Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th Edition, Text
Revision (TSM-IV-TR) gangguan somatisasi adalah sindroma polisimptomatik dengan gejala
fisik yang idiopatik yang datang dari beberapa organ dan sistem dan menyebabkan distress dan
disabilitas yang berat pada individu. Pasien sering datang dengan keluhan dan sejarah medis
yang panjang dan sering disertai dengan kejadian yang buruk dalam hidupnya. Pasien juga boleh
datang dengan keluahan psikiatrik lain, termasuk cemas, dan ganggguan penggunaan bahan
terlarang. Walaupun terdapat hubungan antara gejela psikologi dan fisik dalam gangguan ini,
pasien akan fokus terhadap komponen fisik gangguan tersebut dan tidak dapat menerima etiologi
psikologik dan juga diagnosis psikiatriknya.1
Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ
III) gangguan somatisasi termasuk salah satu gangguan somatoform dengan pedoman
diagnosisnya sebagai berikut:2
a. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2 tahun;
b. Tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak
ada kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhanya;
c. Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan keluarga, yang berkaitan
dengan sifat keluhan-keluhan dan dampak dari penyakitnya.
Pembahasan
Rumusan Masalah
Seorang perempuan berusia 51 tahun dengan keluhan rasa tidak enak di perut, kembung,
terasa naik ke atas sehingga merasa sesak, rasa sakit di dada kiri yang menyebar ke bagian
kanan, dan rasa pegal di leher dan kesemutan di tungkai atas sampai ke dua belah kaki yang
sudah berlangsung selama satu tahun yang lalu.
Analisa Masalah
Anamnesis
Ketika pasien datang ke rumah sakit, dapat ditanyakan beberapa perkara
mengenai maksud kedatangannya datang seperti:
a) Keluhan utama: Gejala bermacam-macam dan banyak. Palaing sering
dikeluhkan adalah gangguan gastrointestinal dan neurologik seperti mual
muntah, sakit lambung, parestesi, nyeri dan lain-lain (Sejak kapan terjadi,
kualitas nyerinya, muntahnya berapa kali sehari dan lain-lain.)
b) Riwayat penyakit dahulu: Adakah pasien pernah mengalami keadaan
seperti itu sebelum ini? Biasanya dalam gangguan somatisais, gejalagejala ini telah timbul lama.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah ahli keluarga pernah mengalami
sakit yang sedemikian?
Diagnosa
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak menunjukkan hasil patologis yang sesuai dengan
keluhannya. Dalam pemeriksaan penunjang juga tidak terdapat sebarang abnormalitas.
Diagnosa kerja
Kriteria diagnosis gangguan somatisasi berdasarkan DSM IV:1,3
A. Riwayat banyak keluhan fisik dengan onset sebelum usia 30 tahun yang
terjadi selama periode beberapa tahun dan menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang
terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan.
1. Empat gejala nyeri: Riwayat nyeri yang berhubungan dengan
sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlebihan (misalnya: kepala, perut, punggung,
sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama
miksi).
2. Dua gejala gastrointestinal: Riwayat sekurangnya dua gejala
gastrointestinal selain dari nyeri (misalnya: mual, kembung, muntah selain dari kehamilan, diare,
atau intoleransi terhadap berbagai jenis makanan).
negatif dan juga telah dijelaskan oleh dokternya bahwa tidak terjadi kelainan yang mendasari
keluhannya.
Beberapa peneliti menemukan bahwa ggangguan somatisasi seringkali bersamasama dengan gangguan mental lainnya. Sifat kepribadian atau gangguan kepribadian yang
seringkali menyertai adalah yang ditandai oleh ciri penghindaran, paranoid, menyalahkan diri
sendiri dan obsesif konpulsif.
