You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelainan mental organik menunjukan suatu sindrom mental organik tertentu
dimana

etiologinya

diketahui

atau

dianggap

diketahui.

Semua

abnormalitas

dihubungkan dengan disfungsi otak yang bersifat sementara dan permanen kelainan dan
sindrom mental organic dapat dikatagorikan sebagai kronis dan akut. Kondisi
yangkronis biasanya mempunyai awitan yang cukup membahayakan meskipun tidak
tampak. Kondisi kondisi akut mempunyai awitan gejala tiba-tiba karena gangguan pada
funsi otak. Perusakan mungkin dapat pulih bersamaan dengan waktu dan tindakan, atau
dapat menjadi permanent dan progresif, tergantung pada penyebabnya.

B. Tujuan
1. Menyebutkan definisi GMO dengan benar
2. Menyebutkan pembagian GMO dengan benar
3. Menyebutkan dan menjelaskan penyebab utama Gangguan Mental akibat
Kerusakan dan Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik dengan benar

BAB II
1

LANDASAN TEORI
Otak mengendalikan semua fungsi tubuh. Otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta
menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan
tubuh dan mental bisa ikut terganggu. Itulah mengapa otak disebut sebagai organ yang
paling penting dari seluruh organ di tubuh manusia.

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
2

4. Limbic System (Sistem Limbik)


1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama
Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang
membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual.
Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus
dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut
masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus
Temporal.

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak
Besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan
gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian,
kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa
secara umum.

Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan


seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan


pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan


rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi
terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi beberapa area
yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua
belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung
oleh kabel-kabel saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan
mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak
kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk
logika dan berpikir rasional.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung
leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan
gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan
otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat
menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan
koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut
tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak)
4

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang.
Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung,
mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting
dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang
otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan teritorial
sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau terancam
ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak
tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri
badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol
funsi otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
pencernaan.

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak


bersama dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga
atau tertidur.

4. Limbic System (Sistem Limbik)


5

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus


batang otak ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin
yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh
hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala,
hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan,
mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan
seks, pusat rasa senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya
adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak.
Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh indera. Dialah
yang lazim disebut sebagai otak emosi atau tempat bersemayamnya rasa cinta dan
kejujuran. Carl Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam Bawah Sadar" atau
ketidaksadaran kolektif, yang diwujudkan dalam perilaku baik seperti menolong orang
dan perilaku tulus lainnya. LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai tempat
duduk bagi semua nafsu manusia, tempat bermuaranya cinta, penghargaan dan
kejujuran.

BAB III
6

PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangguan mental akibat kerusakan otak dan disfungsi otak dan penyakit fisik
adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh adanya gangguan primer atau gangguan
sekunder. Berikut adalah contoh gangguan yang dapat mengakibatkan gangguan mental
akibat kerusakan otak dan disfungsi otak dan penyakit fsik :
Epilepsy
Tumor otak
Aterosklerosis otak
Intoksikasi
B. Etiologi
1. Epilepsy
Definisi : Suatu kejang (seizure) adalah suatu gangguan patologis paroksismal
sementara dalam gangguan patologis paroksismal sementara dalam fungsi
cerebral yang disebabkan oleh pelepasan neuron yang spontan dan luas Pasien
dikatakan menderita epilepsi jika mereka mempunyai keadaan kronis yang

ditandai dengan kejang yang rekuren.


Klasifikasi : Dua kategori utama kejang adalah parsial dan umum (generalized).
Kejang parsial melibatkan aktivitas epileptiformis di daerah otak setempat;
kejang umum melibatkan keseluruhan otak. Suatu sistem klasifikasi untuk
kejang.

a. Kejang umum
Kejang tonik klonik umum mempunyai gejala klasik hilangnya kesadaran,
gerakan tonik klonik umum pada tungkai, menggigit lidah, dan inkotinensia.
Walaupun diagnosis peristiwa kilat dari kejang adalah relatif langsung, keadaan
pascaiktal yang ditandai oleh pemulihan kesadaran dan kognisi yang lambat dan
bertahap kadang-kadang memberikan suatu dilema diagnostik bagi dokter
psiktatrik di ruang gawat darurat. Periode pemulihan dan kejang tonik klonik
umum terentang dari beberapa menit sampai berjam-jam. Gambaran klinis
adalah delirium yang menghilang secara bertahap. Masalah psikiatrik yang
7

