You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Psikosis adalah suatu gangguan jiwa dengan kehilangan rasa kenyataan (sense of
reality). Kelainan ini dapat diketahui berdasarkan gangguan-gangguan pada perasaan, pikiran,
kemauan, motorik, dst. Sedemikian berat sehingga prilaku penderita tidak sesuai lagi dengan
kenyataan. Prilaku penderita psikosis tidak dapat dimengerti oleh orang normal, sehingga
orang awam menyebut penderita orang gila. Psikosis dibagi menjadi dua yaitu psikosis
organik dan psikosis fungsional. Psikosis organik dibagi lagi menjadi alkoholik psikosis, drug
psikosis, traumatik psikosis, dan dementia psikosis. Sedangkan psikosis fungsional dibagi
menjadi skizofrenia, psikosa afektif, psikosa paranoid, dan psikosa reaktif.
Psikosa afektif sendiri adalah gangguan yang terdapat pada afek dan emosi. Psikosa
afektif dapat dibedakan menjadi melankolia involusi dan psikosa manik-depresi. Biasanya
terjadi pada usia 45 sampai 65 tahun. Penyakit ini sering terjadi pada perubahan hebat di
dalam kehidupan individu, misalnya pada wanita yang mengalami menopause. Penderita
sering menyalahkan diri sendiri akibat kegagalan yang dialaminya sehingga mengalami
ketegangan dan cenderung melarikan diri dengan cara bunuh diri.

TUJUAN

MANFAAT

BAB II
PEMBAHASAN
PSIKOSA AFEKTIF
Psikosa afektif adalah gangguan yang terletak pada afek dan mood. Bila pada
skizofrenia sesudah tiap serangan pada umumnya tertinggal cacat dan sesudah serangan
biasanya akan timbul gejala gejala deteriosasi mental, maka pada psikosa afektif sesudah
serangan terjadi kesembuhan penuh, terutama pada psikosa manik depresif.
Bila pada skizofrenia terdapat keretakan, perpecahan atau disharmoni pada jiwa yang nyata
pada proses berpikir, afek emosi, psikomotor dan kemauan yang tidak seimbang, maka pada
psikosa afektif tidak didapati disharmoni karena hal hal ini menurun (pada depresi) atau
meningkat (pada mania) bersama sama.
Dibawah ini akan dibicarakan dua jenis psikosis afektif, yaitu melankolia involusi dan
psikosa manik-depresif.
1. Melankolia involusi
Melankolia involusi adalah depresi pada usia setengah tua yang berwujud
kegelisahan, perasaan bersalah, kecemasan, kebingungan, atau ide ide paranoid dan
ide ide delusi lain.
Psikosa ini di negara kita tidak begitu sering didapati seperti di negara dingin,
umpamanya di USA diantara semua pemasukan masuk rumah sakit buat pertama kali
melankolia involusi hanya dilebihi oleh skizofrenia, demensia senilis dan
aterosklerosis otak dan juga lebih banyak pada kaum wanita (2-3 kali).
Timbulnya psikosa ini pada wanita sering sesudah umur 45 tahun dan pada pria umur
55 tahun. Pada waktu tersebut fungsi kelenjar kelenjar endokrin dan reproduktif sudah
sangan berkurang. Terjadi perubahan yang besar pada badan dalam aktivitas
metabolisme dan vegetatif.
Berapa besar pengaruh kelainan badaniah yang disebabkan oleh kemunduran fungsi
endokrin pada psikosa ini belum jelas, tetapi terdapat banyak hal yang menunjukkan
bahwa pengaruh ini tidak sepenting faktor psikologik yang diakibatkan oleh masa
involusi. Periode ini penuh dengan stress psikofisiologik. Bila individu ini
sebelumnya sudah tidak mantap jiwanya, maka mudah timbuk rasa cemas, depresi
dan paranoid.

