You are on page 1of 101

RUMAH SAKIT BERSALIN DENGAN PENDEKATAN

ARSITEKTUR MODERN DI WATAMPONE

ACUAN PERANCANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Rangka
Menyelesaikan Studi Pada Program Sarjana Arsitektur
Jurusan Arsitektur Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Oleh :
ALI SULPADLI PATAMPARI
60.100.111.011

PROGRAM SARJANA ARSITEKTUR


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara yang sedang berkembang
membutukan

adanya

usaha

peningkatan

keseatan

bagi

penduduknya demi terwujudnya cita-cita Negara kesatuan


republik Indonesia. Akselerasi pertumbuhan kebutuhan akan
fasilitas kesehatan masyarakat yang semakin besar dan tidak
sebanding dengan penyediaan sarana dan prasarananya, hal
ini dimungkinkan oleh karena di samping meningkatnya
jumlah penduduk terdapat pula peningkatan dalam hal
kesadaran

masyarakat

bahwa

pelayanan

keseatan,

perawatan, pengobatan merupakan syarat mutlak tercapainya


kesejateraan hidup.(Imul syah,2009:12)
Salah satu tantangan

dalam implementasi konsep

pelayanan yang komprehensif adalah bagaimana sebuah


rumah sakit dapat mengakomodasi berbagai karakter metode
penyembuhan dan beragam kondisi psikologis pasien yang
ditampungnya. Sehingga, implementasi paradigma The New
Hospital ini lebih banyak diterapkan pada rumah sakit khusus
yang memiliki karakteristik pelayanan medis dan pasien yang
spesifik. (Ezra ganesha prihardanu, 2009:3)
Rumah Sakit Umum (RSUD) Watampone adalah salah
satu rumah sakit yang dapat melayani masyarakat dalam
proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan, dalam hal
itu

proses

persalinan

dirumah

sakit

adanya

kenyataan

menunjukkan bahwa kondisi Rumah Sakit Umum (RSU) Di


Watampone mengalami masa transmisi dan kritis untuk
melayani/memenuhi kebutuhan pelayanan, maka dari itu
perlu adanya rumah sakit khusus yang dapat menampung

masyarakat

dalam

proses

kehamilan,

persalinan,

pasca

persalinan. Dari hal tersebut saya menganngap perlu adanya


perancangan rumah sakit bersalin dengan konsep modern
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan masyarakat yang ada
di Kabupaten Bone khususnya Kota Watampone.
Dalam proses kehamilan itu sendiri terjadi berbagai
perubahan psikologis. Perkembangan ilmu kebidanan dan
kandungan

menunjukkan

bahwa

proses

kehamilan

dan

persalinan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan


dan

perkembangan

bayi.

Perubahan

kondisi

fisik,

dan

psikologis akan menjadi bagian dari proses kehamilan yang


akan berlangsung selama 9 bulan. Sehingga bentukan ruang
arsitektur yang akan mewadahi proses kehamilan, persalinan,
dan pasca persalinan harus mampu merespon hal tersebut di
atas.
Salah satu Al Quran yang mengisaratkan tentang
kesehatan, cara pengobatan karena Al Quran itu sendiri
diturunkan sebagai penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang mukmin yang terdapat pada surah Al Isra ayat 82 yaitu:

Terjemahan: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang


menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang
yang zalim selain kerugian. (QS. Al Isra 82)
Di samping Al Quran yang mengisyaratkan tentang
kesehatan, cara pengobatan juga menceritakan tentang
keindahan alam semesta yang dapat kita jadikan sebagai

sumber dari pembuat obat-obatan yang terdapat pada surah


An-Nahl ayat 69 yaitu:

Terjemahan: kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam)


buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah
dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya
terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.
(QS. An-Nahl 69)
Menurut M.Quraish Sihab dalam tulisannya tafsir AlMisbah,

Sayyid

Quthub

menjadikan

ayat

ini

sebagai

pemaparan contoh sederhana dalam kehidupan manusia


yang tidak dapat terjangkau olehnya yakni kelahiran. Padahal
itu terjadi setiap saat, siang dan malam. Persoalan ini gaib
yang

dekat,

tetapi

sangat

jauh

dan

dalam

untuk

menjangkaunya.
Ayat ini merupakan salah satu bukti kuasa Allah
mengidupkan kembali siapa yang meninggal dunia serta
kebangkitan pada hari kiamat. Ayat ini menyatakan : Dan
sebagaimana Allah mengeluarkan kamu berdasarkan kuasa
dan ilmu-Nya dari perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu
tidak wujud, maka demikian juga dia dapat mengeluarkan
kamu dari perut bumi dan mengidupkan kamu kembali. Ketika
dia mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibu kamu, kamu semua
dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun yang ada di
sekeliling kamu dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran,
peglihatan-penglian dan aneka hati, sebagi bekal dan alat-alat
3

untuk meraih pengetahuan agar kamu bersyukur dengan


menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah
menganugrahkannya kepada kamu.(Tafsir Al-Misbah, Sayyid
Quthub, diakses tanggal 15 september 2015)
Rumah Sakit Bersalin adalah Rumah Sakit Khusus yang
memberikan pelayanan mulai dari konsultasi pra kehamilan,
kehamilan, persalinan, pasca persalinan, dan pelayanan
kesehatan yang berkaitan dengan organ reproduksi wanita.
Proses persalinan sendiri memiliki berbagai opsi mulai dari
persalinan normal, persalinan caesar yang akan membuat
seorang ibu hamil dapat menentukan kelahiran dari bayinya,
persalinan dalam air yang dapat mengurangi kesakitan, serta
persalinan dengan hipnoterapi. Hal-hal diatas menjadi bukti
bahwa

pelayanan

kesehatan,

pada

khusunya

bidang

kebidanan dan kandungan telah menjadi sebuah gaya hidup,


dimana fasilitas pelayanan semakin beraneka ragam dan
dipilih sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pasien, yang
akhirnya menunjukkan bahwa sebuah sarana pelayanan
kesehatan bagi ibu hamil adalah sebuah peluang bisnis yang
potensial.
Melahirkan juga dipandang sebagai peristiwa biologis
bagi wanita untuk mengembangkan umat manusia di atas
bumi ini, tetapi melahirkan itu sendiri bukan suatu hal yang
mudah, melaikan mengandung berbagai macam resiko dan
problema tersendiri, disamping pada prosesnya melahirkan itu
sendiri merupakan kodrat dan ridonya Allah Maha Pencipta,
peristiwa dan prosesnya sudah diatur dan ditentukan ole Allah
di bawah sepengetahuannya. (Rosyadi, 1993:95-96).
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al Quran surah An-Nahl
78 yaitu:

Terjemahan: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu


dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia
memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar
kamu bersyukur.(QS. An-Nahl 78)
Ayat

ini

menyatakan

dan

sebagaimana

Allah

mengeluarkan kamu berdasarkan kuasa dan ilmu-Nya dari


perut ibu-ibu kamu sedang tadinya kamu tidak wujud, maka
demikian juga dia dapat mengeluarkan kamu dari perut bumi
dan mengidupkan kamu kembali. Ketika dia mengeluarkan
kamu dari perut ibu-ibu kamu, kamu semua dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu pun yang ada di sekeliling kamu
dan dia menjadikan bagi kamu pendengaran, peglihatanpenglian dan aneka hati, sebagi bekal dan alat-alat untuk
meraih

pengetahuan

agar

kamu

bersyukur

dengan

menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah


menganugrahkannya kepada kamu.
Bangunan Rumah Sakit Bersalin yang dirancang pada
Tugas akhir ini berlokasi di Watampone, Kabutapen Bone
Provinsi Sulawesi Selatan yang saat ini telah berkembang
pesat dalam segi pembangunan dalam beberapa tahun
terakhir. Perancangan Rumah Sakit Bersalin ini direncanakan
menjadi sala satu rumah sakit tipe E yang ada di jalan Dr.
Wahidin Sudirohusodo yang merupakan pusat perkantoran
dan komersil. Latar belakang mengapa di Watampone masih
membutuhkan Rumah Bersalin oleh karena beberapa hal,
diantaranya :
-

Masih kurangnya fasilitas untuk memberikan pelayanan


persalinan dan penyakit kandungan yang baik.

Kurang meratanya pelayanan dan kandungan yang baik.


