You are on page 1of 9

Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengawasan Rumah Sehat di Wilayah Kerja Puskesmas


Rengasdengklok, Kabupaten Karawang
Periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015

Oleh:
Emily Nadya Akman

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, September 2015

Evaluasi Program Pengawasan Rumah Sehat


Di Wilayah Kerja Puskesmas Rengasdengklok, Kabupaten Karawang
Periode Agustus 2014 sampai dengan Juli 2015
Emily Nadya Akman
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email: Emily_akman@live.com
Abstrak
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia disamping sandang dan papan, sehingga
rumah harus sehat agar penghuninya dapat bekerja secara produktif. Rumah yang tidak memenuhi
syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan. Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia tahun 2013, persentase rumah sehat secara nasional hanya sekitar 61,68%.
Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Barat tahun 2012, persentase rumah sehat hanya
mencapai angka 62,8%, di Kabupaten Karawang tahun 2012, hanya mencapai angka 54,6% dan di
Puskesmas Rengasdengklok tahun 2013 hanya mencapai 41,97%. Maka dilakukan evaluasi program
menggunakan metode dengan membandingkan cakupan terhadap tolok ukur melalui pendekatan
sistem. Hasil evaluasi didapatkan dua masalah, yaitu cakupan pengawasan rumah sehat dengan besar
masalah 74,00% dan persentase rumah sehat dengan besar masalah 80,49%. Penyebab masalah
tersebut, yaitu kurangnya jumlah tenaga di bidang kesehatan lingkungan, kader terlatih untuk
melakukan pengawasan dan penyeluhuhan masih kurang, serta kurangnya koordinasi lintas program
dan lintas sektoral dalam pelaksanaan program pengawasan rumah sehat.
Kata kunci: pengawasan, rumah sehat.

A. Pendahuluan
Setiap manusia dimanapun berada
membutuhkan tempat untuk tinggal yang
disebut rumah. Rumah merupakan salah
satu kebutuhan pokok manusia disamping
sandang dan papan, sehingga rumah
harus sehat agar penghuninya dapat
bekerja secara produktif. Rumah sehat
adalah bangunan tempat berlindung dan
beristirahat
serta
sebagai
sarana
pembinaan keluarga yang menumbuhkan
kehidupan sehat secara fisik, mental dan
sosial, sehingga seluruh anggota keluarga
dapat
bekerja
secara
produktif.
Konstruksi rumah dan lingkungannya
yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor risiko sebagai sumber
penularan berbagai penyakit, khususnya
penyakit yang berbasis lingkungan.
Penyakit berbasis lingkungan masih
merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi
dan balita, penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih dari 80% penyakit
yang diderita oleh bayi dan balita.1
Penyakit berbasis lingkungan antara
lain: ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan
Akut), pneumonia, tuberkulosis paru,
diare,
dan
malaria.
Berdasarkan
Riskesdas tahun 2013, period prevalence
ISPA Indonesia sebesar 25%, period
prevalence pneumonia Indonesia sebesar
1,8%, prevalensi tuberkulosis paru
Indonesia sebesar 0,4%, insiden dan
period prevalence diare Indonesia sebesar
3,5% dan 7%, sementara insiden dan
prevalensi malaria Indonesia sebesar
1,9% dan 6%.2
Upaya pengendalian faktor resiko
yang mengancam kesehatan keluarga dari
dampak kualitas lingkungan perumahan
dan rumah tinggal yang tidak memenuhi
syarat, telah diatur dalam Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
nomor
829/Menkes/SK/VII/1999
tentang
Persyaratan Rumah Sehat. Dalam
penilaian rumah sehat terdapat beberapa