Kepribadian prepsikotik : biasanya penderita dahulu merupakan adank yang penakut,


pemalu dan kompulsif ; sejak kecil ia memppunyai rasa tidak aman. Sering juga
sebelumnya ia orang yang kaku, kurang humor, sangat teliti dan suka membesar
besarkan kesalahan sendiri. Terdapat banyak represi, terutama rasa bermusuhan dan
agresi.
Etiologi
Tidak adanya kesepakatan pendapat mengenai penyebab dari gangguan involusi ini,
meskipun beberapa teori telah dikemukakan. Teori-teori tersebut dapat diutarakan di
bawah ini.
a. Melankolia involusi dan sindrom menopause terjadi pada waktu yang bersamaan,
tetapi faktor-faktor biologis hanya memiliki peran memperburuk gangguan
tersebut, bukan sebagai penyebab. Ini jelas dari laporan laboratorium maupun dari
ahli klinis dimana dikemukaan bahwa tidak terlihat perubahan adanya perubahan
perubahan fisiologi dalam diri pasien yang mengalami involusi yang tidak
ditemukan pada orang-orang normal selama masa klimaterik.
b. Hal yang sangat penting secara psikologis sangat penting ialah reaksi-reaksi
pasien terhadap kehilangan status keamanan pribadinya yang mungkin disebabkan
karena pasien terlalu mengandalkan kekuatan fisiknya, dan ia merasa terancam
oleh kemerosotan fisiknya selama masa involusi.
c. Gangguan involusi mungkin lebih besar terjadi dalam diri orang-orang yang
memiliki suasana sifat-sifat kepribadian tertentu (malu, kaku, hemat, terlalu teliti,
dan menahan diri). Orang-orang seperti itu biasanya selalu terdorong untuk
menunaikan kewajiban, memiliki kawan yang sedikit, minatnya sedikit, dan
prinsip moral yang sangat ketat.
d. Pada pasien melankolia involusi biasanya mengalami kegagalan dan prestasi yang
tidak memuaskan, dengan demikian, timbul perasaan hidup itu hanpir tamat, dan
tidak ada kesempatan lagi.
Faktor Predisposisi
Faktor yang memoengaruhi dan memudahkan timbulnya melankolia involusi ialah
yang berhubungan dengan usia lanjut dalam bidang sosial, psikologik dan ekonomi,
justru pada waktu api kehidupan sudah mulai padam, sehingga sering timbul rasa
cemas.
Gejala
Beberapa minggu sampai beberapa bulan permulaan, penderita cenderung :
- Menjadi hipokondrik
- Lekas marah
- Pesimis

Ia mengeluh tentang insomnia


Dan mulai tidak suka bekerja
Serta sering menangis
Ia ragu ragu dan tidak mengambil keputusan
Lapangan minatnya sempit dan menarik diri dari kehidupan sosial
Bila penyakit sudah jelas, maka akan timbul depresi hebat, kecemasan, agitasi,
hipokondriasis dan waham dosa, waham penyakit, dan rasa ingin mati sampai
dengan waham nihilistik. Sering keluar ucapan yang menyatakan keputusasaan.
Waham hipokondrik sangat aneh; umpamanya ususnya berputar, ada kuda didalam
perutnya, genitalianya sudah busuk, otaknya hampir kering, dan sebagainya.
Halusinasi adalah kurang lebih banyak ilusi.
Mototik menjadi lambat, mimik kurang, menjadi kurus, kaki tangan digin,
pernafasan dangkal dan ada konstipasi. Kesadaran tidak menurun. Tidak jarang
penderita melakukan percobaan bunuh diri sebelum depresi menjadi sekali, atau
sesudahnya. Bila depresi sudah dalam sekali, maka penderita seakan akan tidak
dapat berbuat apa apa lagi.
Prognosa :
Diantara lain tergantung pada lamanya penyakit dan waktu pengobatan dimulai.
Sebelum adanya terapi elektrokonvulsi, 40% sembuh sendiri, tetapi rekinvalensi
berlangsung lama sekali. Dengan terapi elektrokonvulsi 50% menjadi sembuh
dengan cepat. Makin berat gejala gejalanya, makin jelek prognosanya. Dengtan
adanya obat-obatan antidepresi, prognosa menjadi lebih baik lagi dan TEK diberi
hanya bila betul betul diperlukan, umpamanya bila sering terdapat pikiran pikiran
bunuh diri.
Diagnosa
Harus dibedakan dari fase depresi psikosa manik depresif. Bila sebelum waktu
involusi sudah terdapat periode depresi psikosa manik depresif, maka bila dalam
waktu involusi timbul depresi psikotik lagi, maka hal ini dianggap sebagai
serangan psikosa manik-depresif, biarpun ciri-ciri depresi sama. Akan tetapi
karena melankolia involusi mempunyai faktor fisiologik dan psikologik yang
khas, maka tidak dianggap lagi sebagai modifikasi dari fase depresi psikosa
manik-depresi. Pada usia ini penyakit tersebut perlu juga dbedakan dari
aterosklerosa otak.
Terapi