5

Adanya kenyataan menunjukkan bahwa kondisi Rumah


Sakit Umum (RSU) Di Watampone mengalami masa
transmisi dan kritis untuk melayani/memenuhi kebutuhan
pelayanan
Oleh karena itu, dalam tugas akhir ini

perlu adanya

rumah sakit bersalin di Watampone dengan pendekatan


arsitektur

modern.

Dimana

arsitektur

modern

sendiri

sangatlah diperlukan untuk saat ini dan cocok untuk di


terapkan

pada

Arsitektur

desain

Modern

bangunan

merupakan

rumah

sakit

Internasional

bersalin.

Style

yang

menganut Form Follows Function atau bentuk mengikuti


fungsi.

Bentukan

berdekorasi,
arsitektur

platonic

perulangan

modern.

solid

yang

Suasana

yang

serba

monoton,

degradatif

kotak,

tak

merupakan

ciri

ditampilkan

oleh

adanya arsitektur modern yang tidak mampu membedakan


antara arsitek dengan bangunan rancangannya, olah seni dan
olah

nalar

yang

tidak

jelas

karena

prosesnya

telah

sedemikian mekanistik dan terformulasi keinginan untuk


mendongkrak kembali degradasi ini. (Mallu,2012:2)
Melalui pertimbangan di atas maka Rumah Sakit Bersalin
Di Watampone merupakan suatu wadah

yang diharapkan

dapat menjadi Rumah Sakit tipe E yang dapat mewadahi


proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Fasilitasfasilitas modern serta desain perancangan Rumah Sakit
Bersalin dengan pendekatan Arsitektur Modern, terutama
pada fasade serta bentuk bangunan dengan menggunakan
material kaca dan struktur baja di harapkan sesuai di
terapkan

pada

Rumah

Sakit

Bersalin

Di

Watampone

Kabupaten Bone.
B. Rumusan Masalah

Bagaimana menyusun acuan perancangan untuk mendesain


bangunan

Rumah

Sakit

Bersalin

dengan

pendekatan

arsitektur modern di Watampone yang dapat menampung


seluruh kegiatan selama proses kehamilan, persalinan, dan
pasca persalinan.?
C. Tujuan Dan Sasaran Pembahasan
1. Tujuan
Tujuan pembahasan yakni menyusun acuan perancangan
untuk mendesain bangunan Rumah Sakit Bersalin dengan
pendekatan arsitektur modern di Watampone sehinggah
dapat memenuhi berbagai aspek di dalam desainnya, dan
dapat

menampung

seluruh

kegiatan

selama

proses

kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan.


2. Sasaran
Sasaran perancangan yaitu, mentransformasikan konsepkonsep perencanaan dan perancangan arsitektur terhadap
bangunan Rumah Sakit Bersalin di Watampone, dan secara
spesifik objek-objek pembahasannya yaitu :
a. Penentuan site
b. Konsep tapak
c. Tata massa bangunan
d. Konsep bentuk
e. Kebutuhan dan hubungan ruang
f. Sirkulasi ruang
g. Fasad bangunan
h. Material
i. System struktur
j. Kelengkapan Utilitas
D. Batasan Perancangan
Batasan pembahasan dibatasi pada dua aspek yaitu:

1. Pembahasan mengenai kegiatan pada bangunan Rumah


Sakit Bersalin yang sesuai dengan kebutuhan dan besaran
ruang pada bangunan.
2. Konsep Arsitektur Modern dibatasi pada bentuk dan tidak
diambil secara utuh, melainkan hanya pada desain fasade
dengan bentuk kotak. Selain itu pendekatan arsitektur
modern

juga

diterapkan

menggunakan

pada

material

kaca

desain

fasade

yang

berpola

grid

serta

menggunakan sistem struktur baja pada bangunan.


E. Metode Pembahasan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode pembahasan
ini yaitu:
1. Tahap Pengumpulan Data
Data diperoleh berdasarkan tiga proses studi, yaitu:
a. Studi literatur
Studi literatur yang dilakukan untuk mengumpulkan
pemahaman dan mendalami permasalahan mengenai
tema

yang

diterapkan

diambil
pada

dan

desain

pendekatan

yang

bangunan.Studi

akan

literatur

mengenai standar akan kebutuhan ruang dilakukan


agar memperoleh pemahaman mengenai faktor - faktor
pendukung persyaratan teknis bangunan.
b. Studi preseden
Melakukan

studi

komparasi

atau

perbandingan

terhadap bangunan-bangunan sejenis yangada sebagai


suatu bahan perbandingan untuk memperoleh masukan
yang

dapat

memperoleh

diterapkan
pemahaman

pada

rancangan

mengenai

dan

faktor-faktor

pendukung persyaratan teknis bangunan.


c. Studi Lapangan

Melakukan survei lokasi untuk mengumpulkan informasi


mengenai potensi-potensi fisik dan non-fisik lokasi
perancangan bangunan.
2. Tahap Pengolahan Data
Data-data kemudian diolah dengan mengintegrasikan teoriteori yang berkaitan dengan objek perancangan untuk
dilakukan analisis.
3. Tahap Analisis
Melakukan analisis dari data yang telah terkumpul dan
diolah ke dalam sebuah konseptual perancangan.
4. Aplikasi Desain
Hasil dari analisis konseptual kemudian di aplikasikan ke
desain sehingga menghasilkan rancangan Rumah Sakit
Bersalin dengan pendekatan arsitektur modern.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan
a. BAB I

Merupakan

tahap

pendahuluan yang memberikan gambaran


secara umum dan garis besar pengenalan
judul yang dikemukakan pada latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan
sasaran

pembahasan,

batasan

perancangan, metode pengumpulan data


dan sistematika penulisan
b. BAB II

Membahas teori teori dasar

yang ada pada perancangan rumah sakit


bersalin

dengan

pendekatan

arsitektur

modern
c. BAB III

pembangunan
Watampone

Merupakan
rumah

tinjauan

sakit

diantaranya

bersalin

tinjauan

di

Kota

Watampone sebagai salah satu kota yang


ada di Sulawesi Selatan yang saat ini telah
9

berkembang
pembangunan

pesat

dalam

dalam

segi

beberapa

tahun

terakhir salah satunya perancangan rumah


sakit bersalin yang kemudian diolah agar
mendapatkan pendekatan terhadap konsep
perencanaan.
d. BAB IV

Membahas

tentang

pendekatan konsep, konsep penerapan pada


perancangan rumah sakit bersalin dengan
pendekatan

arsitektur

modern

di

Watampone.
e. BAB V

transpormasi

Membahas
konsep,

tentang

konsep

penerapan

pada perancangan rumah sakit bersalin


dengan pendekatan arsitektur modern di
Watampone.
f. BAB VI

produk/hasil

Membahas
desain

pada

tentang
perancangan

rumah sakit bersalin dengan pendekatan


arsitektur modern di Watampone.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit Bersalin (RSB)
1. Pengertian Rumah Sakit Bersalin (RSB)
2. Fungsi dan Tujuan Rumah Sakit
3. Bentuk Pengelolaan Organisasi
4. Pola Kegiatan Rumah Sakit Bersalin
B. Kebidanan dan Kandungan
1. Pengertian Kebidanan dan Kandungan
2. Masalah Kebidanan dan Kandungan
3. Pelayanan Kebidanan dan Kandungan
4. Kebijaksanaan Pemerintah
A. Rumah Sakit
1. Pengertian rumah sakit
Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan
tenaga ahli kesehatan lainnya. Selama Abad pertengahan, rumah sakit juga
melayani banyak fungsi di luar rumah sakit yang kita kenal di zaman
sekarang, misalnya sebagai penampungan orang miskin atau persinggahan
musafir. Istilah hospital (rumah sakit) berasal dari kata Latin, hospes (tuan
rumah), yang juga menjadi akar kata hotel dan hospitality (keramahan).
Beberapa pasien bisa hanya datang untuk diagnosis atau terapi ringan
untuk kemudian meminta perawatan jalan, atau bisa pula meminta rawat

11

inap dalam hitungan hari, minggu, atau bulan. Rumah sakit dibedakan dari
institusi kesehatan lain dari kemampuannya memberikan diagnosa dan
perawatan medis

secara menyeluruh kepada pasien. (Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/rumah_sakit).
Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat
menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai
kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani
masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan
berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan dan atau
upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitatif) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan (Siregar,2004).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan,
tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi
tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan. (Menkes ,RI 2004).
Berdasarkan standar penyelenggaraan rumah sakit Kelas B, C, dan D
Kementrian Kesehatan RI, rumah sakit adalah pelayanan kesehatan jangka
pendek dan panjang, terdiri dari promosi, preventif, observasi, diagnostic,
terapeutik, dan rehabilitative untuk orang-orang yang menderita sakit, cidera,
dan melahirkan.