paling sering berhubungan dengan kejang umum adalah membantu pasien


menyesuaikan gangguan neurologis kronis dan menilai efek kognitif atau
perilaku dan obat antiepileptik.
ABSENCES (Petit Mal) : Suatu tipe kejang umum yang sulit didiagnosis bagi
dokter psikiatrik adalah absence atau kejang petitmal. Sifat epileptik dari
episode mungkin berjalan tanpa diketahui, karena manifestasi motorik atau
sensorik karakteristik dari epilepsi tidak ada atau sangat ringan sehingga tidak
membangkitkan kecurigaan dokter. Epilepsi petit mal biasanya mulai pada masa
anak-anak antara usia 5 dan 7 tahun dan menghilang pada pubertas. Kehilangan
kesadaran singkat, selama mana pasien tiba-tiba kehilangan kontak dengan
hngkungan, adalah karakteristik untuk epilepsi petit mal; tetapi, pasien tidak
mengalami kehilangan kesadaran atau gerakan kejang yang sesungguhnya
selama episode. Elektroensefalogerafi ( EEG) menghasilkan pola karakteristik
aktivitas paku dan gelombang (spike and wave) tiga kali perdetik Pada keadaan
yang jarang, epilepsi petitmal dengan onset dewasa dapat ditandai oleh episode
psikotik atau delirium yang tiba-tiba dan rekuren yang tampak dan menghilane
secara tiba-tiba Gejala dapat disertai dengan riwayat terjatuh atau pingsan.
b. Kejang parsial liziane parsial diklasitikasikan sebagai sederhana (tanpa
perubahan kesadaran) atau kompleks (dengan perubahan kesadaran) Sedikit
lebih banyak dari setengah semua pasien dengan kelane parsial mengalami
kejang parsial kompleks; istilah lain yang digunakan untuk kejang parsial
kompleks adalah epilepsi lobus temporalis, kejang psikomotor, dan epilepsi
limbik tetapi istilah tersebut bukan merupakan penjelasan situasi klinis yang
akurat. Epilepsi parsial kompleks adalah bentuk epilepsi pada orang dewasa
yang paling senngcang mengenai 3 dan 1.000 orang.

Manifestasi klinis
a. Gejala praiktal : Peristiwa praiktal (aura) pada epilepsi parsial kompleks
adalah termasuk sensasi otonomik (sebagai contohnya rasa penuh di
perut,

kemerahan,

dan

perubahan

pada

pernafasan),

sensasi

kognitif(sebagai contohnya, deja vu, jamais vu, pikiran dipaksakan, dan


keadaan seperti mimpi). keadaan afektif (sebagai contohnya, rasa takut,

panik, depresi, dan elasi) dan secara klasik. automatisme (sebagai


contohnya, mengecapkan bibir, menggosok, dan mengayah)
b. Gejala Iktal : Perilaku yang tidak terinhibisi, terdisorganisasi, dan singkat
menandai serangan iktal. Walaupun beberapa pengacara pembela
mungkin mengklaim yang sebaliknya, jarang sesorang menunjukkan
perilaku kekerasan yang terarah dan tersusun selama episode epileptik
Gejala kognitif adalah termasuk amnesia untuk waktu selama kejang dan
suatu periode delirium yang menghilang setelah kejang. Pada pasien
dengan epilepsi parsial kompleks, suatu fokus kejang dapat ditemukan
pada pemeriksaan EEG pada 25 sampai 50 % dari semua pasien.
Penggunaan elektroda sfenoid atau temporalis anterior dan EEG pada
saat tidak tidur dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya
kelainan EEG. EEG normal multipel seringkali ditemukan dart seorang
pasien dengan epilepsi parsial kompleks; dengan demikian EEG normal
tidak dapat digunakan untuk mneyingkirkan diagnosis epilepsi parsial.
kompleks- Penggunaan perekaman EEG jangka panjang (24 sampai 72
jam) dapat membantu klinisi mendeteksi suatu fokus kejang pada
beberapa pasien. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan
lead nasofaring tidak menambah banyak kepekaan pada EEG, dan yang
jelas menambahkan ketidaknyamanan prosedur bagi pasien.
c. Gejala Interiktal : Gangguan kepribadian Kelainan psikiatrik yang paling
sering dilaporkan pada pasien epileptik adalah gangguan kepribadian,
dan biasanya kemungkinan terjadi pada pasien dengan epilepsi dengan
asal lobus temporalis. Ciri yang paling sering adalah perubahan perilaku
seksual, suatu kualitas yang biasanya disebut viskositas kepribadian,
religiositas, dan pengalaman emosi yang melambung. Sindroma dalam
bentuk komplitnya relatif jarang, bahkan pada mereka dengan kejang
parsial kompleks dengan asal lobus temporalis. Banyak pasien tidak
mengalami perubahan kepribadian, yang lainnya mengalami berbagai
gangguan yang jelas berbeda dari sindroma klasik.
d. Perubahan pada perilaku seksual dapat dimanifestasikan sebagai
hiperseksualitas; penyimpangan dalam minat seksual, seperti fetihisme
dan

transfetihisme;

