You are on page 1of 5

Tujuh Langkah Meraih Kemerdekaan Finansial

Kamis, 3 September 2015 | 07:44 WIB

KOMPAS.com - Sudah 70 tahun Indonesia merdeka. Usia yang sudah renta


sebenarnya. Namun rakyat Indonesia yang bisa disebut merdeka secara
finansial, ternyata masih terbilang minim. Bahkan, masyarakat kelas menengah
pun masih banyak yang belum sampai pada tahap itu. Boro-boro meraih
kemerdekaan finansial, sebagian besar belum paham arti kemerdekaan finansial.
Apa yang dimaksud kemerdekaan finansial?
Menurut Eko Endarto, perencana keuangan Financia Consulting kemerdekaan
finansial adalah ketika seseorang mencapai tujuan keuangan, yang mencakup
setidaknya tiga tujuan yakni dana pendidikan anak, dana pensiun, dan proteksi
terlindungi melalui asuransi.
Jadi, saat mereka memerlukan dana untuk keperluan tadi, keuangan mereka
secara keseluruhan tidak terganggu. Maka, Kemerdekaan finansial itu bukan
berarti punya uang yang banyak, tegas Eko.
Eko mengatakan bahwa kemerdekaan finansial bukan berarti ketiga tujuan
keuangan tadi, secara nominal, sudah tercapai. Masih setor dananya secara
rutin itu juga sudah bisa dibilang sudah merdeka finansial, ujarnya.
Menurut Eko Pratomo, penulis buku Finansial Wisdom pengertian kemerdekaan
finansial seringkali diartikan secara kurang tepat. Ada yang berpendapat bahwa
kemerdekaan finansial adalah suatu kondisi di mana seseorang sudah punya
aset yang memberikanpasive income atau punya kelebihan pendapatan. Istilah
yang tepat, menurut saya, kemandirian finansial, kata Eko Pratomo. Sesuai
dengan hukum Pareto, maka baru sekitar 20 persen masyarakat yang mencapai
kemandirian finansial, sedangkan sisanya belum.
Sejauh ini, menurut Eko Pratomo, sebagian besar masyarakat belum sadar
bahwa ada kebutuhan di masa depan yang harus disiapkan jauh-jauh hari. Anak
sudah kelas 2 SMA baru kelabakan menyiapkan biaya masuk kuliah, padahal
seharusnya sejak anaknya lahir harus sudah disiapkan dana pendidikannya,
jelasnya.
Di antara sebagian kecil masyarakat yang sadar terhadap kebutuhan di masa
depan adalah L.Dewi, seorang dokter gigi spesialis yang memiliki klinik sendiri di
Yogyakarta. Dokter gigi ini menuturkan sejak anak pertamanya lahir tahun 2009
ia langsung menyiapkan dana pendidikan melalui produk asuransi pendidikan.
Waktu itu setoran preminya Rp 100.000 per bulan dan tahun depan sudah
selesai 17 tahun akan cair dananya, jelas ibu dua orang putri ini.
Sejak melepaskan status PNS, Dewi sadar harus siap menghadapi aneka risiko
finansial. Karena itu, ia memiliki dana darurat di deposito berjangka 1 bulan agar
mudah dicairkan jika dibutuhkan. Selain itu Dewi juga memiliki proteksi asuransi

jiwa dan kesehatan. Kini ia merasa sudah mencicipi kemerdekaan finansial.


Kalau saya lebih karena merasa butuh, jadi harus bisa menyisihkan secara
rutin, jelasnya.
Lain halnya dengan yang dialami oleh Pitoyo. Pegawai bank yang tinggal di
Jakarta ini mengaku terlambat dalam menyiapkan kemandirian finansial. Saya
baru sadar itu saat anak pertama masuk sekolah dasar dengan membuat
asuransi pendidikan, padahal seharusnya sejak lahir sudah disiapkan, kata ayah
tiga anak ini.
Makanya, saat anak kedua dan ketiga lahir, ia lantas menyiapkan tabungan
pendidikan. Sedang dana darurat ia memilih menempatkan dalam bentuk
tabungan. Dana darurat ini sangat penting dan terasa sekali kebutuhannya saat
jumlah anak bertambah,jelasnya. Dalam waktu dekat ia memilih investasi
properti dengan alasan lebih mudah dilihat hasilnya.
Hal penting yang harus disadari dalam menuju kemerdekaan finansial adalah
punya pola hidup sesuai dengan besarnya gaji atau penghasilan, sehingga
pengeluaran bisa diatur lebih kecil ketimbang penghasilan. Jangan sampai
misalnya gaji Rp 10 juta terus dihabiskan. Setidaknya belanjakan hanya Rp 7
juta, jelas Eko Pratomo.Sisanya, tentu saja untuk mengangsur kebutuhan masa
depan yang harus terpenuhi dengan cara disiapkan jauh-jauh hari
pendanaannya.

