Professional Documents
Culture Documents
3.
Perkecil bagian batu gerinda yang kontak langsung dengan benda kerja / material yang digerinda
atau dipotong.
4. Pastikan socket kabel power dicabut dari supply power pada saat penggantian batu gerinda. Dan
jangan meninggalkan mesin gerinda dalam kondisi masih terhubung dengan power supply.
Dengan memperhatikan hal-hal diatas maka resiko kecelakaan dari pekerjaan menggerinda atau yang
menggunakan mesin gerinda dapat diperkecil bahkan dihindari.
-
Ketahui dulu, apa yang harus diselesaikan/dikerjakan (material yang akan digerinda)
Ketahui dulu, apa keterbatasan material yang akan digerinda (ukuran, keadaan permukaan, jenis,
posisi yang akan digerinda)
Ketahui dulu, apa keterbatasan mesin gerinda, apakah dalam keadaan baik atau rusak, apakah
ukuran kecil, sedang atau besar,apakah komponen-komponen pendukungnya lengkap.
Ketahui dulu, apa keterbatasan kita yang akan mengopersikannya, apakah dalam kondisi dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani atau sakit, kemampuan fisik, pengetahuan dan pengalaman.
c) Bahaya peralatan listrik jika isolasinya kurang bagus atau kabel Las kabel lampu penerangan ada
yang luka/lecet, pekerja bisa terkena Setrum.
d) Bahaya peledakan di Confined Space jika ada Gas yg terkontaminasi tidak ada sirkulasi udara
Untuk mengatasi bahaya-bahaya tersebut diatas ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:
a) Melengkapi semua persyaratan ijin kerja dan mengajukan Work Permit.
b) Pastikan fasilitas untuk sirkulasi uadara bekerja dengan baik.
c) Pastikan bahwa pengecekan Oxigen (O2) telah dicek oleh safety dept dengan menggunakan alat
Gas detector dan pastikan konsentrasi oksigen dalam batas yang normal.
d) Selama melakukan pekerjaan didalam ruang terbatas harus selalu ada pengontrolan oleh
supervisi.yang bersangkutan.
e) Pastikan ada satu orang penjaga yang standby didekat manhole.
f) Pastikan selalu ada komunikasi langsung dengan baik pada pekerja yang ada didalam ruang
terbatas tsb, maka untuk itu perlu radio komunikasi
C. BEKERJA DI KETINGGIAN
Topik : Safety
Defenisi
Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di
Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas non rutin sehingga memerlukan dokumen izin
kerja. Semua aktivitas ini memerlukan tindakan pencegahan untuk meyakinkan bahwa pekerjaan
tersebut dilakukan dengan aman. Maka dari itu, saat mengajukan Izin Kerja, anda harus mengerti akan
:
o Tipe peralatan yang biasa digunakan untuk mencapai tempat kerja yang tinggi dan
o Metode dan kelengkapan keselamatan dalam menggunakan peralatan
Apakah anda sudah melengkapi diri dengan peralatan keselamatan??
APD Wajib :
1. Sabuk/tali keselamatan
2. Helm Keselamatan, Tali helm harus diikatkan ke dagu
3. Sepatu keselamatan
APD Tambahan (tergantung dari kondisi pekerjaan & kondisi di lapangan):
1. Kacamata keselamatan
2. Sarung tangan (glove)
3. Masker
Tipe Peralatan yang digunakan untuk bekerja di ketinggian antara lain :
1. Tangga
2. Scaffolding/perancah jembatan
3. Alat angkat mekanik (working platforms)
4. Bolt dan clamp scaffolding
5. Peralatan akses yang saling terhubung
6. Tali dan jarring keselamatan
Jika kekurangan tidur itu terus berlangsung, maka performen kerja akan semakin memburuk.
Penyebab terjadinya fatigue dapat berasal dari faktor yang berkaitan dengan pekerjaan dan faktor
diluar pekerjaan.
a. Faktor yang berkaitan dengan pekerjaan
1). Aspek tugas yang dikerjakan (seperti beban kerja yang semakin besar)
2). Sistem roster (terlalu banyak shift malam, atau jadwal kerja yang cukup panjang)
3). Pekerjaan yang tidak terencana, keadaan darurat, lembur
4). Suasana lingkungan kerja (bising, temperatur ekstrim)
Faktor-faktor yang mempengaruhi paparan pekerja untuk terhadap asap proses pengelasan :
Jenis proses pengelasan
logam logam dasar dan filler yang digunakan
Komposisi kawat las
Lokasi (luar, ruang tertutup)
praktek kerja seorang welder (bagaimana posisi yang aman)
Gerakan udara di area lokasi pengelasan (menggunakan blower exhaust local untuk di ruangan
tertutup)
Gunakan pengendalian dengan ventilasi yang baik
(dalam
jangka waktu yang pendek) untuk pengelasan asap dan gas dapat
menyebabkan mata, hidung dan tenggorokan iritasi, pusing dan mual. Pekerja di daerah yang
mengalami gejala ini harus meninggalkan daerah segera, mencari udara segar dan mendapatkan
perhatian medis.
Terlalu lama untuk pengelasan asap dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan berbagai jenis
kanker, termasuk paru-paru, laring, dan saluran kemih
Efek kesehatan dari asap tertentu mungkin termasuk demam metal fume, sakit maag, kerusakan
ginjal dan kerusakan sistem saraf. Berkepanjangan paparan asap mangan dapat menyebabkan
gejala Parkinson (penyakit karena kerusakan saraf dengan gejala salah satu atau beberapa anggota
badan bergetar pada saat beristirahat, sulit bergerak dan mengalami kaku otot).
Gas seperti helium, argon, dan karbon dioksida mengurangi kadar oksigen di udara dan dapat
menyebabkan sesak napas, terutama ketika pengelasan di tempat terbatas atau tertutup . Dan yang
paling berbahaya, jika terbentuk Karbon monoksida dapat menyebabkan sesak nafas yang serius
bahkan sampai meninggal.
Mengurangi paparan asap las
Tukang las harus memahami bahaya dari bahan mereka bekerja, misalnya apa yang dilas dan apa
komponen peralatan lainnya yang digunakan untuk mengelas
Permukaan Welding harus dibersihkan dari setiap lapisan yang berpotensi membuat asap las las
an beracun, seperti sisa pelarut dan cat, tiner dan oli.
Para pekerja harus memposisikan diri untuk menghindari menghirup asap dan gas hasil
pengelasan . Sebagai contoh, pekerja harus tetap melawan arah angin saat pengelasan di
lingkungan terbuka atau di luar ruangan
Sistem ventilasi lokal dapat digunakan untuk menghilangkan asap dan gas dari zona pernapasan
tukang las itu.
Risiko kesehatan dan efek yang terkait dengan gas pengelasan dan asap ditentukan oleh: lamanya
waktu yang Anda terkena mereka jenis pengelasan yang Anda lakukan lingkungan kerja perlindungan
yang Anda gunakan.
Lantai yang mungkin dapat rusak harus dilindungi dari panas dari spark welding, bara gouging.
Perhartian yang khusus harus kita lakukan untuk mencegah bara, percikan api atau metal yang meleleh
mengenai material yang mudah terbakar di tempat penyimpanan cairan atau gas, contoh dengan
memeriksa pembatas dan memindahkan barang yang mudah terbakar yang bersinggungan dengan
besi. Bara atau percikan api tidak boleh dekat dengan kontainer/tabung cairan yang mudah terbakar
atau gas yang dipadatkan atau tempat lain dimana terdapat atmosfir yang mudah terbakar. Alat tidak
boleh ditinggalkan dalam keadaan menyala jika tidak digunakan.
Jika melakukan hot work di dalam ruang sempit terbatas atau ditempat tertutup, harus ada sirkulasi
udara yang cukup atau ventilasi yang memadai untuk memperbaiki jumlah oksigen yang
menipis/berkurang.
Thinner
3. Acetylene
4. Hydrosulfida (H2S)
5. dll.
Material Padat: 1. Rockwoll
Material cair/fluida:
1. Acetylene
2. Hidrosulfida (H2S)
3. Painting dan Sandblasting merupakan pekerjaan yang mengandung bahaya yang setiap saat
akan menciderai kita.
Adapun bahaya-bahaya yang terdapat pada pekerjaan painting dan Sandblasting sebagai berikut:
1. Bahaya meletup/terbakar, karena uap painting mempunyai Flash point / titik nyala 500 C artinya
uap cat akan mudah terbakar dimana paparan panas disekelilingnya sudah mencapai titik nyala
2.
Bahaya paparan uap yang akan membahayakan pernafasan, karena uap cat menutup oksigen
diudara.
3. Bahaya semprotan pasir yang bertekanan tinggi dapat menimbulkan luka lecet pada kulit,dan dapat
menimbulkan kebutaan pada mata.
4.
Bahaya debu juga dapat membahayakan kesehatan pernapasan kita, dan dapat merusak jaringan
paru-paru kita.
