You are on page 1of 3

============================TULIS TANGAN============================

REFLEKSI KASUS
BRONKOPNEUMONIA
Nama : Annisa Fitriani
NIM : 20110310083
Substase : Radiologi
I. Pengalaman
Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan lemas, demam, sejak 3
hari SMRS. Pasien mengeluhkan batuk, sesak, serta kepalanya pusing di seluruh kepala. Pasien
juga mengeluhkan nafsu makannya yang menurun disertai penurunan berat badan. Pasien tidak
merasakan mual dan muntah. Pasien mempunyai riwayat penyakit DM tidak terkontrol,
sementara riwayat hipertensi disangkal. Dilakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
darah rutin dan pemeriksaan radiologi foto thorax.
II. Dokumentasi
A. Identitas Pasien
Nama
: Tn. E
Usia
: 50 tahun
Pekerjaan
: Pedagang
Alamat
: Kalibata Rt 02/02 Bener Purworejo
Ruangan
: Kemuning
Tanggal Masuk RS : 3 Oktober 2015
B. Pemeriksaan Fisik
KU : sedang, CM
Vital Sign
TD
120/70 mmHg
N
76x/menit
RR
20x/menit
T
38,5 C
GCS 15 (E4 V5 M6)
Kepala
CA (-/-), SI (-/-)
Thorax
Inspeksi
: pergerakan dinding simetris
Palpasi
: nyeri tekan (-), vokal fremitus simetris kiri kanan
Perkusi
: sonor vesikuler +/+
Auskultasi
: wheezing +/+
Ekstremitas : akral hangat, edema (-)
III. Pemeriksaan Penunjang
A. Darah Rutin
Hb
11,9 g/dL (L)
AL
6,7
Hmt 36 % (L)
Eritrosit
4,5
Trombosit
296
MCV
80 fL
MCH
26 pg
MCHC
33 g/dL
Diff Count : Neutrofil
Limfosit
Monosit
Eosinofil

88,30 % (H)
7,20 % (L)
4,50 %
0,00 % (L)

============================TULIS TANGAN============================
Basofil
LED (+)
Klinis Rutin :
GDS
Ureum
Kreatinin
SGOT
SGPT

0,00 %

286 mg/dL (H)


66,0 mg/dL (H)
0,78 mg/dL
29 U/L
16 U/L

B. Ro Thorax
Foto polos thorax, Posisi AP, simetris, inspirasi dan kondisi cukup, hasil :
Tampak perselubungan inhomogen kedua pulmo dengan konsolidasi parahiler sinistra
Tampak penebalan fissura minor
Diafragma dextra et sinistra licin
Sinus costofrenicus dextra et sinistra lancip
Cor CTR <0,5
Sistema tulang tervisualisasi intak, tidak tampak lesi litik/sklerotik
Kesan : Bronkopneumoni duplex, adanya massa belum dapat disingkirkan
Besar cor normal
IV. Diagnosis
Bronkopneumonia
Bronkiolitis? TB Paru Primer?
V. Masalah yang Dikaji
1. Bagaimana gambaran khas bronkopneumonia pada foto rontgen?
2. Bagaimana cara untuk menegakkan diagnosis pada kasus ini?
VI. Analisis Kritis
1. Gambaran Khas Bronkopneumonia
Bronkopneumonia yang disebut juga pneumonia lobularis adalah suatu
peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir yang biasanya menyerang bronkiolus
dan mengenai alveolus disekitarnya, yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing (IDAI, 2010).
Normalnya, saluran pernafasan steril dari daerah sublaring sampai parenkim paru.
Paru-paru dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih
mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah.
Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya bakteri atau virus melalui inhalasi
ke bagian tepi paru dari saluran nafas bagian atas atau nasofaring. Awalnya terjadi edema
reaktif yang mendukung multiplikasi organisme-organisme ini serta penyebarannya ke
bagian paru lain yang berdekatan. Umumnya bakteri ini mencapai alveoli melalui
percikan mukus atau saliva dan tersering mengenai lobus bagian bawah paru karena
adanya efek gravitasi (Alsagaff, 2004).
Organisme ini setelah mencapai alveoli akan menimbulkan respon yang khas
yang terdiri dari 4 tahap yang berurutan, yaitu :
1) Stadium I atau Kongesti (4 s/d 12 jam pertama)
Eksudat serosa masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor.
2) Stadium II atau Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Paru-paru tampak merah dan bergranula karena sel-sel darah merah, fibrin
dan lekosit polimorfonuklear mengisi alveoli.
3) Stadium III atau Hepatisasi Kelabu (3 s/d 8 hari)

============================TULIS TANGAN============================
Paru-paru tampak kelabu karena lekosit dan fibrin mengalami konsolidasi
di dalam alveoli yang terserang.
4) Stadium IV atau Resolusi (7 s/d 11 hari)
Eksudat mengalami lisis dan direabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali pada strukturnya semula.
Bercak-bercak infiltrat yang terbentuk adalah bercak-bercak yang difus,
mengikuti pembagian dan penyebaran bronkus dan ditandai dengan adanya daerahdaerah konsolidasi terbatas yang mengelilingi saluran-saluran nafas yang lebih kecil
(FKUI, 1995).
2. Penegakan Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang
sesuai dengan gejala dan tanda lain yang akan diuraikan disertai pemeriksaan penunjang.
Gejala klinis yang khas dari pneumonia yaitu: batuk, demam dan sesak napas.
Pneumonia khususnya bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak dan mungkin disertai
kejang karena demam yang tinggi. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,
penderita akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa
batuk kering kemudian menjadi produktif (Sectish, 2000).
Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa
lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis,
atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel
polimorfonuklear juga dapat dijumpai.
Selain itu, kita juga dapat mendiagnosis bronkopneumonia dengan melakukan
beberapa pemeriksaan penunjang, diantaranya :
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi
langsung, biakan dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi
cara ini tidak rutin dilakukan karena sukar.
2. Secara laboratorik ditemukan leukositosis biasa 15.00040.000/mm3 dengan
pergeseran LED meninggi.
3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau
beberapa lobus, jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau
beberapa lobus.
Penegakan diagnosis bronkopneumonia pada kasus ini berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan foto thorax. Pada kasus pasien ini, dari anamnesis
didapatkan adanya sesak napas, yang didahului dengan adanya batuk dan juga demam.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan wheezing pada kedua lapang paru yang menandakan
adanya keadaan patologi dan kemungkinan penyempitan jalan nafas pada pasien.
Sementara pada pemeriksaan radiologi terdapat gambaran difus merata (inhomogen) pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru.
VII. Daftar Pustaka
Alsagaff, Hood, dkk. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Penyakit Paru dan
Saluran Nafas FK UNAIR. Surabaya
FKUI. 1995. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Pneumonia. Dalam: Behrman R.E., et.al
(editor). 2000.Ilmu Kesehatan Anak Nelsons vol. 2 edisi. 15. Jakarta: EGC.
Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

You might also like