dan

yang

paling

sering,

hiposeksualitas

Hiposeksualitas ditandai oleh hilangnya minat dalam masalah seksual


dan dengan menolak rangsangan seksual Beberapa pasien dengan onset
9

epilepsi parsial kompleks sebelum pubertas mungkin tidak dapat


mencapai tingkat minat seksual yang normal setelah pubertas, walaupun
karakteristik tersebut mungkin tidak mengganggu pasien. Untuk pasien
dengan onset epilepsi parsial kompleks setelah pubertas. perubahan
dalam minat seksual mungkin mengganggu dan mengkhawatirkan.
e. Gejala viskositas kepribadian biasanya paling dapat diperhatikan pada
percakapan pasien, yang kemungkinan adalah lambat serius, berat dan
lamban, suka menonjolkan keilmuan, penuh dengan rincian-rincian yang
tidak penting, dan seringkali berputar-putar. Pendengar mungkin menjadi
bosan tetapi tidak mampu menemukan cara yang sopan dan berhasil
untuk melepaskan diri dari percakapan. Kecenderungan pembicaraan
seringkali dicerminkan dalam tulisan pasien, yang menyebabkan suatu
gejala yang dikenal sebagai.
f. hipergrafia yang dianggap oleh beberapa klinisi sebagai patognomonik
untuk epilepsi parsial komplaks.
g. Religiositas mungkin jelas dan dapat dimanifestasikan bukan hanya
dengan meningkatny peran serta pada aktivitas yang sangat religius
tetapi juga oleh permasalahan moral dan etik yang tidak umum,
keasyikan dengan benar dan salah, dan meningkatnya minat pada
perlahamasalahan global dan filosofi Ciri hiperreligius kadang-kadang
dapat

tampak

seperti

gejala

prodromal

skizofrenia

dan

dapat

menyebabkan mnasalah diagnositik pada seorang remaja atau dewasa


muda.
h. Gejala psikotik : Keadaan psikotik interiktal adalah lebih sering dari
psikosis iktal. Episode interpsikotik yang mirip skizofrenia dapat terjadi
pada pasien dengan epilepsi, khususnya yang berasal dan lobus
temporalis Diperkirakan 10 sampal 30 persen dari semua pasien dengan
apilepsi partial kompleks mempunyai gejala psikotik Faktor risiko untuk
gejala tersebut adalah jenis kelamin wanita kidal onset kejang selama
pubertas, dan lesi di sisi kiri. Onset gelala psikotik pada epilepsi adalah
bervariasi. Biasanya, gejala psikotik tarnpak pada pasien yang telah
menderita epilepsi untuk jangka waktu yang lama, dan onset gejala
psikotik di dahului oleh perkembangan perubahan kepribadian yang
berhubungan dengan aktivitas otak epileptik gejala psikosis yang paling
karakteristik adalah halusinasi dan waham paranoid. Biasanya. pasien
10

tetap hangat dan sesuai pada afeknya, berbeda dengan kelainan yang
sering ditemukan pada pasien skizofrenik Gejala gangguan pikiran pada
pasien epilepsi psikotik paling sering merupakan gejala yang melibatkan
konseptualisasi dan sirkumstansialitas, ketimbang gejala skizofrenik
klasik berupa penghambatan (blocking) dan kekenduran (looseness),
kekerasan. kekerasan episodik merupakan masalah pada beberapa pasien
dengan epilepsi khususnya epilepsi lobus temporalis dan frontalis.
Apakah kekerasan merupakan manifestasi dan kejang itu sendiri atau
merupakan psikopatologi interiktal adalah tidak pasti. Sampai sekarang
ini, sebagian besar data menunjukkan sangat jarangnya kekerasan
sebagai suatu fenomena iktal. Hanya pada kasus yang jarang suatu
kekerasan pasien epileptik dapat disebabkan oleh kejang itu sendiri.
i. Gejala Gangguan perasaan : Gejala gangguan perasaan, seperti depresi
dan mania, terlihat lebih jarang pada epilepsi dibandingkan gejala mirip
skizofrenia. Gejala gangguan mood yang terjadi cenderung bersifat
episodik dan terjadi paling sering jika fokus epileptik mengenai lobus
temporalis dan hemisfer serebral non dominan. Kepentingan gejala
gangguan

perasaan

pada

epilepsi

mungkin

diperlihatkan

oleh

meningkatnya insidensi usaha bunuh diri pada orang dengan epilepsi.


Diagnosis
Diagnosis epilepsi yang tepat dapat sulit khususnya jika gejala iktal dan
interiktal dari epilepsi merupakan manifestasi berat dari gejala psikiatrik
tanpa adanya perubahan yang bemakna pada kesadaran dan kemampuan
kognitif Dengan demikian, dokter psikiatrik harus menjaga tingkat
kecurigaan yang tinggi selama memeriksa seorang pasien baru dan harus
mempertimbangkan kemungkman gangguan epileptik, bahkan jika tidak
ada

tanda

dan

gejala

klasik.

