Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK, urinary tract infection/UTI) adalah masalah kesehatan penting,
baik pada setting komunitas umum maupun rumah sakit. Diperkirakan bahwa sekitar 150 juta
ISK terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia, dengan total biaya kesehatan yang dikeluarkan
sekitar enam milliar dollar. Pada wanita perimenopause Amerika Serikat, insidensi ISK berada
pada angka 0,5/orang/tahun. Sebagian besar ISK yang didapat di komunitas umum,
bermanifestasi sebagai sistitis bacterial tanpa komplikasi, dan terutama dialami oleh wanita. Pada
setting pelayanan kesehatan, sekitar 40% infeksi nosokomial adalah ISK, dan sebagian besar
berkaitan dengan penggunaan katetera urin. Di Amerika Serikat, terjadi sekitar 1 juta ISK terkait
kateter tiap tahunnya, dan hingga 40% bakteremia rumah sakit gram negative tiap tahunnya
bermula dari ISK.1
Baku emas untuk diagnosis ISK adalah deteksi pathogen pada urin dengan disertai gejala
klinis pada pasien. Patogen dideteksi dan diidentifikasi dengan kultur urin pancar tengah.2
Infeksi saluran kemih diterapi dengan antibiotika dan penanganan pada factor predisposisi
jika mungkin, misalnya pelepasan atau penggantian kateter, dan pengosongan kantong urin.
Penggunaan antibiotika untuk terapi memerlukan pertimbangan matang terkait biaya dan pola
resistensi antimikroba, yang keduanya semakin tinggi dengan bertambahnya penggunaan
antibiotika. Penyedia layanan kesehatan harus mengetahui bagaimana mendiagnosis dan
mengelola ISK karena prevalensi dan dampak pada kesehatan serta ekonomi masyarakat yang
besar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Fisiologi Saluran Kemih
Sistem urin normal terdiri atas dua ginjal, dua ureter, kandung kemih, dan uretra. Setiap
ginjal terdiri atas jutaan unit fungsional yang disebut nefron. Fungsi dari sistem ini adalah
mengeluarkan sampah dari dalam tubuh, mengatur tekanan darah, mengendalikan jumlah
elektrolit dan metabolit darah, dan mengatur pH darah. Ginjal memiliki perdarahan yang sangat
baik dari arteri renalis yang keluar dari ginjal melalui vena renalis. Setelah itu, urin keluar
melalui saluran menuju kandung kemih via ureter, di mana di sana ditampung kemudian
dikeluarkan dari tubuh melalui refleks berkemih via uretra. Sistem urin pria dan wanita hampir
serupa, satu perbedaan hanya pada panjang uretra di mana pria lebih panjang.
Sekitar 1-2 liter urin diproduksi setiap harinya pada orang sehat, dan sifat dasar urin ini
adalah steril hingga ada patogen yang mencemarinya.3
Etiologi dan Patogenesis
Normalnya, urin berada dalam keadaan steril. Sistem kemih, terdiri atas ginjal, system
drainase (meliputi calyx, pelvis, dan ureter), dan kandung kemih (pengumpul urin). Pada wanita,
uretra keluar dari kandung kemih di dekat area vagina yang tak steril. Pada pria, uretra keluar
dari kandung kemih lalu melintasi prostat, dan masuk ke penis (uretra posterior: pars prostatica,
pars membranacea, uretra anterior: pars bulbaris, pars pendulosa / penile). Frenulum bisa jadi
sudah tak ada. Kemudian ketika membahas ISK, kita harus pahami dan bedakan hal-hal berikut
ini4
a. Kontaminasi
Organisme masuk saat pengambilan sampel atau ketika pemrosesan sampel. Tak ada
masalah medis dalam hal ini.
b. Kolonisasi
Organisme ada di urin, namun tak menyebabkan sakit atau gejala (bakteriuria
asimtomatis). Tergantung keadaannya, signifikansinya juga beragam, dan pasien boleh
jadi tak memerlukan penanganan.
c. Infeksi (ISK)
Kombinasi patogen-patogen dalam sistem saluran kemih dan gejala pasien dan.atau
respon radang terhadap pathogen. Diperlukan pengobatan dan pengelolaan.
d. ISK tanpa komplikasiInfeksi pada pasien dengan saluran genitouriner normal.
e. ISK dengan komplikasi
Infeksi dengan faktor yang meningkatkan peluang adanya bakeriuri dan menekan
f.
g.
h.
i.
j.
