You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rumah adalah kebutuhan primer bagi setiap individu dan keluarga. Rumah
memberikan manfaat baik fisik dan non-fisik. Dari segi fisik berkaitan pada kesehatan
para penghuni rumah dan segi non fisik terlihat dari segi psikologik. Terdapat beberapa
komponen pada rumah yang dapat mempengaruhi keadaan penghuni rumah tsb. Antara
lain, bangunan berupa atap, langit-langit, dinding, lantai, jendela, pintu, halaman
rumah, luas ruangan, ventilasi dsb. Selain itu terdapar peninjauan tidak langsung
berupa pengamatan terhadap perilaku penghuni rumah,disebut sebagai perilaku hidup
bersih dan sehat.
Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya
yang digunakan sebagai tempat tinggal dan sarana pembinaan keluarga hal ini tertera
dalam UU RI No. 4 Tahun 1992. Menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik demi kesehatan keluarga dan individu.
Dalam penilaian rumah sehat menurut Kepmenkes terdapat parameter rumah yang
dinilai, meliputi 3 (tiga) kelompok komponen penilaian, yaitu: kelompok komponen
rumah, kelompok sarana sanitasi, kelompok perilaku penghuni.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang
menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh
anggota keluarga dapat bekerja secara produktif. Oleh karena itu, keberadaan
perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan
kegunaan rumah dapat terpenuhi dengan baik.
Kesehatan adalah kebutuhan sekaligus pencapaian dalam kehidupan yang
berlangsung d sebuah keluarga . Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia
sehat 2014 untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini
dituangkan kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan

masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat


madani
Pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan menggerakkan dan
memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga
dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
mewujudkan kesehatan masyarakat
Persentase keluarga yang menghuni rumah sehat merupakan salah satu indikator
Indonesia Sehat 2010 dan target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Target rumah sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80%. Berdasarkan
profil kesehatan Indonesia tahun 2010, presentase rumah sehat secara nasional hanya
sekitar 24,9%.
Program pembinaan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang
dicanangkan pemerintah sudah berjalan sekitar 15 tahun, tetapi keberhasilannya masih
jauh dari harapan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 menunjukkan bahwa
rumah tangga di Indonesia yang mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat) baru mencapai 38,7%. Padahal Rencana Strategis (Restra) Kementerian
Kesehatan tahun 2010-2014 mencantumkan target 70% rumah tangga sudah
mempraktekkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tahun 2014.
Hal ini membuat penulis untuk melakukan pemberdayaan masyarakat melalui
program survey di sebuah kampung didaerah Depok, untuk meninjau lebih jauh
terhadap kehidupan masyarakat sekitar yang dipengaruhi status ekonomi, status
keluarga dengan perilaku hidup bersih dan sehat.
1.2

Tujuan Penelitian
Umum
Untuk mengetahui hubungan karakteristik keluarga, perilaku keluarga dan kondisi
bangunan rumah terhadap Penilaian Rumah Sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Khusus
1.
Mengidentifikasi penilaian terhadap kondisi bangunan dan melihat hasil
2.

presentase
Mengidentifikasi penilaian terhadap sarana sanitasi dan melihat hasil presentase

1.3

3.

Mengidentifkiasi penilaian terhadap perilaku penghuni dan melihat hasil

4.

presentase
Mengidentifikasi penilaian terhadap perilaku hidup berish dan sehat

Manfaat
1.

Bagi mahasiswa/i

Sebagai Sebagai proses dalam menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang
rumah yang sehat.
2.

Bagi masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya


memiliki rumah yang sehat dan bagaimana kriteria rumah yang dikatakan sehat
sehingga masyarakat mampu mengupayakan agar tempat tinggal mereka termasuk
rumah yang sehat.
1.4

Rumusan Masalah
1.
2.
3.

4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan Rumah Sehat dan apa saja komponen sehingga
rumah bisa disebut rumah sehat ?
Apa yang dimaksud dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ?
Apa saja Kriteria komponen dari rumah sehat meliputi
a. Jendela
b. Ventilasi
c. Dinding
d. Langit-langit
e. Atap
f. Luas ruangan
Bagaiamana menentukan keadaan sanitasi rumah terhadap rumah warga ?
Bagaiaman menentukan perilaku hidup bersih dan sehat terhadap warga ?
Bagaimana menentukan perilaku pebghuni terhadap pengetahuan hidup bersih
dan sehat ?