Untuk menghindari atau mengendalikan bahaya-bahaya tersebut di atas ada beberapa cara yang perlu
kita lakukan diantaranya:
1. Dilarang merokok ataupun membuat percikan api disekitar lokasi proses pencampuran Cat dengan
Tinner.
2. Dilarang ada pengelasan didaerah/lokasi painting disaat pengecetan
3. Jika ada pekerjaan Blasting dilokasi terbuka, maka lokasi blasting terisolasi / dibuat cover
4. Pekerja yang melakukan Pengecetan / Blasting harus memakai Alat Pelindung Diri yang sesuai
dengan jenis pekerjaannya.
5. Painter/Blaster memastikan arah angin saat melakukan pekerjaan, Jangan bekerja melawan Arah
Angin
Demikianlah sekilas lutisan tentang bahaya bahan mudah terbakar agar kita baik pekerja maupun
mayarakat awam, terutama pekerja yang akan melakukan pekerjaan di lokasi yang sedang berlangsung
pekerjaan yang menggunakan bahan mudah terbakar contohnya proses Pengecatan atau Blasting.
Petunjuk penanganan
-
Dilarang merokok atau menyalakan api selama penanganan ditempat penyimpanan tabung gas
Ulir kerangan dan sungkup harus bebas dari bahan pelumas atau bahan-bahan yang mengandung
minyak
Pemeriksaan
Periksa setiap tabung sebelum digunakan . Kondisi tabung yang diamati meliputi:
Tidak ada goresan
Tidak berkarat
Keutuhan segel
Tulisan pada tabung harus masih jelas
Pemindahan
Lakukan pengangkutan tabung
Pemakaian
Tabung gas selalu dalam posisi berdiri dan terikat selama pemakaian
Dilarang mempergunakan tabung gas tanpa regulator
Untuk menghidari Cedera oleh perkakas tersebut, taatilah upaya pencegahan berikut ini
1. Periksalah perkakas sebelum dipakai dan jangan menggunakannya jika diketahui ada kerusakan.
2. Perkakas yang rusak atau yang bengkok karena dipakai dan perkakas yang cacat harus segera
diganti.
3. Letakan perkakas pada satu tempat,jangan dibiarkan berserakan
4. Jangan meletakan perkakas di atas mesin atau tempat lain yang mudah jatuh.
5. Bila perkakas tersebut kotor oleh minyak, bersihkanlah alat itu sebelum dipakai.
6. Pakailah perkakas yang sesuai untuk setiap pekerjaan, karena setiap jenis mempunyai fungsi dan
/atau ukuran yang berbeda.
7. Sebelum menyimpan perkakas, hitung jumlah dan periksalah apa ada yang rusak.Simpanlah
dengan baik agar mudah diambil bila diperlukan dan mudah mendeteksi sekiranya ada kerusakan
PALU
a. Jangan menggunakan Palu yg tanpa baji,longgar,gagangnya rusak, ke-palanya rusak walau sebelah
atau kepalanya sudah berbentuk jamur.
b. Jangan mengayun palu dengan memakai sarung tangan.
c. Pukulan palu pertama seharusnya tdk begitu keras.Mulaila pukulan ringan dan sedikit demi
sedikit tingkatkan kekuatannya
d.
Hati-hati terhadap bahaya serpihan logam yg melayang pada saat logam ,pelat panas dipukul
dengan palu.
K. BISING
Topik : Kesehatan Kerja
Bising adalah : Bunyi /suara yg tidak menyenangkan/tidak dikehendaki, oleh pekerja.
Jadi
Bahaya
Bising
adalah
Suatu
kondisi,
keadaan
Bunyi,
Suara
yang
tidak
dikehendaki/menyenangkan yg akan merusak / mencederai indera pendengar kita. Jika kita bekerja di
tempat yang Bising dalam jangka waktu yg lama/tertus menerus maka indera pendengaran kita akan
menurun, bahkan bisa Tuli permanen/tuli sementara.
Yang dimaksud Tuli permanen adalah Tuli yg tidak bisa diobati, harus menggunakan alat, sedangkan
Tuli sementara adalah Tuli yang beberapa jam, hari akan sembuh/normal kembali.
Dalam kehidupan sehari hari , untuk dapat melakukan sesuatu yang sempurna dibutuhkan
Pendengaran yang baik agar mudah untuk berkomunikasi. Pendengaran merupakan alat pemberi
peringatan yang sangat peka, sekalipun dalam keadaan tertidur, lebih lebih dalam keadaan terjaga
atau sedang melakukan pekerjaan. Dari penjelasan di atas sudah jelas bahwa Peranan Pendengaran
sangat penting, untuk itu kita perlu menjaga indera pendengar kita dari suara-suara yang tidak
menyenangkan/tdk dikehendaki,agar indera pendengar kita tetap fit.
Manusia/pekerja mempunyai kemampuan menerima intensitas terlemah 10 db dan intensitas
tertinggi 85 90 db, lebih dari itu harus memakai Alat Pelindung Diri . Alat pelindung diri yang harus
dikenakan adalah Ear Plug untuk intensitas bunyi antara 85 s/d 120 db dan Ear Muff untuk intensitas
bunyi diatas 120 db.
Adapun langkah langkah yang perlu kita lakukan untuk menjaga kesehatan Pendengaran kita al:
Pertama mengurangi Intensitas/kekuatan bising pada sumbernya.
Kedua kita harus menggunakan Erplug jika bekerja di lokasi yang bising.
Suplai oksigen secara terus menerus akan memperbesar pembakaran bermacam-macam material yang
biasanya tidak terbakar di udara. Penanganan tabung gas oksigen harus disimpan secara vertikal
ditempat yang sejuk, berventilasi cukup, dan jauh dari sumber-sumber panas atau material yang
mudah terbakar. Lindungi tabung terutama bagian krannya dari kerusakan fisik baik dalam keadaan
penuh maupun kosong. Jangan biarkan bagian manapun dari tabung terkena panas diatas 55 0C.
Apabila terjadi kebocoran pada tabung, maka pindahkan tabung ke area yang terbuka dan aman
kemudian biarkan tabung sampai kosong.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dari kesalahan penggunaan oksigen seperti kebakaran
maka harus diperhatikan :
- Tabung dan krannya tidak boleh terkena / terkontaminasi greas/gemuk atau minyak.
- Tempatkan Tabung / Botol Oksigen dalam posisi vertikal / berdiri, jangan dibiarkan miring atau
tertidur, ditempatkan pada baket.
- Tutup kran tabung bila tidak digunakan
- Tabung tidak boleh tertindih
- Buka tutup kran tabung secara perlahan-lahan
- Jangan merokok atau melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan panas dilingkungan yang kaya
dengan oksigen.
- Jangan menggunakan oksigen bertekanan tinggi untuk membersihkan badan atau pakaian dari debu
dan kotoran.
Dengan mengetahui bahaya-bahaya dari penggunaan oksigen maka pentinglah bagi kita untuk
melakukan tindakan pencegahan bahaya sebelum terjadinya kecelakaan yang diakibatkan kesalahan
penggunaan dan penanganan oksigen.
Hand tools harus terbuat dari bahan berkualitas baik dan sesuai untuk pekerjaan yang akan
dilakukan;
Penggunaan alat pemotong harus mencegah tangan dari terluka oleh bagian yang tajam dari
alat pemotong. Tepi tajam alat pemotong harus dijaga agar tetap tajam (jika tumpul
menyebabkan tekanan yang berlebihan pada saat digunakan);
Penggunaan alat pemukul (misalnya palu), handle-nya harus terpasang dengan kuat untuk
mencegah terlepas saat digunakan.
Tempat Penyimpanan
Peralatan-peralatan hand tools yang tajam harus disimpan dengan dengan hati-hati / ujung-ujungnya
yang tajam harus dilindungi atau ditempatkan di posisi yang aman untuk menghindari kontak tak
disengaja atau jatuh ke personil. Hand tools harus dijaga agar tetap bersih, bebas dari oli, kelembaban,
dan bahan kimia untuk mencegah kerusakan dan korosi. Peralatan harus diperiksa secara teratur,
diperbaiki atau diganti jika perlu.
Pengelasan
harus
dilakukan
oleh
welder
yang
terampil
dan
berkompeten.
Dimana ada persyaratan untuk pemeriksaan pengelasan, Welder harus memberitahukan kepada
welding inspektur.
Ketika pengelasan, dan setiap inspeksi telah selesai dilakukan, Welder akan memastikan
bahwa daerah tersebut dibersihkan, bahwa semua peralatan dikembalikan ke lokasi yang benar
dan izin relevan dengan formalitas pekerjaan telah selesai.
Elektroda yang tidak terpakai akan disimpan sesuai dengan Instruksi Kerja untuk Penyimpanan
Elektroda
Penanganan Elektroda Welding.
Setiap api operasi pemotongan akan dilakukan dengan tindakan pencegahan yang sama seperti untuk
pengelasan, dengan perawatan ekstra diambil untuk memastikan bahwa setiap terak panas tidak dapat
jatuh ke wilayah yang tidak terjangkau, dan terak /stek akan dihapus pada saat penyelesaian tugas.
