You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan perkembangan pervasif (Pervasive Developmental Disorder)
adalah suatu gangguan perkembangan pada anak, yang ditandai oleh adanya
kelainan dan/atau keterlambatan perkembangan yang muncul sebelum anak usia 3
tahun dengan ciri kelainan fungsi dalam tiga bidang, yaitu: interaksi sosial,
komunikasi, dan perilaku. Kata pervasif berarti bahwa masalah ini relatif tidak
ringan tetapi secara signifikan mempengaruhi individu sepanjang hidupnya.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk membahas pengertian,
etiologi,manifestasi klinis, dioagnosa, penatalaksanaan dari Autism
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mahasiswa mampu
memahami dan menjelaskan pengertian, etiologi,manifestasi klinis, dioagnosa,
penatalaksanaandari autism.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Autis berasal dari kata autos yang artinya segala sesuatu yang mengarah
pada diri sendiri. Dalam kamus lengkap psikologi, autisme didefinisikan sebagai :
1.

cara berfikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau oleh diri

2.

sendiri
menanggapi dunia berdasarkan penglihatan dan harapan sendiri, menolak

3.

realita, dan
keasyikan ektrim dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Dalam DSM IV autistic disorder adalah adanya gangguan dan abnormalitas

perkembangan pada interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan


terbatasnya aktifitas dan ketertarikan. Munculnya gangguan ini sangat tergantung
pada tahap perkembangan dan usia kronologis individu.
Perilaku autistic digolongkan dalam dua jenis: yaitu perilaku eksesif
(berlebihan) dan perilaku yang deficit (berkekurangan). Yang termasuk perilaku
eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk) berupa menjerit, menggigit,
mencakar,memukul, dsb. Disini juga sering terjadi anak menyakiti dirinya sendiri
(self-abused).. perilaku deficit ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial
kurang sesuai, deficit sensori sehngga dikira tuli, bermain tidak benar, dan emosi
yang tidak tepat
World health organization internasional classification of disease (ICD-10) mendefinisikan
autis sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul
sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu
interaksi

social,

komunikasi,

dan

perilaku

yang

diulang-ulang.

WHO

juga

mengklarisifikasi autisme sebagai gangguan perkembangan sebagai hasil dari gangguan


pada system syaraf pusat manusia.

Autism dimulai pada awal masa kanak-kanak dan dapat diketahui pada minggu
pertama kehidupan. Dapat ditemukan pada semua kelas social ekonomi maupun pada
semua etnis dan ras. Penderita autisme sejak awal kehidupan tidak berhubungan dengan
orang lain dengan cara

biasa. Sangat terbatas pada kemampuan bahasa dan sangat

terobsesi agar segala sesuatu tetap pada keadaan semula (sama)


80% anak autis memiliki IQ dibawah 70 yang bisa digolongkan sebagai retardasi
mental. Akan tetapi autism berbeda dengan retardasi mental. Penderita retardasi mental
menunjukkan hasil yang memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah test intelegensi.
Berbeda dengan penderita autis, mereka mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal
yang berhubungan dengan bahasa tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik
kepada kemampuan visual spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term memory
yang baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensinya adalah 5; 10.000 dengan perbandingan antara anak laki- laki dan
perempuan adalah 4;1.jadi anak laki-laki memiliki kemungkinan mengidap autisme lebih
besar dibandingkan anak perempuan.

KARAKTERISTIK
Menurut criteria diagnostic dalam DSM IV karakteristik penderita adalah
A. Harus ada sedikitnya enam gejala dari (1),(2), dan (3) dengan minimal 2 gejala dari
(1) dan masing-masing gejala dari (2) dan (3) .
1) Gangguan kualitatif dalam interaksi social yang timbale balik
a. Tak mampu menjalin interaksi social yang cukup memadai :kontak
mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-gerik yang
kurang tertuju.
b. Tak bisa bermain dengan teman sebaya
c. Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain
d. Kurangnya hubungan social dan emosional yang timbal balik
2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi
a. Bicara terlambat atau bahkan sama sekali tidak berkembang (dan
tidak ada usaha untuk mengimbangi komunikasi dengan cara lain
tanpa bicara)
b. Bila bisa bicara, bicara tidak dipakai untuk komunikasi
3