Harus awas betul akan kemungkinan bunuh diri yang sering terjadi sebab itu
dipertimbangkan untuk dirawat dirumah sakit. Sedini dininya diberi antidepresant
dan bila perlu ditambah dengan terapi elektrokonvulsi yang sangat efektif untuk
depresi ini, tetapi harus awas terhadap kontraindikasinya (umur tua bukan
merupakan kontraindikasi).

Psikoterapi suportif (penjaminan kembali atau

reassurance) penting dalam waktu rekonvalensi.


2. Psikosa Manik-Depresif
Pada psikosa manik-depresif yang klasik terdapat keadan mania disusul dengan
depresi, atau sebaliknya. Akan tetapi tidak jarang dilihat hanya satu jenis saja.
Kadang-kadang hanya timbul satu atau dua kali serangan saja seumur hidup orang itu.
Interval antara dua fase tidak tentu lamanya, kadang-kadang lama, tetapi kadang tidak
ada sama sekali, artinya satu jenis segera disusul oleh jenis yang lain. Segala macam
kombinasi mungkin saja ada.
Etiologi
Mungkin ada faktor keturunan, karena 30% dari para saudara penderita dengan
psikosa manik depresif juga menderita penyakit ini, sedangkan pada seluruh
masyarakat diperkirakan 5% (di Amerika Serikat; tetapi ada yang sampai menduga
sampai 15%). Penyakitini lebih sering dujumpai pada kaum wanita dengan
perbandingan 2:1. Juga leih banyak terdapat pada golongan sosio-ekonomi yang lebih
tinggi. Terdapat lebih bayak di negara-negara eropa daripada Indoneia, terutama di
negara negara skandnavia.
Gejala
Dengn jelas dapat dibedakan dua jenis psikosa manik-depresif : jenis mania dan jenis
depresi.
Jenis Mania
1. Gangguan emosi
penderita merasa senang dan optimistik. Terlalu besar kepercayaannya pada diri
sendiri. Setiap usaha atau pekerjaan dianggao enteng. Euforia ini tidak sesuai
dengan kenyataan. Kadang-kadang disertai halusinasi dan waham kebesaran.
2. Aktivitas berlebih-lebihan
penderita sangat gelisah, tidak dapat duduk diam atau tinggal di tempat tidurnya.
Ia mungkin menghamburkan-hamburkan uang, berbelanja tidak karuan, terus
berbicara atau menyanyi-nyanyi. Mungkin ia merobek robekan pakaiannya dan
menghias badannya dengan robekan robekan ini. Sering dipakai kata-kata yang
tidak sopan dan kadang-kadang dilakukan pelamaran. Kegelisahan itu sedemikian