P. PROSEDUR KESELAMATAN KERJA LISTRIK
Keselamatan kerja listrik adalah keselamatan kerja yang bertalian dengan alat, bahan, proses,
tempat (lingkungan) dan cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja listrik adalah
untuk melindungi tenaga kerja atau orang dalam melaksanakan tugas-tugas atau adanya tegangan
listrik disekitarnya, baik dalam bentuk instalasi maupun jaringan.
Pada dasarnya keselamatan kerja listrik adalah tugas dan kewajiban dari, oleh dan untuk setiap
orang yang menyediakan, melayani dan menggunakan daya listrik.
adalah undang undang keselamatan kerja, yang di dalamnya telah diatur pasal-pasal tentang
keselamatan kerja untuk pekerja-pekerja listrik.
Penyebab utama kematian atau kecelakaan serius yang berhubungan dengan pekerjaan listrik adalah
sebagai berikut:
Electric Shock
Tegangan listrik dengan 50 Volt dalam suatu kesempatan, memblok sinyal ke otak dan otot yang dapat
menyebabkan:
Jantung berhenti
Sulit bernafas
Kejang otot
Kejang otot dapat menyebabkan cedera fisik, dan kontraksi pada otot Anda.
Cek peralatan Anda apakah masih valid sticker Portable Appliance Test (PAT)-nya.
Prosedur keselamatan saat bekerja dengan Electrical Equipment, Mesin-mesin dan Instalasinya:
Perencanaan yang matang : pemilihan peralatan-peralatan yang tepat sebelum mulai kerja
Q. BEKERJA DI KETINGGIAN
Di banyak Negara, jatuh dari ketinggian adalah penyebab terbesar terjadinya kecelakaan fatal di
area kerja pada saat bekerja di ketinggian. Masalah yang sering terjadi adalah kecelakaan fatal
terjadi ketika pekerja:
Jatuh ke dalam galian atau lubang yang tidak diproteksi dengan pagar
Faktor-faktor umum yang menyebabkan orang jatuh dari tangga adalah disebabkan oleh
overreaching (gerakan yang melampaui batas), overbalancing (keseimbangan yang berlebihan), dan
pergerakan-pergerakan yang tiba-tiba dan tidak diinginkan. Working at Height atau bekerja di
ketinggian adalah pekerjaan dimana posisi atau tempat, termasuk posisi atau tempat dibawah tanah,
dimana berpotensi untuk menyebabkan seseorang atau benda terjatuh. Seperti yang dikutip oleh Media
K3 dari ECITB guidance, di beberapa negara: minimum jaraknya tidak disebutkan secara spesifik.
Tapi banyak yang menggukan standar bekerja diatas 1,8m atau 2m sudah dikategorikan bekerja di
ketinggian.
Orang yang berdiri di pinggir penggalian atau bekerja disitu sudah dikategorikan bekerja di
ketinggian. Sementara orang yang bekerja di dalam penggalian juga dikategorikan bekerja di
ketinggian karena memungkinkan benda jatuh ke atas mereka.
pada
permukaan lantai
Falls ( Terjatuh): terjadi setelah seseorang kehilangan keseimbangan akibat dari tergelincir atau
tersandung.
Tersandung:
2.
3.
Dari upaya-upaya tersebut agar keselamatan pekerja, asset perusahaan dan lingkungan dapat terjaga.
karyawan
untuk
mencapai
tujuan
K3
Seperti yang telah dijelaskan diatas BBS adalah upaya pendekatan K3 secara proaktif yang
dalam prosesnya melakukan identifikasi perilaku berbahaya sebagai penyebab keelakaan.
Tujuannya adalah mengurangi terjadinya at risk behavior dengan melakukan observasi,
pengarahan dan mempengaruhi secara positif yang pada akhirnya dapat merubah kebiasaan bekerja
dengan selamat.
ABC- BBS Model
Terdiri dari 3 elemen :
1. Activator/Antecedent adalah kejadian yang mendasari perilaku sesorang
2. Behavior / perilaku adalah sesuatu yang dilakukan oleh seseorang yang dapat kita lihat
3. Consequence adalah kejadian yang mengikuti perilaku dan merubah kemungkinan yang akan
terjadi di kemudian hari.
Contoh dari Activator
Tujuan
Kebijakan
Prosedur
Standar Kerja
Pelatihan
JSA
Tool Box Meeting
dll.
Ciri-ciri aktivator :
Selalu datang sebelum perilaku (behave)
Konsekuensi juga dapat sebagai activator
Ada 2 jenis konsekuensi yaitu konsekuensi positif dan negatif.
Contoh konsekuensi positif :
Tool Box Meeting
Bekerja sesuai instruksi
Dll
Contoh Konsekuensi Negatif :
Merokok di area yang mudah terbakar
Tidak
mengunakan
APD
sesuai
ketentuan
contoh dari konsekuensi negatif di atas adalah hasil dari At Risk Behavior (perilaku
berbahaya).
At Risk behavior bisa menyebabkan kecelakaan baik itu kecelakaan ringan ataupun fatal
tergantung dari resiko dari pekerjaan yang dilakukannya. Berikut ini beberapa alasan orang
melakukan at risk behavior :
Kesadaran
Kebiasaan
Tidak disengaja
Adapun
BBS
berfokus
pada
Kebiasaan
dan
perilaku
yang
tidak
disengaja.
Lawan dari at risk behavior (perilaku berbahaya) adalah Safe Behavior (Perilaku selamat) yang
apabila dilaksanakan secara konsisten maka hal tersebut merupakan upaya pencegahan
kecelakaan.
Investigasi Kecelakaan
Analisis Kecelakaan
Dilakukan oleh personel K3 atau personel Dilakukan oleh tim yang melibatkan
investigasi K3 profesional.
Pokok tujuan mencari kesalahan kerja Pokok tujuan mencari fakta-fakta yang
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. menyebabkan terjadinya kecelakaan.
Bersifat reaktif terhadap kecelakaan yang Bersifat proaktif terhadap semua jenis
menyebabkan korban atau cidera serius.
Umumnya
hanya
menemukan
penyebab kecelakaan.
5
Rekomendasi
hanya
kecelakaan.
yang
dilakukan
bersifat
dihasilkan
bagaimana
adalah Rekomendasi
menghindari bagaimana
meningkatkan
yang
dihasilkan
memperbaiki
proses
kerja
adalah
dan
untuk
aman.
7
Diskusi yang dilakukan mengarah kepada Diskusi mengarah kepada pencarian faktamencari
siapa
yang
salah
Pihak
manajemen
perbaikan
terhadap
akan
saling mendukung.
melakukan Pihak
lingkungan
pekerja
akan
memberikan
Aplikasi dari solusi diterapkan secara Aplikasi dari solusi diterapkan secara lebih
sempit atau terbatas.
10
luas.
partisipasi
sistem K3.
difokuskan
pekerja
kepada
dalam
tingkat
menerapkan
lebih besar terhadap keselamatan semua individu didalam organisasi. Setiap individu harus berani
mengingatkan rekan kerjanya yang lain jika melakukan pelanggaran atau mengabaikan keselamatan.
Dan setiap indvidu juga harus membuka diri dan berbesar hati jika diingatkan oleh rekan kerjanya
yang lain, karena peringatan tersebut adalah demi kebaikkan dirinya dan pekerja lain yang ada
disekitarnya. Saling mejaga dan peduli ini tidak hanya bersifat horizontal sesama pekerja akan tetapi
juga bersifat vertikal antara pekerja dan atasan. Semua line manajer harus menjaga dan peduli dengan
keselamatan semua pekerja baik didalam kelompok kerja yang dipimpinnya atau kelompok kerja lain
yang dia temukan pelanggaran. Menjaga dan peduli tidak hanya dari atas kebawah akan tetapi juga
dari bawah keatas, pekerja tidak perlu segan untuk mengingatkan jika ada atasan yang melakukan
pelanggaran keselamatan, dan atasan jangan merasa tersinggung atau sungkan menerima masukkan
atau peringatan dari bawahannya. Jika budaya saling menjaga dan peduli akan keselamatan didalam
organisasi sudah terbagun, maka sistem keselamatan berkelanjutan akan dapat dicapai.
TEORI KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama, adanya kenyataan bahwa
penggantian pemimpin seringkali mengubah kinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan
organisasi adalah kepemimpinan, mencakup proses kepemimpinan pada setiap jenjang organisasi,
kompetensi dan tindakan pemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989). Kenyataan dan/atau gagasan,
serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semua pihak maklum adanya,
sehingga muncul jargon ganti pimpinan, ganti kebijakan, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti
tata ruang kantor, ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itu merupakan
fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untuk dikaji.
Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang, yakni: (1) pendekatan
sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atau traits approach; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam
memimpin, atau style approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau contingency approach. Pada
perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-cara menjadi pemimpin yang efektif,
termasuk dengan mengembangkan kesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin
profesional dan bermoral.
Konsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental di dalam menganalisis proses dan
dinamika di dalam organisasi. Untuk itu banyak kajian dan diskusi yang membahas definisi
kepemimpinan yang justru membingungkan. Menurut Katz dan Kahn (dalam Watkin, 1992) berbagai
definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok besar yakni
sebagai atribut atau kelengkapan dari suatu kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai
kategori perilaku.
Pengertian kepemimpinan sebagai atribut atau kelengkapan suatu kedudukan, diantaranya
dikemukakan oleh Janda (dalam Yukl, 1989) sebagai berikut.
Leadership is a particular type of power relationship characterized by a group members perception
that another group member has the right to prescribe behavior patterns for the former regarding his
activity as a group member. (Kepemimpinan adalah jenis khusus hubungan kekuasaan yang
ditentukan oleh anggapan para anggota kelompok bahwa seorang dari anggota kelompok itu memiliki
kekuasaan untuk menentukan pola perilaku terkait dengan aktivitasnya sebagai anggota kelompok,
pen.).
Selanjutnya contoh pengertian kepemimpinan sebagai karakteristik seseorang, terutama dikaitkan
dengan sebutan pemimpin, seperti dikemukakan oleh Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000) bahwa
Leaders are agents of change, persons whose act affect other people more than other peoples acts
affect them, atau pemimpin merupakan agen perubahan, orang yang bertindak mempengaruhi orang
lain lebih dari orang lain mempengaruhi dirinya.
Adapun contoh pengertian kepemimpinan sebagai perilaku dikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin
(2002) yakni: Leadership involves a set of interpersonal influence processes. The processes are
aimed at motivating sub-ordinates, creating a vision for the future, and developing strategies for
achieving goals, yang dapat diartikan bahwa kepemimpinan melibatkan seperangkat proses pengaruh
antar orang. Proses tersebut bertujuan memotivasi bawahan, menciptakan visi masa depan, dan
mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan.
Sehubungan dengan ketiga kategori pengertian di atas, Watkins (1992) mengemukakan bahwa
kepemimpinan berkaitan dengan anggota yang memiliki kekhasan dari suatu kelompok yang dapat
dibedakan secara positif dari anggota lainnya baik dalam perilaku, karakteristik pribadi, pemikiran,
atau struktur kelompok. Pengertian ini tampak berusaha memadukan ketiga kategori pemikiran secara
komprehensif karena dalam definisi kepemimpinan tersebut tercakup karakteristik pribadi, perilaku,
dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Berdasarkan pengertian tersebut maka teori
kepemimpinan pada dasarnya merupakan kajian tentang individu yang memiliki karakteristik fisik,
mental, dan kedudukan yang dipandang lebih daripada individu lain dalam suatu kelompok sehingga
individu yang bersangkutan dapat mempengaruhi individu lain dalam kelompok tersebut untuk
bertindak ke arah pencapaian suatu tujuan.
SEMOGA BERMANFAAT
hirarki
adalah
sistem
keselamatan
mengurangi
kerja
seperti
pada
Gambar
dibawah.
Tahap
berbahaya, misalnya menggunakan bahan kimia yang tingkat bahayanya rendah. Jika menggunakan
bahan berbahaya tidak dapat dihindari maka dilakukan tahap kedua yaitu dengan memisahkan sumber
bahaya dengan manusia, misalnya dengan menggunakan sistem proses yang tertutup, dinding tahan
api, tangki tahan tekanan dan temperatur tinggi, dan lain-lain. Tahap berikutnya adalah memberikan
alat pelindung diri dan melengkapi mesin atau peralatan dengan pengaman seperti alarm, tombol
darurat, kontrol otomatis untuk mengurangi kontak dengan manusia dan lain-lain.
Selanjutnya tahap terakhir adalah memperbaiki perilaku pekerja dalam melakukan pekerjaan.
Meskipun ketiga aspek sebelumnya sudah dilaksanakan, namun apabila pekerja tidak mematuhi
peraturan yang ada, seperti menggunakan alat pelindung diri, menempatkan bahan baku sesuai
dengan kategori yang sudah ditentukan, melakukan pengamatan secara benar dan baik terhadap
parameter proses dan lain-lain, maka potensi terjadinya kecelakaan kerja masih besar.
Tujuan yang paling penting dari peningkatan kondisi atau lingkungan kerja yang aman adalah
mengurangi kemacetan, tekanan dan ketegangan dari alur proses kerja. Beberapa program yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kondisi kerja adalah disain mesin atau peralatan, perawatan mesin, tata
letak, metode proses, pencahayaan, pemanasan, ventilasi, sistem pertukaran udara, peredam suara dan
lain-lain (DeReamer, 1981).
Proses dan fasilitas produksi pada umumnya melalui beberapa tahapan pengembangan, dan tahapantahapan tersebut dapat dinyatakan sebagai suatu siklus. Siklus dari proses dan fasilitas produksi secara
umum dapat dijelaskan sebagai berikut (Johnson et al., 2003):
Setiap tahapan tersebut harus dikaji secara mendalam faktor-faktor yang berkaitan dengan
keselamatan kerja untuk meminimalkan resiko terjadinya kecelakaan.
Jika budaya kerjasama dalam mencapai target dan mengukur kinerja team telah diterapkan, maka akan
muncul saling ketergantungan didalam team atau organisasi. Tidak akan ada orang yang merasa bahwa
dia bisa berhasil sendiri tanpa rekan kerja yang membantunya. Setiap pekerja akan merasa adanya
saling ketergantungan dan membutuhkan dalam melakukan pekerjaan, sehingga akan muncul perilaku
saling membantu dan saling mengingatkan atau menjaga satu sama lain. Karena mereka menyadari
jika ada yang gagal atau celaka akan berdampak pada keberhasilan team dan keberhasilan team adalah
keberhasilan mereka sendiri secara individu.
5. Dari komunikasi orang ke orang menjadi interaksi kelompok
Safety culture juga mengutamakan komunikasi dalam bentuk interaksi kelompok. Setiap indvidu
didorong untuk menyampaikan pendapat atau usulan dan dilibatkan dalam setiap bentuk diskusi.
Komunikasi tidak hanya dari top-down akan tetapi juga dari button-up. Artinya setiap atasan atau
supervisor harus membuka diri untuk menerima masukkan dari team. Safety meeting merupakan
media komunikasi dan interaksi antar indvidu dalam kelompok. Semakin tinggi tingkat interaksi dari
individu didalam team, akan semakin meningkatkan personal commitment untuk mencapai target
team. Hal tersebut juga akan membangun lingkungan kerja yang kondusive, meningkatkan
kebersamaan, meningkatkan motivasi kerja dan rasa memiliki terhadap program yang sudah
disepakati.
Ingin lebih mendalami bagaimana cara menerapkan Total Safety Culture Untuk Meningkatkan Produktivitas
Kerja, Ikuti Training Total Safety Culture dari HSP Academy, pada tanggal 11 Februari 2012, bertempat di Hotel
ibis Jakarta Slipi. Untuk informasi lebih detail hubungi HSP Academy atau melalui email:
academy@healthsafetyprotection.com
SEMOGA BERMANFAAT
HSP
Joshcheck (1981) : 80-90% kecelakaan di industri kimia disebabkan oleh human error.
Ramussen (1989) : Melakukan studi pada 190 kecelakaan di industry kimia menemukan 4
penyebab utama, yaitu:
Butikofer (1986): Melakukan penelitian kecelakaan kerja pada industry petrokimia dan
refinery, menemukan beberapa factor berikut sebagai penyebab kecelakaan:
Ketidaklengkapan inspeksi 5%
Lain-lain 2%
Uehara and Hoosegow (1986): Melakukan penelitian terhadap kecelakaan kebakaran pada
industry refinery, 58% penyebab kebakaran adalah human error:
o
Oil Insurance Association Report on Boiler Safety (1971): Menemukan bahwa 73%
kerusakaan boiler pada saat start up dan 67% ledakan pada boiler disebabkan oleh human
error.
Ismail (2010) : Melakukan penelitian pada industry kimia hilir di Indonesia untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab terjadinya potensi bahaya reaktifitas kimia, dari hasil penelitian
ditemukan enam faktor penyebab utama, yaitu:
o
Selain dari penelitian secara formal yang disebutkan diatas, hampir semua hasil investigasi kecelakaan
besar dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan hal yang sama, yaitu penyebab utama
kecelakaannya adalah human error. Misalnya kecelakaan pada Texas City, Piper Alpha, Ledakan pada
Phillip 66, Feyzin, Mexico city, telah menunjukkan bahwa kesalahan manusia merupakan faktor
kausal yang sangat signifikan pada tingkat disain, operasi, pemeliharaan dan manajemen proses.
