Professional Documents
Culture Documents
Kasus 1
Tanggal (kasus) : 12 April 2015
Presentan : dr. Lilis Khairani
Tanggal Presentasi : 27 April 2015
Pendamping : dr. Hedi Mulyadora
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Bayung Lencir
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Penyelenggara Tinjauan Pustaka
Keterampilan
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Deskripsi : Anak perempuan 13 bulan, Kejang Demam Kompleks.
Tujuan : Tatalaksana kejang demam kompleks
Bahan Bahasan Tinjauan
Riset
Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi
Presentasi dan
diskusi
Data Pasien
Nama : An.V
Umur : 13 bulan
Pekerjaan : -
Status : -
Agama : islam
Kebangsaan : Indonesia
RSUD Bayung Lencir
Telp:Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosa /Gambaran klinis
Kasus
Pos
Email
No. Reg:
03..
5. Riwayat Kelahiran : Lahir spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, saat lahir
langsung menagis kuat, berat badan lahir 3800 gr, panjang badan 50 cm.
6. Riwayat Imunisasi Dasar : Lengkap (BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B, MMR)
6. Riwayat Tumbuh Kembang :
-
Pertumbuhan gigi
6 bulan
( 5-9 bulan)
3 bulan
7 bulan
9 bulan
belum bisa berjalan
9 bulan
( 3-4 bulan)
(6 bulan)
( 9-12 bulan)
(13 bulan)
(9-12 bulan)
Psikomotor
- Tengkurap
- Duduk
- Berdiri
- Jalan
- Bicara
Daftar Pustaka :
1. Johnston M.V. Seizures
Management
&
Tratment
of
Febrile
Seizures.
C.S.,
Camfield
P.R.
Febrile
Seizures.
www.ilae-
(+), muntah (-). Makan/minum menurun setelah sakit. BAK (+) normal, BAK terakhir
kurang lebih jam SMRS.
Sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit, keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
kejang. Kejang terjadi 1 kali. Kejang seluruh tubuh. Lama kejang 15 menit, kaki dan
tangan mengalami kejang tonik klonik, Mata mendelik ke atas, simetris, mulut tidak
mengeluarkan buih, berhenti spontan, setelah kejang pasien sadar baik, kebiruan pada
sirkum oral (-).
10 menit setelah di rumah sakit kejang kembali terjadi di IGD RSUD Bayung Lencir.
Lalu diberi stesolid supp 5 mg dan kejang berhenti setelah 5 menit.
. Objektif :
Status Present
Keadaan Umum
Keadaan sakit
Kesadaran
: Compos Mentis
Nadi
Respirasi
: 40 x/menit, regular.
T ax
: 38,8C
BB
: 9 Kg
TB
Status Generalis
: 80 cm
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorak
: retraksi (-)
Cor
Po
Abdomen
Extremitas
3
+
Refleks Fisiologis
Reflek patologis
555
555
555
Tonus
N
N
Pemeriksaan penunjang :
Hemoglobin : 11,2 gr/dl
Leukosit
: 18.600/mm3
Hematokrit
: 31%
Trombosit
: 190.000 rb sel
Widal O
: 1/160
Widal H
: 1/160
DDR
: negatif
Assesment :
An. V, perempuan berusia 13 bulan. Datang dengan keluhan utama kejang dan demam.
Keluhan dimulai Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, keluarga pasien mengatakan
bahwa pasien demam. Demam sepanjang hari, demam timbul mendadak, menggigil (-),
batuk dan pilek (+), muntah (-). Makan/minum menurun setelah sakit. BAK (+) normal,
BAK terakhir kurang lebih jam SMRS. Sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit,
keluarga pasien mengatakan bahwa pasien kejang. Kejang terjadi 1 kali. Kejang seluruh
tubuh. Lama kejang 15 menit, kaki dan tangan mengalami kejang tonik klonik, Mata
mendelik ke atas, simetris, mulut tidak mengeluarkan buih, berhenti spontan, setelah
kejang pasien sadar baik, kebiruan pada sirkum oral (-). 10 menit setelah di rumah sakit
kejang kembali terjadi di IGD RSUD Bayung Lencir. Lalu diberi stesolid supp 5 mg dan
kejang berhenti setelah 5 menit.