BAB II

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian
Pengambilan data dilakukan berdasarkan data di lapangan yakni dengan cara survey
langsung dan peran langsung responden dengan cara pemgisian kuesioner.
Penilaian kuesioner dilakukan dengan membandingkan hasil penilaian kuosioner
sebelum penyuluhan dan sesudah penyuluhan. Cara tersebut bertujuan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan Ibu Rita tentang rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat. Serta
untuk menilai efektifitas dari penyuluhan yang telah dilakukan.
Hasil dari penilaian kuesioner itu terdiri dari 2 kuesinoer :
1. Mencocokkan jawaban dengan kriteria skor yang telah disediakan . Hal ini berpengaruh
terhadap pengukuran hasil lapangan dengan criteria yang tersedia sesuai dengan ketentuan
yang diberikan dari Departemen Kesehatan.

2. Mencocokkan jawaban dengan variasi pilihan yang teridir dari a,b,c,d yang berisi
komponen yang sesuai atau tidak, yang hal ini berkaitan dengan penilaian benar- salah
sesuai dengan pengetahuan responden dan kriteria yang berlaku
Sumber Data
Sumber data penelitian berasal dari penyuluhan pada anggota keluarga mengenai
keadaan rumah dan konsep Perilaku Hidup bersih dan Sehat pada Desember 2014. Penyuluhan
ini dilakukan untuk mendapat data secara langsung
Data
Data dalam penelitian ini berhubungan dengan aspek kebersihan dan kenyamanan
rumah warga yang dijadikan objek penyuluhan, dimana aspek tersebut secara garis besar
adalah komponen rumah yang terdiri dari : kondisi bangunan , pencahayaan rumah, dan aliran
udara rumah, kebersihan rumah dan perilaku anggota keluarga dalam aspek kesehatan
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kunjungan dan wawancara langsung
terhadap pemilik rumah.Selain itu dilakukan juga penyuluhan tentang rumah sehat dan
pengisian angket untuk mengetahui tingkat pemahaman dari subjek penyuluhan.
Teknik Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang kami lakukan adalah sebagai berikut:
a. Menganalisis hasil pengamatan secara visual dan survey langsung dan menghubungkannya
dengan standar nilai dari ketentuan mengenai PHBS
b. Menganalisis hasil angket berupa kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan guna
mengetahui tingkat pemahaman
c. Mengetahui dengan wawancara langsung terkait perilaku hidup bersih dan sehat

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

CHOP
Pada tanggal 8 Desember 2014 kami mahasiswa mahasiswi FK UPN 2012 mengadakan

pengamatan langsung untuk menilai aspek Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Rumah Sehat
terhadap salah satu keluarga yang beralamatkan Jalan M yusuf 1 , Depok, Jawa Barat.
Ibu Rita berumur 20 tahun sebagai Ibu Rumah Tangga tinggal bersama suami nya
Bapak Dimas, dan mempunyai satu anak berumur satu tahun serta adiknya yang masih duduk
di bangku SD. Ibu Rita menamatkan sekolahnya di SMP. Suaminya, Bapak Dimas bekerja

sebagai karyawan tetap yakni Office Boy di suatu perusahan di Kalibata. Pendapatan yang
diperoleh per bulan mencapai yakni 2.000.000 atau > 975.000,00.
Dalam pelaksaan tugas ini, kami menganalisis rumah Ibu Rita untuk menilai Rumah
Sehat Berdasarkan Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat .
Parameter yang dipergunakan untuk menentukan rumah sehat adalah sebagaimana yang
tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Persyaratan kesehatan perumahan. meliputi 3 lingkup kelompok komponen penilaian, yaitu :
1) Kelompok komponen rumah, meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, sarana
pembuangan asap dapur dan pencahayaan.
2) Kelompok sarana sanitasi, meliputi sarana air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan air
limbah, sarana tempat pembuangan sampah.
3) Kelompok perilaku penghuni, meliputi membuka jendela ruangan dirumah, membersihkan
rumah dan halaman, membuang tinja ke jamban, membuang sampah pada tempat sampah.
Dengan keterangan sebagai berikut :
I.