Level paling dasar didalam struktur system produksi yang mempengaruhi human error adalah faktorfaktor organisasi yang menciptakan prakondisi terjadinya kesalahan manusia. Top manajemen
perusahaan sangat menentukan level kondisi kinerja apakah mendorong kearah yang efektif atau
menimbulkan kesalahan pada tingkat operasional. Prioritas organisasi akan sangat berpengaruh
terhadap sejauh mana sumber daya yang tersedia untuk membantu menerapkan system keselamatan
pada proses produksi. Sikap yang mengarah kepada menyalahkan akan sangat menentukan
berkembangnya budaya saling menyalahkan didalam organisasi, yang berdampak pada menurunnya
motivasi kerja dan meningkatnya human error. Faktor-faktor seperti dorongan untuk berpartisipasi,
dan kualitas dari komunikasi antara manajemen dan pekerja akan memberikan dampak yang besar
terhadap budaya keselamatan. Kebijakan yang jelas untuk memastikan kualitas dari prosedur dan
training akan sangat berpengaruh terhadap kecendrungan terjadinya human error.
Pada level berikutnya yang juga sangat berpengaruh terhadap human error adalah line manajemen
yang merupakan perpanjangan tangan dari top manajemen. Meskipun top manajemen sudah
mengambil kebijakan yang tepat namun jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari line
manajemen maka kebijakan tersebut tidak akan efektif, dan hal ini akan mendorong meningkatnya
human error.
Level selanjutnya dalam struktur system produksi adalah merupakan kegiatan yang dilakukan didalam
pabrik untuk membuat produk dimana terjadi interaksi antara manusia dan peralatan kerja, seperti
proses pengoperasian mesin, loading material, pemotongan, pengadukan, dst. Dalam proses teknologi
modern yang serba otomatis, aktifitas fisik pekerja akan lebih rendah dari pada menggunakan
teknologi konvensional yang mengandal fisik. Dalam proses teknologi yang modern lebih
mengandalkan keterampilan kognitif pekerja untuk pemencahan masalah, melakukan diagnosis, dan
pengambilan keputusan dalam proses dan optimasi produksi. Keterlibatan pekerja juga sangat tinggi
dalam proses perawatan dan perbaikan peralatan produksi.
Level terakhir dalam system produksi adalah pertahanan terhadap bahaya yang akan datang.
Pertahanan dapat dilakukan dalam beberapa bentuk seperti pertahanan rekayasa engineering
(emergency shutdown system, release valve, containment, fire extinguisher, dst), pertahanan system
manusia (keahlian dan pengetahuan terhadap bahaya) dan control administrative seperti ijin kerja,
prosedur kerja, dst.
Dari lapisan struktur system produksi tersebut dapat dilihat berbagai faktor yang berpotensi
mendorong terjadinya human error yang dapat mengakibatkan terjadi kecelakaan kerja. Secara urutan
rangkaian dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kebijakan yang tidak tepat > Pelaksanaan yang tidak memadai dari line manajemen > Kondisi
lingkungan kerja yang kondusif untuk terjadinya kesalahan kerja >Tindakan yang tidak aman dari
pekerja >Pertahanan yang kurang memadai >Terjadinya kecelakaan akibat human error.
SEMOGA BERMANFAAT
HSP
Sekitar 1 dari 5 orang mengatakan bahwa mereka mengalami stress atau sangat stress dalam
pekerjaan mereka.
Lebih dari setengah juta orang melaporkan mengalami sakit akibat dari stress pekerjaan.
Setiap kasus sakit akibat stress kerja mengakibatkan kehilangan 29 hari waktu kerja. Sebanyak
13,4 juta hari total kehilangan waktu kerja pada tahun 2001.
Kerugian atau biaya yang dikeluarkan untuk penyakit akibat stress kerja berkisar antara 37
Miliar 38 Miliar setahun (1995-1996).
Pekerja harus mampu menunjukkan bahwa mereka dapat mengatasi tuntutan kerja yang
diberikan kepada mereka.
Perusahaan memberikan beban kerja atau tuntuan kerja yang sesuai atau dapat
dicapai/diselesaikan berdasarkan waktu kerja yang disepakati.
Tuntutan pekerjaan yang diberikan disesuaikan dengan keterampilan dan kemampuan pekerja.
Elemen 2: Kontrol
Standar:
Pekerja dapat menunjukkan bahwa mereka mampu menjelaskan cara kerja yang mereka
lakukan.
Elemen 3: Dukungan
Standar:
Pekerja dapat menunjukkan bahwa mereka menerima informasi dan dukunganyang memadai
dari atasan dan rekan-rekan kerja mereka.
Perusahaan harus memiliki kebijakan dan prosedur yang cukup untuk mendukung pekerja.
Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan manajer untuk mendorong dan mendukung
staff mereka.
Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan pekerja secara aktif mendorong dan
mendukung rekan-rekan kerja mereka.
Pekerja mengetahui dukungan apa yang tersedia dan bagaimana untuk mengaksesnya.
Pekerja mengetahui bagaimana untuk mengakses sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan mereka.
Elemen 4: Hubungan
Standar:
Pekerja menunjukkan bahwa mereka tidak mengalami perlakuan yang tidak dapat diterima,
misalnya intimidasi ditempat kerja.
Perusahaan mempromosikan perilaku positip ditempat kerja untuk menghindari konflik dalam
menjamin keadilan.
Perusahaan memiliki kebijakan dan prosedur untuk mencegah perilaku atau perlakuan yang
tidak dapat diterima.
Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan dan mendorong manajer untuk menangani
perilaku atau perlakuan tidak dapat diterima.
Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan atau mendorong pekerja untuk melaporkan
perilaku atau perlakuan yang tidak dapat diterima.
Pekerja dapat menunjukkan bahwa mereka memahami peran dan tanggung jawab mereka
didalam pekerjaan mereka.
Perusahaan harus memberikan dan menyediakan informasi yang memungkinkan pekerja untuk
memahami peran dan tanggung jawab mereka.
Perusahaan harus membuat persyaratan yang jelas untuk setiap peran dan tanggung jawab
kerja.
Terdapat sistem atau proses yang memungkinkan pekerja untuk menyampaikan setiap konflik
atau masalah yang muncul didalam peran dan tanggung jawab kerja mereka.
Elemen 6: Perubahan
Standar:
Perusahaan memberikan kesempatan atau waktu yang cukup kepada pekerja untuk memahami
alasan-alasan perubahan yang diusulkan.
Pekerja menyadari dampak dari setiap perubahan pekerjaan dan jika perlu pekerja diberikan
training untuk mendukung perubahan tersebut.
Pekerja memiliki akses untuk mendapatkan dukungan yang relevan selama perubahan.
cendrung untuk mengambil risiko dari pada menghindari risiko. Apalagi mereka sudah melakukan
pekerjaan tersebut berulang-ulang dan tidak pernah terjadi kecelakaan atau adanya perasaan macho,
takut dikatakan banci dan lain sebagainya yang dapat menyebabkan pekerja mengambil keputusan
untuk tidak menghindari potensi bahaya yang dapat terjadi. Kesadaran akan besarnya kerugian yang
dapat ditimbulkan dari bahaya yang ada akan sangat menentukan keputusan yang diambil.
4. Kemampuan menghindar
Faktor yang terakhir yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan adalah kemampuan untuk
menghindari dari bahaya yang sudah diidentifikasi, dikenali dan diputuskan untuk dihindari. Pekerja
bisa saja sudah memutuskan untuk menghindar dari potensi kecelakaan yang bisa terjadi, namun
kecelakaan akan bisa dihindari jika pekerja tersebut mampu menghindari bahaya atau risiko tersebut
dengan tepat, mengetahui cara menghindari bahaya atau mengetahui cara melakukan pekerjaan dengan
aman. Kemampuan menghindar akan terlihat dari perilaku yang aman dari pekerja tersebut dalam
melakukan pekerjaannya. Kemampuan yang dibutuhkan adalah kemampuan secara fisik untuk
menghindari bahaya dan kemampuan secara skill untuk menghindari bahaya. Kedua kemampuan
tersebut harus dimiliki pekerja agar dapat menghindari bahaya yang terdapat diarea kerja mereka.
Menghindari bahaya sebelum terjadi kecelakaan dengan berprilaku aman dalam bekerja dan
menghindari bahaya pada saat terjadi kecelakaan dengan mengetahui cara penanganan bahaya atau
keadaan darurat.
Keempat faktor-faktor pribadi yang berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan tersebut bisa
diperbaiki dengan cara memberikan pelatihan dan edukasi kepada pekerja, sehingga para pekerja
mampu mengidentifikasi bahaya, mengenali bahaya, mengambil keputusan yang tepat untuk
menghindari bahaya dan mampu menghindari bahaya tersebut dengan cara berperilaku aman dalam
pekerjaan mereka.