12

Secara Umum, dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah suatu


institute perawatan kesehatan professional yang pelayanannya disediakan oleh
dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya

2. Karakteristik Rumah Sakit.


Sebagai perwujudan pemenuhan hak kesehatan, pemerintah wajib
menyediakan rumah sakit sesuai kebutuhan masyarakat dan memberikan
jaminan pembiayaan bagi penduduk sesuai peraturan perundangundangan. Pemerintah juga bertanggung jawab membina dan mengatur
rumah sakit agar memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional.
Hak tersebut perlu dilakukan karena pelayanan rumah sakit
mempunyai sifatsifat atau karakteristik tersendiri. Karakteristik ini
diakibatkan oleh karena rumah sakit merupakan suatu organisasi yang
sangat kompleks karena padat sumber daya manusia, padat modal, padat
teknologi dan ilm pengetahuan. Karakteristik rumah sakit tersebut
meliputi.

(sumber

hospitality.blogdetik.com/2009/05/10/karakteristik-rumahsakit).
Uncertainty atau ketidak pastian, bahwa kebutuhan akan pelayanan
rumah sakit tidak bisa dipastikan baik waktunya, tempatnya, maupun
besarnya biaya yang dibutuhkan. Sifat inilah yang menyebabkan
timbulnya respons penyelenggaran mekanisme asuransi di dalam
pelayanan kesehatan. Ciri ini pula yang mengundang mekanisme derma di
dalam masyarakat tradisional dan modern. Karena pada akhirnya ciri ini
menurunkan keunikan lain yang menyangkut aspek peri kemanusiaan
(humanitarian) dan etika.
Asymetry of information, bahwa konsumen pelayanan rumah sakit
berada pada posisi yang lebih lemah sedangkan rumah sakit mengetahui
jauh lebih banyak tentang manfaat dan kualitas pelayanan yang
dijualnya. misalnya kasus ekstrim pembedahan, pasien hampir tidak
13

memiliki kemampuan untuk mengetahui apakah ia membutuhkannya.


Kondisi ini sering dikenal dengan consumer ignorance atau konsumen
yang bodoh.
Externality, bahwa konsumsi pelayanan kesehatan/rumah sakit
tidak saja mempengaruhi pembeli tetapi juga bukan pembeli. Demikian
juga risiko kebutuhan pelayanan kesehatan tidak saja mengenai pasien
melainkan

juga

publik.

(sumber

http://masarie.wordpress.com/2007/10/03/kenali-rumah-sakit).
3. Tugas dan Fungsi rumah sakit
Berikut merupakan tugas sekaligus fungsi dari rumah sakit, yaitu (sumber
: http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_sakit) :
a. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
b. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang
medis tambahan
c. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
d. Melaksanakan pelayanan medis khusus
e. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
f. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
g. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial
h. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
i. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat
tinggal (observasi)
j. Melaksanakan pelayanan rawat inap

14

k. Melaksanakan pelayanan administratif


l. Melaksanakan pendidikan para medis
m. Membantu pendidikan tenaga medis umum
n. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis
o. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan
p. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi
Tugas dan fungsi ini berhubungan dengan kelas dan tipe rumah sakit.
Dimana di Indonesia terdiri dari rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus, kelas a, b, c, d. berbentuk badan dan sebagai unit pelaksana teknis
daerah. Perubahan kelas rumah sakit dapat saja terjadi sehubungan dengan
turunnya kinerja rumah sakit yang ditetapkan oleh menteri kesehatan
Indonesia melalui keputusan Dirjen bagian Medik.
4. WFW
5. T3T
6. R2T2
7.

Jenis rumah sakit dapa dibedakan menurut kategori. Surat keputusan


mentri kesehatan republic Indonesia No. 806b/Menkes/SK/XXI/1987
membagi jenis rumah sakit berdasarkan penggolongannya menjadi rumah
sakit pemerintah dan rumah sakit swasta. Rumah sakit pemerintah dan swasta
ini kemudian diklarifikasikan lebih rinci menurut kemampuan pelanyanannya.
Tabel 1 : Penggolongan Rumah Sakit

15

Jenis Rumah Sakit

Kapasitas
Pelayana

RS
Kepengelol
aan

Pelayanan

Pemerinta
h

RS A

RS
Swasta

RS
Utama

Medik

1000-

spesialis

1500 tt

&
subspesia
lis
Medik
spesialis

400-1000
tt

RS B
Kemampua

Medik

spesialis

Pelayanan

RS C

RS Madya

(minimal
4

100-300
tt

spesialis)
RS D

RS

Medik

Pratama

dasar

---

RS

25-100 tt

---

Khusus
RS E

atau
spesialis

Sumber : Pokok-Pokok Pedoman Arsitektur Medik, Depkes


RI

3. Persyaratan penyelenggaraan rumah sakit

16

Berdasarkan kepemilikannya, rumah sakit dapat dibedakan


menjadi 2 (dua), yaitu Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah
Sakit Swasta. Pada dasarnya, peraturan yang dilakukan
pada kedua jenis rumah sakit tersebut sama, namun ada
beberapa

peraturan

yang

membedakannya.

Misalnya

penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk memberikan


pelayanan penyembuhan penyakit, peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan individu
yang bermutu, efisien, efektif, dan merata; Rumah sakit
wajib mempunyai ruangan untuk penyelenggaraan rawat
jalan, rawat inap minimal 25 tempat tidur, rawat darurat,
penunjang medik dan non-medik; Kelas pelayanan rumah
sakit terdiri dari kelas VIP, kelas I, kelas II, kelas III.
Berikut adalah perbedaan persyaratan penyelenggaraan
Rumah Sakit Pemerintah dan Rumah Sakit Swasta.
a. Pemerintah
1) Rumah

sakit

pemerintah

dimiliki

dan

diselenggarakan oleh:
a) Kementrian Kesehatan RI
b) Pemerintah Daerah
c) ABRI
d) Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2) Klasifikasi

Rumah Sakit Umum Pemerintah terdiri

dari:
a) Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan medik spesialistik luas dan subspesialistk luas.
b) Kelas B II mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayana

medik

spesialistik

luas

dan

sub-

spesialistik terbatas.

17

c) Kelas B I mempunyai fasilitas dan kemampuan


pelayanan

medik

spesialistik

sekurang-

kurangnya 11 jenis spesialistik.


d) Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan
pelayanan

medik

spesialistik

sekurang-

kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.


e) Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan
sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.
3) Klasifikasi
ditentukan

Rumah

Sakit

berdasarkan

Umum
tingkat

kemampuan

pelayanan

kekhususannya

dan

Pemerintah
fasilitas

dalam

ditetapkan

dan

bidang

tersendiri

oleh

Menteri Kesehatan.
b. Swasta
1) Rumah sakit swasta diselenggarakan berasaskan
kemandirian dengan prinsip wirausaha dengan tetap
melaksanakan fungsi sosial.
2) Kepemilikan

rumah

sakit

berbentuk

yayasan,

Perseroan Terbatas (P.T), koperasi dan atau badan


hokum lainnya.
3) Rumah sakit swasta harus memenuhi persyaratan
standar bangunan, prasarana, dan peralatan sesuai
dengan jenis dan klasifikasi rumah sakit, meliputi :
a) Lokasi atau letak bangunan prasrana harus
sesuai dengan rencana umum tataruang dan
terhindar dari pencemaran.
b) Bangunan, prasarana, peralatan, harus dalam
kondisi

terpelihara

keamanan,

dan

keselamatan,

memenuhi
dan

standar

kesejahteraan

kerja.

18

c) Memenuhi

persyaratan

teknis

bengunan,

prasarana, peralatan, dan dampak lingkungan


internal dan eksternal.
d) Peralatan medik harus memenuhi persyaratan
pengujian/kalibrasi.
4)

Rumah sakit swasta dalam memberikan pelayanan


harus menjamin hak-hak pasien.