Komponen Rumah
1. Langit-langit

nilai : 0

Keadaan

: Langit langit tidak ada

Teori

: Adapun persayaratan untuk langit-langit yang baik

adalah dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap, harus
menutup rata kerangka atap serta mudah dibersihkan.
Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah:

Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang

jatuh dari atap.


Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda

penyangga dengan
konstruksi bebas tikus.
Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan

lantai
Langit-langit kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai
tinggi rumah 2,40 m,dan

tinggi ruang selebihnya pada titik

terendah titik kurang dari 1,75m


Ruang cuci dan ruang kamar mandi diperbolehkan sekurang

kurangnya sampai 2,40 m


2. Dinding
Keadaan
: Dinding rumah terlihat terbentuk dari bahan bukan

nilai : 3

kayu, terlihat kokoh dan tidak tampak lumut disekitarnya, permanen /


tembok / pasangan battu bata , kedap air
Teori
: Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat
dinding sendiri, beban tekanan angin dan bila sebagai dinding pemikul
harus dapat memikul beban diatasnya, dinding harus terpisah dari
pondasi oleh lapisan kedap air agar air tanah tidak meresap naik
sehingga dinding terhindar dari basah, lembab dan tampak bersih tidak
berlumut.
Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain:

Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri,


beban tekanan angin, dan bila sebagai dinding pemikul harus
pula dapat memikul beban diatasnya.

Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat
air sekurang-sekurangnya 15 cm di bawah permukaan tanah
sampai 20 cm di atas lantai bangunan, agar air tanah tidak dapat
meresap naik keatas, sehingga dinding tembok terhindar dari
basah dan lembab dan

tampak bersih tidak berlumut.


Nilai : 2

3. Lantai
Keadaan

Tampak terlihat lantai tanpa keramik namun sudah

terbentuk ubin
Teori

: Lantai harus kuat untuk menahan beban diatasnya, tidak

licin, stabil waktu dipijak, permukaan lantai mudah dibersihkan. Menurut


Sanropie (1989), lantai tanah sebaiknya tidak digunakan lagi, sebab bila
musim hujan akan lembab sehingga dapat menimbulkan gangguan/penyakit
terhadap penghuninya. Karena itu perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap
air seperti disemen, dipasang tegel, keramik. Untuk mencegah masuknya
air ke dalam rumah, sebaiknya lantai ditinggikan 20 cm dari permukaan
tanah.
Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan
untuk lantai biasanya digunakan ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan
syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah aus,
permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan, yang terdiri dari:

Nilai : 2

Lantai anah stabilitas : Lantai tanah stabilitas terdiri dari


tanah,pasir, semen, dan kapur, seperti tanah tercampur kapur dan
semen, dan untuk mencegah masuknya air kedalam rumah

sebaiknya lantai dinaikkan 20 cm dari permukaan tanah.


Lantai papan : Pada umumnya lantai papan dipakai di daerah
basah/rawa. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasanan lantai
adalah : Sekurang-kurangnya 60 cm diatas tanah dan ruang bawah
tanah harus ada aliran air yang baik ;
- Lantai harus disusun dengan rapi dan rapat satu sama lain,sehingga
tidak ada lubang-lubang ataupun lekukan dimana debu bisa
bertepuk. Lebih baik jika lantai seperti ini dilapisi dengan perlak
atau kampal plastik ini juga berfungsi sebagai penahan kelembaban
yang naik dari dikolong rumah ;
- Untuk kayu-kayu yang tertanam dalam air harus yang tahan air
dan rayap serta untuk konstruksi diatasnya agar digunakan lantai

kayu yang telah dikeringkan dan diawetkan.