c. Sering menggunakan bahasa aneh yang diulang-ulang


d. Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang bisa
meniru.
3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari perilaku minat dan
kegiatan.
a. Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara yang sangat
khas dan berlebih-lebih
b. Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tak
ada gunanya
c. Ada geraka aeh yang khas dan diulang-ulang
d. Seringkali terpukau pada bagian-bagian benda.
B. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam bidang
a. Interaksi sosial
b. Bicara dan bahasa
c. Cara bermain yang kurang variatif
C. Bukan disebabkan oleh Sindrom Rett atau gangguan Disintegrasi pada kanak

Penderita autisme secara umum mengalami tiga jenis kesulitan, yang sering disebut
the triad of impairments, yaitu
A. Interaksi sosial
(kesulitan dalam menjalin hubungan sosial, contohnya menjauh atau bersikap
dingin dan tidak menghiraukan orang lain)
B. Komunikasi sosial
(kesulitan dalam komunikasi baik verbal maupun non-verbal, contohnya tidak
mengerti arti dari isyarat yang umum, ekspresi wajah, dan nada suara).
C. Imajinasi sosial
(kesulitan dalam mengembangkan permainan interpersonal dan imajinasi,
sebagai contoh: mempunyai hanya sedikit aktifitas imajinatif, meniru dan hanya
mengulang-ngulang.
Selain ketiga kesulitan tersebut, pola prilaku yang diulang-ulang (obsesifkomfulsif dan prilaku ritual, seperti jalan menjinjit-jinjit, diam seperti batu, dsb)
dan menolak adanya perubahan pada hal rutin juga merupakan karakteristik
penderita.
Pada usia 2 tahun anak normal seharusya sudah mampu untuk
menyusun kalimat dari dua kata. Anak dengan autis 50% dari mereka tidak
pernah belajar sama sekali. Biasanya yang mereka lakukan adalah echolalia.
Kesendirian yang Ekstrim
Penderita autis tidak pernah menarik diri dari masyarakat, mereka tidak
pernah ikut bergabung didalamnya.
4

2.3 ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Menurut Bruno Bettelheim, dengan pendekatan Psikoanalisis ia berpendapat
bahwa ketika seorang anak berhadapan dengan sebuah dunia yang tidak
responsive yaitu yang merusak dan menyebabkan frustasi, anak akan menarik diri
darinya dan dari orang lain. Tapi pendapat ini tidak banyak memberi bukti ilmiah
yang dibutuhkan untuk mendukung teori tersebut.
Diyakini bahwa gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organorgan (organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0-4 bulan. Organ otak
sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu. Pada kehamilan
trimester pertama yaitu 0-4 bulan faktor pemicu autis biasanya terdiri dari infeksi,
toxoplasma, rubella, candida, logam berat (Pb,Al, Hg, Cd,), zat aditif (MSG,
pengawet, pewarna). Obat-obatan, jamu, muntah-muntah yang hebat, (hiperemis),
pendarah berat, dll.
Pada proses kelahiran yang lama di mana terjadi gangguan nutrisi dan
oksigenasi pada janin ataupun pemakaian forsep juga dapat memicu terjadinya
autis. Setelah lahir atau post partum, autisme juga dapat terjadi karena pengaruh
infeksi pada bayi, imunisasi MMR, dan hepatitis B logam berat dan zat pewarna,
zat pengawet, protein susu sapi (kasein) dan protein tepung terigu (glutein).
Pada sebuah study, subjek autis menunjukkan pengurangan aktifitas otak ,
otak penderita autis sedikit lebih lebar dan berat daripada orang normal, dan
syaraf-syarafnya tidak berkembang dengan matang.
Dari penelitian yang dilakukan para pakar dari banyak negara ditemukan
beberapa fakta yaitu adanya kelainan anatomis pada lobus parietalis cerebellum
dan sistem limbiknya. 43% penyandang autisme mempunyai kelainan pada lobus
parietalis otaknya yang menyebabkan anak tidak peduli dengan lingkungannya.
Kelainan juga ditemukan pada otak kecil yang berfungsi pada proses sensoris,
daya ingat, berfikir, belajar berbahasa, dan proses atensi pada lobus ke IV dan ke
VII .