SEMOGA BERMANFAAT
HSP
Masuk kedalam confined space harus melalui proses prosedur ijin masuk yang dikenal dengan
Confined Space Entry Permit (ijin masuk confined space). Ijin masuk confined space adalah suatu
dokumen untuk mengontrol personel yang akan masuk kedalam confined space dengan tujuan
kehatian-hatian agar tidak terjadi kecelakaan.Suratijin ini harus ditanda tangani oleh personel yang
berwenang. Tapi jangan salah diartikan bahwa dengan adanya surat ijin masuk confined space maka
kecelakaan tidak akan terjadi, jadi surat ijin masuk confined space bukan merupakan jaminan bahwa
pekerjaan akan aman (safe), surat ijin masuk confined space merupakan bagian dari prosedur
keselamatan bekerja di confined space. Biasanya juga diperlukan ijin kerja panas atau ijin kerja dingin
yang menyertai ijin masuk confined space.
Secara umum isi dari dokumen ijin masuk confined space adalah sbb:
location of work;
description of work;
precautions to be undertaken;
rescue procedures;
Keuntungan atau kegunaan dari surat ijin masuk confined space adalah sbb:
Sebelum masuk:
o
Untuk mengecek bahwa tempat pekerjaan sudah aman sebelum memulai pekerjaan
Memastikan bahwa tidak ada pekerjaan diluar yang dapat mempengaruhi orang yang
bekerja didalam confined space
Sedang didalam:
o
Setelah keluar:
o
Melarang orang untuk masuk setelah periode waktu yang ditentukan atau diijinkan
Sebelum menberikan ijin masuk confined space, sebaiknya diajukan pertanyaan berikut terlebih
dahulu:
Bisakah confined space tersebut dimodifikasi menjadi tidak confined space sehingga tidak
perlu ijin masuk confined space.
Bisakah pekerjaan dilakukan dari luar (tidak perlu masuk) sehingga tidak perlu ijin masuk
confined space.
Jika jawabanya bisa, maka lakukan risk assessment dan lakukan pekerjaan tanpa perlu masuk dan ijin
masuk confined space. Namun jika jawabannya tidak, maka lakukan risk assessment confined space
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Konsentrasi oksigen.
Sumber nyala
Untuk keselamatan bekerja di dalam confined space maka surat ijin masuk harus ditanda tangani oleh
personel yang berkompeten, dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:
Isolasi
Pencahayaan
Pencegahan kebakaran
Listrik statis
Prosedur emergency
Merokok didalam ruang confined space tidak diperbolehkan, dan ini betul-betul harus diawasi karena
banyak pekerja yang tidak mengindahkan hal ini.
Jika alternatif yang aman untuk bekerja dalam confined space tidak dapat ditemukan, langkah-langkah
berikut harus dilakukan sebelum masuk:
1. Siapkan surat ijin masuk dan instruksi-instruksi yang diperlukan sebelum masuk.
2. Lakuan purging, flushing dan pemindahan residu-residu bahan kimia yang ada didalamnya.
3. Isolasi confined space dan hilangkan semua energi-energi yang tersimpan didalamnya
(misalnya tekanan, panas, dsb).
4. Siapkan ventilasi
5. Lakukan pengujian udara didalamnya dengan gas detector
6. Lakukan pengecekan bahwa semua bahan berbahaya sudah dikontrol atau diminimalkan.
7. Pastikan bahwa surat ijin masuk telah diisi dengan lengkap dan ditanda tangani oleh personel
yang berwenang.
Bagi personel yang akan bekerja didalam confined space, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
atau dipersiapkan sebelum masuk, yaitu:
Peralatan komunikasi
Ruang confined space pada umumnya memiliki pencahayaan terbatas sehingga memerlukan
penerangan yang cukup selama bekerja. Untuk penerangan tersebut diperlukan sumber cahaya sperti
lampu. Namun sumber cahaya atau lampu yang digunakan harus aman, terutama jika ruang confined
space mengandung bahan mudah terbakar, karena sedikit saja percikan api dari lampu atau sumber
cahaya yang digunakan dapat menimbulkan kebakaran bahkan ledakan. Maka sangat disarankan untuk
menggunakan lampu yang explosion proof atau senter yang tidak menggunakan listrik. Pilihan lain
adalah menggunakan lightsticks, yang aman digunakan didekat bahan-bahan yang flammable atau
mudah terbakar. Bisa juga menggunakan droplight yang vapour-proof, explosion proof dan dilengkapi
dengan ground fault circuit interupters (GFCIs).
Beberapa kesalahan yang sering terjadi adalah:
Gagal dalam mengidentifikasi confined space (tidak bisa menentukan mana confined space dan
mana bukan confined space).
SEMOGA BERMANFAAT
HSP
Untuk lebih meningkatkan perlindungan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan dengan
menyediakan sistem yang lebih komprehensif secara internasional untuk mengkomunikasikan
bahaya bahan kimia.
Menyediakan framwork untuk negara-negara yang belum memiliki sistem klasifikasi dan label
bahan kimia.
Memfasilitasi perdagangan internasional bahan kimia dimana bahaya bahan kimia tersebut
sudah dikaji dan diidentifikasi dengan basis internasional.
Kriteria yang harmonis untuk klasifikasi bahan kimia tunggal dan campuran sesuai dengan
bahaya kesehatan, lingkungan dan fisik bahan kimia tersebut.
Elemen komunikasi bahaya yang harmonis, termasuk persyaratan untuk label dan safety data
sheet.
Ada beberapa jenis produk kimia yang tidak termasuk dalam ruang lingkup ini, yaitu farmasi, additif
untuk bahan makanan, kosmetik, dan residu pestisida didalam bahan makanan.
Bagaimana mengaplikasikan GHS?
Untuk mengaplikasikan GHS di Indonesia tentu saja mengacu pada peraturan menteri perindustrian
nomor 87/M-IND/PER/9/2009. Disana sudah ditetapkan format LDKB atau MSDS dan persyaratan
untuk label. Namun untuk klasifikasi bahan kimia mengacu pada purple book revisi 2, hal ini
disebutkan dalam keputusan dirjen industri Agro dan Kimia kementerian perindustrian no
21/IAK/PER/4/2010 tentang petunjuk teknis penerapan sistem harmonisasi global klasifikasi dan
pelabelan bahan kimia. Namun dalam petunjuk ini tidak disebutkan tentang teknis building blok yang
harus diadopsi, ini berarti Indonesia mengadopsi 100% building blok yang ditetapkan pada purple
book revisi 2. Berdasarkan peraturan menteri perindustrian tersebut diatas, sistem GHS untuk kimia
tunggal sudah mulai berlaku sejak bulan Maret 2010 sementara untuk bahan kimia campuran masih
bersifat sukarela dalam penerapannya, dan mulai berlaku efektif untuk bahan kimia campuran pada
awal tahun 2014.
Untuk mengklasifikasikan bahan kimia sesuai dengan klasifikasi GHS diperlukan training dan
keahlian khusus. Meskipun didalam purple book sudah dijelaskan secara rinci bagaimana cara
melakukan klasifikasi setiap bahaya bahan kimia tersebut, namun diperlukan keahlian dan
pengetahuan yang baik tentang bahan kimia dan bahayanya dalam melakukan klasifikasi tersebut agar
tidak terjadi kekeliruan. Menurut peraturan menteri perindustrian tentang GHS, semua bahan kimia
harus diklasifikasikan berdasarkan kriteria bahaya GHS yang terdiri dari bahaya fisik, bahaya terhadap
kesehatan dan bahaya terhadap lingkungan akuatik. Bahaya fisik misalnya eksplosive, gas mudah
menyala, cairan pengoksidasi, korosif pada logam, dan lain-lain. Bahaya terhadap kesehatan misalnya
toksisitas akut, korosi/iritasi kulit, karsinogenisitas, dan lain-lain.
Dan setiap bahan kimia tersebut juga harus diberi label sesuai dengan GHS yang ditetapkan, dimana
label tersebut harus mengandung unsur penanda produk, piktogram bahaya, kata sinyal, pernyataan
bahaya, identifikasi produsen dan pernyataan kehati-hatian. Label tersebut juga harus mudah terbaca,
jelas terlihat, tidak mudah rusak, tidak mudah lepas dari kemasannya dan tidak mudah luntur karena
pengaruh sinar, udara atau lainnya. Piktogram yang digunakan juga harus sesuai dengan peraturan
GHS yang terdapat pada lampiran I dari peraturan menteri tentang GHS.