Lantai ubin : Lantai ubin adalah lantai yang terbanyak digunakan
pada bangunan perumahan karena. Lantai ubin murah/tahan
lama,dapat mudah dibersihkan dan tidak dapat mudah dirusak

rayap.
4. Jendela Kamar Tidur
Keadaan
: Ada, namun disini terlihat kondisi jendela yang jarang
dibuka ataupun terbilang walaupun dibuka mendapat udara masuk tidak
terlalu banyak, karena jendelanya berukuran tidak terlalu besar
Teori
:
Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20 % dari luas
lantai. Apabila luas jendela melebihi 20 % dapat menimbulkan kesilauan
dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan
suasana gelap dan pengap
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai
berikut:
Suhu udara nyaman berkisar 18 sampai 30 C
Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit per
penghuni

Nilai : 1

Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam


Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3

5. Jendela Ruang Keluarga


Keadaan
: Jendela Ruang keluarga ada, terbilang berukuran cukup,
dengan bentuk jendela yang memungkinkan jarang untuk bisa dibuka
karena penyeseuaian terhadap bangunan rumahnya
Teori
:
Luas jendela yang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20 % dari luas
lantai. Apabila luas jendela melebihi 20 % dapat menimbulkan kesilauan
dan panas, sedangkan sebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan
suasana gelap dan pengap
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai
berikut:
Suhu udara nyaman berkisar 18 sampai 30 C
Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit
per penghuni
Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3
6. Ventilasi
Keadaan
: terdapat ventilasi hanya di rumah bagian depan /
ruangan depan, sedangkan di kamar / ruangan lain tidak terdapat lagi.
Teori
:
Ventilasi ialah proses penyediaan udara segar ke dalam suatu ruangan
dan pengeluaran udara kotor suatu ruangan baik alamiah maupun secara
buatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh
buruk yang dapat merugikan kesehatan. Ventilasi yang baik dalam
ruangan harus mempunyai syarat-syarat, diantaranya :
a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan.
Sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup)
minimum 5%. Jumlah keduanya menjadi 10% kali luas lantai ruangan.
b) Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap
kendaraan, dari pabrik, sampah, debu dan lainnya.
c) Aliran udara diusahakan Cross Ventilation dengan menempatkan dua
lubang jendela berhadapan antara dua dinding ruangan sehingga proses
aliran udara lebih lancar.
Pengaruh-pengaruh buruk itu ialah :
1. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman.
2. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia.

Nilai : 1

3. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia.
4. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh
badan manusia.
5. kelembaban udara dalam ruang kediaman bertambah karena
penguapan air dan kulit

pernafasan manusia.

Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin


adanya gerak udara yang lancar dalam ruang kediaman. Caranya ialah dengan
memasukkan kedalam

ruangan udara yang bersih dan segar melalaui

jendela atau lubang angin di dinding,

sedangkan udara kotor dikeluarkan

melalui jendela/lubang angin di dinding yang

berhadapan.

Agar dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu


atau lebih

banyak jendela/lubang yang langsung berhubungan

dengan udara dan bebas dari rintangan rintangan, jumlah luas bersih
jendela/lubang itu harus sekurang-kurangnya sama 1/10 dari luas lantai
ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang itu harus dapat
dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampai
setinggi minimal 1,95 diatas permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau
saluran angin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (ceiling) yang
luas

bersihnya

sekurang-kurangnya

5% dari luas

lantai yang

bersangkutan. Pemberian lubang hawa/saluran angin dekat dengan


langit-langit bergua sekali untuk mengluarkan udara panas dibagian atas
dalam ruangan tersebut.
Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan
kurang memenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau
pengap, makadiperlukan suatu sistem pembaharuan udara mekanis.
Untuk memperbaiki keadaan udara dalam ruangan, sistem mekanis ini
harus bekerja terus menerus selama ruangan yang dimaksud digunakan.
Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakai untuk sistem pembaharuan
udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan atau exhauster), atau
air conditioning.

7. Lubang Asap Dapur


Keadaan
: ada lubang asap dapur, ventilasi mencapai > 10 % dari

Nilai : 1

luas permukaan lantai dapur yang memungkinkan asap keluar dengan


sempurna, secara kebetulan letak dapur rumah Ibu Rita berada di luar
tidak berbatas pad aruang yang sempit.
Teori
:
Kualitas udara dalam ruangan tidak boleh melebihi ketentuan sebagai
berikut:
Suhu udara nyaman berkisar 18 sampai 30 C
Kelembapan udara berkisar antara 40% sampai 70%
Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
Pertukaran udara (air exchange rate) = 5 kaki kubik per menit

per penghuni
Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam
Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m3