Berdasarkan data anamnesis tersebut didapatkan pasien berusia 13 bulan. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa pada umumnya kejang demam terjadi pada 2-4% dari populasi
anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun (kebanyakan antara umur 6 dan 18 bulan).
Dari kondisi diatas, kita menilai bahwa pasien mengalami kejang demam kompleks.
Dimana kejang demam dengan lama kejang >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi,
atau kejang umum dengan frekuensi > 1 kali dalam 24 jam. Hal ini disebabkan karena
pada anak yang kejang demam. Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari
permukaan dalam adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal
membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel
neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di
dalam dan di luar sel neuron, maka terdapat perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial yang disebut potensial membran sel
neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada permukaan sel5 . sehingga terjadilah
kejang.
Pada pemeriksaaan fisik didapatkan temp.axila 38,8C. Status gizi baik dan tidak
ditemukan kelainan neurologis dan pemeriksaan laboratorium didapatkan leukosit
18.600, hal ini menunjukkan pemeriksaan yang mengarah ke penyakit kejang demam
kompleks.
Dari identifikasi, anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
laboratorium dapat ditegakkan diagnosis pasien mennderita Kejang Demam Kompleks.
Planning
Diagnosa : kejang demam kompleks
Tatalaksana :
Non Medikamentosa :
o Tirah Baring
o Stop Oral
Medikamentosa :
o O2 2 L/menit
o IVFD RL gtt xx/mnt (mikro)
o Paracetamol supp 125 mg
o Diazepam supp 5mg
o Inj Ampicillin 100 mg/kgbb/hari (4x1cc)
Prognosis :
Qua ad vitam : duabia at bonam
Qua ad fungsionam : dubia at bonam
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38 o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.
Pada tahun 1980 sebuah konferensi konsensus (The Consensus Development
Panel on Febrile Convulsions) yang diadakan oleh National Institutes of Health
mendefinisikan kejang demam sebagai kejadian kejang yang terjadi pada masa
anak-anak yang biasanya terjadi antara umur tiga bulan dan lima tahun yang
dikaitkan dengan kenaikan suhu tubuh tanpa adanya bukti infeksi SSP.1,2,3,4,5,7,8.
Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam perlu dipikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP,
epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Bila demam disebabkan proses
intrakranial, bukan disebut sebagai kejang demam. Kejang disertai demam pada
bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang demam. Anak
yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali
tidak termasuk dalam kejang demam. Bila kejang demam didahului diare hebat,
perlu dipikirkan kemungkinan bahwa kejang bukan disebabkan demam melainkan
6
2.2. Epidemiologi
Kejang demam terjadi pada 2-4% dari populasi anak berumur 6 bulan
sampai 5 tahun (kebanyakan antara umur 6 dan 18 bulan) 1,3,4,7. Di Amerika antara
2-5% anak-anak mengalami kejang demam pada usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Sekitar 70-75% merupakan kejang demam sederhana. 20-25% merupakan kejang
demam kompleks. Dan sekitar sepertiga dari pasien ini mengalami sedikitnya satu
kali kekambuhan. Di internasional angka yang serupa juga ditemukan pada negara
berkembang, walaupun mungkin di negara Asia frekuensinya lebih besar. Lebih
dari 90 % dari kejang demam adalah kejang umum, kurang dari 5 menit dan
terjadi awal pada penyakit yang menyebabkan demam. Penyakit pernafasan akut
merupakan hal terbesar yang dikaitkan dengan kejang demam. Gastroenteritis
khususnya yang disebabkan oleh Shigella atau Campylobacter dan infeksi traktus
urinarius merupakan penyebab yang lebih sedikit1,3,8.
