You are on page 1of 8

1.

2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan
oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pembelajaran yang akan
diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan.
Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap
jenjang pendidikan dalam menyelenggarakan pendidikan tersebut. Lama waktu dalam satu
kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan yang
dilaksanakan.
Menurut beberapa ahli, kurikulum adalah :
Spranger : membedakan kurikulum dalam 6 nilai, yaitu :
Ekonomi
Politik Negara
Kemasyarakatan
Ilmu pengetahuan
Kesenian
Agama

1.3 Perbedaan Kurikulum 2013 Dengan Kurikulum Sebelumnya


Ada beberapa elem perubahan dalam kurikulum 2013, diantaranya :
1) Kompetensi Lulusan : Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard
skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
2) Kedudukan Mata Pelajaran (ISI) : Kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran
berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi.
3) Proses pembelajaran :
- Standar proses yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi
dilengkapi dengan mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan
mencipta.
- Belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat
- Guru bukan satu-satunya sumber belajar
- sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh yang teladan.
4. Penilaian Hasil :
- Penilaian berdasarkan kompetensi
- Pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan
berdasarkan hasil saja) menuju penilaian otentik ( mengukur semua kompetensi, sikap,
keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil)
- Memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor ideal (maksimal)
- Penilaian tidak hanya pada level Kompetensi Dasar, tetapi juga kompetensi inti dan
SKL.
- Mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrument utama
penilaian.

Selain itu, ada beberapa perubahan esensial antara KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013
yaitu :
1. Pada KTSP 2006, mata pelajaran tertentu mendukung kompetensi tertentu, namun pada
kurikulum 2013 tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi baik itu berupa sikap,
keterampilan maupun pengetahuan. Hal ini berlaku di semua jenjang pendidikan.
2. Mata pelajaran KTSP 2006 dirancang terdiri sendiri dan setiap mata pelajaran memiliki
kompetensi dasar sendiri. Sedangkan pada kurikulum 2013, mata pelajaran dirancang terkait
satu sama lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.
Rancangan ini berlaku untuk semua jenjang pendidikan.
3. Pada jenjang Sekolah Dasar, menurut KTSP 2006 Bahasa Indonesia sejajar dengan mata
pelajaran lain, dan di kurikulum 2013 Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain
( sikap, dan keterampilan berbahasa)
4. Tiap jenis konten pembelajaran diajarkan terpisah(separated curriculum) diterapkan pada
KTSP 2006 dan pada kurikulum 2013 bermacam jenis konten pembelajaran diajarkan terkait
dan terpadu satu sama lain( cross curriculum atau integrated curriculum). Konten ilmu
pengetahuan diintegrasikan dan dijadikan penggerak konten pembelajaran lainnya. Hal ini
akan berlaku pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar.
5. Pada KTSP 2006, tematik untuk kelas I-III ( belum integratif). Pada kurikulum 2013, tematik
di perpanjang untuk kelas I-VI.
6. Untuk SMP, sebelumnya TIK adalah mata pelajaran sendiri, dan sekarang TIK merupakan
sarana pembelajaran yang dipergunakan sebagai media pembelajaran mata pelajaran lain.
7. Pada jenjang pendidikan SMP dan SMA/SMK di KTSP 2006 menempatkan Bahasa
Indonesia sebagai pengetahuan, dan sekarang Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan
carrier of knowledge.
8. Untuk SMA ada penjurusan sejak kelas XI, namun di kurikulum 2013 ini tidak ada
penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib seperti peminatan, antar minat, dan
pendalaman minat.
9. Pada kurikulum sebelumnya pula SMA dan SMK tak ada kesamaan kompetensi, sedangkan
sekarang SMA sdan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar-dasar
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
10. Penjuruan yang ada di SMK pada KTSP 2006 sangat detail bahkan sampai keahlian. Pada
kurikulum 2013 penjurusan di SMK tidak terlalu detail bahkan sampai bidang studi, karena
didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan pendalaman.

Tentunya tak hanya proses belajar ataupun penilaiann hasil, tetapi terjadi perubahan pula pada
semua mata pelajaran. Perubahan tersebut diantaranya :
1. Implementasi kurikulum lama : Materi disusun untuk memberikan pengetahuan kepada
siswa.
Kurikulum baru : Materi disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan.