8. Pencahayaan
Keadaan
: dinilai kurang terang sehingga kurang jelas untuk
digunakan, walaupun di setiap ruangan terdapat lampu , kemungkinan
penggunaan daya terbatas sehingga cahaya tidak terlalu terang.
Teori
:
Cahaya yang cukup kuat untuk penerangan di dalam rumah
merupakan kebutuhan manusia. Penerangan ini dapat diperoleh dengan
pengaturan cahaya alami dan cahaya buatan. Yang perlu diperhatikan,
pencahayaan jangan sampai menimbulkan kesilauan.
a) Pencahayaan alamiah
Penerangan alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke
dalam ruangan melalui jendela, celah maupun bagian lain dari rumah
yang terbuka, selain untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi
kelembaban ruangan, mengusir nyamuk atau serangga lainnya dan
membunuh kuman penyebab penyakit tertentu. Suatu cara sederhana
menilai baik tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam sebuah
rumah adalah: baik, bila jelas membaca dengan huruf kecil, cukup; bila
samar-samar bila membaca huruf kecil, kurang; bila hanya huruf besar
yang terbaca, buruk; bila sukar membaca huruf besar.
b) Pencahayaan buatan
Penerangan dengan menggunakan sumber cahaya buatan, seperti lampu
minyak tanah, listrik dan sebagainya.
Kebutuhan standar cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan

Nilai : 2

untuk kamar keluarga dan kamar tidur mnurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara
untuk menilai baik atau

tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam

rumah, adalah sebagai berikut :


a
b
c
d

Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil.


Cukup, bila samar-samar membaca huruf kecil.
Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca.
Buruk, bila sukar membaca huruf besar.
Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat

ditentukan oleh

letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh

jumlah cahaya matahari pada pagi hari secara optimal sebaiknya jendela
kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendela yang baik paling sedikit
mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai. Apabila luas jendela melebihi
20 % dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkan sebaliknya
kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap

Hasil Penilaian komponen rumah = nilai x bobot (31)


Hasil analisis dari masing-masng komponen :
= 0 + ( 3 x 31 ) + ( 2 X 31 ) + ( 1 x 31 ) + ( 1 x 31 ) + ( 1 x 31 ) + ( 2 x 31 ) + ( 1 x 31 )
= 0 + 93 + 62 + 31 + 31 + 31 + 62 + 31
= 341

Nilai : 1

B. Sarana Sanitasi
Yang dinilai adalah :
1. Sarana air bersih (SGL/SPT/PP/KU/PAH)

nilai : 3

Keadaan : Ada, bukan milik sendiri dan memenuhi syarat kesehatan.


Teori :
Sarana air bersih adalah semua sarana yang dipakai sebagai sumber air
bagi penghuni rumah untuk digunakan untuk keperluan sehari-hari.
Sumber air yang layak adalah air yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila dimasak.
Dikatakan air bersih jika memenuhi 3 syarat utama :
a. Syarat fisik
Air tidak berwarna, tidak berbau, jernih dengan suhu dibawah suhu
udara, sehingga menimbulkan rasa nyaman.
b. Syarat kimia
Air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat kimia, terutama
yang berbahaya bagi kesehatan.
Sarana air bersih yang memenuhi syarat sanitasi :
a. Jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti septic
tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal 10 meter.
b. Pada sumur gali sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat
kedap air, dengan dilengkapi cincin dan bibir sumur.
c. Penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau terminal
air atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga kebersihannya dan
dipelihara rutin.
2. Jamban (sarana pembuangan kotoran)
Keadaan : Ada, leher angsa, septic tank.
Teori :
Jamban adalah
Kriteria jamban keluarga sehat yang memenuhi syarat sanitasi :
a. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampungan
berjarak 10-15 meter dari sumber air/sumur.
b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamak oleh serangga maupun
tikus.
c. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok agar tidak
mencemari tanah disekitarnya.
d. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.
e. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan
berwarna terang.
f. Cukup penerangan.
g. Lantai kedap air.
h. Ventilasi cukup baik.
i. Tersedia air dan alat pembersih.
Kriteria sarana pembuangan tinja yang baik dan memenuhi syarat
kesehatan :
a. Tidak terjadi kontaminasi pada permukaan tanah.