5) Rumah

sakit

swasta

wajib

menyelenggarakan

peningkatan mutu pelayanan yang diselenggarakan


oleh pemerintah.
6) Rumah sakit swasta wajib mempunyai komite medik
dan komite keperawatan.
7) Rumah sakit swasta wajib merujuk pasien ke rumah
sakit yang lebih mampu pelayanannya apabila
rumah sakit tersebut tidak mampu menangani
pasien tersebut.
8) Bentuk pelayanan rumah sakit swasta adalah rumah
sakit umum dan rumah sakit khusus.
9) Rumah sakit khusus swasta diklasifikasikan menjadi
rumah sakit khusus swasta pratama dan madya.
10)

Setiap rumah sakit swasta wajib melaksanakan

fungsi sosial.
11) Rumah

sakit

swasta

yang

dimiliki

yayasan,

perhimpunan, perkumpulan sosial, dan rumah sakit


BUMN yang melayani pasien umum minimal 25%,
dan rumah sakit swasta yang dimiliki pemilik modal
minimal 10 %.
B. Rumah sakit bersalin
1. Pengertian rumah sakit bersalin

19

Secara umum standar penyelenggaraan Rumah Sakit


Bersalin yaitu untuk melayani kesehatan medis spesialis
bidang kebidanan dan kandungan, dengan fasilitas-fasilitas
pelayanan rawat jalan, gawat darurat, rawat inap, maupun
pemberian berbagai tindakan medis. Rumah Sakit bersalin
yang

hanya

melayani

bidang

medis

spesialis

dasar

kebidanan dan kandungan ini tergolong Rumah Sakit


Khusus yang setara dengan Rumah sakit kelas E.
Secara spesifik pelayanan dalam bidang kebidanan
dan kandungan yang diberikan oleh Rumah sakit bersalin
ini meliputi pelayanan sebelum proses kehamilan, selama
proses kehamilan, proses persalinan, dan pasca persalinan,
dan pasca persalinan sampai dengan 40 hari usia bayi,
serta pelayanan kesehatan untuk organ reproduksi wanita.
2. Fungsi Rumah Sakit Bersalin
Rumah sakit bersalin termasuk sebagai :
a.

Rumah

sakit

Khusus,

karena

menyelenggarakan

pelayanan kesehatan berdasarkan penyakit tertentu


(penyakit

kandungan)

dan

disiplin

ilmu

tertentu

(kedokteran kandungan).
b.

Golongan rumah sakit kelas E, dimana memberikan


pelayanan kesehatan khusus, yaitu kandungan.

c.

Rumah Sakit Swasta, karena dijalankan oleh suatu


yayasan

atau

berdasarkan

swasta

social

lain

serta

yang

tujuan

umumnya

ekonomi

juga

(mencari

keuntungan).
3. Standar Fasilitas Rumah Sakit Bersalin

20

Sebagai pedoman perancangan di Indonesia, ketentuan mengenai


sarana-prasarana minimal Rumah Sakit Bersalin diambil dari PokokPokok Pedoman Arsitektur, Direktorat Instalasi Medik Departemen
Kesehatan RI, tahun 1991, yang meliputi:
a. Unit Rawat Jalan
b. Unit Gawat Darurat
c. Unit Rawat Inap
d. Unit Laboratorium
e. Unit Radiologi
f. Unit Farmasi
g. Unit Persalinan
h. Unit Bedah
i. Unit Administrasi
j. Unit Jenazah
k. Unit Instalasi Gizi
l. Unit Pemeliharaan Linen dan
m. Unit CSSD.
Sedangkan menurut pedoman perancangan internasional (Amerika
Serikat) yang tercantum dalam SpaceMed 2004 (Hayward, 2004),
bangunan fasilitas kesehatan Kebidanan dan Kandungan (Women and
Infant Services) terdiri dari:
a. Common Patient/ Visitor Support Space
21

Terdiri dari ruang penerimaan-registrasi, ruang tunggu pasien dan


pengunjung, ruang bermain anak, tempat makan, ruang pendidikan
untuk pasien, toilet umum, tempat menginap bagi keluarga/
pengunjung.
b. Birthing Unit
Area penerimaan-pemeriksaan-observasi, ruang persalinan, ruang
pemulihan, ruang staf medis, Ruang penerimaan bayi sehat, ruang
penunjang.
c. Delivery/ Surgical Suite
Adalah unit yang terdiri dari ruang-ruang operasi dan penunjangnya.
d. Special Care Nurseries
Unit yang merawat persalinan khusus, seperti premature atau dengan
penyakit/kelainan tertentu. Unit ini tidak wajib, tetapi tergantung
kepada kebijakan institusi rumah sakit.
e. Antepartum/Postpartum/Gynecology Nursing Unit
Unit rawat inap (privat & semi privat), ruang perawat dan
penunjangnya.
f. Shared Clinical/ Support Space
Terdiri dari fasilitas penunjang medis, seperti unit radiologi,
laboratorium, farmasi. Adalah Unit-unit yang digunakan sebagai
pendukung prosedur medis, dan pengambilan keputusan medis.
g. Staff/ Administrative Space

22

Terdiri dari kantor pengelola, ruang staf, ruang loker, dan ruang
operasional dan servis rumah sakit yang tidak berhubungan dengan
area pelayanan pasien.
4. Persyaratan Penyelenggaraan Rumah Sakit Bersalin
Berdasarkan,

diketahui

beberapa

membedakan

penyelenggaraan

hal

yang

Rumah

Sakit

dapat
Bersalin

dengan Rumah Sakit Khusus lainnya, yaitu :


a. Dipimpin oleh seorang dokter spesialis kandungan.
b. Memiliki

Unit

Gawat

Darurat

untuk

memberikan

pertolongan pertama kecelakaan pada kandungan.


c. Peralatan yang digunakan adalah peralatan khusus
untuk

kebidanan

yang

menunjang

selama

proses

pemeriksaan di Rumah Sakit Berasalin, yaitu :


1)

CTG

2)

USG

3)

Curratage set

4)

Doppler

5)

Stetoskop Laenec

6)

IVD dan injeksi KB

7)

Pap Smear set

8)

Timbangan bayi

9)

Meja Ginekologi

10)

Partus set

11)

Forsep set

12)

(Neigel, keiland, pip)

13)

Obstetrik Vakum

14)

CVP set

15)

Laparatomi set
23

16)

Histeroktomi set

17)

Embrotomi set

18)

Resusitator set

19)

Inkubator bayi

20)

Laparoskopi untuk sterilisasi ring aplikator

21)

Endoskopik Videomonitor

d. Poliklinik yang tersedia merupakan poli sub-spesialistik


kebidanan.
e. Perawatan setelah operasi.
f. Memiliki :
1) Surat Ijin Mendirikan Bangunan.
2) Surat Keputusan Dinas Pengawasan Bangunan Kota.
3) Surat

Ijin

Usaha

berdasarkan

/undang-Undang

Gangguan.
4) Surat Tanah.
5) Tanda Daftar Perusahaan.
6) Pajak Bumi dan Bangunan.

24

C. Studi Preseden
Penulis dalam studi presedennya memilih 3 Rumah Sakit yang cukup
dapat merepresentasikan contoh sebuah Rumah Sakit Bersalin yang baik.
Penulis memilih salah satu Rumah Sakit Bersalin tertua yang ada di Indonesia,
yaitu Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda. Kemudian studi preseden dilakukan
untuk sebuah Rumah Sakit Bersalin di Irlandia yang mendapat 3 penghargaan
sekaligus di tahun 2007, penghargaan bangunan terbaik, interior terbaik,
bangunan kesehatan terbaik. Studi preseden yang terakhir adalah sebuah
Rumah Sakit Ibu dan Anak di Madrid, Spanyol, hasil karya Rafael Moneo.
1. Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda, Menteng, Jakarta Pusat.
Rumah Sakit Bersalin Ibu dan Anak Bunda terletak dan memiliki pintu
masuk di Jl. Teuku Cik Ditiro, dan memiliki pintu keluar di Jl. Sutan
Syahrir. Rumah Sakit ini tidak memiliki entrance khusus untuk
mobil/pasien gawat darurat. Lahan seluas + 6000m2 ini terbagi menjadi
beberapa blok bangunan dengan fungsi yang berbeda di lantai dasar
namun relatif sama di lantai 2, lantai 3, dan lantai 4.