Keluhan dapat mengenai mana-mana sistem atau bagian tubuh dan yang paling
sering adalah sistem gastrointestinal (perasaan sakit, kembung, mual, muntah), kesulitan
menelan, nyeri di lengan dan tungkai, napas pendek yang tidak berhubungan dengan aktivitas
dan keluhan-keluhan perasaan abnormal pada kulit (perasaan gatal, rasa terbakar, kesemutan,
baal, pedih, dsb.), serta bercak-bercak pada kulit. Keluhan mengenai seks dan haid juga lazim
terjadi.3,5
Komplikasi
Kalau dibiarkan tanpa penatalaksanaan yang tepat, gangguan somatisasi dapat
menyebabkan gangguan psikologik lainnya seperti depresi, cemas, dan lain-lain yang boleh
menyebabkan pasien mencoba membunuh diri.
Penatalaksanaan
Penatalaksaan pasien gangguan somatisasi adalah sukar dan memerlukan
hubungan dokter-pasien yang baik untuk mengenal pasti masalah yang dihadapi dan cara
penanganannya. Dokter mestilah bersedia untuk merawat pasien dalam jangka masa yang lama.
Kesukaran ini ditambah pula dengan sikap pasien yang rata-rata akan sukar untuk menerima
bahwa meraka mempunyai kondisi psikotik.1
Merawat pasien gangguan somatisasi dengan Cognitive-Behavioural Therapy
(CBT) memberikan kesan yang baik terhadap pasien. CBT adalah psikoterapi yang bersifat
struktural, sementara, dan berorientasikan masa kini. CBT fokus kepada masalah dan bagaimana
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dokter akan membantu pasien untuk mencari strategi
penyelesaian masalahnya sendiri.1
Penatalaksanaan farmakologik harus dielakkan kecuali pada kasus yang
mempunyai gejala psikotik, cemas, atau depresi yang jelas. Penggunaan obat pada pasien
gangguan somatisasi tidak memberikan hasil yang memuaskan.2
Terdapat satu cara penanganan pasien dengan keluhan gejala fisik yang pelbagai
yang dikeluarkan oleh Richard Smith dan rekan-rekannya dari Universitas Arkansas yang
menasehati dokter-dokter yang menjumpai pasien-pasien seperti ini untuk melakukan beberapa
perkara yang dapat meningkatkan kapasitas fungsional mereka dan mengurankan penggunaan
sumber-sumber yang memakan banyak uang. Antara saran yang diberikan adalah untuk
menjalankan perjumpaan yang sering dengan pasien, menjalankan pemeriksaan fisik dan elakkan
untuk menggunakan prosedur diagnostik yang tidak diperlukan, terapi invasif, elakkan untuk
mengatakan keluhan fisik hanya karena psikologis, dan mendorong pasien untuk membicarakan
tentang stressor.
Prognosis
Pasien dengan gangguan somatisasi sukar untuk sembuh walaupun sudah
mengikuti pedoman pengobatan. Sering kali pada pasien wanita berakhir dengan percobaan
bunuh diri.
Kesimpulan
Gangguan somatisasi adalah ganggguan psikologis yang polisimptomatik, dengan gejala
yang beragam dari pelbagai anggota tubuh tetapi tidak terdapat sebarang kelainan yang
menyokong sebarang gejala itu.Gambaran yang penting dari gangguan somatisasi adalah adanya
gejala fisik, dimana tidak ada kelainan organik atau mekanisme fisiologik. Dan untuk hal
tersebut terdapat bukti positif atau perkiraan yang kuat bahwa gejala tersebut terkait dengan
adanya faktor psikologis atau konflik.Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhankeluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan pemeriksaan medik, meskipun sudah
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa tidak ada
kelainan yang mendasari keluhannya.
Daftar Pustaka
1. Kaplan, Saddock B.J. Comprehensive textbook of psychiatry. 7th ed. United States:
Williams and Wilikins Baltimore;2004.p.547-53
2. Maramis, W.F. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi ke-9. Surabaya:Airlangga University
Press;2005
3. Nevid, J.S., dkk. Psikologi abnormal jilid I.Edisi 5. Jakarta:Penerbit Erlangga;2005
4. Tomb, D. A. Buku saku psikiatri. Edisi ke-6. Jakarta:EGC; 2004
5. Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Media Aesculapicus: Jakarta; 2000