parameter rumah yang dinilai, meliputi 3


(tiga) kelompok komponen penilaian,
yaitu:
kelompok
higiene
rumah,
kelompok sarana sanitasi, kelompok
perilaku penghuni.1,3,4
Berdasarkan
Profil
Kesehatan
Indonesia tahun 2013, persentase rumah
sehat secara nasional hanya sekitar
61,68%. Berdasarkan Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Barat tahun 2012,
persentase rumah sehat hanya mencapai
angka 62,8%, di Kabupaten Karawang
tahun 2012, hanya mencapai angka
54,6%
dan
di
Puskesmas
Rengasdengklok tahun 2013 hanya
mencapai 41,97%. Angka ini masih
sangat jauh dari target penilaian kinerja
puskesmas sebesar 75%.4-8
B. Materi
Materi yang dievaluasi dalam
program Pengawasan Rumah Sehat di
wilayah
kerja
UPTD
Puskesmas
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat, periode Agustus 2014 sampai
dengan Juli 2015, diambil dari laporan
bulanan penyehatan lingkungan yang
terdiri dari:
1 Pendataan rumah sehat
2 Inspeksi rumah sehat
3 Penyuluhan rumah sehat
4 Pembinaan rumah sehat
C. Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara
melakukan pengumpulan data, pengolahan
data, analisis data, dan interpretasi data
program Rumah Sehat di Puskesmas
Rengasdengklok periode Agustus 2014
sampai
dengan
Juli
2015.
Data
dibandingkan dengan tolok ukur yang
telah ditentukan dengan menggunakan
pendekatan sistem sehingga ditemukan
masalah pada program rumah sehat.
Usulan dan saran diberikan berdasarkan
penyebab dari masing-masing unsur
keluaran sebagai pemecahan masalah,
dengan menggunakan pendekatan sistem.

2. Luas Wilayah Kerja


Luas wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Rengasdengklok adalah 1.575
Ha. Wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Rengasdengklok meliputi satu Kecamatan
Rengasdengklok terdiri dari 6 desa, 32
dusun, dan 156 RT. Desa di UPTD
Puskesmas Rengasdengklok.
Desa Dewisari
Desa Rengasdengklok Selatan
Desa Rengasdengklok Utara
Desa Kertasari
Desa Amansari
Desa Dukuh Karya

Bagan 1. Teori Pendekatan Sistem


D. Sumber Data dan Jenis Data
Sumber data dalam evaluasi ini
diambil dari data sekunder yang berasal
dari:
Laporan Data Dasar Penyehatan
Lingkungan, UPTD Puskesmas
Rengasdengklok,
Kecamatan
Rengasdengklok Periode Agustus
2014 sampai dengan Juli 2015.
2.
Laporan Bulanan Penyehatan
Lingkungan, UPTD Puskesmas
Rengasdengklok,
Kecamatan
Rengasdengklok, Periode Agustus
2014 sampai dengan Juli 2015.
3.
Data
demografi
Puskesmas
Rengasdengklok,
Kecamatan
Rengasdengklok Tahun 2014.
Data Umum
Geografis
1. Lokasi Puskesmas
Gedung
Puskesmas
Rengasdengklok
terletak
di
Desa
Rengasdengklok
Kecamatan
Rengasdengklok yang berjarak 15 Km
dengan kota kabupaten Karawang.
Batas wilayah kerja Puskesmas
Rengasdengklok adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara: Wilayah Kerja
Puskesmas
Jayakerta
dan
Puskesmas Medang Asem.
Sebelah Selatan: Wilayah Kerja
Puskesmas Kalangsari.
Sebelah Barat: Sungai Citarum
dan Kabupaten Bekasi.

Sebelah Timur: Wilayah Kerja


Puskesmas Kutamukti dan
Puskesmas Kutawaluya.

1.

1.

2.

3.
4.

5.

Demografis
Berdasarkan data proyeksi tahun 2014
Puskesmas Rengasdengklok memiliki
80.335 penduduk, terdiri dari laki- laki
41.407 dan perempuan 38.928, jumlah
KK 21.342 dengan jumlah bayi (0-11
bulan) 2.177, Balita (1-4 tahun) 5.148,
ibu hamil 2.279 dan neonatus 2.198.
Penduduk miskin 33.24% dari jumlah
penduduk
wilayah
Puskesmas
Rengasdengklok
yaitu
sebanyak
25.757, KK miskin 6.439 dengan
jumlah bayi (0-12 bulan) 695, Balita
(1-4 tahun) 1.711, ibu hamil 758, ibu
menyusui 718, ibu melahirkan 731,
neonatus 731, pria usia subur (PUS)
5.544 dan wanita usia subur (WUS)
6.868.
Jumlah rumah di wilayah kerja puskesmas
Rengasdengklok sebanyak 19.646
unit.
Tingkat pendidikan terbanyak penduduk
wilayah
kerja
Puskesmas
Rengasdengklok
adalah
Sekolah
Menengah Pertama/SMP (46.79%).
Mata pencarian terbanyak penduduk
wilayah
kerja
Puskesmas
Rengasdengklok adalah pedagang
(72.43%).