Tetap konsisten
Apakah Anda ingin mewujudkan kemerdekaan finansial? Agar cita-cita ini bisa
dicapai, maka Anda harus disiplin dalam setiap langkah. Secara garis besar ada
tujuh langkah yang harus ditempuh dalam meraih kemerdekaan finansial.
1. Identifikasi aset
Langkah ini penting dilakukan untuk mengetahui mana aset yang produktif dan
yang kurang produktif. Aset produktif, seperti rumah yang bisa disewakan, tentu
bisa menjadi pasive income. Sedang aset yang kurang produktif perlu Anda
pikirkan solusinya, agar bisa ditingkatkan menjadi produktif ataukah justru lebih
efisien jika dijual. Namun, menurut Eko Endarto, aset ini tidak terlau
berpengaruh dibanding utang.
2. Melunasi Utang
Jika Anda memiliki utang konsumtif seperti utang kartu kredit, maka langkah
utama sebelum ke langkah selanjutnya adalah melunasi utang terlebih dahulu.
Ingat bunga kartu kredit sangat tinggi dan jangan sampai Anda hanya mampu
membayar sebatas cicilan minimum. Gunakan kartu kredit sebagai alat
pembayaran dan mampu Anda bayar lunas saat tagihan datang di bulan
berikutnya. Jangan sekali-kali Anda berpikir bahwa kartu kredit adalah tambahan
dana tunai. Risikonya Anda bisa terjebak dalam jeratan tagihan.

Jika Anda memiliki utang seperti KPR maka disarankan total cicilan tidak lebih
dari 30% hingga 40 persen dari penghasilan. Kalau total cicilan sudah di atas
40% penghasilan, maka bisa dipastikan keuangan tidak nyaman karena belum
bisa menyisihkan untuk dana pendidikan anak dan dana pensiun.
3. Antisipasi risiko
Sebelum berinvestasi, harap diingat bahwa seluruh hasil investasi bisa sia-sia
jika Anda tidak punya proteksi berupa asuransi baik jiwa maupun kesehatan. Eko
Endarto menyarankan untuk mengasuransikan terkait prioritas, utamanya adalah
pihak dengan tanggungjawab keuangan besar, bisa suami atau istri atau
keduanya jika sama-sama bekerja.
Nah, jika Anda berhubungan dengan agen asuransi yang memberikan ilustrasi
proposal produk asuransi, jangan langsung terpaku pada ilustrasi tersebut. Anda
yang lebih tahu kebutuhan proteksi yang Anda perlukan.
Ada tip dari Eko yang bisa juga Anda jadikan pedoman dalam mengukur nilai
uang pertanggungan yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Uang pertanggungan
untuk asuransi jiwa setidaknya sebesar 50 kali pengeluaran bulanan Anda. Uang
pertanggungan yang ideal adalah 100 kali pengeluaran bulanan Anda.
Asuransi jiwa dibutuhkan untuk kedua orangtua atau setidaknya yang memiliki
tanggung jawab keuangan keluarga. Sedang asuransi kesehatan wajib dimiliki
seluruh anggota keluarga. Jika Anda ingin setoran premi yang hemat, pilihlah
produk asuransi yang dengan satu setoran premi tetapi sudah mencakup
asuransi kesehatan untuk suami-istri dan anak-anak.
Sejak program BPJS Kesehatan diluncurkan pemerintah, hampir sebagian besar
perusahaan asuransi mengeluarkan produk baru yang menarik untuk Anda pilih
secara cermat.
4. Siapkan dana darurat
Dana darurat adalah dana yang disiapkan untuk hal-hal yang tidak diinginkan
atau bila ada kebutuhan mendesak yang harus dipenuhi. Berapakah besaran
dana darurat dan sebaiknya disimpan di manakah dana darurat tersebut?
Eko Endarto menyarankan besaran dana darurat minimal adalah 3 kali
pengeluaran bulanan. Penempatan dana bisa pada tabungan sebesar 1 kali
pengeluaran dan deposito sebesar 2 kali pengeluaran bulanan. Namun jika Anda
mampu menyisihkan dana darurat sesuai angka ideal yakni 6 kali pengeluaran
bulanan, maka penempatan dana darurat bisa Anda sebar ke tiga atau empat
jenis produk keuangan dengan komposisi tabungan 1 kali pengeluaran bulanan,
deposito 2 kali, emas atau reksadana pendapatan tetap 3 kali.
Yang patut diingat, jika dana darurat Anda pakai, misalnya guna menambah
biaya rumah sakit karena melebihi limit asuransi, maka Anda harus memulai
mengumpulkan dana darurat secara bertahap hingga terkumpul jumlah dana
semula.