Gambar 1.1

Gambar 1.2

View dari Jl. Sutan Syahrir View kearah Bangunan Penerima

Gambar 1.3
View Entrance Lobi

25

Gambar 2.5. Blook Massa RSIA Bunda


(Sumber : Laporan Perancangan, Ezra Ganesha Prihardanu, 2009:10)

Keterrangan:
Blok A. Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Ruang Gawat Daruurat,
NICU (Neonatal Intensive Care Unit)
Blok B. Ruang Radiologi, Kaafe, Toko, Ruang Rawat Inap, Kanto
Pengelola
Blok C. Parkir Baasement, Poliklinik, Apootik, Laborattorium
Blok D. Parkir Basement, Pooliklinik, Klinnik Fertilitass Morula,
Ruuang Rawat Inap
a. Arrea Servis Dapur, Launddry), Area Pegawai (Ruaang
Istirahat Kantin)
b. Arrea Pengolahhan Limbah
c. Areea Parkir

26

D. Analisis Studi Preseden


1. Studi preseden terhadap bangunan pintar
Tabel II.7 Resume Studi Preseden terhadap bangunan pintar
Studi Preseden
NASA

Konsepsi
Rancangan

Al Bahar Towers

Sustainability
Base in Moffett

Field, California
bangunan -

SFPU

Gagasan

Commission

pada desain

Aplikasi

Headquarters

Sistem

Pada

pengendalian

mengunakan

pada

akses

acces

menggunakan Access

system

control

Gagasan

aplikasi

bangunan

ini

control

system

telah terintegrasi

pada

pengontrolan

dengan

bangunan

komputer,

pada

penggunanya,

agar

memudahkan

sehingga

yang

dapat

baik

maupun

dengan mudah di

pengguna baik untuk

kontrol

masuk

kegedug

27

maupun

pada

memarkirkan

saat
atau

mengambil mobilnya
Sistem

Disetiap ruangan Disetiap ruangan Disetiap ruangan Gagasan

pengawasan

sudah dilengkapi sudah

video

dengan cctv yang dengan cctv yang dengan cctv yang video pada bangunan

dilengkapi sudah

dilengkapi sistem

terhubung

dengan

dengan komputer, dengan komputer, CCTV yang terhubung

komputer,

sehingga dapat di sehingga dapat di langsung

kontrol
mudah

dengan mudah

dengan kontrol
mudah

ini

pengawasan

terhubung

sehingga dapat di kontrol

terhubung

aplikasi

menggunakan
pada

dengan komputer

sehingga

dapat degan mudah


di kontrol, dan juga
pada sistem ini telah
terintegrasi
internet

sehingga

pengguna
parkir

dengan
gedung

ini

dapat

28

Sistem

alarm

kebakaran
Sistem alarm
kebakaran
dan
peringatan
massal

telah

terintegrasi

sehingga
memudahkan
untuk mendeteksi
kebakaran sedini

kendali

pengendali

pencahayaan

cahaya

telah kebakaran

telah

terintegrasi

sehingga

sehingga

memudahkan

memudahkan

kebakaran

sedini kebakaran

mungkin.

Francisco

bagian namun

yang

luar

secara bertahap

menyesuaikan

otomatis

kebakaran

yang

digunakan

telah

terintegrasi

dengan
sehingga

memudahkan

untuk

mendeteksi
kebakaran

pencahayaan

ini terdafat pada keuntungan

di bagian dalam dimana

alarm

sedini

pengendali

bangunan mengambil

otomatis double fasad-nya cahaya

ini

mungkin.
San Gagasan pada sistem

Bangunan

pencahayaan
ini pada

sedini

mungkin.

Sistem

komputer,

untuk mendeteksi untuk mendeteksi

sistem Sistem

menggunakan
sistem

kebakaran

alarm

dengan komputer, dengan komputer,

komputer,

mungkin.
Pada

alarm Sistem

terintegrasi

dengan

Sistem

Sistem

mengaksesnya.
Pada
gagasan

ini

dari menggunakan sistem


alami kendali pencahayaan

secara otomatis yang dapat

meningkatkan

menyesuakan
kebutuhan cahaya di

29

cahaya luar, dan melindungi


juga
fasade

double

ruangan dari sinar buatan

yang matahari

yang interior

dapat

yale berlebihan,

berlebih

dan pada

terbuka

jika dalam

cahaya kurang.

kecerahan cahaya

dan otomatis.
bagian

terdapat

dalam
pada

bangunan
pencahayaan

buatan,

dan

juga

pencahayaan

alami

dimana bangunan ini

shades berfungsi
cahaya

secara

menggunakan

outomated
untuk

terhadap

mengaplikasikan

mengatur

sistem double fasade

yang

yang

masuk

pada

fasad

terluar

berfungsi

secara

otomatis

mengatur

cahaya

matahari yang masuk


dan

mereduksi

sinarnya.
Sistem

Sistem

Sistem

Selain

dari Pada

sistem

30

penghawaan

penghawaan

pendinginan

bangunan

menggunakan

terdapat

pintar

sistem

penghawaan
pada buatan

penghawaan

bangunan bangunan

otomatis panel langit-langit ini

ini

juga menggunakan sistem

yang

yang mengurangi menggunakan

menyesuaikan

kebutuhan energi penghawaan alami dan buatan, dimana

suhu

dalam hvac

bangunan

dan yang

dan memberikan

penghawaan

alami

dihasilkan penghawaan

alami

oleh turbin angin memanfaatkan

juga

tingkat

pada bagian luar double

menggunakan

kenyamanan

bangunan.

sistem

yang optimal, dan

panas yang dihasilkan

penghawaan

memungkinkan

oleh sinar matahari,

alami
double

dimana untuk waktu yang


fasade lebih

lama

dari

fasade

yang

dapat meminimalkan

dapan

pada

penghawaan

buatan

berfungsi sebagai ventilasi alami

ini

tempat masuknya

sistem

udara dan fasade

otomatis,

dimana

bagian

pendingin

ruangan

luar

menghalangi
panas

telah
sinar

sistem

menggunakan
penghawaan

menggunakan
sensor

yang

31

matahari

yang
dapat

masuk

mnyesuakan

suhu

dan

menyesuakan
kebutuhan
penggunanya
Pada

Pada

bangunan

ini sistem energi


Sistem

listriknya

manajemen

terintegrasi

energi listrik

sama

sudah

lain

satu
yang

dikendalikan oleh
EPMS

bangunan

bangunan
ini dilengkapi oleh Pada
Gagasan pada sistem
ini
dilengkapi
oleh
teknologi
solar
energi
listrik
ini
solar
panels
sebagai teknologi
menggunakan
sebagai
alternatif energi panels
teknologi EPMS yang
energi
listrik
dan alternatif
terhubung
pada
listrik.
dikendalikan oleh
semua
sistem
EPMS
sehingga penggunaan
listrik dapat dikontrol
dengan mudah

Sumber: Olah data, april 2015

32

33

2. Resume Studi preseden terhadap gedung parkir dengan sistem parkir mobil otomatis
Tabel II.8 Resume Studi Preseden terhadap gedung parkir
Gagasan
Aplikasi
Konseps

Studi Preseden

pada

desain
Gedung

i
Rancang

The

an

VW Autostadt

parkir

amazing

Dubai

The Cube

Robot Rumah Sakit

car park

Cipto
Mangunkusu
mo Jakarta

Konsep
lokasi

Berada di kota
yang

strategis

di Jerman

Berada
pusat

Direncanakan

pada
kota

Brimingham,

berada
-

dilokasi

strategis

dan

padat kendaraan

Inggris

Konsep

Tapak

Berapa di pusat Dubai, UAE

Di

di Kota Makassar
area Berada di Balai

Tapak

berdekatan

perbelanjaan

Rumah

Sakit kota

Makassar

34

yang
The
dengan

pabrik

Volkswagen

di

kapasitas

parkirannya

cube

sudah

Birmingham,
Cipto

Inggris

Wolfsburg,

Mangunkusum

Jerman,

o, jakarta

tidak

memadai,
sehingga
banyaknya
kendaraan

yang

parkir di pinggir
jalan yang kerap
sebagai
penyabab macet
Sistem Rangka dinding
Sistem
Struktur