Diagnosis

banding

lain

yang

dipertimbangkan adalah kejang semu (psudoseizure), dimana pasien


mempunyai suatu kontrol kesadaran atas gejala kejang yang mirip.
1. Pada pasien yang sebelumnya mendapatkan suatu diagnosis epilepsi,
timbulnya gejala psikiatrik yang baru harus dianggap sebagai
kemungkinan mewakili suatu evolusi, timbulnya gejala epileptiknya.
timbulnya

gejala

psikotik,

gejala

gangguan

mood,

perubahan
11

kepribadian, atau gejala kecemasan (sebagai contohnya, serangan panik)


harus menyebabkan klinisi menilai pengendalian epilepsi pasien dan
memeriksa pasien untuk kemungkinan adanya gangguan mental yang
tersendiri. Pada keadaan tersebut klinisi harus menilai kepatuhan pasien
terhadap regimen obat antiepileptik dan harus mempertimbangkan
apakah gejala psikotik merupakan efek toksik dari obat antipileptik itu
sendiri. Jika gejala psikotik tampak pada seorang pasien yang pernah
mempunyai epilepsi yang telah didiagnosis atau dipertimbangkan
sebagai diagnosis di masa lalu, klinisi harus mendapatkan satu atau lebih
pemeriksaan EEG.
2. Pada pasien yang sebelumnya belum pernah mendapatkan diagnosis
epilepsi. empat karakteristik hams menyebabkan klinisi mencurigai
kemungkinan tersebut; onset psikosis yang tiba-tiba pada seseorang yang
sebelumnya dianggap sehat secara psikologis, onset delirium yang tibatiba tanpa penyebab yang diketahui, riwayat episode yang serupa dengan
onset yang mendadak dan pemulihan spontan, dan riwayat terjatuh atau
pingsan sebelumnya yang tidak dapat dijelaskan.

Pengobatan
karbamazepin ( tegretol) dan Asam valproik (Depakene) mungkin
membantu dalam mengendalikan gejala iritabilitas dan meledaknya
agresi, karena mereka adalah obat antipsikotik tipikal Psikoterapi,
konseling keluarga, dan terapi kelompok mungkin berguna dalam
menjawab masalah psikososial yang berhubungan dengan epilepsi.
Disamping itu, klinisi haru; menyadari bahwa banyak obat antiepileptik
mempunyai suatu gangguan kognitif derajat ringan sampai sedang dan
penyesuaian dosis atau penggantian medikasi harus dipertimbangkan jika
gejala gangguan kognitif merupakan suatu masalah pada pasien tertentu.

3. Tumor otak

12

Tumor intracranial di jaringan otak, di selaput otak, system


ventrikel, plexus khoiroid, glandula pinealis serta hipofisis dan mungkin
primer atau sekunder sebagai mestase.
Manifestasi klinisnya tergantung pada beberapa factor: jenis
neoplasma, kecepatan tumbuh, lokalisasi tumor dan kecepatan tekanan
intakranial.
Salah satu gejala dini mengenai sindrom otak organic ialah
gangguan ingatan, terutama ingatan tentang peristiwa-peristiwa yang
baru saja terjadi. Kemudian timbul gangguan pada emosi penderita,
misalnya ia menjadi lekas marah, labil dan sering juga timbul depresi.
Pertimbangannya dan kecerdasannya berkurang, kemudian mungkin
timbul disorientasi. Gejala-gejala ini adalah umum pada kebanyakan
sindrom otak organic, disertai juga gejala-gejala neurologis seperti nsakit
kepala, muntah-muntah, kejang-kejang dan kelumpuhan.
Gejala psikiatrik mungkin timbul cepat atau pelan-pelan dan
bervariasi luas. Gejala ini tidak membentuk suatu sindrom psikiatrik
yang khas, karena itu ia tidak dapat dipakai buat menentukan jenis
tumor.
Pengobatan tumor intrakranioal ialah sedapat-dapatnya melalui
pembedahan saraf. Bila tidak mungkin, maka sedapat-dapatnya
dilakukan penyinaran. Terhadap gejalas-gejala psikiatrik bila perlu dapat
diberi

neroleptika,

traqualizer

atau

anti-depresant.

Terapi

elektrokonvulasi sama sekali tidak boleh diberikan.


Prognosis tergantung pada keganasan tumor, lokalisasinya dan
cara pengobatan yang memadai.