2. Implementasi kurikulum lama : Pendekatan pembelajaran adalah siswa diberi tahu tentang
materi yang harus dihafal ( siswa diberi tahu)
Kurikulum baru : Pendekatan pembelajaran berdasarkan pengamatan, pertanyaan
penyimpanan data, penalaran dan penyajian hasilnya melalui pemanfaatan berbagai sumbersumber belajar (siswa mencari tahu )
3. Implementasi kurikulum lama : penilaian pada pengetahuan melalui ulangan dan ujian
Kurikulum baru : Penilaian otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan berdasarkan portofolio.
Perbedaan ini, membuktikan bahwa tekad Pemerintah untuk terus memajukan Pendidikan
Indonesia dalam memperbaiki generasi Indonesia yang produktif dan kreatif.

E. Prinsip Pelaksanaan KTSP SMK/MAK


Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai
berikut.
a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan
pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya
secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
b. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (1) belajar untuk beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) belajar untuk memahami dan menghayati, (3)
belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk hidup bersama dan
berguna bagi orang lain, dan (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
c. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta
didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang
berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia
mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah
membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).
e. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber
belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar,
dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di
masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh
dan teladan).
f. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan
daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang

cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

F. Struktur Kurikulum SMK/MAK


Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif dan efisien serta
mengembangkan keahlian dan keterampilan, mereka harus memiliki stamina yang tinggi, menguasai
bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi,
dan mampu berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki kemampuan
mengembangkan diri. Struktur kurikulum pendidikan kejuruan dalam hal ini Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Kurikulum SMK/MAK berisi mata pelajaran wajib, mata pelajaran Kejuruan, Muatan Lokal, dan
Pengembangan Diri .
Mata pelajaran wajib terdiri atas Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa,
Matematika, IPA, IPS, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, dan
Keterampilan/Kejuruan {Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi (KKPI) dan
Kewirausahaan}. Mata pelajaran ini bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
dalam spektrum manusia kerja.
Mata pelajaran Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran (dikelompokkan dalam Dasar
Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan) yang bertujuan untuk menunjang pembentukan
kompetensi kejuruan dan pengembangan kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas, potensi daerah, dan prospek pengembangan daerah termasuk keunggulan daerah,
yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan program keahlian yang diselenggarakan.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan
diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pembentukan karier peserta didik.
Pengembangan diri bagi peserta didik SMK/MAK terutama ditujukan untuk pengembangan
kreativitas dan bimbingan karier.
Struktur kurikulum SMK/MAK meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang
pendidikan selama tiga tahun atau dapat diperpanjang hingga empat tahun mulai kelas X sampai
dengan kelas XII atau kelas XIII. Struktur kurikulum SMK/MAK disusun berdasarkan standar
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran.

2.1

Pengertian Pengembangan Kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup:
perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal
membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil
tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta
didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha
mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional.
Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk
menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian programprogram yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam
pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan
dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus,
pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur unsur masyarakat lainnya yang merasa
berkepentingan dengan pendidikan.
Perinsip dasar pengembangan kurikulum merupakan aspek yang harus dikuasai dan
diperhatikan dalam pembinaan dan pengembangan kurikulum, sehingga sekolah memiliki
program pendidikan yang sesuai dengan filsafat hidup, kondisi dan kebutuhan siswa serta
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Fungsi dan cara mengembangkan
kurikulum ialah sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan tugasnya.

2.2

Prinsip Pengembangan Kurikulum


Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada
dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum.
Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah
berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip
baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat
mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang
digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsipprinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip prinsip umum :
relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus :
prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi
pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan
dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan
kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima
prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
1.
Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara
komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi).
Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi

peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat
(relevansi sosilogis).
2.
Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang
dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang
selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik.
3.
Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara
vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan
kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar
jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.
4.
Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat
mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat
dan tepat sehingga hasilnya memadai.
5.
Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum
mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah
prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk
mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
2.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta
didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku,
budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara
terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
4.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan
berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
5.
Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan,


pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
7.
Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan
kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka
Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya
sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya
kurikulum
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada
pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting
adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang
terkandung dalam pengembangan kurikulum.
6.

You might also like