Gedung

dan
gedung

di jln Ahmad yani


Sistem
yang

geser
geser Dinding
rangka
rangka dan

digunakan

pada

desain ini adalah

gedung
-

sistem
gedung

rangka
agar

interior dapat di
expose

35

Bentuknya
menyesuaikan

Mengikuti

dengan sistem bentuk


kerja
mesin bagunan
Konsep
Bentuk

bentuk utama
lingkaran

Bentuk
menyesuaikan

yaitu

dengan

fungsi

utama bangunan
dan tapak

Penggunakan
sistem
Penggunakan

Penggunakan

Sistem

sistem

sistem utilitas

Utilitas

dengan

utilitas
satu

ruang kontrol

dengan

satu

ruang kontrol

utilitas

dengan
ruang

satu
kontrol

agar
pengontrolan
pada

bangunan

dapat

dilakukan

dengan mudah

36

Menyesuakan
dalam Menyesuaikan
Menyesuakan
dengan
jalur
Menyesuakan
banguanan ini dengan
jalur
jalur dengan
sirkulasi
mesin
mengikuti jalur sirkulasi mesin sirkulasi mesin dengan jalur
parkir
pada
sirkulasi
sirkulasi mesin. parkir
pada
pada parkir
bangunan
ini
mesin
parkir
bangunan
ini
bangunan ini
agar
sirkulasi
pada
mesin
parkir
bangunan ini
sesuai
dengan
Ruang

Ruang
Dalam

bentuk
Ruang

Desain

Luar

luar

ruang Menyesuaikan
pada dengan bentuk

bangunan

ini bangunan

menyesuaikan
bentuk

utama

bangunan

dan

sekitar

ruang

dalam
Ruang luar pada
bangunan

ini

menyesuakan
dengan
sekirat

tapak
dan

bentuk banguan

bangunan
sekitar

37

Zoning

pada

bangunan ini di
buat

terpisah

menurut
Zoning

-fungsinya
masing

masing

tetapi

saling

berhubungan
Analisis
Iklim

satu sama lain


Bangunan
ini
sebisa

mungkin

dapat
menyituasikan
dengan
perubahan
sekitar

iklim
tapak,

38

supaya

bisa

mendapatkan
kenyamanan
pada

pengguna

bangunan

pada

setiap perubahan
Sistem

Pada

parkir

parkir

gedung Pada
ini parkir

menggunakan
Parking

gedung Pada

ini parkir

menggunakan

sistem Circular sistem


yang

gedung Pada

Cp Parking

ini parkir

menggunakan

Hybrid sistem

gagasan

ini sistem

menggunakan

parkir

pada banguna ini

Hybrid sistem Rotary menggunakan

Hp Parking

sistem yang

cuaca
gedung Pada

Hp Parking

Rp Hybrid Parking Hp

yang

yang

yang

parkirnya

mengguakan

mengguakan

menggunaka

menyesuakan

hanya

beberapa

beberapa

beberapa

dengan

menggunaka 1 mesin
mesin

yang mewadahi

yang mesin

yang mesin

mewadahi
saf beberapa

tapak

bentuk
dan

juga

dapat

terpusat

beberapa

saf

dibagian

dan baris pada dan baris pada

menyediakan
kapasitas

39

tengah
bangunan

setiap

setiap

lantainya

lantainya
tampung

yang

banyak

Sumber: Olah data, april 2015

40

E. Hubungan antar variabel judul


Dari hasil studi preseden yang mengambil contoh
tentang bangunan pintar dan bangunan yang berfungsi
sebagai gedung parkir, dapat dianalisis hubungan hubungan
antar variabel judul yaitu Gedung parkir vertikal dengan
pendekatan bangunan pintar, dapat diambil kesimpulan
sementara mengenai gagasan aplikasi sebagai berikut:
1. Hubungan antara gedung parkir dan bangunan pintar
yaitu, gedung parkir yang menggunakan sistem bangunan
pintar menggunakan sistem parkir mobil otomatis dengan
mengguakan lift, dapat membantu fungsi utama bangunan
sebagai gedung parkir
2. Sistem bangunan pintar yang diterapkan pada gedung
parkir ini sangat memudahkan pengguna gedung parkir,
dengan menggunakan sistem bangunan pintar pada sistem
parkirnya,

mesin

parkir

mobil

otomatis

langsung

terintegrasi dengan komputer, sehingga sistem kerja mesin


parkir mobil otomatis pada bangunan bekerja secara
otomatis dengan berbantuan komputer.
3. Sistem

utilitas

bangunan

juga

menggunakan

sistem

bangunan pintar, hampir semua jaringan utilitas bangunan


terintegrasi dengan komputer sehingga dapat berjalan
dengan otomatis
4. Penerapan bangunan pintar juga diterapkan pada fasad
bangunan, yang menggunakan sistem double facade yang
yang telah terintegrasi dengan komputer, sistem double
facade ini bekerja dengan otomatis menyesuaikan dengan
kondisi penghawaan dalam bangunan dan pencahayaan
dalam bangunan,
Fasad terluar bangunan menggunakan sistem gerak yang
dapat berubah bentuk sesuai dengan kondisi sekitar

41

bangunan, jika cahaya dan suhu udara didalam bangunan


tinggi, maka fasad terluar bangunan secara otomatis akan
tertutup dan menghalangi panas yang dihasilkan oleh sinar
matahar, sebaliknya jika cahaya dalam bangunan kurang,
maka fasad terluar bangunan akat terbuka secara otomatis
dan memasukkan cahaya matahari ke dalam banguan.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
A. Tinjauan Umun Lokasi
1. Gambaran Umum Kota Makassar

Gambar III.1 Lambang Kota Makassar


(Sumber: wikipedia diakses pada tanggal 13 mei 2015)
(wikipedia diakses pada tanggal 13 mei 2015) Kota
Makassar (Makassar, dari 1971 hingga 1999 secara resmi
dikenal sebagai Ujung Pandang) adalah ibu kota provinsi
Sulawesi Selatan. Makassar merupakan kota terbesar di
kawasan

Indonesia

Timur

dan

wilayah

metropolitan

terbesar kedua di luar Pulau Jawa, setelah Kota Medan.


Kota ini juga pernah menjadi ibukota Negara Indonesia

42

Timur dan Provinsi Sulawesi. Makassar terletak di pesisir


barat daya pulau Sulawesi dan berbatasan dengan Selat
Makassar

di

sebelah

barat,

Kabupaten

Kepulauan

Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah


timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan
Dari aspek pembangunan dan infrastruktur, kota
Makassar tergolong salah satu kota terbesar di Indonesia
dan dengan wilayah seluas 199,26 km dan penduduk
hampir mencapai 1,4 juta jiwa, kota ini berada di urutan
kelima

dalam

hal

jumlah

penduduk

setelah

Jakarta,

Surabaya, Bandung dan Medan. Secara demografis, kota ini


tergolong tipe multi etnik atau multi kultur dengan
beragam

suku

diantaranya
Makassar,

bangsa

yang
Bugis,

yang

signifikan
Toraja,

menetap
jumlahnya

Mandar,

di

dalamnya,

adalah

Buton,

Jawa,

suku
dan

Tionghoa.
2. Pemilihan Lokasi Perancangan
Pemilihan

lokasi

Gedung

Parkir

Vertikal

dengan

Pendekatan Bangunan Pintar di Kota Makassar didasarkan


beberapa pertimbangan dan analisis yaitu:
a. Lokasi yang strategis

43

Gambar III.2 Jl. Ahmad Yani makassar


(Sumber: Google earth, diakses pada tanggal 20 april 2015)
Jalan Ahmad Yani di kota Makassar merupakan
salah satu jalan strategis di kota makassar, yaitu berada
pada pusat kota Makassar, yang terdapat kantor pusat
pemerintahan

yaitu

balai

kota

Makassar,

serta

perkantoran perkantoran, pusat perbelanjaan, taman


kota dan lain lainnya.
b. Potensi kemacetan yang tinggi
Sebanyak 17 jalan di Kota Makassar menjadi titik
kemacetan.

Diantaranya,

Ahmad Yani,
Alauddin,

Jl

Perintis

Urip Sumohardjo,
Samratulangi,

Kemerdekaan,

Boulevard,

dan

Sultan

Cendrawasih

(http://makassar.tribunnews.com diaksess pada tanggal


14 mei 2015). Menurut (Kepala Seksi Perparkiran Dinas
Perhubungan

Kota

Makassar

dalam

kutipan

http://makassar.tribunnews.com diaksess pada tanggal


14 mei 2015), untuk mengatasi kemacetan tersebut,
perlu

adanya

partisipasi

dari

semua

kalangan,

utamanya masyarakat pengguna jalan.