4. Aterosklerosis otak
Dindin pembuluh darah pada skelerosis menjadi kaku dank eras.
Proses ini sebenarnya relative tidak begitu menyukarkan peredaran
darah. Yang menimbulkan kesukaran ialah proses ateroskelerosis, karena
13

terjadi penyempiutan dan obliterasi lobang pembuluh darah itu. Didalam


ateroma yang menyebabkan penyempitan ini menjadi terdapat lipid yang
dapat dicat. Secara pelan-pelan sekali terjadi pengurangan peredaran
darah keotak dan akibatnya ialah suatu hypoxia yang progresif, sehingga
metabolism sel-sel otak terganggu dan akhirnya timbul kematian sel.
Ateroskelerosis

dianggap

sekarang

bukan

sebagai

akibat

langsung daripada usia lanjut, tetapi ada hubungan yang tidak langsung
dengan usia, yaitu dengan berlalunya waktu, maka proses ini pelan-pelan
bertambah luas dan progresif.
Daerah atrofi terdapat sekitar arteriole yang tertutup lobangnya.
Mngkin terjadi perdarahan atau emboli dengan infark, tetapi paling
sering ialah thrombosis (kira-kira 85% dari gangguan pembuluh darah
otak).
Gejala-gejala:

tanda-tanda patologis anatomis mungkin sudah mulai pada


orang dewasa muda, tetapi psikosa sebab ateroskelerosa
otak (atheroscelerosis cerebri) biasanya timbul antara 5065 tahun. Penderita mulai merasa lekass lelah, sakit
kepala, pusing-pusing, tidak dapat berkonsentrasi lama.
Pelan-pelan kemmapuan fisik dan mental berkurang secara
progresif. Penderita tahu dan sadar ia mulai berubah. Hal
ini menambah penderitaannya(pada penderita senilis
penderita tidak tahu). Pada tiap orang 50 tahun yang
berubah

kepribadiannya

kita

harus

ingat

akan

ateroskelerosis otak bila demensia paralitika sudah dapat


disingkirkan. Tidak jarang pada permulaan penyakit sfiat
keras ( misalnya sebelum sakit ia bersifat lekas
tersinggung, sesudahnya ia menjadi tambah mudah
tersinggung dan lekas marah; sifat tidak pemalu menjadi
tambah tidak tahu malu menjadi acuh tak acuh).

14

Sering terjadi emosi labil (mudah sekali menjadi


emosinya), penderita mungkin agresif, suka bertengkar
dan paranoid. Tidak jarang terjadi kebingungan , sering
pada malam hari, penderita menjadi gelisah, seperti
delirium. Orang itu tidak lagi mempedulikan dirinya
sendiri dan keluarganya. Timbul waham kejaran dan
waham hipokondrik. Seperti pada demensia senilis
mungkin juga penilaiannya berkurang dan hambatanhambatan

terlepas

sehingga

timbul

pelanggaran-

pelanggaran sexual.

Gangguan neurologis menunjukan gejala-gejala fokal:


hemiprasea afasia dan sebagainya. Pupil biasanya miosis
atau tidak sama besarnya. Terdapat tremor yang kasar
sehingga menyukarkan diwaktu makan. Tidak jarang juga
terdapat gejala-gejala ateroskelerosis pada organ-organ
lain. Ternyata tidak ada hubungan yang erat antara
ateroskelerosis pada pembuluh darah diretinadan pada
arteriole diotak.

Pada waktu infeksi yang ringan penderita dengan


ateroskelerosis otak mudah menimbulkan episode-episode
kebingungan, disorientasi, kecemasan, paranoid dan
waham-waham lain.

Prognosis: tidak baik, tetapi jalannya penyakit pada permulaan


tidak jarang naik turun. Pada banyak penderita kematian
dipercepat

dengan

adanya

ateroskelerosis

umum

dengan

gangguan ginjal dan jantung.


Diagnosis: sering harus dibedakan diemensia senilis dan ini
mungkin sukar sebab kedua penyakit ini tidak jarang didapati
bersamaan. Ateroskelerosis otak lebih sering pada kaum pria dan
timbul pada usia lebih muda daripada demensia senilis;

15

kemunduran inteligensi lebih kurang pada atrosklerosis, jalannya


mungkin naik-turun serta terdapat gejala-gejala neurologis.
Harus dibedakan juga dari demensia paralitika, fase depresi dari
psikosa manikdepresif dan dari melancholia involusi.
Pengobatan: hidup yang teratur dan sederhana, tidak banyak
stress fisik dan memental; jangan minum alcohol. Masih terdapat
pertentangan pendapat tentang diet kurang cholesterol, kurang
lemak, dan sebagainya. Pada kegelisahan dapat diberikan
khlorpromazin. Tetapi hati-hati sebab kemungkinan timbul
hipotensi ortostatik yang dapat mengakibatkan komplikasi
kelumpuhan pada orang dengan atreosklerosis. Psikoterapi yang
suportif perlu, terutama pada penderita yang cemas dan dapat
ditambah juga dengan tratranquilizer atau antidepressant, tetapi
hati-hati. Barbiturate kadang-kadang memperkeras kebingungan.
Aminofiin dapat menambah output jantung. Dapat diberi juga
vasolidilator atau obat lain dapat memperbaiki peredarahan otak
(sampai sekarang belum terdapat obat yang dapat memperbaiki
peredaran darah otak secara menggemparkan).