6. Agama Islam dianut mayoritas penduduk


wilayah
kerja
Puskesmas
Rengasdengklok (96.30%).

Fasilitas Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang berada
di
wilayah
kerja
Puskesmas
Rengasdengklok, antara lain: 1 Puskesmas,
1 RS Swasta, 2 Klinik 24 Jam, 10 orang
praktek dokter umum, 2 orang praktek
dokter gigi, 14 orang praktek bidan, 2 BP
Sore, 10 Apotik, 7 Posbindu dan 57
Posyandu.
Data Khusus
1. Masukan
a. Tenaga (Man)
Petugas
Kesling:
1
orang
(merangkap sebagai koordinator program
dan pelaksana program)
b. Dana (Money)

APBD : Tersedia
BOK : Tersedia

c. Sarana (Material)

Leaflet

Lembar balik : Tidak Ada

Poster

Buku pedoman Kesling: Ada

Formulir penilaian rumah sehat:


Ada

Alat tulis

Sarana transportasi: Ada

d. Metode (Method)

: Ada

: Ada

: Ada

Pendataan dilakukan dari Agustus


2014 sampai dengan Juli 2015.
Inspeksi dilakukan secara berkala
dalam
1
tahun
dengan
mengunjungi
rumah
melalui
kaedah survei di wilayah kerja
Puskesmas
Rengasdengklok.
Pengawasan/inspeksi
rumah
diperiksa dengan formulir yang
telah disiapkan.
Penyuluhan mengenai rumah sehat
dilakukan jika kondisi rumah yang
diinspeksi tidak memenuhi syarat.
Pembinaan rumah sehat dilakukan
3 bulan sekali.

2. Proses
a. Perencanaan
Perencanaan kegiatan program
pengawasan rumah sehat dibuat
satu bulan sebelumnya yaitu
dimulai dengan pendataan rumah
yang akan di inspeksi dan petugas
dari program kesehatan lingkungan
akan berkoordinasi dengan kader
yang di setiap desa.
Pelaksanaan kegiatan inspeksi
rumah 1 kali dalam setahun oleh
petugas kesehatan lingkungan
terlatih pada hari kerja dari pukul
09.00 sampai dengan pukul 12.00
WIB.
Kegiatan penyuluhan dilaksanakan
oleh petugas kesehatan lingkungan
saat melakukan pengawasan rumah
sehat. Penyuluhan turut diberikan
melalui lintas program dan lintas
sektoral.
Bertujuan
untuk
meningkatkan
kesadaran
masyarakat tentang pentingnya
kesehatan
lingkungan
dan
sosialisasi program sanitasi total
berbasis masyarakat (STBM) dan
perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS).
Pembinaan rumah sehat dilakukan
3 bulan sekali.
b. Pengorganisasian

Dibuat struktur organisasi, kepala


puskesmas sebagai penanggung jawab
program, melimpahkan kekuasaan kepada
Koordinator
kesehatan
lingkungan,
kemudian melakukan koordinasi dengan
pelaksana program. Terdapat struktur
tertulis dan pembagian tugas yang teratur
dalam melaksanakan tugasnya.
Pengorganisasian dalam program
dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (dr. Hj. Siti
Yulyana):
Sebagai penanggungjawab
program.
Monitoring
pelaksanaan
kesehatan lingkungan.
b. Koordinator Pengawasan Rumah
Sehat (H.Iwan S. Hidayat, AmK):
Koordinator program.
Menerima pelaporan hasil
kegiatan
kesehatan
lingkungan dari wilayah
setempat.
Melakukan pencatatan hasil
keberhasilan program dan
melaporkan
hasil
pencatatan kepada Kepala
Puskesmas Rengasdengklok
setiap bulan.
Menganalisa hasil kegiatan.
c. Pelaksanaan
Sesuai dengan rencana dan metode
yang telah ditetapkan, dilaksanakan secara
berkala:

Pendataan dilakukan dari Agustus


2014 sampai dengan Juni 2015
berupa jumlah rumah yang ada.
Inspeksi dilakukan secara berkala
dalam 1 tahun oleh petugas
kesehatan lingkungan pada hari
kerja dari pukul 09.00 sampai
dengan pukul 12.00 WIB. Bersama
dengan
kader/perangkat
desa
dengan
mengunjungi
rumah
melalui kaedah survei di wilayah
kerja puskesmas Rengasdengklok.
Pengawasan/inspeksi
rumah

diperiksa dengan formulir inspeksi


sanitasi rumah sehat.
Penyuluhan/pemicuan
mengenai
rumah sehat dilakukan jika kondisi
rumah yang diinspeksi tidak
memenuhi syarat. Penyuluhan turut
diberikan melalui lintas program
dan lintas sektor. Bertujuan untuk
meningkatkan
kesadaran
masyarakat tentang pentingnya
kesehatan lingkungan dan sosialisi
program sanitasi total berbasis
masyarakat (STBM) dan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS).
Pembinaan rumah sehat dilakukan
3 bulan sekali, dikoordinasi dengan
Tim PKK setempat.

d. Pengawasan
Adanya
rapat
bulanan
di
Puskesmas
Rengasdengklok
tentang hasil pencapaian program
pengawasan rumah sehat.
Adanya pencatatan bulanan dan
tahunan serta pelaporan secara
berkala
tentang
kegiatan
pengawasan rumah sehat ke tingkat
Kabupaten minimal 1 bulan sekali.
e. Keluaran

Cakupan
pengawasan/inspeksi
sebesar 19,50%.
Persentase rumah sehat sebesar
14,63%.
Tidak ada data tertulis mengenai
penyuluhan rumah sehat.
Tidak ada data tertulis mengenai
pembinaan rumah sehat.
4 Lingkungan
a Lingkungan Fisik
Lokasi:
Semua lokasi dapat dijangkau
dengan sarana transportasi yang
ada (sepeda motor) karena terdapat
akses jalan yang bisa dilalui sepeda
motor. Walaupun sebagian jalan
masih berlubang-lubang dan masih
banyak jalan yang belum diaspal
tetapi
tidak
mempengaruhi

pelaksanaan
program
secara
signifikan.
Iklim:
Iklim
tidak
mempengaruhi
pelaksanaan program. Tetapi bila
musim hujan beberapa tempat
becek dan banjir.
Kondisi Geografis:
Kondisi
geografis
tidak
mempengaruhi
program
pengawasan rumah sehat.
b

Lingkungan Non Fisik


Sebagian besar penduduk bermata
pencaharian sebagai pedagang.
Masyarakat
memiliki
tingkat
ekonomi yang rendah.
Tingkat pendidikan masyarakat
masih rendah yaitu SMP dan masih
ada yang tidak bersekolah.
5. Umpan Balik
Adanya rapat kerja bulanan
bersama Kepala Puskesmas satu bulan satu
kali yang membahas laporan kegiatan
evaluasi program yang telah dilaksanakan,
tetapi tidak adanya pencatatan dan
pelaporan yang lengkap mengenai
penyuluhan dan pembinaan rumah sehat,
sehingga tidak dapat digunakan sebagai
masukan dalam perencanaan program
pengawasan rumah sehat selanjutnya.
6. Dampak
Dampak Langsung
Diharapkan meningkatnya jumlah
rumah sehat di wilayah kerja
Puskesmas Rengasdengklok.
Dampak Tidak Langsung
Diharapkan menurunnya angka
kesakitan akibat penyakit berbasis
lingkungan.
E. Masalah yang Ditemukan
Dari hasil laporan program
penyehatan lingkungan di Puskesmas
Rengasdengklok periode Agustus 2014
sampai dengan Juli 2015 ternyata terdapat
beberapa masalah, yaitu:
a. Persentase cakupan pengawasan
rumah sehat 19,50% dari tolok

ukur sebesar 75%, dengan besar


masalah 74,00%.
b. Persentase rumah sehat 14,63%
dari tolok ukur sebesar 75%,
dengan besar masalah 80,49%.
Masalah dari Masukan:
Terdapat hanya 1 orang petugas
yang bertugas sebagai kordinator
merangkap sebagai pelaksana
program.
Tidak tersedia lembar balik sebagai
sarana
penyuluhan/pemicuan
kepada masyarakat.
Masalah dari Proses:
Struktur organisasi sudah jelas,
namun koordinasi belum optimal di
lintas program dan lintas sektoral.
Kader terlatih untuk melakukan
pengawasan dan penyuluhan masih
kurang.
Kurangnya koordinasi dengan PKK
setempat.
Masalah dari Umpan Balik:
Tidak adanya pencatatan dan
pelaporan yang lengkap mengenai
penyuluhan dan pembinaan rumah
sehat.
Masalah dari Lingkungan:

Pada saat musim hujan beberapa


tempat sulit dijangkau karena
jalanan yang becek dan beberapa
tempat terkadang banjir.
Sebagian besar penduduk memiliki
tingkat ekonomi yang rendah untuk
membina rumah yang sehat dan
mendapatkan akses sarana sanitasi
yang memenuhi syarat.
Tingkat pendidikan masyarakat
masih rendah, hal ini berpengaruh
pada pengetahuan tentang rumah
sehat yang masih rendah.

F. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program
pengawasan rumah sehat yang dilakukan
dengan cara pendekatan sistem di wilayah
kerja UPTD Puskesmas Rengasdengklok

pada periode Agustus 2014 sampai dengan


Juli 2015 dikatakan belum berjalan dengan
baik melihat kepada angka keberhasilan
program sebagai berikut:
a. Cakupan pengawasan rumah sehat
dengan pencapaian 19,50% dan besar
masalah 74,00%.
b. Persentase rumah sehat dengan
pencapaian 14,63% dan besar masalah
80,49%.

G. Saran
Saran bagi kepala Puskesmas
Rengasdengklok:
Menambah jumlah, memotivasi
dan melatih kader, terkait dengan
pengawasan
rumah
sehat,
diharapkan dalam jangka waktu 6
bulan sudah terbentuk kader
kesehatan lingkungan di setiap
desa.
Melakukan pemetaan pada setiap
desa untuk melakukan pengawasan
rumah sehat, kemudian mengambil
sampel rumah untuk diinspeksi
dalam jangka waktu 3 bulan.
Meningkatkan koordinasi lintas
program dan lintas sektoral,
terutama dengan Dinas Sosial,
Dinas Perumahan, dan Dinas
Pekerjaan Umum.. Selain itu,
dengan
menggunakan
azaz
keterpaduan, bekerjasama dengan
program yang juga melakukan
pendataan ke setiap rumah seperti
program PHBS oleh kader, untuk
sekaligus melakukan pengawasan
rumah sehat.
Mengadakan pertemuan dengan
tim PKK setempat secara berkala,
minimal 3 bulan sekali, untuk
membincangkan
dan
menyelenggarakan kegiatan yang
melibatkan masyarakat untuk tahu
dan sadar tentang pentingnya
rumah sehat, selain itu diharapkan

masyarakat juga dapat turut


berperan
aktif
meningkatkan
kesehatan lingkungan. Misalnya
dengan
gotong-royong
untuk
membina tempat sampah yang
memenuhi syarat di sekitar desa
sehingga
masyarakat
tidak
membuang sampah sembarangan.
Menyiapkan lembar balik untuk
sarana penyuluhan baik perorangan
maupun penyuluhan kelompok.
Penyuluhan diharapkan menambah
pengetahuan masyarakat tentang
rumah sehat sehingga mengubah
sikap dan perilaku.
Daftar Pustaka

1. Keman S. Kesehatan perumahan dan


lingkungan pemukiman. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Vol.2, No.1, Juli 2005:29-42.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI
Tahun 2013. Riset kesehatan dasar 2013.
Jakarta; 2013.
3. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Pedoman teknis penilaian rumah sehat.
Departemen Kesehatan RI, 2007.
4.
Kepmenkes
RI
No.
829/Menkes/SK/VII/1999
tentang
Peryaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
5. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
Profil kesehatan Indonesia tahun 2013.
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia, 2014.
6. Data profil kesehatan Provinsi Jawa
Barat tahun 2012. Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat, 2013.
7. Data pencatatan dan pelaporan tahun
2013. Program Penyehatan Lingkungan
Puskesmas Rengasdengklok.

8. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.


Pedoman instrumen penilaian kinerja

puskesmas Provinsi Jawa Barat, Cetakan


1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat, 2006.

You might also like