Sel purkinye juga sangat sedikit sehingga terjadi gangguan keseimbangan serotonin dan
dopamin yang mengakibat terjadinya gangguan penghantaran impus Di otak. Selain itu
ditemukan kelainan yang khas di dalam system limbik yang disebut hipocampus dan
amigdala yang mengakibatkan gangguan fungsi kontrol terhadap agresi dan emosi.
Hipokampus berpengaruh pada fungsi belajar dan daya ingat sehingga bila
hipokampus terganggu maka terjadi kesuliatan menyimpan informasi baru. Prilaku yang
berulang-ulang, aneh dan hiperaktif juga disebabkan gangguan hipokampus.
Penyebab autisme menurut hasil penelitian antara lain:
a. Vaksin yang mengandung thimerosal : thimerosal adalah zat pengawet yang
digunakan diberbagai vaksin. Karena banyaknya kritikan, kini sudah banyak vaksin
yang tidak lagi menggunakan thimerosal dinegara maju.
b. Televisi: semakin maju suatu negara, biasanya interaksi antara anak-orang tua
semakin berkurang karena berbagai hal. Sebagai kompensasinya, sering kali TV
digunakan sebagai penghibur anak. Ternyata ada kemungkinan bahwa tv bisa
menjadi penyebab autisme pada anak, terutama yang menjadsi jarang bersosialisasi.
c. Genetik: ini adalah dugaan awal dari penyebab autisme; autisme telah lama
diketahui bisa diturunkan dari orang tua kepada anak-anaknya. Namun tidak itu
saja, juga adanya kemungkinan variasi-variasi lainnya. Salah satu contohnya adalah
bagaimana anak yang lahir dari ayah yang berusia lanjut memiliki peluang lebih
besar untuk menderita autisme.
d. Makanan : dari berbagai zat kimia yang ada dimakanan modern ( pengawet,
pewarna dll) dicurigai sebagai penyebab autisme pada beberapa kasus. Ketika zatzat tersebut dihilangkan dari makanan pada penderita autisme, banyak yang
kemudian mengalami peningkatan situasi secara drastis.
e. Radiasi pada janin bayi : sebuah riset dalam skala besar di swedia menunjukan
bahwa bayi yang terkena gelombang ultrasinik berlbih akan cenderung menjadi
kidal.
f. Folic acid : zat ini biasa diberikan kepada wanita hamil untuk mencegah cacat fisik
pada janin. Dan hasilnya memang cukup nyata, jika cacat pada janin sampai turun
pada 30%. Namun dipihak lain, tingkat autisme menjadi meningkat. Pada saat ini
penelitian masih terus berlanjut yang masih bisa dilakukan oleh ibu hamil adalah
tetap mengkonsumsi Foli acid namun tidak dalam dosis yang sangat besar

2.4 GEJALA KLINIS


Tanda-tanda awal pada pasien autisme berkaitan dengan usia anak. Usia anak
dimana

sindroma

autisme

dapat

dikenal

merupakan

kunci

untuk

segera

melakukanintervensi berupa pelatihan dan pendidikan dini. National Academy of Science


