Professional Documents
Culture Documents
2.
3.
4.
5.
6.
Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pembelajaran yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap
jenjang pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu
kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang
dilaksanakan.
Menurut beberapa ahli, kurikulum adalah :
Spranger : membedakan kurikulum dalam 6 nilai, yaitu :
Ekonomi
Politik Negara
Kemasyarakatan
Ilmu pengetahuan
Kesenian
Agama
Selain itu, ada beberapa perubahan esensial antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013
yaitu :
1. Pada KTSP 2006, mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu, namun pada
kurikulum 2013 tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi baik itu berupa sikap,
keterampilan maupun pengetahuan. Hal ini berlaku di semua jenjang pendidikan.
2. Mata pelajaran KTSP 2006 dirancang terdiri sendiri dan setiap mata pelajaran memiliki
kompetensi dasar sendiri. Sedangkan pada kurikulum 2013, mata pelajaran dirancang terkait
satu sama lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.
Rancangan ini berlaku untuk semua jenjang pendidikan.
3. Pada jenjang Sekolah Dasar, menurut KTSP 2006 Bahasa Indonesia sejajar dengan mata
pelajaran lain, dan di kurikulum 2013 Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain
( sikap, dan keterampilan berbahasa)
4. Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah(separated curriculum) diterapkan pada
KTSP 2006 dan pada kurikulum 2013 bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait
dan terpadu satu sama lain( cross curriculum atau integrated curriculum). Konten ilmu
pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya. Hal ini
akan berlaku pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar.
5. Pada KTSP 2006, tematik untuk kelas I-III ( belum integratif). Pada kurikulum 2013, tematik
di perpanjang untuk kelas I-VI.
6. Untuk SMP, sebelumnya TIK adalah mata pelajaran sendiri, dan sekarang TIK merupakan
sarana pembelajaran yang dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain.
7. Pada jenjang pendidikan SMP dan SMA/SMK di KTSP 2006 menempatkan Bahasa
Indonesia sebagai pengetahuan, dan sekarang Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan
carrier of knowledge.
8. Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI, namun di kurikulum 2013 ini tidak ada
penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib seperti peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat.
9. Pada kurikulum sebelumnya pula SMA dan SMK tak ada kesamaan kompetensi, sedangkan
sekarang SMA sdan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
10. Penjuruan yang ada di SMK pada KTSP 2006 sangat detail bahkan sampai keahlian. Pada
kurikulum 2013 penjurusan di SMK tidak terlalu detail bahkan sampai bidang studi, karena
didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman.
Tentunya tak hanya proses belajar ataupun penilaiann hasil, tetapi terjadi perubahan pula pada
semua mata pelajaran. Perubahan tersebut diantaranya :
1. Implementasi kurikulum lama : Materi disusun untuk memberikan pengetahuan kepada
siswa.
Kurikulum baru : Materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.
2. Implementasi kurikulum lama : Pendekatan pembelajaran adalah siswa diberi tahu tentang
materi yang harus dihafal ( siswa diberi tahu)
Kurikulum baru : Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan
penyimpanan data, penalaran dan penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumbersumber belajar (siswa mencari tahu )
3. Implementasi kurikulum lama : penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian
Kurikulum baru : Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan portofolio.
Perbedaan ini, membuktikan bahwa tekad Pemerintah untuk terus memajukan Pendidikan
Indonesia dalam memperbaiki generasi Indonesia yang produktif dan kreatif.
2.1
2.2
peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat
(relevansi sosilogis).
2.
Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang
selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3.
Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar
jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4.
Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5.
Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
2.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku,
budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan
berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
5.
Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.