Setiyo Wiwoho, Group Head Consumer Banking Bank Mandiri bilang penempatan
dana darurat sebaiknya diatur dengan komposisi 30 persen dalam bentuk
tabungan dan sisanya ke deposito berjangka 1 bulan. Deposito harus ambil
yang 1 bulan supaya tidak kena penalti sebesar 0,5 persen, jadi lebih likuid jika
hendak ditarik, ujarnya.
Bunga tabungan saat ini berkisar 0 persen hingga 2 persen. Sedang bunga
deposito berkisar 5 persen hingga 7,75 persen. Pilihan penempatan dana darurat
lainnya adalah reksadana pasar uang, pencairan dana perlu waktu H+1.
5. Tetapkan tujuan
Kemerdekaan finansial akan bisa Anda raih dan rasakan saat semua tujuan
keuangan Anda tercapai.
Setiap orang tentu memiliki tujuan keuangan sendiri-sendiri sesuai skala
prioritas. Anda yang berstatus lajang tentu punya tujuan keuangan berbeda
dengan orang yang sudah berkeluarga. Orang yang berkeluarga juga punya
jumlah tanggungan yang berbeda-beda. Saat ini, ada sebagai masyarakat yang
sering disebut generasi sandwich yakni mereka yang punya tanggungan anak
sekaligus harus membantu orangtua dan mertua. Nah, generasi inilah yang
memiliki tanggungan paling besar.
Tujuan-tujuan keuangan seperti dana pendidikan, dana pensiun, membeli rumah
harus dijabarkan lebih lanjut dan mendetail, misalnya berapa keperluan dananya
dan kapan harus terkumpul.
Lalu mengancik langkah berikutnya bagaimana mencapai tujuan keuangan
tersebut. Caranya adalah menghitung berapa lama waktu yang tersedia untuk
pengumpulan dana, berapa yang harus disisihkan setiap bula. Lantas, sebaiknya
ditempatkan pada produk investasi apa agar hasilnya bisa memenuhi target.
Salah satu strategi yang disarankan Eko Pratomo agar setiap keluarga mampu
mencapai tujuan keuangan adalah membuat akuntansi di rumah alias budgeting.
Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan agar mampu
menentukan skala prioritas.
Selain itu Anda perlu membekali diri dengan pengetahuan finansial agar tidak
salah strategi ataupun salah menempatkan dana.
6. Pilih instrumen investasi
Perkembangan instrumen investasi terus terjadi. Jangan sampai Anda
ketinggalan informasi jika hendak meraih kemerdekaan finansial.
Tapi, jangan juga terjebak investasi bodong karena tergiur iming-iming imbal
hasil tinggi. Jangan berinvestasi pada produk yang Anda tidak kenal, ujar
Michael Tjoajadi, Direktur PT Schroder Invesment Management Indonesia.
Bahkan, Michael juga menyarankan, Anda harus benar-benar mengenal profil

emiten, jika ingin berinvestasi di pasar modal. Kalau tidak, sebaiknya Anda
berinvestasi lewat reksadana saham.
Memilih instrumen investasi memang harus disesuaikan dengan profil risiko Anda
sebagai investor. Ada tiga jenis investor yakni konservatif, moderat dan agresif.
Nah, tergolong tipe investor apakah Anda? Jika Anda masih terbilang konservatif,
maka sebaiknya memilih instrumen investasi dengan tingkat risiko paling kecil.
Namun konsekuensinya adalah imbal hasil investasi yang bakal Anda peroleh
juga lebih kecil ketimbang portofolio investasi lain.
Sebaliknya jika masih berusia muda dan terhitung investor agresif, maka Anda
bisa memilih instrumen dengan tingkat risiko tinggi, tetapi memberikan imbal
hasil investasi yang juga tinggi, seperti saham atau reksadana saham.
Dalam memilih instrumen investasi jika sudah memiliki pengetahuan finansial
yang cukup, misal informasi dari buku, koran, internet, maka Anda bisa
melakukan sendiri pemilihan instrumen investasi baik jenis investasinya maupun
pemilihan produknya.
Namun jika Anda masih ragu terhadap kemampuan dan pengetahuan terhadap
produk investasi, Anda dapat menggunakan jasa perencana keuangan untuk
membantu dalam memilih produk investasi yang tepat sesuai profil dan risiko
yang berani Anda tanggung.
Ingat prinsip berinvestasi pasti semua ada risikonya. Hal yang bisa Anda lakukan
adalah bagaimana meminimalkan dan menghadapi risiko tersebut.
Anda bisa menyisihkan dana investasi secara bertahap, atau menjajal portofolio
sesuai pilihan. Nanti, seiring dengan pengalaman berinvestasi, maka intuisi Anda
sebagai investor akan terlatih.
7. Berinvestasi
Langkah ketujuh inilah yang menjadi penentu Anda dalam meraih kemerdekaan
finansial. Aksi Anda berinvestasi secara tepat akan menentukan berapa lama
waktu yang Anda butuhkan hingga sampai di titik kemerdekaan finansial.
Kuncinya, menurut sumber-sumber Kontan, jangan mudah panik saat situasi
ekonomi agak memburuk seperti sekarang. Lakukan investasi secara rutin dan
konsisten sampai tujuan keuangan Anda tercapai.
Selain itu, ingatlah pepatah jangan menaruh telur dalam satu keranjang.
Selamat berinvestasi.
Merdeka!
(Sri Sayekti)

You might also like