rupa sehingga ia tidak makan, tidak dapat tidur betul dan tidak merasa lelah;
timbuk bahaya dehidrasi dan kolaps.
3. Gangguan proses berpikir
Dalam keadaan mania arus pikiran menjadi cepat, terdapat pikiran melayang dan
asosiasi bunyi. Perhatian sangat terganggu, mudah tertarik kepada hal-hal laim.
Halusinasi mungkin timbul, tetapi biasanya jarang. Lebih sering timbuk ilusi.
Waham sering berupa waham kebesaran dan tidak sistematis.
Jenis Depresi
1. Gangguan Emosi
Tampak selalu kelelahan dan khawatir. Penderita merasa tidak mampu untuk
menyelesaikan atau melakukan sesuatu. Segala masalah ditinjau secara
pesimistik. Ia mearasa sangat rendah dirinya. Kadang-kadang rasa sedih itu
begitu hebat sehingga ia putus asa dan timbul bahaya bunuh diri. Keinginan
untuk bnuh-diri sering dilakukan dengan sungguh-sungguh dan direncanakan
dengan betul. Kadang-kadang ia membunuh keluarganya terlebih dahulu
dengan maksud hendak membebasan mereka dari penderitaan.
2. Penghambatan aktivitas
Hal ini dapat dilihat dari roman muka dengan lipatan nasolabial yang jelas,
sudut mulut yang turun dan banyak lipatan di dahi dan sudut mata. Gerakangerakan berkurang dan menjadi sangat lambat, kadang-kadang terjadi stupor.
Berat pergaulan penderita tidak mempunyai perhatian. Ia menghindari kawankawannya. Surat-surat sering tidak dijawab, bahkan kadang-kadang tidak
dibuka sama sekali. Untuk pekerjaan diperlukan waktu lebih banyak dan
dirasakan berat sekali. Penderita wanita sering tidak dapat mengerjakan
pekerjaan rumah tangga pada waktunya. Ia kurang memperhatikan pakaian
dan rupanya lagi.
3. Gangguan proses berpikir
Arus pikiran tidak lancar lagi seperti biasa. Kemampuan untuk mengutarakan
isi hati menjadi berkurang. Penderita tidak sanggup mengambil keputusan.
Disamping gejala-gejala diatas penderita dengan depresi itu merasa emas dan
takut, misalnya takut menjadi gila. Waham bila ada biasanya berkisar antara
perasaan salah dan rasa rendah diri, umpamanya tidak berhasil melakukan
sesuatu, katanya oleh karena kelalainnya, kurang berusaha, dan sebagainya.
Nasibnya ini ialah hasil dari dan hukuman karena dosanya dahulu. Halusinasi
jarang timbul, lebihh sering delusi.
4. Keluhan Badaniah

Yang menyertai adalah rasa kelahm perasaan tertekan pada kepala dan
dada,kedua tungkai berat sekali, sikar tidur, nafsu makan berkurang,
obstipasi.pada wanita haid terganggu dan pada pria terjadi impotensi.
Jenis sirkular
Pada jenis ini terdapat episode mania dan depresi berganti-ganti, diselingii
oleh suatu interveal yang normal. Menurut perjanjian, untuk memenuhi
diagnosa jenis ini, interval itu harus kurang dari 12 bulan. Bila lebih, maka
didiagnosa sebagai jenis mania atau depresi sendiri-sendiri.
Prognosa dan perjalanan penyakit
Meskipun psikosa manik-depresif secara periodik, 25% dari para penderita
hanya mendapat satu kali seragan seumur hidup. Serangan ini biasanya tidak
berlangsung lama, tetapi gejala-gejalanya hebat, pada umumnya berupa suatu
depresi dan sering timbul setelah suatu penyakit badaniah atau stress
psikologik.
Suatu serangan mania biasanya berlangsung kira-kira 6 bulan dan serangan
depresi kira-kira 9 bulan bila tidak diobati dan penderita tidak meninggal
sebelumnya. Pada umumnya bila serangan pertama ialah mania, maka hal ini
timbul antara umur 15-25 tahun, bila yang pertama berupa depresi, maka
biasanya antara 25-35 tahun. Makin muda orang itu sakit, makin besar
kemungkinan untuk mendapatkan serangan lagi.
Prognosa juga tergantung pada jenis serangan. Dalam hal ini rognosa berarti
kemungkinan timbulnya lagi serangan yang lain. Bila penderita mendapatkan
serangan mania, maka prognosa lebih jelek, mungkin sekali ia akan
mendapatkan serangan lagi. Terdapatnya gejala yang tak khas (atipis) seperti
hipokondriasis, depersonalisasi, gejala paranoid, juga menjelekkan prognosa.
Keadaan prepsikotik : bila penderita sebelum sakit suka bergaul, menunjukkan
perhatian pada orang lain, suka memaafkan kesalahan orang lain, maka
prognosa lebih baik. Adanya gangguan peredaran darah otak atau gejala fokal
neurologi memberatkan prognosa.
Psikosa manik-depresif tidak menuju kemunduran mental (seperti halnya
dengan skizofremia bila terjadi serangan berulang-ulang).
Diagnosa

Fase depresi psikosa manik-depresif perlu dibedakan dari reaksi depresi.