nilai : 4

b. Tidak terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin akan


digunakan sebagai sumber air.
c. Tidak terjadi kontaminasi pada air permukaan.
d. Excreta tidak dapat dijangkau lalat atau kuman.
e. Tidak terjadi penanganan Excreta segar. Apabila tidak dapat
dihindarkan, harus ditekan seminimal mungkin.
f. Harus bebas dari bau serta kondisi yang tidak sedap.
g. Metode yang digunakan harus sederhana serta murah dalam
pembangunan dan penyelanggaraannya.
Prinsip pembuangan tinja :
a. Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
b. Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan/air tanah.
c. Kotoran manusia tidak dijamah lalat.
d. Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu.
e. Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan.
3. Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
Keadaan : Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak dengan
sumber air <10m).
Teori :
Air limbah adalah air yang mengandung berbagai zat yang bersifat
membahayakan kehidupan makhluk hidup. Air limbah terbentuk karena
hasil perbuatan manusia.
Sumber air limbah yang lazim dikenal :
a. Berasal dari rumah tangga, misalnya air dari kamar mandi dan
dapur.
b. Berasal dari perusahaan, misalnya dari hotel, restoran, kolam
renang.
c. Berasal dari industri, seperti dari pabrik baja, pabrik tinta, dan
pabrik cat.
d. Berasal dari sumber lain, seperti air tinja yang tercampur air
comberan, dan lain-lain.
Beberapa usaha untuk meminimalisir produksi limbah :
a. Tidak membuang air limbah ke permukaan tanah, untuk
menghindari tanah becek atau jadi comberan, dan berbau.
b. Tidak menimbulkan sarang nyamuk.
c. Jarak minimal pembuangan limbah dan tinja dengan sumber air
bersih minimal 10 meter, kecuali telah melalui pengolahan
sederhana, untuk menghindari pencemaran air tanah oleh limbah.
d. Tidak memasukkan benda padat kedalam kloset, seperti kerikil,
batu, kertas, kain, dan plastik yang dapat mengganggu penyerapan
air dalam septic tank.

nilai : 1

4. Sarana pembuangan sampah (tempat sampah)


Keadaan : Ada, tidak kedap air dan tidak ada tutup.
Teori :
Sampah adalah semua produk sisa dalam bentuk padat yang dianggap
sudah tidak bermanfaat, sebagai sisa dari aktifitas manusia. Agar tidak
membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan, maka sampah perlu
diatur pembuangannya. Dapat digunakan tempat sampah untuk tempat
penyimpanan sementara sebelum sampah dikumpulkan untuk
dimusnahkan.
Kriteria tempat sampah yang memenuhi syarat sanitasi :
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kedap air, dan kuat
sehingga tidak mudah bocor.
b. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatang
lain, seperti tikus, kucing, dan sebagainya.
Pembuangan sampah adalah kegiatan menyingkirkan sampah dengan
metode tertentu dengan tujuan agar sampah tidak lagi mengganggu
kesehatan lingkungan dan masyarakat.
Pembuangan sampah pada tingkat pemukiman yang perlu diperhatikan :
a. Penyimpanan setempat (onsite storage)
Penyimpanan sampah setempat harus menjamin tidak menjadi
tempat bersarangnya tikus, lalat, dan binatang pengganggu lain,
serta tidak menimbulkan bau. Oleh karena itu tempat sampah harus
memenuhi kriteria diatas.
b. Pengumpulan sampah
Pengumpulan sampah yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah
atau pengelola daerah setempat sangat diperlukan untuk membawa
sampah ke tempat pembuangan akhir setiap hari, supaya sampah
yang mudah membusuk tidak menyebarkan penyakit seperti
Thypus abdominalis, Cholera, Diare, dan Dysentri melalui
vektornya.
Hasil score dari penilaian sarana sanitasi
Nilai x bobot = 9 x 25 = 225

nilai : 1

C. Perilaku Penghuni
Yang dinilai adalah :
1. Membuka jendela kamar
Kadang-kadang.

nilai : 1

2. Membuka jendela ruang keluarga


Tidak pernah dibuka.

nilai : 2

3. Membersihkan halaman
Tidak pernah.
4. Membuang tinja bayi dan balita ke jamban
Setiap hari ke jamban.
5. Membuang sampah ke tempat sampah
Setiap hari dibuang ke tempat sampah

nilai : 2
nilai : 2

nilai : 2

Hasil score penilaian perilaku penghuni


Nilai x bobot = 9 x 44 = 396

Kesimpulan :
Dikatakan rumah sehat apabila
total hasil penilaian antara 1.068 1.200 dan
dikatakan rumah tidak sehat jika total hasil penilaian < 1.068.