44

Kemacetan yang terjadi di Jl. Ahmad Yani terutama di


sekitar kantor balai Kota Makassar dan perkantoran
lainnya yang berada di Jl, Ahmad Yani yang memiliki
area

parkir

yang

sempit

dan

sudah

tidak

bisa

menampung kendaraan kendaraan pegawai pegawai


kantor tersebut maupun tamu kantor, kurangnya sarana
dan prasarana jalan, arus kendaraan yang tidak teratur,
tingginya

intensitas

kendaraan,

dan

kurangnya

kesadaran masyarakat dalam berkendaraan.


c. Lahan Parkir Yang Kurang
Lahan parkir yang tersedia di kawasan perkantoran
yang berada di Jl. Ahmad yani Makassar sudah tidak
dapat

menampung

kendaran

lagi,

dikarenakan

peningkatan jumlah pengguna kendaraan di area Jl.


Ahmad Yani yang terus meningkat, akibatnya kapasitas
ruang parkir pada perkantoran perkantoran di jalan
tersebut sudah tidak memadai, terutama pada kantor
Balai Kota Makassar yang kapasitas parkirnya sudah
tidak dapat menampung banyaknya kendaraan baik
kendaraan milik peawai Balai Kota maupun tamunya
(Olah data lapagan).
Akibatnya,

banyak

pengguna

kendaraan

yang

memilih memarkirkan kendaraanya dipinggir jalan yang


sangat berpotensi terjadi kemacetan parah.

45

Gambar III.3 Kendaraan yang parkir di bahu jalan Jl. Balai Kota
(Sumber: Olah data lapangan, maret 2015)

3. Analisis pemilihan tapak


Menganalisis pemilihan tapak gedung parkir vertikal
yang sesuai pada lokasi perancangan.
a. Analisis pengguna gedung parkir pada area balai kota
Makassar
Analisis pengguna gedung parkir di Jl.Ahmad yani
makasssar adalah pengguna utama bangunan yaitu
pegawai balai kota Makassar serta pegawai perkantoran
yang berada di sekitar balai kota Makassar, sehingga
alternatif tapak berada tepat disisi timur kantor balai
kota, agar dapat memudahkan pengguna gedung parkir
vertikal

baik

dari

balai

kota

maupun

pegawai

perkantoran lainnya untuk mengakses tapak.

46

Gambar III.4 Analisis pengguna disekitar tapak


(sumber: Olah data, mei 2015)
b. Jalur sirkulasi kendaraan pada Jl. Ahmad yani
Jalur sirkulasi kendaraan pada jalan utama lokasi
yaitu Jl. Ahmad Yani meggunakan jalan satu arah, yaitu
dari arah barat ke timur, sehingga pemilihan site berada
dibagian timur balai kota yang dapat memudahkan
pengguna gedung parkir untuk mengakses tapak, dan
memudahkan

pegawai

perkantoran

lain

untuk

mengaksesnya tanpa harus memutarkan kendaraannya


terlebih dahulu untuk mengakses tapak. (Olah data, mei
2015)

47

Gambar III.5 Analisis jalur kendaraan pada Jl.Ahmad yani


(sumber: Olah data, mei 2015)

c. Perkantoran disekitar balai kota Makassar yang tidak


memiliki parkiran yang luas
Perkantoran yang berada disekitar balai kota dan
disepanjang Jl Ahmad Yani Makassar tidak memiliki
ruang parkir yang luas, sehingga banyaknya kendaraan
milik

pegawai

perkantoran

tersebut

tidak

dapat

tertampung, akibatnya jalan raya menjadi alternatif


untuk memarkirkan kendaraannya, yang berakibat pada
kemacetan parah pada Jl. Ahmad yani Makassar. (Olah
data lapangan, mei 2015)

48

Gambar III.6 Analisis perkiran yang kurang pada perkantoran


(Sumber: Olah data, mei 2015)

Dari berbagai analisis diatas maka didapatkan tapak


yang sesuai untuk gedung parkir vertikal dan disesuakan
dengan analisis analisis diatas.

49

Gambar III.7 tapak terpilih


(Sumber: Olah data, mei 2015)

4. Analisis lingkungan tapak

50

Gambar III.8 Kondisi tapak perancangan


(Sumber: Olah data, maret 2015)
Adapun bangunan eksisting yang berada disekitar
lokasi perancangan yaitu:
a. Balai kota Makassar
b. Gereja protestan di Indonesia bagian barat
c. Yayasan merpati pos
d. Telkom Balai Kota Makassar
e. Perumahan Polda Sul Sel
f. Museum Kota Makassar
g. Telkom Indonesia
h. SMPN 6 Makassar
i. Kamar Dagang dan Industri (KADIN)
j. Ruko
k. Bank Mandiri Syariah
l. Bank BRI
m. Bank Mega
51

n. Kepolisian Republik Indonesia Daerah Sul Sel


o. KIA motors
p. Bank OCBC NISP Syariah
q. Bank MAYAPADA
r. KFC
Dari analisis lingkungan tapak terdapat kelebihan dan
kekurangan, dari segi kelebihan lingkungan tapak berada di
area yang sangat padat, sehingga dapat mendukung
perancanagan gedung parkir pada area ini. Sedangkan dari
segi kelemahannya adalah kurang lahan kosong yang
berada di sekitar lokasi. (Olah data lapangan april 2015)
5. Tata massa
Dalam

analisis

dikondisikian pada

pada

tata

massa

bangunan

ini

luasan tapak, luasan tapak pada

eksisting tidak terlalu luas, jadi tata massa pada bangunan


ini dirancang tidak terlalu banyak agar luasan tapak dapat
di maksimalkan.
6. Pandangan ke arah tapak
Dalam hal ini, pandangan ke arah tapak haruslah di
maksimalkan demi menunjang perancangan bangunan,
adapun hal hal yang harus di batasi dalam pandangan e
arah tapak yaitu ruangan ruangan yang bersifat private
maupun

semiprivate

demi

kenyamanan

pengguna

bangunan. Dan adapun beberapa view potensial pada


bangunan ini yaitu:
a. Merupakan bagian sudut pandang bangunan yang di
fokuskan

52

b. Meng-ekspose interior bangunan agar mesisn sistem


parkir mobil otomatis pada bangunan dapat dilihat dari
luar bangunan
c. Memberikan view dari luar kedalam agar mobil mobil
pada bagunan ini dapat dilihat keseluruhan dari luar
bangunan

Gambar III.9 Analisis view kedalam tapak


(Sumber: Olah data maret 2015)

7. Pandangan dari dalam keluar tapak


Analisis view bertujuan untuk menentukan orientasi
bangunan dan bukaan bangunan demi memaksimalkan
potensi view dari dalam keluar tapak, adapun pada sisi
utara tapak terdapat Jl. Ahmad Yani, di sisi timur dan
selatan tapak terdapat bangunan perkantoran yang padat,
dan sebelah barat tapak terdapat kantor Balai kota
Makassar.
Adapun view potensial pada tapak yaitu view ke arah
utara bangunan dimana terdapat jalan Jl. Ahmad yani yang
53

terdapat

bangunan

bangunan

tinggi

yang

dapat

menambah potensi terhadap view keluar. (Olah data)

Gambar III.10 View dari tapak keluar


(Sumber: Olah data maret 2015)

8. Analisis iklim
Adapun analisis iklim yang dapat dianalisis yaitu:
a. Analisis orientasi matahari
1) Orientasi tapak tepat menghadap kearah utara,
sehingga sisi kanan dan sisi kiri bangunan berpotensi
terkena sinar matahari sepanjang hari.
2) Memaksimalkan bukaan pada bagian utara tapak dan
meminimalisir bukaan pada sisi timur dan barat
bangunan.
b. Analisis arah angin
1) Kecepatan

angin

pada

tapak

yaitu

memiliki

kecepatan yang tidak terlalu tinggi, dikarenakan

54

banyaknya bangunan tinggi yang berada disekitaran


tapak.
2) Memanfaatkan angin sebagai penghawaan alami
dengan menerapkan bukaan bukaan yang tepat pada
bangunan.