5. Intoksikasi
Psikosis dapat disebabkan karena pencernaan, penghirupan atau
kontak yang terus menerus dengan bahan-bahan toxik. Gejala-gejala
mental bukan saja tergantung pada jenis racun itu, tetapi juga pada
kepribadian, pengalaman, umur dan keadaan emosi penderita.
Bila sindrom itu akut dan jelas, maka terlihat seorang pasien yang
gelisah, mudah disugesti, bingung dalam kesadarab yang berkabut
dengan banyak halusinasi penglihatan dan pikiran paranoid.
Pada intoxikasi yang menahun terdapat kemunduran intelektual
dengan gagasan orientasi dan ingatan.

16

Untuk diagnosis perlu anamnesis yang dapat dipercaya,


pemeriksaan

psikiatrik,

pemeriksaan

badaniah

dan

pemeriksaan

laboratorium.penderita dirawat dalam kamar yang tenang dengan


penerangan yang merata sehingga tidak mudah ditimbulkan interprestasi
yang salah tentang barang. Diberi reassurance secara terus-menerus
oleh orang yang sudah dikenal (sebaiknya orang itu jangan bergantiganti). Makan dan minum harus cukup. Janganlah dipakai fenobarbital
atau paraldehid sebagai obat penenang.
Gejala-gejala psikiatrik dapat terjadi pada intoxikasi dengan
bromide,

barbiturate,

amfetamin,alkaloid

beladona,halusinogen,

thiosianat, kortikosteroid, karbon monoxide, benzin, air raksa, timah


hitam dan sebagainya.

C. Klasifikasi Gangguan Mental akibat Kerusakan dan Disfungsi Otak dan


Penyakit Fisik (menurut PPDGJ III)
Halusinosis organic : adalah gangguan berupa halusinasi yang menetap
atau berulang, biasanya visual atau auditorik yang terjadi pada keadaan
kesadaran penuh yang disebabkan oleh ganguan tertentu pada otak.
Kasus ini banyak ditemukan di kalangan para pecandu narkoba.
Kriteria :
a. Dijumpai kriteria umum untuk golongan ini
b. Adanya halusinasi dalam segala bentuk, yang menetap atau berulang
c. kesadaran yang jernih (tidak berkabut)
d. Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna
e. Tidak ada gangguan afektif yang menonjol
f. Tidak jelas adanya waham (seringkali insight masih utuh)
Gangguan katatonik organic
Kriteria
a. stupor (berkurang atau hilang sama sekali gerakan spontan
dengan mutisme parsial/total, negativisme, dan posisi tubuh yang
kaku)
b. gaduh gelisah (hipermotilitas yang kasar dengan atau tanpa
kecenderungan untuk menyerang)
c. kedua-duanya (silih-berganti secara cepat dan tak terduga dari
hipoaktifitas ke hiperaktifitas)
Gangguan waham organic
17

a. waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang


berubah, cemburu, penyakit, atau kematian dirinya atau orang
lain)
b. halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik
tersendiri, mungkin ada
c. kesadaran dan daya ingat tidak terganggu
Gangguan afektif organic
Criteria umum disertai kondisi yang sesuai dengan salah satu diagnosis
dari gangguan yang tercantum dalam F30-F33.
Gangguan cemas (Anxietas) organic
Gangguan yang ditandai oleh gambaran utama F41.1 (gangguan
cemas menyeluruh), gangguan panik F41.0, atau campuran dari
keduanya, tetapi timbul sebagai akibat gangguan organik yang dapat
menyebabkan disfungsi otak (mis. Epilepsi lobus temporalis,
tirotoksikosis, atau feokromositoma).
Gangguan disosiatif organic
Memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan dalam F.44 (gangguan
disosiatif) dan memenuhi kriteria umum untuk penyebab organic.
Gangguan astenik organic : adalah gangguan yang ditandai oleh
labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang nyata dan menetap,
kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang tidak nyaman (seperti pusing)
dan nyeri. Biasanya sebagai akibat adanya gangguan organik(sering
terjadi dalam hubungan dengan penyakit serebrovaskuler atau hipertensi)
Gangguan kognitif ringan
Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (termasuk
hendaya daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi), tidak sampai
memenuhi diagnosis demensia (F00-F03), sindrom amnestik organik
(F04) , atau delirium (F05). Gangguan ini dapat mendahului, menyertai,
atau mengikuti berbagai macam gangguan infeksi dan gangguan fisik,
baik serebral maupun sistemik

18

Gangguan mental lain YDT akibat kerusakan dan disfungsi otak


dan penyakit fisik : adalah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal
yang terjadi yang terjadi ketika dalam pengobatan dengan steroid atau
obat antidepresi. Termasuk psikosis epileptik YTT
Gangguan mental YTT akibat kerusakan dan disfungsi otak dan
penyakit fisik
D. Penatalaksanaan
1.