Total hasil penilaian rumah ibu . . . adalah :


341 + 225 + 396 = 962

Hasil : (< 1.068) termasuk kriteria rumah tidak sehat.

Penilaian PHBS berdasarkan 10 INDIKATOR PHBS DI RUMAH TANGGA


1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memilik kompetensi kebidanan (dokter kandungan, bidan, dan dokter umum). Saat
melahirkan Ibu Rita mendapat pertolongan persalinan dari bidan
2. Bayi diberi ASI ekslusif,
Adalah bayi termuda usia 0-6 bulan mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan
Bayi diberi ASI ekslusif, sampai berumur 3 bulan, tetapi jarang diberi MP-ASI
3. Menimbang balita setiap bulan,
Adalah balita (umur 12-60 bulan ) ditimbang setiap bulan dan tercatat di KMS atau buku
KIA untuk memantu pertumbuhannya setiap bulan.
Bayi selalu diperiksa ke Puskesmas, karena lokasinya cukup dekat.
4. Menggunakan air bersih,
Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih dan menggunakannya untuk
kebutuhan sehari-hari yang berasal dari air dalam kemasan, air ledeng, air sumur terlindung
dan penampungan air hujan. Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak
minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah
Keadaan : Jarak antara sumur dan septiktenk < 10 meter, resiko tinggi air sumur tercemar.
Menggunakan sumber air sumur pompa.
5. Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan pakai sabun,
Kegiatan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar, sebelum memegang
bayi, setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan menggunakan air bersih
mengalir dan sabun.
Keadaannya tersedia sabun,
6. Menggunakan jamban sehat
Anggota rumah tangga yang menggunakan jamban leher angsa dengan tangki septictank
atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir dan terpelihara
kebersihannya. Untuk di daerah yang sulit air dapat menggunakan jamban cemplung,
jamban plengsengan
Pada rumah Ibu Rita jamban sudah menggunakan leher angsa, namun untuk kondisi kamar
mandi belum menggunakan ubin, hanya semen saja, dengan kondisi dilengkapi dinding dan
atap pelindung, tidak disertai ventilasi , lantai licin / tidak kedap air, terdapat lumut
ataupun kotoran mengindikasikan jarang dibersihkan
7. Memberantas jentik di rumah
Dilakukan sekali seminggu, Tujuannya melakukan pemberantasan jentik nyamuk di dalam
dan atau diluar rumah seminggu sekali dengan cara 3M plus yakni : menguras, menutup,
mengubur, dan menjauhi gigitan nyamuk.

Keluarga ibu Rita tidak mempunyai tepat pembuangan khusus di halaman, karena faktor
rumahnya tidak ada pekarangan tumah, beliau mengatakan pernah melakukan voging
DBD, penggunaan kelambu hanya dilakukan untuk anaknya. Untuk kegiatan menguras,
dinilai tempat air kotor, karena terbuat dari bahan yang sulit dibersihkan, , tidak terdapat
tempat untuk mengubur.
8. Makan sayur dan buah setiap hari,
Kesediaan pangan berupa makanan sayur dan buahan adalah untuk mengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan tubuh. Serta menghasilkan tenaga untuk aktivitas keluarga umur 10
tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau
sebaliknya setiap hari.
Keluarga ibu Rita tidak rutin makan sayur dan buah-buahan tiap hari, sehingga dapat
menjadi risiko tergganggu produktivitas kegiatan sehari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah
Anggota keluarga umur 10 tahun keatas melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap
hari. Menyebabkan pengeluaran tenaga yang penting mempertahankan kualitas dan
kebugaran agar tetap sehat. Keuntungannnya, berat badan terkendali, lebih bertenaga dan
bugar dan keadaan sehat menjadi lebih baik.
Aktivitas yang dilakukan Ibu Rita sehari-hari adalah sebagai Ibu Rumah tangga yang
menghabiskan banyak kegiatanyya di rumah mengurus anak, Suaminy Bapak Dimas
bekerja sebagai Office boy yang menghabiskan banyak eakjtu di sebuah perusahaan dan
baru pulang malam hari dengan kegiatan isttirahat, sedangkan adiknya bersekolah,
menghabiskan banyak waktu disekolah namun pulang pada siang hari. Kegiatan olahraga
yang dilakukan jarang karena pekerjaan membawa rasa letih sehingga kurang
memperthatikan kegiatan lain di luar rutinitas. Kegiatan sudah terbilang padat sehingga
terbilang aktif dalam aktivitas.
10. Tidak merokok di dalam rumah,
Setiap anggota keluarga tidak boleh merokok di dalam rumah . penduduk/anggota keluarga
umur 10 tahun keatas tidak merokok dalam rumah selama ketika berada bersama anggota
keluarga. Akibat merokok, dapat menyalurkan kandungan zat yang berbahaya mengganggu
kerusakan fungsional