Kejang demam jarang (sekitar 1-2,4%) menjadi epilepsi atau kejang non
febril pada umur dewasa. Kemungkinan untuk menjadi epilepsi lebih besar jika
kejang demam mempunyai manifestasi yang kompleks antara lain durasi lebih
dari 15 menit, lebih dari satu kali kejang dalam sehari. Faktor lain yang
memperburuk yaitu onset awal dari kejang (sebelum umur 1 tahun), riwayat
keluarga epilepsi. Dan walaupun dengan adanya faktor tersebut, risiko mengalami
epilepsi setelah kejang demam itu masih sangat rendah yaitu sekitar 15-20%1.
2.3. Etiologi dan Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan
suatu energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak
yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen
disediakan dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskuler5.
Kejang demam terjadi pada anak pada saat perkembangan ketika ambang
kejangnya rendah. Untuk bisa mengerti bagaimana panas atau demam bisa
memicu kejang, dan bagaimana anak mengalami kondisi ini, dan bagaimana 70%
dari semua kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak, seseorang harus mengerti
bahwa setiap otak mempunyai keunikan ambang batas. Sebagai contoh, setiap
orang akan mengalami kejang jika demamnya cukup tinggi. Sekali ambang ini
dicapai gangguan elektrikal dalam otak akan mempengaruhi fungsi motorik dan
mental8.
Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
adalah lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal membran
sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion Kalium (K +) dan sangat sulit
dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl -).
Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel neuron, maka terdapat perbedaan jenis
dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial
yang disebut potensial membran sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang
terdapat pada permukaan sel5.
Keseimbangan potensial membran ini dapat berubah oleh:
1. perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler
2. rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi
atau aliran listrik dari sekitarnya
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada
keadaan demam kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Bila terjadi
kenaikan suhu akan terjadi perubahan keseimbangan membran sel, akan terjadi
difusi dari ion Kalium dan Natrium sehingga terjadi lepas muatan listrik. Lepas
muatan sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
membran sel tetangganya dengan bantuan neurotransmiter dan terjadilah kejang.
Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan kejang terjadi dari tinggi
rendahnya ambang kejang tersebut. Pada anak dengan ambang kejang yang
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38oC sedangkan pada anak yang memiliki
ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40Oc atau lebih.
2.4. Manifestasi Klinis
Menurut J. Gordon Millichap dan Jerry A. Collifer, kejang demam dibagi
menjadi dua yaitu kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks6,8.
Kejang demam sederhana biasanya dikaitkan dengan :
-
kejang biasanya bersifat umum, tonik klonik dan berlangsung kurang dari 15
menit.
Kejang ini biasanya terjadi pada umur penderita 6 bulan sampai 5 tahun.
-
Demam dan atau kejang tidak disebabkan oleh meningitis, ensefalitis atau
penyakit yang mempengaruhi otak2,4,6,7,8,
Kejang pertama kali umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.
Dan ada riwayat epilepsi di keluarga termasuk ayah, ibu dan saudara
kandung2,4,6,7,8
Sekitar 30-50% anak mengalami kekambuhan kejang dengan episode kejang
dengan demam. Kejang demam sederhana dikatakan memiliki faktor risiko yang
kecil untuk menjadi epilepsi di kemudian hari. Faktor-faktor yang meningkatkan
risiko untuk menjadi epilepsi antara lain kejang yang atipikal, riwayat keluarga
epilepsi awal kejang demam kurang dari umur 9 bulan, perkembangan milestone
yang terhambat dan adanya kelainan neurologis. Insiden untuk menjadi epilepsi
ini sekitar 9% ketika terdapat beberapa faktor risiko dan hanya 1% pada anak
tanpa faktor risiko2.
2.5. Faktor Risiko
Faktor risiko kejang demam yang penting adalah demam. Selain itu
terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,
perkembangan terlambat, problem pada masa neonatus, anak dalam perawatan
khusus, dan kadar natrium rendah. Demam sering disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan atas, radang telinga tengah, infeksi saluran cerna dan infeksi saluran
kemih. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
10
2.6
-
Pemeriksaan Fisik
2.7
11
b.