Pendekatan per individu

2.

Farmakoterapi (antipsikotik dan anti epileptik) harus ditunjang oleh


psikoterapi. Terapi Farmaka :
a. Haloperidol 2 x 5 mg. Merupakan obat anti psikosis dengan potensi
tinggi, afek sedasi rendah dan memberikan efek extrapiramidal yang
besar. Obat dengan dosis tersebut diberikan untuk menekan gejala
psikosik. Adapun Efek samping antipsikosis Long Term yaitu Extra
Pyramidal Symptom (EPS) dengan gejala :

Tremor

Rigiditas ( kaku kuduk, kaku gerak dll)

Bradikinesia

Hipersalivasi

Distonia akut ( mata melirik keatas, lidah menjulur ke luar )

Tardive diskinesia ( gerakan berulang involunter pada lidah,


wajah,

mulut/rahang,

pada

waktu

tidur

gejala

tersebut

menghilang ).
Untuk penanganan efek samping dari Haloperidol ini dapat diberikan tablet
Trihexyphenidyl.
b.

Trihexyphenidyl (THP) 2 x 2 mg ( 1 0 1 ). Merupakan antidotum


untuk efek samping dari penggunaan haloperidol berupa gejala
19

ekstrapiramidal seperti tremor, sindrom parkinson, dll. Digunakan sesuai


kebutuhan bersamaan dengan pemberian haloperidol. Dosis untuk pagi
dan malam hari
c. Phenitoin 3 x 50 mg ( 1-1-1 ) Fenitoin merupakan obat golongan
antiepilepsi. Mekanisme kerja utamanya pada korteks motoris yaitu
menghambat penyebaran aktivitas kejang. Kemungkinan hal ini
disebabkan peningkatan pengeluaran natrium dari neuron dan fenitoin
cenderung menstabilkan ambang rangsang terhadap hipereksitabilitas
yang disebabkan perangsangan berlebihan atau kemampuan perubahan
lingkungan di mana terjadi penurunan bertahap ion natrium melalui
membran. Ini termasuk penurunan potensiasi paska tetanik pada sinaps.
Fenitoin menurunkan aktivitas maksimal pusat batang otak yang
berhubungan dengan fase tonik dari kejang tonik-klonik (grand mal).
Waktu paruh plasma setelah pemberian oral rata-rata adalah 22 jam
(antara 7-42 jam). Oral : dosis awal 3-4 mg/kg/hari atau 150-300
mg/hari, dosis tunggal atau terbagi 2 kali sehari. Dapat dinaikkan
bertahap. Dosis lazim : 300 - 400 mg/hari, maksimal 600 mg/hari.
d. Phenobarbital 3x 50mg ( 1-1-1) Fenobarbital merupakan obat
antiepilepsi atau antikonvulsi yang efektif. Toksisitasnya relatif rendah,
murah, efektif, dan banyak dipakai. Dosis antikonvulsinya berada di
bawah dosis untuk hipnotis. Ia merupakan antikonvulsan yang nonselektive. Manfaat terapeutik pada serangan tonik-klonik generalisata
(grand mall) dan serangan fokal kortikal. Mekanisme kerja menghambat
kejang kemungkinan melibatkan potensiasi penghambatan sinaps melalui
suatu kerja pada reseptor GABAA, rekaman intrasel neuron korteks atau
spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa fenobarbital meningkatkan
respons terhadap GABA yang diberikan secara iontoforetik. Efek ini
telah teramati pada konsentrasi fenobarbital yang sesuai secara
terapeutik. Analisis saluran tunggal pada out patch bagian luar yang
diisolasi dari neuron spinalis kordata mencit menunjukkan bahwa
fenobarbital meningkatkan arus yang diperantarai reseptor GABA
dengan meningkatkan durasi ledakan arus yang diperantarai reseptor
GABA tanpa merubah frekuensi ledakan. Pada kadar yang melebihi
20

konsentrasi terapeutik, fenobarbital juga membatasi perangsangan


berulang terus menerus; ini mendasari beberapa efek kejang fenobarbital
pada konsentrasi yang lebih tinggi yang tercapai selama terapi status
epileptikus.
e. Chlorpromazine 100 mg ( 0 ) Merupakan obat antipsikotik
golongan rantai alipatic dengan efek kerja melalui blokade dari post
sinaptik dopamine reseptor (D2) pada area mesolimbik otak. Selain itu
obat antipsikotik juga mengikat reseptor subtype dopamine yang lain
seperti serotonin, adrenergik dan histaminergik. Efek samping : sedasi,
gangguan otonomik, gangguan antikolinergik, gangguan ekstrapiramidal.
Psikoterapi Tujuan psikoterapi adalah untuk menguatkan daya tahan
mental yang ada, mempertahankan kontrol diri, mengembalikan
keseimbangan adaptif supaya dapat menyesuaikan diri. Cara-cara
psikoterapi suportif antara lain melalui bimbingan dan penyuluhan. Caracara psikoterapi suportif antara lain terutama :
3.