tubuh, risiko kesehatan pada paru-paru, jantung, kanker dan

keutuhan sel-sel hidup.


Ibu Rita mengatakan suaminya adalah perokok aktif, sehingga bisa mempengaruhi
kesehatan anggota keluarga lainnya di rumah . Menjadikan anggota keluarga yang lain
menjadi perokok pasif, ditambah ventilasi yang kurang sehingga sirkulasi udara akan
mempengaruhi asap rokok yang berada di rumah Ibu Rita.

4.2

CRP

Penilaian Pre test & Post test


I.

Pengetahuan Responden
Skoring Pengetahuan Responden
Pre test
Post test
8
12
Pembahasan :

Pada penilaian pengetahuan, responden diberikan 15


pertanyaan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) .
Pertanyaan tersebut diberikan sebanyak 2 kali yaitu sebelum
penyuluhan dan setelah penyuluhan. Kemudian dicocokkan
dengan kunci jawaban yang telah kami buat berdasarkan ilmu
tentang PHBS yang telah kami pelajari.
Kesimpulan Hasil Skoring :
Terdapat peningkatan nilai skoring pada hasil post test, ini
mencerminkan bahwa
responden memahami atas apa yang
kami sampaikan tentang PHBS walaupun belum menunjukkan
hasil yang maksimal.

II.

Sikap Responden
Skoring Sikap Responden
Pre test
41

Post test
43

Pembahasan :
Dalam penilaian sikap responden, kami memberikan 15
pertanyaan yang dilakukan sebanyak 2 kali yakni sebelum dan
sesudah penyuluhan. Responden diminta untuk menyampaikan
pendapatnya apakah setuju, kurang setuju, ataupun tidak setuju.
Dimana dalam setiap jawabannya mempunyai poin yang
berbeda, yaitu :
Setuju
: 3 poin
Kurang setuju : 2 poin
Tidak setuju
: 1 poin
Kemudian kami kelompokkan menjadi sebagai berikut :
Baik
: 31-45 poin
Cukup Baik
: 16-30 poin
Kurang Baik
: 1-15 poin
Kesimpulan Hasil Skoring :
Dari hasil skoring mengenai sikap responden tersebut dapat
dilihat bahwa terdapat peningkatan dari 41 menjadi 43 setelah
dilakukan penyuluhan. Ini menunjukkan bahwa responden awalnya

sudah memiliki sikap yang baik untuk hidup sehat hanya saja kami
masih harus meluruskan yang keliru dan pada post test kami
berhasil membuat perubahan pada sikap responden walaupun
masih belum dapat dikatakan berhasil 100%.
Sikap responden dapat kami kategorikan baik, dalam pre test
maupun post test.

4.3

BHP

keadaan di depan rumah (tampak depan)

Tampak plafon/ langit langit dan atap rumah

Tampak halaman belakang rumah yang menyatu dengan tetangga lain

kamar madi, jamban, dan langit langit

dapur yang menyatu dengan tempat menjemur

keadaan di dalam kamar tidur

Keadaan di ruang tengah sebagai tempat belajar, tidur dan bermain anak

You might also like