Kateterisasi
Inkontinensia urin
Urin yang tersisa karena iskemi dinding kandung kemih
(status non-sekretor) dapat menempatkan pasien dalam risiko yang lebih tinggi karena
peningkatan kemampuan kolonisasi atau peningkatan adherensi bakteri pada epitel saluran
kemih.
Pertahanan Alamiah Saluran Kemih
1. Daerah periuretra dan uretra:Flora normal pada daerah ini meliputi: lactobacilli, staph
koagulase negative, corynebacterium dan streptococci yang membentuk penghalang
terhadap kolonisasi. Perubahan pada estrogen, pH vagina yang rendah dan IgA servikal
akan mempengaruhi kolonisasi oleh flora normal.
2. Urine: osmolalitas tinggi, konsentasi urea yang tinggi, pH rendah, konsentrasi asam
organic yang tinggi. Glukosa pada urine dapat memfasilitasi infeksi. Proteni Tamm
Horsfall dapat bersifat protektif.
3. Kandung kemih: Epitel mengekspresikan reseptor Toll-like (TLR) yang mengenali
bakteri dan memulai respon radang/imunitas (PMN, Neutrofil, Makrofag, Eosinofil, sel
NK, sel Mastdan sel dendritik). Respon imun adaptif kemudian mengambil alih (limfosit
B dan T). Eksfoliasi yang terinduksi pada sel juga terjadi dalam rangka ekskrei infeksi.
4. Ginjal: Sintesis immunoglobulin/antibody local pada ginjal terjadi dalam respon terhadap
infeksi (IgG,SIgA)
Perubahan pada Mekanisme Pertahanan Penjamu
Obstruksi: merupakan factor kunci dalam kerentanan terhadap ISK, tapi tak selalu
harus menjadi predisposisi setiap ISK.
Refleks Vesikouretera (VUR): penelitian terdahulu memberikan gambaran
hubungan antara VUR, ISK, jaringan parut ginjal dan clubbing pada ginjal.5
Penyakit lain yang mendasari: sickle cell disease (SCD), nefrokalsinosis, gout,
penggunaanalagesi yang salah, penuaan, hiperfosfatemia, hipokalemia.
oDM: Glikosuria dapat berkontribusi memperparah ISK. Mayoritas ISK (80%)
terjadi pada saluran bagian atas.
oNekrosis papiler: karena DM, pyelonefritis, obstruksi, analgesi, SCD, penolakan
transplant, sirrosis, dehidrasi, media kontras, thrombosis vena ginjal. Beberapa pasien
mengalami sloughing kronik pada papillae. Retained necrotic papilla dapat berkalsifikasi
dan bertindak sebagai nidus pada infeksi lebih lanjut.
oHIV: ISK 5x lebih prevalen pada populasi HIV dan berulang terjadi secara lebih
sering.
Kehamilan: Bakteriuri pada kehamilan terjadi pada angka 4-7% dan insidensi
pyelonefritis akut terjadi pada angka 25-35% pada pasien yang tak diobati.
Cedera corda spinalis dengan kandung kemih bertekanan tinggi: morbiditas dan
mortalitas tinggi untuk bakteriuri.
Tabel 1. Patogen yang berpotensi infektif pada saluran kemih.
Penyebab umum terjadinya ISK
E. Coli (80% of outpatient UTIs)
Klebsiella; Enterobacter
Corynebacteria
Proteus
Staphylococcus
Pseudomonas
Streptococcus
Anaerobes
Enterococcus
Candida
Adenovirus type 11
Gejala Klinis
Gejala klinis sangat membantu dalam diagnosis ISK, tapi tak terlalu akurat. Walau begitu,
pada banyak kasus, ISK dapat bersifat asimtomatis. Bentuk paling umum dari ISK adalah sistitis
(infeksi kandung kemih) yang ditandai dengan gejala storage seperti keinginan kecing, kencing
berulang, disuria, juga hematuria, urine yang berbau aneh, dan nyeri suprapubis. Gejala-gejala
tersebut juga umum ditemui pada urethritis dan prostatitis selain sistitis. Selain itu, ISK pada
epididimis, yang didiagnosis dengan pemeriksaan fisik pada pria, adalah variasi ISK lokal yang
amat mudah dikenali. Gejala terkait infeksi saluran kemih bagian atas, yang dicirikan dengan
pyelonefritis, dapat meliputi gejala-gejala sistitis, seperti demam, nyeri abdominal/flank, dan
nausea serta muntah.
