You are on page 1of 2

FUNGSI PELINDUNG

Stratum korneum merupakan bagian paling luar dari kulit, yang merupakan
pelindung yang kuat, fleksibel dan mencegah kehilangan cairan berlebih serta sebagai
pelindung berbagai gangguan dari luar. terdiri dari lapisan sel-sel yang mati,
terkornifikasi (korneosit) dengan pembungkus sel. Jumlah dan ketebalan lapisan sel di
stratum korneum tidak menunjukkan perubahan signifikan pada proses menua. Di sisi
lain, korneosit yang terdiri atas lapisan sel-sel horny dari stratum korneum diketahui
berubah ukuran pada penuaan. Pada area yang terpapar sinar matahari, sel-sel tersebut
diketahui menjadi lebih pleomorfik karena anomali yang terjadi bersamaan dengan sisa
nukleus yang retensi, hilangnya batas dari overlap, bertambah kasarnya tepi-tepi batas,
dan perubahan pada fungsi tintorial. Walaupun konsekuensi klinik yang tepat dari
kelainan sel-sel jenis ini saat ini tidak diketahui, ada alasan yang baik untuk meyakini
bahwa kelainan sel tersebut secara diagnostik penting. Spesimen-spesimen tersebut
sama dengan yang digunakan untuk sitodiagnostik papsmear, dan diyakini sitologi
eksfoliatif dari kulit manusia yang menua juga bermanfaat. tentu saja kami memandang
korneosit analog dengan sebuah tombstone yang secara morfologik memberikan
epitaph deskriptif terhadap perkembangan sel tersebut dan kualitas epidermis dari sel
tersebut berasal.
Salah satu cara untuk menilai integritas barier adalah dengan mengukur
kehilangan cairan transepidermal. pengukuran kehilangan cairan secara dilusi
menggunakan lapisan stratum korneum yang diisolasi tidak menunjukkan perubahan
terkait penuaan. pengukuran invivo juga menunjukkan kegagalan dalam memperlihatkan
perubahan signifikan sepanjang rentang kehidupan dewasa.

cara untuk mengetahui perubahan properti barier karena penuaan adalah dengan
melihat perubahan adsorbsi perkutaneus. Walaupun diyakini secara luas bahwa kulit
individu usia lanjut lebih permeabel, namun hanya sedikit bukti yang mendukung.
Tagami menemukan bahwa bila cat fluoresennsi tetraklorosalisilanilid membutuhkan
waktu 50% lebih lama untuk penetrasi ke seluruh ketebalan lapisan horny bagian lengan
bawah subyek berusia lebih dari 65 tahun, maka menunjukkan meningkatnya resistensi
difusi. Di sisi lain, respon inisial terhadap amonium hidroksida yaitu ditandai dengan
munculnya vesikel folikuler kecil, muncul lebih cepat pada lanjut usia. Walaupun pada
subyek berusia muda, waktu reaksi inisial secara langsung proporsional dengan jumlah
lapisan sel horny dan resistensi difusi yang dimiliki, sebagaimana yang dilaporkan oleh
Frosch dan Kligman sebelumnya, keterkaitan ini tidak valid untuk subyek lanjut usia,
seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. penurunan waktu respon inisial dan perbedaan
daalam llapisan sel mungkin menggambarkan difusi yang meningkat melalui
appendageal shunt atau hilangnya integritas stratum korneum.

You might also like