Bahan kimia juga harus dilengkapi dengan MSDS (LDKB), didalam peraturan menteri tentang GHS
bahwa MSDS dan Label wajib berbahasa Indonesia. Informasi yang terkandung didalam GHS adalah
informasi bahaya fisik, bahaya terhadap kesehatan dan bahaya terhadap lingkungan akuatik yang
sudah diklasifikasikan sesuai dengan kriteria bahaya GHS, dan informasi lainnya sesuai dengan format
yang sudah ditetapkan. Format MSDS/LDKB sesuai dengan peraturan menteri tentang GHS (lampiran
II) terdiri dari 16 section, yaitu:
1. Identifikasi senyawa (Tunggal atau Campuran)
2. Identifikasi bahaya
3. Komposisi/Informasi tentang bahanpenyusun senyawa tunggal
4. Tindakan pertolongan pertama
5. Tindakan pemadaman kebakaran
6. Tindakan penanggulangan jika terjadi kebocoran
7. Penanganan dan penyimpanan
8. Kontrol paparan/perlindungan diri
9. Sifat fisika dan kimia
10. Stabilitas dan Reaktifitas
11. Informasi Toksikologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan pembuangan / pemusnahan
14. Informasi transportasi
15. Informasi yang berkaitan dengan regulasi
16. Informasi lain termasuk informasi yang diperlukan dalam pembuatan dan revisi SDS.
Sebaiknya mulai dari sekarang anda menyesuaikan MSDS/LDKB bahan kimia yang anda produksi
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh peraturan menteri perindustrian tersebut diatas. Jika
anda membeli bahan kimia dari pemasok bahan kimia, maka sebaiknya anda meminta MSDS/LDKB
yang sudah mengikuti GHS.
SEMOGA BERMANFAAT!
HSP Team.
Respirable Dust
Inhalable Dust
Total Dust
Respirable dust adalah debu atau partikel yang cukup kecil yang dapat masuk kedalam hidung sampai
pada sistem pernapasan bagian atas dan masuk kedalam paru-paru bagian dalam. Partikel yang masuk
kebagian paru-paru bagian dalam atau sistem pernapasan bagian dalam secara umum tidak bisa
dikeluarkan oleh sistem mekanisme tubuh secara alami (cilia dan mucous) maka akibatnya partikel
tersebut akan tinggal selama-lamanya didalam paru-paru.
MSHA mendefinisikan respirable dust sebagai fraksi dari airbone dust yang lolos dari alat saring
ukuran partikel dengan karakteristik sebagai berikut:
90
2.5
75
3.5
50
5.0
25
10.
0.0
EPA menggambarkan inhalable dust sebagai debu yang bisa masuk kedalam tubuh akan tetapi
terperangkap atau tertahan di hidung, tenggorokkanm atau sistem pernapasan bagian atas, ukuran
inhalable dust berdiameter kira-kira 10 mikron.
Total dust adalah semua airborne partikel tanpa mempertimbangkan ukuran dan komposisinya.
Pelepasan debu secara berlebihan keudara dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan juga masalah
di industri tersebut, beberapa gangguan dan masalah tersebut diantaranya adalah:
Bahaya kesehatan
Merusak peralatan
Mengganggu penglihatan
Perhatian terbesar adalah efek kesehatan pada pekerja karena mereka terpapar secara berlebihan
terhadap debu yang membahayakan. Oleh karena itu untuk mengevaluasi tingkat bahaya kesehatan
ditempat kerja, American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) telah
mengadopsi sejumlah standar threshold limit values (TLVs) atau nilai ambang batas (NAB). Nilai
TLV digunakan sebagai pentunjuk atau guidance untuk mengevaluasi bahaya kesehatan. Nilai TLV
(NAB) adalah nilai batas paparan selama 8 jam kerja dimana tidak ada efek kesehatan yang
ditimbulkan. MSHA menggunakan nilai TLV untuk mengevaluasi kesehatan.
Tidak semua debu memberikan dampak kesehatan dengan level yang sama, hal tersebut tergantung
pada faktor-faktor berikut:
Komposisi debu
o
Kimia
Mineral
Konsentrasi debu
Lama paparan
Paparan yang berlebihan atau waktu yang lama terhadap respirable dust yang berbahaya (harmful)
dapat menyebabkan penyakit pernapasan yang disebut pneumoconiosis. Penyakit ini disebabkan oleh
terkumpulnya atau menumpuknya debu mineral didalam paru-paru dan merusak jaringan paru-paru.
Pneumoconiosis adalah nama umum dari penyakit paru-paru yang disebabkan oleh debu. Beberapa
jenis penyakit pneumoconiosis adalah:
Silicosis Silicosis adalah pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu kuarsa atau silca.
Kondisi paru-paru ditandai dengan nodular fibrosis (parut pada jaringan paru-paru),
mengakibatkan sesak napas. Silikosis adalah penyakit yang irreversible atau tidak bisa
disembuhkan, bahkan tahapan lanjut bersifat progresive meskipun sudah tidak terpapar lagi.
Black Lung (Paru Hitam) paru hitam adalah bentuk pneumokoniosis yang disebabkan oleh
penumpukan debu batubara didalam paru-paru yang membuat jaringan paru-paru menjadi
gelap atau hitam. Penyakit ini juga bersifat progresif. Meskipun nama penyakit ini banyak
dikenal sebagai penyakit paru hitam, namun nama resminya adalah pneumokoniosis pekerja
batubara (coal workers pneumoconiosis (CWP)).
Asbestosis Asbestosis adalah suatu bentuk pneumokoniosis yang disebabkan oleh serat
asbes. Dan penyakit ini juga bersifat irreversibel.
Pengendalian debu (dust control) adalah proses pengurangan emisi debu dengan menggunakan
prinsip-prinsip enjineering. Sistem kontrol yang dirancang dengan baik, dirawat dengan baik dan
dioperasikan dengan baik akan dapat mengurangi emisi debu sehingga mengurangi paparan debu
berbahaya bagi pekerja. Pengendalian debu juga dapat mengurangi kerusakkan mesin, perawatan dan
downtime, peneglihatan yang baik (bersih) dan meningkatkan moral dan semangat kerja para pekerja.
Ada tiga sistem pengendalian paparan debu terhadap pekerja, yaitu:
Pencegahan
Sistem kontrol
Sistem Kontrol Setelah semua usaha pencegahan dilakukan secara maksimal, dan jika masih
terdapat debu dari proses tersebut, maka barulah dilakukan pengendalian atau pengontrolan terhadap
debu tersebut. Beberapa teknik pengendalian yang dapat dilakukan adalah seperti dust collection
systems, sistem pwet dust suppression systems, and airborne dust capture through water sprays.
Dust Collection Systems menggunakan prinsip ventilasi untuk menangkap debu dari
sumbernya. Debu disedot dari udara dengan menggunakan pompa dan dialirkan kedalam dust
collector, kemudian udara bersih dialirkan keluar.
Wet Dust Suppression Systems menggunakan cairan (yang banyak digunakan adalah air,
tapi bisa juga bahan kimia yang bisa mengikat debu) untuk membasahi bahan yang bisa
menghasilkan debu tersebut sehingga bahan tersebut tidak cenderung menghasilkan debu.
Airborne Dust Capture Through Water Sprays menyemprot debu-debu yang timbul pada
saat proses dengan menggunakan air atau bahan kimia pengikat, semprotan harus membentuk
partikel cairan yang kecil (droplet) sehingga bisa menyebar diudara dan mengikat debu yang
berterbangan membentuk agglomerates sehingga turun kebawah.
Dilution Ventilation teknik ini adalah untuk mengurangi konsentrasi debu yang ada di udara
dengan mendilusi udara berdebu dengan udara tidak berdebu atau bersih. Secara umum sistem ini
masih kurang baik untuk kesehatan karena debu pada dasarnya masih terdapat diudara, akan tetapi
sistem ini bisa digunakan jika sistem lain tidak diijinkan untuk digunakan.
Isolation teknik ini adalah dengan cara memisahkan pekerja dengan udara yang terkontaminasi,
pemisahan bisa dilakukan dengan mengisolasi pekerja kemudian di suplai dengan udara bersih dari
luar. Contoh Supplier air system.
To be continued.
SEMOGA BERMANFAAT
BY HSP
Mengidentifikasi alasan mengapa penyebab pada langkah sebelumnya ada, dan menganalisa
akar pemyebabnya (alasan yang mendasar dan jika diperbaiki akan mencegah terulangnya
kejadian yang sama atau serupa diseluruh fasilitas perusahaan).
karyawan,
pelatihan,
penempatan,
pengawasan
dan
pengarahan;
prosedur
komunikasi; prosedur inspeksi; peralatan, suplai, dan disain fasilitas, pembelian dan perawatan;
prosedur pekerjaan standar dan darurat; dan kebersihan dan kerapian.
Kelompok kedua adalah faktor personal atau pekerja, misalnya adalah motivasi; keadaan fisik dan
mental; waktu reaksi; kepedulian pribadi.
Kelompok ketiga adalah faktor lingkungan, misalnya adalah temperatur; tekanan; kelembaban; debu;
gas; uap; aliran udara; kebisingan; pencahayaan; kondisi alami lingkungan (permukaan yang licin,
hambatan, penopang yang tidak baik, benda berbahaya).
Tahap IV. Menginformasikan
Tahapan ini sangat penting untuk membantu pelaksanaan tindakan korektif guna mencegah
terulangnya kecelakaan. Hasil analisis penyebab kecelakaan harus dikomunikasikan dan
diinformasikan kepada semua stakeholder seperti pekerja, supervisor dan line manajemen. Sangat
disarankan untuk menjelaskan kepada pekerja yang berhubungan dengan proses terjadinya kecelakan
dan proses serupa secara detil baik melalui daily meeting, news letter, papan informasi dll. Informasi
harus meliputi penyebab dan proses terjadinya kecelakaan serta tindakan korektif yang akan dilakukan
dan penekanan terhadap keterlibatan mereka dalam mencegah terjadinya kecelakaan serupa dimasa
mendatang.