USA menganjurkan bahwa pendidikan dini merupakan kunci keberhasilan bagi seorang
anak dengan sindroma autisme. Pada umumnya semua peneliti sepakat bahwa sindroma
autisme merupakan diagnosis sekelompok anak dengan kekurangan dalam bidang
sosialisasi, komunikasi dan afeksi. Mereka juga sepakat bahwa mengenal tanda-tanda awal
autisme yaitu sejak usia dini (bayi baru lahir bahkan sebelum lahir) sangat penting untuk
upaya penanggulangan. Ada beberapa gejala yang harus diwaspadai terlihat sejak bayi atau
anak menurut usia.
USIA 0 6 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 12 BULAN
Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
Gerakan tangan dan kaki berlebihan
Sulit bila digendong
Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Tidak ditemukan senyum sosial
Tidak ada kontak mata
Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
USIA 6 12 BULAN
Kaku bila digendong
Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)

Tidak mengeluarkan kata


Tidak tertarik pada boneka
Memperhatikan tangannya sendiri
Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motor kasar/halus
Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
USIA 2 3 TAHUN
Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
Melihat orang sebagai benda
Kontak mata terbatas
Tertarik pada benda tertentu
Kaku bila digendong
USIA 4 5 TAHUN
Sering didapatkan ekolalia (membeo)
Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
Menyakiti diri sendiri (membentu

2.5 DIAGNOSIS
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ III
Autime masa kanak

Gangguan perkembangan vervasif yang ditandai oleh adanya kelainan dan atau
hendaya perkwmbangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan dengan ciri
kelainan fungsi dalam 3 bidang : interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang

terbatas dan berulang.


Biasanya tidak jelas ada periode perkembangan yang normal sebelumya, tetapi bila
ada, kelainan perkembangan sudah menjadi jelas sebelum usia 3 tahun, sehingga
diagnosis sudah dapat ditegakkan tetapi gejala-gejalanya dapat di diagnosis pada
semua kelompok umur

Selalu ada handaya kualitatif dalam interaksi sosial dan timbal balik. Ini berbentuk
apresiasi yang tidak adekuat terhadap isyarat sosio emosional, yang tampak sebagai
kurangnya respons terhdap emosi orng lain dan atau kurangnya modulasi terhadap
perilaku dalam konteks sosial : buruk dlam menggunakan isyarat sosial dan
integrasi yang lemah dalam perilaku sosial, emosional dan komunikatif : dan

khususnya, kurangnya respons timbal balik sosio emosional


Demikian juga terdapat hendaya kualitatif dalam komunikasi ini berbentuk
kurangnya penggunaan keterampilan bahasa yang dimiliki di dalam hubungan
sosial; handaya dalam permainan imaginafit dan imitasi sosial; keserasian yang
buruk dan kurangnya interaksi timbal balik dalam percakapan ; buruknya
keluwesan dalam bahasa ekspresif dan kreativitas dan fantasi dalam proses pikir
yang relatif kurang; kiurangnya respons emosional terhadap ungkapan verbal dan
non-verbal orang lain; hendaya dalam menggunakan variasi irama atau penekanan
sebagai modulasi komunikatif; dan kurangnya isyarat tubuh untuk menekankan

atau memberi arti tambahan dalam komunikasi lisan.


Kondisi ini juga ditandai oleh pola perilaku, minat dan kegiatan yang
terbatas,berulang dan stereotipik, ini berbentuk kecendrungan untuk bersikap kaku
dan rutin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari; ini biasanya berlaku untuk
kegiatan baru dan juga kebiasaan sehari-hariserta pola bermain. Terutama sekali
dalam masa kanak yang dini, dapat terjadi kelekatan yang khas terhadap bendabenda yang aneh, khusunya benda yang tidak lunak.anak dapat memaksakan suatu
kegiatan rutin dalam ritual yang sebetulnya tidak perlu; dapat terjadi preokupasi
yang stereotipikterhadap suatu minat seperti tanggal, rute atau jadwal; sering
terdapat stereotipimotorik sering menunjukan minat khusus terhadap segi-segi non
fungsional dari benda-benda ( misalnya bau atau rasanya); dan terdapat penolakan
terhadap perubahan dari rutinitas atau dalam detil dari lingkungan hidup

pribadi(seperti perpindahan mebel atau hiasan dalam rumah)