Pemeriksaan Tambahan
1. Urinalisis. Pemeriksaan dipstick leukosit esterase bersifat 64-90% spesifik dan memiliki
angka sensitivitas yang serupa dengan ISK. Temuan untuk positivitas nitrit pada dipstick,
mengindikasikan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteria gram negative (bukan gram
positif), sangat spesifik tapi hanya sekitar 50% sensitive untuk infeksi saluran kemih.
Temuan berupa sel darah putih yang meningkat (pyuria) adalah indicator infeksi yang
paling dipercaya dengan sensitivitas 95% tapi tak spesifik ISK.
2. Kultur Urin. Kultur urin kuantitatif adalah baku emas dalam diagnosis ISK. Secara
umum, koloni >100.000/mL pada kultur urin dapat memastikan diagnosis ISK. Walau
demikian, ketepatan diagnosis ini amat bergantung pada cara pengambilan urin. Jumlah
koloni yang lebih rendah didapat dari kateterisasi uretra steril atau dengan aspirasi
suprapubik dapat merepresentasikan infeksi, tapi urin pancar tengah wanita dengan
koloni <100.000/mL memerlukan verifikasi lebih lanjut atau sampling ulang untuk
memastikan ISK.
Kondisi Lain yang Memicu Kecurigaan ISK
Hal-hal berikut pada Tabel 2 dapat memicu timbulnya ISK dan harus segera diatasi.
Tabel 2. Abnormalitas saluran kemih yang dapat menyebabkan adanya bakteri.
Abnormalitas
Batu terinfeksi
Prostatitis bacterial kronis
Ginjal atrofi unilateral yang terinfeksi
Duplikasi ureter dan ureter ektopik
Benda asing (sten ureter yang tertinggal)
Divertikula uretra
Unilateral medullary sponge kidneys
Kista urachal terinfeksi
Kista komunikans terinfeksi pada calyx renalis
Nekrosis papiler
Abses perivesikal dengan fistula kandung kemih
Diagnosis Banding
Hal-hal pada Tabel 3 dapat menjadi diagnosis banding untuk ISK karena pathogen, perjalanan
penyaki, dan kondisi yang menyerupai ISK.
Tabel 3. Diagnosis banding
pengosongan kandung kemih pos coitus yang tertunda dan penggunaan diafragma serta
spermisida yang mengganggu flora normal vagina.
ISK dengan komplikasi adalah mereka yang mengidap ISK dengan faktor predisposisi
yang menyertai. Faktor-faktor tersebut meliputi aliran urin yang terobstruksi karena sebab
congenital, obstruksi prostat atau batu urin, juga pengosongan kandung kemih tak sempurna
karena alasan anatomis atau neurogenik, refluks vesikoureteral, benda asing pada saluran kemih
(peralatan, kateter, pipa drainase), penyakit sistemik seperti diabetes, kehamilan dan pria dengan
aktivitas seksual anal. Tabel 4 merangkum terapi ISK.
Tabel 4. Rangkuman terapi ISK.
Kondisi
Terapi
ISK tanpa komplikasi (sistitis, Terapi oral 3 hari TMP/SMX
pyelonefritis)
resisten
terhadap
TMP/SMX,
besar
cephalosporin, tetracycline
Terapi antibiotika serupa selama 7-10 hari pada
pasien dengan DM, lama sakit >7hari, hamil,
usia >65 tahun, riwayat pyelonefritis atau ISK
ISK
dengan
(pyelonefritis akut)
ampicillin
dan
kultur
dengan
aminoglikosida
atau
akut
intrarenal,
atau pararenal
Epididimitis
yang adekuat.