Tahap V. Tindak lanjut
Tindak
lanjut
termasuk
menentukan
apakah
tindakan
perbaikan
telah
efektif
dalam
memecahkan masalah. Kajian efektivitas sangat penting untuk memastikan bahwa tindakan perbaikan
yang telah ditetapkan dapat mencegah kejadian tersebut terulang kembali..
Keterlibatan manajemen dan alokasi sumber daya yang memadai sangat penting untuk mensukses
pelaksanaan tahapan analisa root cause tersebut diatas.
SEMOGA BERMANFAAT
HSP
mengandung Metilen Klorida, baca instruksi penggunaan yang terdapat pada label atau MSDS secara
hati-hati, dan gunakan produk tersebut pada ruangan terbuka.
Benzen juga merupakan salah satu VOC. Benzen dapat menyebabkan kanker pada manusia. Sumber
emisi Benzen diantaranya adalah asap rokok, bahan bakar, cat, emisi dari mobil atau motor. Untuk
menghindari emisi Benzen maka jangan merokok didalam ruangan atau tempat-tempat umum, siapkan
ventilasi yang cukup pada saat pengecatan dan buang bekas kemasan cat atau bahan bakar.
Belum ada standar yang dibuat untuk mengatur emisi VOC untk non industrial, umumnya standar
yang ada adalah untuk industrial. OSHA secara spesifik mengatur Formaldehid sebagai bahan yang
bersifat karsinogen. OSHA menetapkan nilai ambang batas (permissible exposure level-PEL) untuk
formaldehid adalah 0.75 ppm.
Banyak produk-produk yang digunakan dirumah bisa melepaskan atau mengemisi VOC, beberapa
contoh diantaranya adalah:
Building Materials
Paints
Sealing caulks
Solvents
Upholstery fabrics
Varnishes
Vinyl Floors
Air fresheners
Cosmetics
Moth balls
Adaruang untuk masuk yang cukup besar atau setidaknya sebagian terbuka.
Di area pabrik umumnya sangat mudah untuk menemui confined space, seperti tanki penyimpanan,
vessel, furnace, piping system, ruangan untuk spray painting, dsb.
Listrik;
Panas;
Dll.
Banyak potensi bahaya yang menjadi lebih buruk atau berbahaya dapat terjadi didalam confined space
jika dibandingkan berada diruang normal.
Kekurangan Oksigen (Level Oksigen Rendah)
Kekurangan oksigen didalam confined space dapat terjadi melalui Oxygen Displacement, Oxygen
Depletion dan Reaksi Kimia. Oxygen displacement seringkali dilakukan untuk menghindari
terbentuknya campuran gas mudah terbakar, misalnya dengan memasukan gas methan atau nitrogen
untuk menggantikan oxygen yang terdapat didalam confined space. Karena oxygen merupakan salah
satu component untuk terjadinya kebakaran. Oxygen depletion dapat terjadi akibat aktivitas yang
dilakukan didalamnya seperti pengelasan, dimana pada saat pengelasan dilakukan oxygen yang ada
diudara dikonsumsi untuk proses pengelasan. Reaksi kimia misalnya adalah proses korosi yang terjadi
didalam confined space juga dapat menurunkan kadar oxygen yang terdapat didalam confined space.
Pengaruh kekurangan Oksigen:
21%
15%-19%
12%-14%
Proses pernapasan mulai berat, laju napas mulai naik, dan mulai terjadi
gangguan koordinasi otot, persepsi dan penilaian.
10%-12%
Laju pernapasan makin cepat dan dalam, penilaian makin buruk dan
bibir mulai biru.
8%-10%
Gagal mental, tidak sadar, pingsan, pucat, bibir biru, mual, muntah,
tidak mampu bergerak.
6%-8%
4%-6%
Kelebihan Oxygen
Kelebihan oxygen dapat meningkatkan potensi kebakaran dan ledakan. Kelebihan oksigen dapat
terjadi akibat kebocoran tabung oxigen pada saat pengelasan.
Gas Mudah Terbakar
Campuran gas mudah terbakar apabila berada dalam rentang Lower and Upper Explosion Limit (LEL
dan UEL). Jika campuran gas terbakar didalam confined space menjadi sangat berbahaya karena
keterbatasan ruang untuk evakuasi, level oksigen akan turung dengan cepat, asap akan terkumpul
didalam ruangan tersebut dan panas akan naik dengan cepat sehingga menyulitkan untuk evakuasi.
Gas Beracun
Keberadaan gas beracun didalam confined space dapat mengakibatkan berbagai dampak terhadap
kesehatan, tergantung dari jenis bahan kimianya dan paparannya. Mulai dari gatal-gatal sampai pada
meninggal. Tingkat paparan dapat dilihat dari nilai ambang batas yang dijinkan (NAB) dari bahan
kimia tersebut. Nilai NAB umumnya dapat diperoleh dari data MSDS.
SEMOGA BERMANFAAT
HSP
Kontaminan Udara
HSP, Penulis: Ismail.A
Setiap hari kita terpajan dengan kontaminan yang ada di udara pada saat kita bernapas baik di rumah,
di jalan atau selama bekerja. Apalagi bagi yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta, hampir
mustahil untuk mendapatkan udara bersih tanpa kontaminan. Jenis kontaminan di udara bisa saja
dalam bentuk partikel atau gas yang bersifat beracun, patogenik atau irritant ketika terhirup. Untuk
mengurangi resiko bahaya dari pajanan kontaminan yang ada di udara maka dapat di gunakan alat
perlindungan pernapasan yang disebut repirator atau lebih dikenal dengan nama masker.
Di tempat kerja pada umumnya jenis kontaminan udara adalah debu (dust), uap logam (fume), partikel
cairan (mist), uap (vapour) dan gas. Ukuran kontaminan tersebut bervariasi tergantung jenis dan
sumber kontaminan, pada umumnya berkisar antara 0.01 10000 mikron, mulai dari yang tidak
terlihat sampai yang terlihat oleh mata. Semakin kecil ukuran kontaminan di udara akan semakin besar
kemungkinan terhirup dan masuk kedalam sistemp pernapasan atau paru-paru. Secara garis besar
kontaminan di udara tersebut di kelompok menjadi dua, yaitu partikel dan gas.
Kontaminan Partikel
Yang tergolong kontaminan partikel adalah debu, fume dan mist. Kontaminan ini berbentuk pertikel
yang tersuspensi di udara dengan ukuran beragam.
1. Debu; Terjadi bila bahan padat pecah menjadi partikel kecil yang melayang di udara sebelum
akhirnya jatuh karena gravitasi. Debu dihasilkan dari proses spt pengeboran, blasting, sanding,
milling, penggerusan atau grinding.
2. Fume; Fumes terbentuk bila bahan padat menguap pada suhu tinggi kemudian mengembun.
Sebagai contoh, uap metal panas menjadi dingin dan mengembun menjadi partikel berukuran
sangat kecil, < 1 mikron. Metal fume dapat terjadi dari proses seperti pengelasan dan peleburan
logam
3. Mist; Mists merupakan titik-titik cairan yang sangat halus terbentuk dari suatu bahan melalui
proses pengkabutan kemudian pengembunan. Sebagai contoh, proses penyemprotan, pelapisan,
pencampuran dan pembersihan
Kontaminan Gas
Yang tergolong gas kontaminan adalah zat atau bahan kimia yang memang sudah berwujud gas pada
suhu kamar dan zat dalam bentuk uap.
1. Gas; Gas merupakan bahan yang bukan cairan maupun padatan pada suhu dan tekanan ruang.
Gas dapat berpindah jauh dan cepat dari sumbernya dan bahkan sering tidak terdeteksi.
2. Uap; Uap merupakan bahan yang menguap dari suatu cairan atau padatan. Sebagai contoh, air
yang menguap jika dipanaskan membentuk kelembaban
Efek Partikel:
Dapat masuk ke tubuh kita melalui pernafasan, dan terkadang bisa terserap melalui mata dan
kulit.
Dapat menyebabkan pusing, mual, tidak berfungsinya sistem syaraf, dan rusaknya fungsi
pernafasan
Berpotensi mempengaruhi bagian tubuh lain spt otak, tenggorokan, paru-paru, liver, dan ginjal.
Negative and Positive-Pressure Respirator (Masker dengan sistem tekanan positif dan negatif)
Kedua jenis masker diatas dapat menggunakan sistem tekanan positif atau negatif. Untuk sistem
tekanan negatif dimana tekanan didalam masker lebih kecil dari luar masker sehingga udara akan
mengalir kedalam masker saat bernafas. Tekanan positif adalah sebaliknya.