You are on page 1of 5

3.

Faktor Yang Mempengaruhi kebiasaan Merokok


Menurut Silvan Tomkins (2000) dalam Mutadin Z (2007), ada 4 tipe perilaku merokok
berdasarkan Management of affect theory yaitu :
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh kebiasaan positif. Dengan merokok seseorang
merasakan penambahan rasa yang positif. Green menyatakan dalam Psychological Factor
in Smoking, menambahkan dua subtipe perilaku merokok :
a.

Perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang


sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.

b.

Perilaku merokok hanya dilakukan sekedar untuk menyenangkan perasaan.

2. Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang merokok untuk
mengurangi perasaan negatif misalnya bila ia marah, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat.
3. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiktif akan menambah dosis rokok
setiap saat setelah efek dari rokok berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan rokok sama
sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaannya rutin.
3. Tahapan Dalam Prilaku merokok
Kebiasaan merokok tidak terjadi secara kebetulan karena ada beberapa tahap yang dilalui
seseorang perokok sebelum ia menjadi perokok reguler yaitu seseorang yang telah menganggap

rokok telah menjadi bagian dari hidupnya. Menurut Leventhal dan Cleary (1980) dalam Rochadi
K (2004), ada beberapa tahapan dalam perkembangan perilaku merokok, yaitu :
1. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah merokok. Di tahap ini
terjadi pembentukan opini pada diri individu terhadap perilaku merokok. Hal ini
disebabkan adanya pengaruh perkembangan sikap dan intensi mengenai rokok serta citra
yang diperoleh dari perilaku merokok. Informasi rokok dan perilaku merokok diperoleh
dari observasi terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat berbagai
media. Salah satu pengaruh lewat media adalah melalui berbagai iklan yang berkaitan
dengan rokok yang menggunakan para artis terkenal sebagai model, sehingga rokok
dianggap sesuatu yang berkaitan dengan keglamoran. Ada juga anggapan merokok
berkaitan dengan bentuk kedewasaan di kalangan remaja sehingga diasumsikan sebagai
bentuk untuk menunjukkan sikap kemandirian. Merokok juga dianggap sebagai sesuatu
yang prestise, simbol pemberontakan dan salah satu upaya menenangkan diri dalam
situasi yang menegangkan. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok ini merupakan
awal dari suatu kebiasaan merokok.
2. Tahap inisiasi
Merupakan tahapan yang kritis pada seorang individu karena merupakan tahap
cobacoba dimana ia beranggapan bahwa dengan merokok ia akan terlihat dewasa
sehingga ia akan memulai dengan mencoba beberapa batang rokok. Apabila seorang
remaja mulai mencoba merokok dengan 1-2 batang saja maka besar kemudian tidak akan
menjadi perokok. Akan tetapi apabila ia telah mencoba 10 batang atau lebih, maka ia

memiliki kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%. Leventhal dan
Cleary (1980) juga berpendapat seseorang yang telah merokok empat batang rokok pada
awalnya akan cenderung menjadi perokok reguler. Perokok reguler seringkali terjadi
secara perlahan dan kadangkala membutuhkan waktu satu tahun atau lebih.
3. Tahapan menjadi seorang perokok
Pada tahap ini seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai
seorang perokok dan ia mulai mengalami ketergantungan kepada rokok. Beberapa studi
menyebutkan bahwa biasanya dibutuhkan waktu selama dua tahun bagi individu untuk
menjadi perokok reguler. Pada tahap ketiga ini merupakan tahap pembentukan konsep,
belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta menyatakan peran
perokok pada konsep dirinya. Pada umumnya remaja percaya bahwa rokok berbahaya
bagi orang lain terutama bagi kesehatan orang tua tapi tidak bagi dirinya.
4. Tahapan tetap menjadi perokok
Di tahap ini faktor psikologis dan mekanisme biologis digabungkan menjadi suatu
pola perilaku merokok. Faktor-faktor psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan
kecemasan dan ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara berteman dan
memperoleh penghargaan sosial, dan stimulasi. Ada dua faktor mekanisme biologis yang
memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan perilaku merokok, yaitu
efek penguat nikotin dan level nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah.
Sweeting (1990) dalam Rochadi K (2004) membagi perokok atas tiga kategori, yaitu :

a. Bukan perokok (non smokers), adalah seseorang yang belum pernah mencoba merokok
sama sekali.
b. Perokok eksperimen (experimental smokers), adalah seseorang yang telah mencoba
merokok tapi tidak menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.
c. Perokok tetap atau perokok reguler (regular smokers), adalah seseorang yang teratur
merokok baik dalam hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.
Sitepoe (2000) membagi perokok atas empat bagian, yaitu :
a. perokok ringan, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang perhari;
b. perokok sedang, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang
perhari;
c. perokok berat, adalah seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari;
d. perokok yang menghisap rokok dalam-dalam.
Cara Menghisap Rokok
Penggunaan daun tembakau yang paling dominan adalah dengan cara dirokok
dimana daun tembakau kering digulung dengan pembungkus atau menggunakan pipa.
Setiap orang mempunyai cara masing-masing menghisap rokok, ada yang menghisap dari
mulut kemudian asap rokok dikeluarkan melalui mulut atau hidung dan dengan berbagai
cara yang lain. Secara garis besar dapat dibedakan tiga macam penghisap rokok, yaitu
perokok paru mulut yang mana tipe ini hanya menghisap asap rokok sampai rongga
mulut saja, perokok yang menghisap asap rokok sampai ke dalam paru-paru disebut
perokok paru dalam, perokok yang menghisap rokok sampai ke dalam paru, menahan

napas sebentar dan baru menghembuskannya keluar disebut perokok paru (Aditama,
1996).
1. Bahaya Rokok terhadap Kesehatan
Perilaku merokok dapat menimbulkan berbagai risiko penyakit dan merupakan suatu
kebiasaan tanpa tujuan positif bagi kesehatan manusia. Seseorang yang telah kecanduan rokok
akan sukar untuk melepaskan diri dari kebiasaan merokok, sehingga para ahli kesehatan
berminat memahami mengapa kebiasaan yang jelas-jelas berbahaya bagi kesehatan seseorang
tersebut sulit ditanggulangi (Wilson DF, 1992). Menurut Riyadina W (1995), telah diketahui
berbagai penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok. Adapun berbagai penyakit tersebut antara
lain adalah: 1) kanker paru 2) penyakit yang berkaitan dengan pernapasan seperti asthma, infeksi
pernapasan, emfisema dan penyakit serius lainnya yang berkaitan dengan saluran pernapasan; 3)
penyakit kanker lainnya di mulut, tenggorokan, esophagus, sistem pencernaan, kandung kemih,
ginjal, pankreas, usus besar dan pada wanita adalah kanker leher rahim; 4) penyakit jantung; 5)
stroke; 6) kardiovaskuler; 7) gangguan kehamilan apabila si ibu adalah seorang perokok berat
seperti berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir prematur, keguguran, kematian janin, kematian
bayi sesudah lahir, kematian mendadak pada bayi dan gangguan kesehatan fisik maupun
intelektual anak yang akan bertumbuh; dan 8) gangguan kesehatan pada kulit sehingga terjadi
proses penuaan dini pada kulit berupa kulit tampak lebih kusam dan terjadi kerutan kulit yang
lebih dalam dan luas. Di samping itu, apabila terjadi kombinasi antara merokok dengan tekanan
psikologis, dapat meningkatkan status proksidan dalam tubuh.

You might also like