TMP/SMX atau fluoroquinolone setidaknya 4
minggu untuk mencapai konsentrasi jaringan
yang adekuat.
TMP/SMX atau fluoroquinolone selama 6-12
Reinfeksi
minggu.
Uji sensitivitas harus dilakukan dengan kultur
ulang pada pasien hamil, pyelonefritis, dan
dengan komplikasi atau ISK relaps.
Reinfeksi adalah rekurensi ISK yang
relatif cepat dengan organism yang sama atau
berbeda setelah sensitivitas dipastikan.
Setiap episode infeksi harus dikelola
secara terpisah.
Pertimbangkan
pemberian
profilaksis
atau
pengobatan,
akan memenuhi kriteria ini dengan jumlah koloni kurang dari 105 cfu/mililiter urin.6 Maka dari
itu banyak laboratorium yang memilih menggunakan angka batas koloni yang lebih rendah
dalam menginterpretasikan hasil kultur urin. Salah satu kriteria yang umum dipakai adalah angka
hitung koloni sebesar 104 cfu/mililiter urin.6
Pasien dengan kateterisasi dan pasien dengan infeksi pada saluran kemih bagian bawah,
boleh jadi akan memiliki angka hitung koloni kurang dari 10 5 cfu/mililiter bila spesimen diambil
melalui aspirasi suprapubis atau kateterisasi. Maka diperlukan pengubahan kriteria menjadi 10 2
cfu/mL.6 Berbagai algoritma telah disusun dalam interpretasi hasil kultur, namun banyaknya
jumlah kombinasi mikroorganisme potensial dapat membatasi penggunaan algoritma ini.
Tabel
Interpretasi
mikroorganisme
yang diisolasi
Kemungkinan rendaha
1
<102
<102
Isolat signifikan
Isolat signifikan
>=3
>=3
Kemungkinan tinggib
1
1
2
2
2
>=3
<102
<102
<105 setiap jenis
<105 salah 1 jenis
<105 setiap jenis
<105 setiap jenis
<105 setiap jenis
>=3
Urin didapat dari aspirasi (suprapubis, kandung kemih, ureter, pelvis renalis, ginjal) atau
kateterisasi (langsung) tunggal, spesimen didapat di kamar operasi, dan spesimen urin didapat
dari pasien dengan terapi antimikroba.
b
Spesimen urin didapat dari teknik clean catch, dari kateter (urin atau suprapubis), atau dari
BAB III
KESIMPULAN
Pasien dengan kasus sistitis akut sebagian besar sangat mudah dinilai dari klinisnya, dan
mungkin tak memerlukan pemeriksaan laboratorium penunjang lain. Pada sebagian lain,
anamnesis dan temuan fisik saja mungkin tak cukup untuk menegakkan diangnosis definitif ISK.
Maka diperlukanlah pemeriksaan laboratorium urin disertai dengan uji sensitivitas antibiotika di
samping penentuan spesies patogen. Diagnosis laboratorium dan klinis untuk hasil tes sangat
dipengaruhi oleh cara pengambilan sampel. Dokter harus menuliskan cara pengambilan sampel
pada lembar permintaan pemeriksaan ini. Kultur urin tetap menjadi baku emas diagnosis ISK,
namun demikian hasil kultur masih tetap memerlukan dukungan temuan klinis maka dokter
harus jeli dalam menggali dan menelaah hasil kultur dan informasi klinis.
Daftar Pustaka
1. Shoskes, D. (2011): Urinary Tract Infections Retrieved From: The American Urological
Association Educational Review Manual in Urology: 3rd Edition Chapter: 23 Page: 737-766
2. Schmiemann et al. The Diagnosis of Urinary Tract Infection. al. Dtsch Arztebl Int 2010;
107(21): 3617
3. Smith's General Urology 16th edition 2004. Tanagho and McAninch, eds. Chapter 13.
"Bacterial Infections of the Urinary Tract" Nguyen, Hiep. pp. 203 - 227.
4. Hodson C, EJdwards D. Chronic pyelonephritis and vesico-ureteric
reflex.
Clin
Referat
Disusun oleh:
Davin rizky
Pembimbing:
Prof.DR.dr. Rifki Muslim, Sp.B, Sp.U