritromisin. Pada infeksi yang dicurigai karena penyebabnya telah
resisten terhadap ampisilin dapat diberikan ampisilin asam klavulanat 1.
Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan
medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila
terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
kemudian dilakukan mastoidektomi 1.
13
Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK
dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain 1:
a.Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)
b.Mastoidektomi radikal
c.Mastoidektomi radikal dengan modifikasi
d.Miringoplasti
e.Timpanoplasti
f.Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty) 1
Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang
lebih berat, serta memperbaiki pendengaran1.
9. Komplikasi
Menurut Adams :
A. Komplikasi ditelinga tengah :
1. Perforasi persisten
2. Erosi tulang pendengaran
3. Paralisis nervus fasial1
B. Komplikasi telinga dalam
1. Fistel labirin
2. Labirinitis supuratif
3. Tuli saraf ( sensorineural)1
14
C. Komplikasi ekstradural
1. Abses ekstradural
2. Trombosis sinus lateralis
3. Petrositis1
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1. Meningitis
2. Abses otak
3. Hidrosefalus otitis1
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam
lintasan :
1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak
2. Menembus selaput otak.
3. Masuk kejaringan otak1
10. Prognosis
OMSK TIPE BENIGNA :
OMSK tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan
komplikasi, tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat
menjadi superimpose otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan
komplikasi dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler1.
15
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi
sentral yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari
meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani
disarankan1.
2.
3.
4.
5.
meningitis, abes otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal.
Sehingga OMSK type maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang
berhenti1.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: An. Al
Umur
: 12 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
16
Alamat
: Majeluk
Pekerjaan
: Pelajar
Tanggal Pemeriksaan
: 20 Mei 2012
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Keluar cairan dari telinga kanan dan kiri berulang
Riwayat pengobatan: -
Riwayat alergi:
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, tidak pernah meler,
gatal-gatal ataupun bersin-bersin saat terkena debu atau dingin.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
: Baik
: Compos mentis
17
Nadi
Respirasi
Suhu
: 80 x/menit
: 18 x/menit
: Afebris
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
No.
1.
2.
Pemeriksaan
Telinga
Tragus
Daun telinga
Telinga kanan
Telinga kiri
3.
Liang telinga
aurikula (-)
aurikula (-)
Serumen (-), sekret berbau(+), Serumen (-), sekret berbau(+),
hiperemis (-) di sekitar membran hiperemis (-) di sekitar membran
timpani, furunkel (-), edema (+), timpani, furunkel (-), edema (+),
otorhea (+), Sekret bening
sekret
4.
Membran timpani
sekret
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi Retraksi (-), bulging (-), hiperemi
(-), edema (-), perforasi sentral (-), edema (-), perforasi sentral
(+), aktif, cone of light (-)
Pemeriksaan hidung
Mukosa pucat
18
Pemeriksaan Hidung
Hidung luar
Hidung kanan
Bentuk (normal), hiperemi (-),
Hidung kiri
Bentuk (normal), hiperemi (-),
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasi
Cavum nasi
(-).
Edema (-), mukosa hiperemi (-)
mengkilat (-).
Edema (-), mukosa hiperemi
Septum nasi
mukosa
ulkus (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
Hiperemis,detritu
s dan kripte
Bibir
Mulut
Geligi
Lidah
Uvula
Palatum mole
Faring
Hiperemis,detritu
s dan kripte
Fossa Tonsillaris
sekret (-)
Kanan
Kiri
T2
T2
hiperemi (+), kripte (+), hiperemi
detrtius (+)
Tonsila palatine
(+),
kripte
(+),
detrtius (+)
19
DIAGNOSIS
- Otitis media supuratif kronis tipe aman fase aktif dextra et sinistra
- Tonsilitis Kronis
DIAGNOSIS BANDING : PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Tes Penala
Pemeriksaan audiometri
Darah Lengkap
Foto rontgen mastoid
Kultur dan uji resistensi kuman dari sekret telinga
RENCANA TERAPI
Medikamentosa
- Larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.
- Antibiotik sistemik : Amoxicillin 3 x 500 mg (14 hari)
- Dekongestan oral : Pseudoefedrine 3x30 mg (sampai hidung tidak terasa buntu)
Pembedahan
- Diusulkan untuk dilakukan tonsilektomi, karena bisa jadi sumber infeksinya berasal
dari regio ini
KIE PASIEN
- Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek
liang telinga. Serta menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan rajin sikat gigi.
- Antibiotik harus diminum sampai habis walaupun gejala sudah hilang, dengan tujuan
eradikasi kuman penyebab dapat tercapai, dan tidak sampai menimbulkan resistensi serta
komplikasi.
- Untuk sementara, liang teling dijaga agar tetap kering. Jika pasien ingin mandi sebaiknya
kedua telinga ditutup dengan kapas.
- Datang kembali untuk kontrol setelah 2 minggu, untuk melihat perkembangan
peyembuhan pada perforasi membran timpani.
- Jangan dulu mengkonsumsi makan dan minuman dingin. Minum air biasa atau hangat dan
tidak panas serta tidak kental
- Pseudoefedrine di minum hanya saat hidung tersumbat dan pilek saja. Pasien paling tidak
beristirahat dulu selama seminggu dan makan-makanan bergizi serta banyak buah dan
sayuran
20
- Larutan H2O2 3% selama 3-5 hari dengan meneteskan pada kedua telinga 3x sehari setiap
telinga ditetesi 3x tetes kemudian dipertahankan kemiringan kepala selama 1-3 menit.
