Professional Documents
Culture Documents
Paru-paru kita berhenti tuk berkembang kempis, mematikan setiap sel di jasad kita
Ketika telinga tak mampu mendengar apapun lagi..
Ketika tangan kita tak dapat bergerak lagi, meski hanya tuk menahan rasa sakitnya sakaratul
maut
Kaki kita tak dapat bergerak lagi, meski ingin rasanya berlari jauh dari ini
Ketika mulut kelu, tak dapat lagi mengucapkan kata taubat,
Ketika pintu taubat sudah tertutup, tertutup rapat! Tak ada lagi kesempatan untuk bertaubat!
Ketika harta yang selalu kita bangga-banggakan,
Ketika popularitas yang kita kejar-kejar dalam berorganisasi,
Ketika nilai-nilai akademik yang selama ini kita kejar,
ternyata tidak membantu sedikitpun dalam meringankan sakaratul maut kita!
Ketika kemudian ruh kita telah kembali kepadaNya, meninggalkan jasad kita sendirian..
Ketika kemudian jasad kita ditempatkan dalam keranda..
Ketika keranda tersebut dibawa menuju peristirahatan terakhir kita..
Ketika perlahan jasad mulai ditimbun tanah..
Ketika perlahan semua pergi meninggalkan kita dalam kesendirian dan kegelapan dibawah
timbunan tanah..
Tanpa ibu dan ayah, tanpa teman, tanpa saudara siapapun.. Sendirian dalam kegelapan.. Tidak
tahu apa yang akan terjadi.. tidak tahu akan dibawa kemana diri ini..
Dan dalam detik-detik kesendirian itu, ingatlah, ingatlah! Hanyalah amalan kita yang setia
menemani kita! Dan hanyalah doa-doa dari mereka untuk kita yang meringankan diri ini di
alam kubur!
Dan kemudian, ketika diri ini digiring menuju padang mahsyar, hingga sampai pada saat
yaumul mizan..
Dimana setiap perbuatan kita, tak terlewat sedetikpun! Sedetikpun kawan! Sedetikpun!
Ditampilkan dalam buku amalan kita..
Dan dipertanggung jawabkan, di seadil-adilnya pengadilan..
Saat itu, dalam kesendirian, barulah tersadar diri kita..
Begitu banyak dosa yang telah kita lakukan..
Sudah seberapa sering kita membangkang kepada orang tua?
Sudah seberapa sering kita bersikap tidak jujur?
Seberapa sering kita tidak amanah dalam menjalankan tugas?
Sudah seberapa sering kita menyakiti orang-orang dengan lisan kita, dengan sikap kita?
Sudah seberapa sering rasa iri, dengki, sombong, mengakar di jiwa, mengalir dalam setiap
darah kita?
Seberapa sering kita berkubang dalam lumpur maksiat? Yang bahkan karena terlalu lamanya,
sampai-sampai kita merasa nikmat di dalamnya!
Bagaimana mungkin kita berharap didoakan untuk meringankan beban kita,
ketika ternyata kita dikenal oleh mereka sebagai pendusta? Ketika kita dikenal sebagai ahli
maksiat? Ketika kita dikenal sebagai orang dengan mulut yang tajam..
Ketika waktu-waktu berlalu dengan kesia-siaan..
Ketika ternyata selama ini kita mengejar dunia, tanpa memikirkan akhirat. Semata untuk
kesenangan duniawi.. yang ternyata tidak ada nilainya dalam penilaian buku amalan kita!
Menyesal, tapi tiada guna..
Ingin memutar waktu, tapi tiada guna..
Ketika ingin kembali mencium kening dan tangan orang tua.. memohon maaf atas kesalahankesalahan kita..
Ketika ingin kembali memeluk saudara dan teman kita.. memohon maaf atas kekhilafan kita..
Namun semua itu tidak akan pernah terjadi! Tidak akan!
Ketika penyesalan tiada arti.. tidak akan ada artinya..
Ketika kita dibagikan buku amalan hidup kita..
Dalam pengharapan menerimanya dengan tangan kanan..
Bagaimana ternyata bila kita menerimanya tangan kiri?
Sanggupkah kita merasakan panasnya api neraka?
Menghanguskan segenap tulang belulang dan kulit-kulit kita, seumur hidup kita?
Ketika dosa-dosa ternyata bertebaran di setiap halaman-halaman buku amalan kita?
Bagaimana kita dapat mengharap surga?
Ketika setiap saat hanya selalu berkubang dalam lumpur dosa?
Maka sadarlah kawan, akan sebagai apa kita diingat ketika kita berpulang? Akan tampil
sebagai apakah kita di akhirat?
Ingatlah! Ingatlah kawan! Ketika penyesalan tidak berarti dan tidak ada kesempatan taubat!
Teringat masa-masa di alam kubur, ketika malaikat Munkar dan Nakir menanyai pertanyaanpertanyaan kepada kita..
Maka sadarlah kawan, akan sebagai apa kita diingat ketika kita berpulang? Akan tampil
sebagai apakah kita di akhirat?