Ventilasi : pasien dibimbing untuk menceritakan segala permasalahan


sehingga dapat diberikan memberikan problem solving yang baik. Pasien
juga dibimbing untuk terbuka terhadap orang lain yang dapat dipercaya oleh
pasien untuk mengetahui masalah utama yang membuat pasien merasa
sangat terganggu. Dengan demikian diharapkan pikiran dan wacana pasien
dapat terbuka lebar dalam menanggapi masalahnya. Sampai saat ini
keterbukaan pasien mengenai masalah yang dialaminya masih sulit untuk
digali. Diusulkan untuk melakukan terapi suportif dengan orang yang dekat
dengan pasien dalam hal ini ibu pasien.

4.

Persuasi : Membujuk pasien agar kooperatif dalam terapi seperti minum


obat dan rutin kontrol. Serta melibatkan keluarga sehingga keluarga
berperan sebagai pengawas minum obat.

5.

Insight Psikoterapi : Memberi informasi yang masuk akal kepada pasien


tentang timbulnya gejala-gejala sehingga dapat membebaskan pasien dari
impuls-impuls yang sangat mengganggu. Memberikan pengarahan kepada
pasien atas masalahnya.
21

6.

Sugesti : Membangkitkan kepercayaan diri pasien bahwa dia dapat sembuh


(penyakit terkontrol), apabila pasien kontrol secara rutin dan rajin meminum
obat. Memberikan masukan kepada pasien dalam membina kembali
hubungan yang baik dengan orang-orang disekitarnya. Terapi Sosiokultural
Edukasi dan Modifikasi Keluarga Keluarga pasien diinformasikan dan
diajarkan cara merawat, memperlakukan, pasien dengan benar, karena
pasien gangguan jiwa memerlukan perhatian khusus. Keluarga dianjurkan
mengawasi pasien saat minum obat dan memastikan pasien meminum obat
dengan rutin di rumah (untuk mengatasi ketidakdisiplinan minum obat), dan
rutin kontrol.

7.

Terapi Spiritual : Terapi spiritual dapat dilakukan dengan mengikut sertakan


pasien pada kegiatan-kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah atau
mendengarkan ceramah yang sesuai dengan ajaran agama serta memberikan
pengertian tentang pemikiran dan paham religiusisme yang sangat
berlebihan. Terapi ini dimaksudkan agar pasien tetap mengingat dan
menjalankan

perintah

dari

ajaran/kepercayaannya

sesuai

dengan

kebutuhannya dan tidak menyalah artikan arti dan makna sesungguhnya


ajaran agama sehingga dapat membuatnya lebih merasa tenang, aman dan
nyaman dalam hati dan batin. Terapi Rehabilitatif Terapi ini dilakukan untuk
mempersiapkan pasien untuk dapat kembali pada masyarakat dengan fungsi
pekerjaan dan sosial. Terapi kerja dilakakukan dengan memberikan bekal
ketrampilan kepada pasien sehingga pada saat keluar nanti mempunyai
bekal ketrampilan yang disesuaikan dengan kemampuan pasien. Terapi kerja
ditujukan untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain,
penderita lain, perawat dan dokter. Juga ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan pasien. Mengajak pasien melakukan aktivitas kegiatan positif.
Pemberian okupasi terapi atas dasar kesadaran bukan paksaan. Memberikan
keterampilan pada pasien untuk bekal dibawa pulang. Dengan memiliki
bekal keterampilan berdasarkan kemampuan pasien, maka diharapkan
pasien

setelah

pulang

dari

rumah

sakit

dapat

mengembangkan

keterampilannya itu sehingga menjadi sesuatu yang dapat menghasilkan,


sehingga dapat menambah penghasilan. Dengan demikian diharapkan dapat

22

meringankan beban ekonomi yang selama ini dirasakan menjadi faktor


penyebab utama.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Gangguan mental akibat kerusakan otak dan disfungsi otak dan penyakit
fisik adalah suatu gangguan yang disebabkan oleh adanya gangguan primer atau
gangguan sekunder.Adapun gangguan yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan
mental adalah epilepsy, arteosklerosis otak, tumor otak, dam intoxikas. Gejalagejala pada gangguan tersebut dapat didiagnosa menurut PPDGJ III. Adapun
penatalaksanaan secara umum untuk pasien GMO adalah dengan pendekatan
terhadap pasien dan farmakoterapi.

23

You might also like