12
c.
Hemiparesis
Hemiparesis biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama
( berlangsung lebih dari setengah jam) baik bersifat umum atau fokal.
Kelumpuhannya sesuai dengan kejang fokal yang terjadi. Mula-mula
kelumpuhan bersifat flasid, tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.
13
Millichap (1968) melaporkan dari 1190 anak yang menderita kejang demam,
hanya 0,2 % saja yang mengalami hemiparesis sesudah kejang lama.
2.8
2.9
Diagnosis Banding
-
Epidural hematom
Meningitis
Status epilepticus
Pemeriksaan Penunjang
1.
Lumbal Punksi
Setelah mengontrol demam dan menghentikan kejang, seorang dokter harus
memutuskan apakah akan melakukan lumbal punksi. Indikasi pungsi lumbal pada
kejang demam adalah untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Fakta bahwa seseorang mempunyai riwayat kejang demam
14
Bayi kurang dari 12 bulan harus dilakukan pungsi lumbal karena gejala
meningitis sering tidak jelas.
3.
4.
15
hari. Oleh sebab itu, pemeriksaan EEG pada kejang demam tidk
direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan
kejang demam yang tidak khas atau dengan faktor risiko menjadi
epilepsi2,5.
2.10 Pengobatan
A.
Pemberian diazepam rektal pada saat kejang sangat efektif dalam menghentikan
kejang. Diazepam rektal dapat diberikan di rumah. Dosis diazepam rektal adalah :
-
Dosis 5 mg untuk anak di bawah 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak
di atas usia 3 tahun, atau
Pengobatan Rumat
16
Pengobatan rumat cukup diberikan selama 1 tahun, kecuali pada kasus yang
sangat selektif.
2.
3.
Kejang fokal
4.
Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami epilepsi.
C.
1.
2.
Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan.
Pengobatan Intermiten
Pemakaian Diazepam oral dosis 0,3 - 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulangnya kejang.
Dapat juga diberikan diazepam rektal dengan dosis 0,5 mg/kg BB/kali
diberikan sebanyak 4 kali per hari.
PROGNOSIS
Prognosis anak dengan kejang demam adalah bagus. Pencapaian
intelektual normal. Kebanyakan anak akan mengalami kejang demam di
kemudian hari, tetapi perkembangan ke epilepsi dan kejang tanpa demam adalah
jarang. Kejang demam akan kambuh pada 50% anak yang mengalami kejang
demam kurang dari 1 tahun dan 27% pada onset setelah umur satu tahun4,7,8.
Jika tidak ditangani, 33% pasien mengalami stidaknya satu kali
kekambuhan. Menurut United States National Collaborative Perinatal Project
yang meneliti 1.706 anak dari baru lahir sampai umur 7 tahun yang mengalami
satu atau lebih kejang demam, faktor risiko untuk berkembang menjadi epilepsi
adalah
1. riwayat kejang tanpa demam
2. adanya abnormalitas neurologis
3. kejang demam kopleks.
Dari pasien yang mempunyai satu faktor risiko, 2 % berkembang menjadi
epilepsi dan pada pasien yang memiliki 2 atau lebih faktor risiko, 10%
berkembang menjadi epilepsi3,4,8.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Johnston M.V. Seizures in Childhood. In: Nelson Textbook of Pediatrics.
Editor: Behrman, Kliegman, Jenson. Eds 17th. 2004. Pensylvania. Saunder.
p 1993-2011.
2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jilid 2. 2002. Jakarta. Percetakan Infomedika. hal 847-55.
3. Rita Dewi. Msy. Kejang Demam. Dalam: Pedoman
Standar
W.T.
Pediatrics,
Febril
Zeisures.
Management
&
Tratment
of
Febrile
Seizures.
C.S.,
Camfield
P.R.
Febrile
Seizures.
www.ilae-
19