Semua tingkatan IQ dapat ditemukan dalam hubungannya dengan autisme, tetapi
pada tiga perempat kasus secara signifikan terdapat retardasi mental
Autisme tak khas

Pedoman Diaagnostik

Gangguan perkembangan pervasif yang berbeda dari autisme dalam hal; usia onset
maupun tidak terpenuhinya ketiga kriteria diagnostik. Jadi kelainan dan atau
9

hendaya perkembangan menjadi jelas untuk pertama kalinya pada usia setelah 3
tahun; dan/atau tidak cukup menunjukan kelainan dalam sartu atau dua dari tiga
bidang psikopatologi yang dibutuhkan untuk diagnosis autisme (interaksi sosial
timbal balik, komunikasi dan perilaku terbatas, stereotipik, dan berulang) meskipun

terdapat kelainan yang khas dalam bidang lain


Autisme tak khas sering muncul pada individu dengan ratardasi mental yang berat,
yang sangat rendah kemampuannya , sehingga pasien tidak mampu menampakkan
gejala yang cukup untuk menegakkan diagnosis autisme; ini juga tampak pada
individu dengan gangguan perkembangan yang khas dari bahasa reseptif yang
berat.

2.6 PENATALAKSANAAN
Dahulu dikatakan autis merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini autis pada
masa kanak-kanan dapat dikoreksi. Tatalaksana harus dilakukan pada usia sedini mungkin.
Dengan beberapa metode yang pernah dicoba 47%penderita autism murni dapat menjadi
normal. Berikut adalah beberapa jenis terapi
1. Applied Behavioral Analys (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan
penelitian dan didisainn khusus untuk anak dengan autis. Sitem yang
dipakai adalah memberikan pelatihan khusus pada anak memberi
hadiah/pujian. Jenis terapi ini banyak dipakai di Indonesia.
2. Terapi wicara
Hampir semua anak dengan autism mempunyai kesulitan dalam
berbicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang palin menonjol, banyak
pula individu non-verbal atau kemapuan bicaranya sangat kurang.kadangkadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk
memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.
Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong
.
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autis mempunyai ketrlambatan dalam motorik
halus. Gerak geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan memegang pensil
dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok, dan menyuap
10

makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi
sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya dengan
benar.
4. Terapi fisik
Autis adalah suatu gangguan perkembangan perfasive. Banyak
diantara individu autis mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik
kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang
kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi
sensoris akan sangat banyak mendorong untuk menguatkan otot-ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5. Terapi social
Kekurangan yang paling mendasar bagi autisme adalah dalam
bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan
pertolongan dalam keterampilan berkomunikasi dua arah, memiliki teman
dan bermain di tempat main bersama. Seorang terapis social membantu
dengan memberikan fasilitas kepada mereka untuk bergaul dengan teman
sebaya dan mengajari cara-caranya.
6. Terapi bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistic membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna
untuk belajar bicara, komunikasi, dan interaksi social.
7. Terapi perilaku
Anak autistic seringkali merasa frustasi. Teman-temannya seringkali
tidak

memahami

mereka,

mereka

merasa

sulit

mengekspresikan

kebutuhannya. Mereka banyak yangt hypersensitive terhadap suara, cahaya,


dan sentuhan. Tak heran mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku
terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negative tersebut dan
mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan
rutinitas anak untuk memperbaiki perilakunya.
8. Terapi perkembangan
Floortime son-rise dan RDI (relationship development intervention)
dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan
kemampuan social, emosional, dan intelektualnya. Terapi perkembangan
11

berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan


keterampilan yang lebih spesifik.
9. Terapi visual
Individu autistic lebih mudah belajar dengan melihat. Hal inilah
yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi
melalui gambar-gambar.
10. Terapi biomedik
Dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN
(defeat autism now). Gejala autisme bisa diperparah oleh adanya gangguan
metabolism yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena
itu anak autis diperiksa secara intensif, pemeriksaan darah, urine, feses, dan
rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan , sehingga otak
menjadi bersih dari gangguan. Ternyata lebih banyak anak mengalami
kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar
dan dari dalam tubuh snediri (biomedis).
11. Terapi medikamentosa
Menurut dr. Melly Budiman (1998), pemberian obat pada anak harus
didasarkan pada diagnosis yang tepat, pemakaian obat yang tepat,
pemantauan ketat terhadap efek samping dan mengenali cara kerja obat.
Perlu diingat bahwa setiap anak memiliki ketahanan yang berbeda-beda
terhadap efek obat, dosis obat dan efek samping. Oleh karena itu perlu ada
kehati-hatian dari orang tua dalam pemberian obat yang umumnya
berlangsung jangka panjang.
Saat ini pemakaian obat diarahkan untuk memperbaiki respon anak
sehingga diberikan obat-obat psikotropika jenis baru seperti obat-obat
antidepressan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor) yang bisa
memberikan keseimbangan antara neurotransmitter serotonin dan dopamin.
Yang diinginkan dalam pemberian obat ini adalah dosis yang paling
minimal namun paling efektif dan tanpa efek samping. Pemakaian obat
akan sangat membantu untuk memperbaiki respon anak terhadap
lingkungan sehingga ia lebih mudah menerima tata laksana terapi lainnya.
Bila kemajuan yang dicapai cukup baik, maka pemberian obat dapat
dikurangi bahkan dihentikan
12

2.7 PROGNOSIS
Prognosis yang lebih baik adalah berkaitan dengan inteligensi yang lebih tinggi
,kemampuan berbicara fungsional dan kurangnya gejala-gejala dan perilaku aneh. Gejalagejala sering berubah karena anak-anak tumbuh semakin tua. Sebagai aturan umum, anakanak autistik dengan IQ diatas 70 dan mereka yang menggunakan bahasa komunikatif pada
usia 5-7 tahun memliki prognosis yang terbaik. Prognosis membaik jika lingkungan atau
rumah adalah suportif dan mampu memenuhi kebutuhan anak tersebut yang sangat banyak.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
autistic disorder adalah adanya gangguan dan abnormalitas perkembangan pada
interaksi sosial dan komunikasi serta ditandai dengan terbatasnya aktifitas dan ketertarikan.
Munculnya gangguan ini sangat tergantung pada tahap perkembangan dan usia kronologis
individu. Prevalensinya adalah 5; 10.000 dengan perbandingan antara anak laki- laki dan
perempuan adalah 4;1.jadi anak laki-laki memiliki kemungkinan mengidap autisme lebih
besar dibandingkan anak perempuan.
80% anak autis memiliki IQ dibawah 70 yang bisa digolongkan sebagai retardasi
mental. Akan tetapi autism berbeda dengan retardasi mental. Penderita retardasi mental
menunjukkan hasil yang memprihatinkan pada semua bagian dari sebuah test intelegensi.
Berbeda dengan penderita autis, mereka mungkin menunjukkan hasil yang buruk pada hal
yang berhubungan dengan bahasa tetapi mereka ada yang menunjukkan hasil yang baik
kepada kemampuan visual spatial, perkalian empat digit, atau memiliki long term
memory yang baik. Mereka mungkin memiliki bakat besar yang tersembunyi
Tatalaksana harus dilakukan pada usia sedini mungkin. Dengan beberapa metode
yang pernah dicoba 47%penderita autism murni dapat menjadi normal. Berikut adalah
beberapa jenis terapi.

13

DAFTAR PUSTAKA

Handojo, Y 2003.Autisma :petunjuk praktis dan pedoman materi untuk


mengajar anak normal, autis, dan perilaku lain. Jakarta :Bhuana ilmu
populer.

World health organization.1992. The ICD-10 Clasification of mental and


behavioral disorder. Genewa : WHO

Kaplan, Saddock. 1997. Sinopsis Psikiatri, Jilid 2, Edisi Ketujuh. Jakarta Binarupa
Aksara

Maslim, Rusdi.2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ-III:FK Unika Atnajaya,


Jakarta

14

You might also like