Gangguan emosi pada reaksi depresi biasanya timbul sebab streskarena
konflik psikologik, penderita ini masih dapat dipengaruhi dari luar misalnya
bila penderita bertemu dengan teman temannya, maka depresi berkurang.
Tidak demikian halnya pada fase depresi psikosa manik-depresif, karena
perubahan emosi dari dalam (karena itu sering disebut juga depresi
endogenik). Pada umumnya reaksi depresi tidak menunjukkan hambatan
pikiran dan aktivitas seperti pada depresi endogenik. Reaksi depresi dapat
diobati dengan psikoterapi. Pada depresi endogenik, psikoterapi tidak
memberikan hasil yang baik. Kepribadian sebelum sakit pada reaksi depresi
sering menunjukkan sifat yang belum matang, sedangkan pada psikosa manikdepresif dijumpai kepribadian sikloid. Seorang dengan reaksi depresi
mengeluh tentang kesukaran waktu baru mulai tidur, pada depresiendogenik
penderita tidak dapat nyenyak dan cepat terbangun (terbangun pagi-pagi buta).
Psikosa manik-depresi perlu dibedakan juga dengan skizofrenia. Pada
skizofrenia sering terdapat pikiran yang aneh, yang tidak dapat diikuti. Pada
mania langkah pikiran sangat cepat (pikiran melayang) dan asosiasi bunyi.
Emosi pada skizofrenia menjadi dangkal atau tidak sesuai dengan keadaan
(inadequat) dan terdapat disharmoni atau keretakan jiwa. Pada psikosa manikdepresif selalu masih terdapat harmoni antara emosi, proses pikiran dan
perbuatan. Kepribadian premorbid pada skizofrenia biasanya skizoid, pada
psikosa manik-depresif biasanya sikloid. Sesudah serangan psikosa manik
depresif, individu itu kembali menjadi seperti biasa, seperti keadaan sebelum
sakit biarpun serangan sesudah berulang ulang, pada skizofrenia sering
terdapat cacat dan kemunduran mental sesudah beberapa kali serangan.
Pengobatan
1. Pada penderita dengan psiko-depresif yang agak berat sebaiknya
dimasukan ke rumah sakit, karena bahaya bunuh diri pada depresi dan
kemungkinan kehabisan tenaga atau kesukaran keuangan pada mania.
2. Obat-obat : fenotiazin dan derivat-derivatnya baik sekali tehadap mania.
Dosisnya harus disesuaikan secara progresif. Dapat juga dipakai karbonat
lithium. Terhadap depresi dapat diberikan anti-depresant. Selanjutnya
harus diperhatikan agar penderita mendapat cukup makanan dan minuman.
Bila perlu diberi makanan melalui pipa.

3. Terapi elektrokonvulsi : sangat efektif pada depresi endogenik, perlu diberi


bila sering timbul pikiran bunuh diri.
Sesudah 3-4 kali diberinya elektrokonvulsi penderita sudah keluar dari
depresinya. Tetapi sebaiknya dilanjutkan 2-3 kali lagi. Disamping itu perlu
diteruskan dengan obat antidepresant. Terapi elektrokonvulsi dapat juga
dlakukan paa penderita dengan mania.
Pada pasien dengan mania, pada permulaan dapat diberikan 3 kali
seminggu selama 2 minggu, bila tampak perbaikan, maka kurangi sampai
1-2 kali seminggu, dan dilanjutkan sampai sejumlah 12-20 kali. Dengan
adanya neroleptika, maka TEK tidak begitu sring dipakai lagi dan
jumlahnya dakam satu seri juga tidak usah begitu banyak seperti dahulu.
Sesudah TEK dihentikan, noreptika yang diberi sejak permulaan
pengobatan harus duteruskan.

You might also like