Begitupula untuk telinga yang lain. 6 hari kemudian pasien diminta kontrol kembali
apakah cairan di telinga sudah mulai mengering, agar bisa mulai diberi obat tetes yang
mengandung antibiotik dan kortikosteroid selama 1 minggu.
- Pseudoefedrine dan antibiotiknya diminum setelah makan.
PROGNOSIS
Dubia ad bonam
21
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluarnya cairan kental
bewarna kekuningan kental dan berbau sejak satu hari yang lalu dan tidak disertai keluarnya
darah. Sejak 5 tahun yang lalu cairan yang dirasakan hilang timbul keluarnya, hal ini
mengarahkan diagonis pasien pada otitis media supuratif kronik. Hal ini diperkuat oleh
temuan pada pemeriksaan fisik status lokalis dimana ditemukan adanya perforasi dari
membran timpani dekstra dan sinistra serta keluarnya sekret yang aktif namun berbau dan
bening dari perforasi membran timpani tersebut. Pada pasien ini kemungkinan telah terjadi
perforasi dari membran timpani yang persisten mengingat adanya riwayat mengalami keluhan
serupa dahulu yaitu 5 tahun yang lalu saat pasien terkena air panas sayuran di kedua
telinganya, sehingga mempengaruhi penyakitnya yang menjadi kronis. Selain itu keluhan
penurunan pendengaran yang dikeluhkan pasien dapat dikarenakan membran timpani yang
telah perforasi persisten tapi tidak diketahui oleh pasien dan diabaikan, atau telah terjadi erosi
tulang pendengaran atau bahkan infeksi yang telah mencapai ke telinga dalam seperti
labirinitis. Pada pemeriksaan hidung tenggorokan yang dilakukan, karena pasien mengeluh
pilek sehari yang lalu di hidung terlihat permukaan mukosa konka inferior yang lebih pucat
Terapi yang diberikan pada pasien ditujukan untuk mengeradikasi kuman penyebab
infeksi serta terapi simtomatis untuk mengurangi gejala yang dikeluhkan pasien. Terapi yang
diberikan untuk eradikasi kuman penyebab adalah antibiotik lini pertama yaitu amoksisilin
yang merupakan obat dari golongan penisilin. Obat ini diberikan karena bersifat broad
spectrum dan tidak bersifat ototoksik sehingga dapat diberikan kepada pasien yang belum
mulai dilakukan kultur kuman dari sekret telinga. Antibiotik diberikan selama 14 hari dan
harus diminum sampai habis 3 kali dalam sehari. Sedangkan untuk terapi simtomatis, pasien
diberikan dekongestan oral untuk mengatai awal hidung tersumbat dan pilek, diharapkan
22
tekanan negatif pada tube eustachius dapat berkurang. Pada pasien juga direncanakan terapi
dengan memberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H 2O2 3% selama 3-5 hari untuk
membersihkan liang telinga dari sekret.
Karena pada pasien terdapat tonsilitis kronis, maka diusilkan dilakukan tonsilektomi,
karena dicurigai terjadinya OMSK pada pasien ini bersumber dari regio ini. Selain itu, bila
sekret telah kering, namun perforasi masih ada, maka perlu dilakukan observasi selama 2
bulan maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti untuk menyembuhkan
penyakit serta memperbaiki pendengaran diusulkan terapi pembedahan.
23
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. Zainul, A, Djaafar, Z.A, Helmi dan Restuti, R.D. Kelainan Telinga Tengah. Dalam
Soepardi, Efiaty Arsyad, et al., Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher. Ed.6. Jakarta. FKUI, 2007: p. 65-72
2. Sriwidodo, AS. Otitis Media Supuratif Kronik. Cermin Dunia Kedokteran. No.134, 2002.
Available at : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_134_masalah_anak.pdf Accessed
in June 5th 2012.
3. Edward, Yan, Sri Mulyani, Penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Bahaya.
2011. Available at :
http://repository.unand.ac.id/17260/1/Penatalaksanaan_Otitis_Media_Supuratif_Kronik_T
ipe_Bahaya.pdf. Accessed in June 5th 2012
4. Dadiyanto, Dwi Wastoro. Otitis Media. Dalam Rahajoe, Nastiti N., Buku Ajar Respirologi
Anak.Ed. I. Jakarta. FKUI, 2010: p.296
5. Soetirto, Indro, Gangguan Pendengaran (Tuli). Dalam Soepardi, Efiaty Arsyad, et al.,
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. 6. Jakarta.
FKUI, 2007: p. 10
6. Seeley, Stephen, Tate. The Special Sense. Anatomy and Physiology. USA : The McGrawHill Companies, 2004
7. Nursiah, S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap Beberapa
Antibiotika. Bagian THT FK USU/ RSUP H. Adam Malik Medan. Medan. USU Digital
Library, 2003. Available at : http://www.usu.ac.id/ Accessed : June 5th 2012
8. Adam GL, Boies LC, Hilger PA. Bois Fundamentals of otolaryngology. A textbook of
Ear, Nose and Throat Disease. 6 th edition WB Saunders Co, 1989.
9. Askaroellah, Aboet. 2007. Radang Telinga Tengah Menahun. Available from :
http://www.usu.ac.id/ (Accessed at June 5th 2012)
10. Loru, Martha Yuanita., Rangkuman PBL Otitis Media Supuratif Kronis. 2007. Available
from
http://www.scribd.com/document_downloads/direct/36402175?
extension=pdf&ft=1338904828<=1338908438&uahk=yLopGQkoPbjUQU+RVRbBiw
XiUQ0. Accessed : June 5th 2012
24