Gambar III.11 Analisis Iklim


(Sumber: Olah data maret 2015)

9. Analisis vegetasi
Analisis vegetasi pada tapak akan memperhatikan
jenis jenis dan fungsinya sesuai yang dibutuhkan pada
tapak bangunan seperti:
1) Pereduksi kebisingan dan polusi udara dari luar tapak
2) Peneduh lingkungan
3) Pemberi aksen pada penataan ruang luar
4) Penegas arus sirkulasi
5) Pengarah dan pembatas

55

Dan

juga

bentuk-bentuk

tanaman

yang

direncanakanpada tapak yaitu:


1) Bentuk fase sebagai pelindung
2) Bentuk conical sebagai pengarah
3) Bentuk prostak sebagai pengarah dan pembatas
4) Bentuk fountain sebagai penghias
5) Bentuk

palm

sebagai

pelindung,

penghias

dan

pengarah
6) Bentuk perdu/rumput sebagai penutup tanah

56

Gambar III.12 Analisi vegetasi tapak


(Sumber: Olah data maret 2015)
Dari analisis vegetasi tapak di atas didapatkan data
data yang berupa kekurangan dan kelebihan seputar
analisis vegetasi pada tapak.
a. Kelebihan
Terdapat

pohon

pada

eksisting

yang

dapat

dipertahankan
b. Kekurangan
Luas tapak yang kurang menyebabkan lahan tanam
pohon pada tapak kurang.

10.

Kebutuhan ruang pengguna


Kebutuhan ruang di luar benda koleksi maka pada

perancangan

ini

mengacu

pada

aktifitas

pengunjung

maupun pengelola. Dari penjabaran tentang pelaku dan


aktifitas pengguna museum di atas maka program ruang

57

yang dibutuhkan dalam rancangan museum ini dapat


dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

Ruang Privat: ruang kepala, ruang tata usaha, dan


lavatories, ruang kontrol mesin, ruang bengkel mesin.

Ruang semi privat: ruang administrasi, ruang penitipan


barang, information.

Ruang publik: Ruang parkir, mushollah, ruang tunggu,


cafe, ruang rapat, dan ruang keamanan.

11.

Analisis standar kebutuhan ruang

a. Zona kelompok ruang


Adapun analisis pelaku kegiatan pada bangunan
gedung parkir vertikal ini adalah:
Tabel III.1 Zona kelompok ruang
Zona
Publik

Kelompok Parkir
Parkir

Ruang
Tempat masuk mobil, mesin
parkir mobil otomatis, tempat

Non parkir

Non

Parkir

Publik

keluar mobil
R.Pemeriksaan,

Ruang

administrasi,

ruang

lobby,

informasi, Toilet umum, retail


Ruang kontrol mesin, ruang
kontrol, Ruang kontrol akses
kendaraan,

Non Parkir

mesin
Cafe,

ruang

Dapur

Mekanikal,

R.

bengkel

Kering,

R.

Elektrikal,

Dapur, Gudang, Kantor Retail,


Kantor

Pengelola,

R.

Konferensi, dan R. Keamanan


Sumber: Olah data, mei 2015

58

b. Analisis pola kegiatan


1) Adapun

analisis

pelaku

kegiatan

gedung

parkir

vertikal adalah:
a) Pengelola
Pengguna gedung parkir
Kepala gedung parkir (1 orang)
General Manager (1 orang)
Manajer operasional (1 orang)
Kepala restoran (1 orang)
Manajer restoran (1 orang)
b) Pengelola: Staf Ahli
Staf kepala (2 orang)
Staf personalia (5orang)
Staf operasional (3 orang)
Staf restoran (2 orang)
Ahli restorasi(2 orang)
c) Karyawan
Informasi (2 orang)
Ruang kontrol mesin (10)
Ruang kontrol akses kendaraan (10)
MEE service (3 orang)
Pegawai restoran dan pelayan (15-20)
Cleaning service (5 orang)
Office boy (5 orang)

c. Analisis kebutuhan ruang


Tabel III.2 Analisis kebutuhan ruang
Pelaku
Pengguna

Kegiatan
Datang

Kebutuhan ruang
Tempat parker

gedung

Parkir

Ruang berorientasi

parkir

Perorientasi

Ruang isrtahat,

Istirahat

Cafee dan

Lavatory

Tempat parker

Kepala/pimpi

Datang

nan
59

Parker

Ruang berorientasi

Berorientasi

Ruang kepala

Rapat

Ruang rapat

Diskusi

Ruang diskusi

Menerima tamu

Ruang tamu

Istirahat

Ruang isrtahat

Cafee, dan

Lavatory
Tempat parkir

General

Datang

manager,

Parkir

Beroriantasi

Mengurus
administrasi

Rapat

Diskusi

Menerima

Staf ahli

Ruang orientasi
Ruang

staf

dan

administrasi,

Rg.

General

manager

tamu

Ruang manager
Ruang rapat

dan

Ruang diskusi

Istrahat

Ruang rapat tamu

Rg. Istrahat dan

Lavatory.

Datang

Tempat parker

Parker

Ruang orientasi

Berorintasi

Rg. Staf administrasi

Pekerjaan

Ruang rapat

administrasi

Rapat dan

Lavatory.

Istrahat
Datang

Tempat parkir

Mekanik dan

Rg. Istrahat dan

60

Engineering

Parker

Rg orientasi

Berorientasi

Rg.

Memeriksa

Mengontrol

Memperbaiki dan

Istrahat.

Chief

Engineering

Rg

kontrol

mesin

parkir

Rg

kontrol

akses

kendaraan

Rg staf teknik

Rg genset

Rg bengkel mesin

Rg mekanikal

Rg mesin elevator

Rg elektrikal

Rg AHU

Rg istrahat dan

Lavatory

Cleaning

Datang

Tempat parkir

service

Parker

ruang orientasi

Berorientasi

cafee dan

Berkebun dan

Lavatory.

istrahat
Datang
Parker
Berorientasi dan
Istrahat

Tempat parker
Ruang orientasi
Cafee dan
Lavatory.

Office boy

Sumber: Olah data, maret 2015

61

d. Besaran ruang
Tabel III.3 besaran ruang
Perhitungan

Kelompok Acu
Ruang
an

Nama

PENERIM

Ruang

Mobil

AAN

Parkir

buah

ruang

kapasitas

Luasan

Luas
(m2

)
Ruang
450 Mobil: 450
(2,5

mobil

5,3):5962,5
Mesin parkir
6 buah

m2

Sirkulasi
mesin

Mesin:

(2.5

5,5):82,5
50%

m2

per mobil
D.A

0,5x5962,5

mobil

mesin:

m2

2981,25

9026
,25

mobil: 225

Total

luas

9066,25 m2
D.A

Ruang

Motor

800 Motor : 800 (1 176

parkir

buah

x 2,25) : 110

motor

m2
Total

luas110

m2
Sirkulasi 60%

62

Lobby

50 orang

50 x 0,65 :
32.5 m2
Total

luas

32,5 m2

D.A

Sirkulasi

150

84,2
5

Ruang

2 orang

informasi

3,2

m2/org

D.A

Total luas : 6,4 7,7


m2
Sirkulasi 20%
Ruang

4 orang

3,2

keamana

m2/org

12,8 m2

D.A

Total

luas

15,4

12,8 m2
Sirkulasi 20%
AND

Lavatory

6 urinoir
11 WC

1,4 59.1

m2 : 8.4 m2
11 x 2,6

4 wastafel

m2 : 28.6

m2
4
x

3,0

m2 : 12 m2
Total
lavatory

luas
49

63

PENGELO

R.

LA

General
Manager

1 meja kerja
3 kursi tamu
1 lemari

O.D
D.A

m2
Sirkulasi 30%
1 x 2 m2 :

2 m2
3 x 0,96 :

2.88 m2
1 x 1 m2 :
1 m2

8.23
2

Total luas 5.88


m2
Sirkulasi 40%
R.

staf 4 orang

4 x 9,5 m2: 38
m2

adm
HPD

Total luas : 38

49.4

m2
Sirkulasi 30%
R.

set

meja

Manager

kerja
3 kursi tamu

1 lemari

D.A

1 x 2 m2: 2
m2
3 x

0,96

m2:

2.88

m2
1 x 1 m2: 1 8.23
m2

Total luas 5.88


m2
Sirkulasi 40%
D.A

Ruang
Rapat

15 orang

15 x 1,6 m2: 33.6


24 m2
Total luas 24

64

m2
Sirkulasi 40%
Cafee

100 orang

100 x 1,6 m2:


160 m2

T.S.S

Total

luas

: 192

160 m2
Sirkulasi 20%

Lavatory

PENUNJA

6 urinoir
11 WC

NG

m2 : 8.4 m2
11 x 2,6

4 wastafel

1,4

m2 : 28.6

AND

m2
4
x

3,0

m2 : 12 m2
Total
lavatory

59.1

luas
49

m2
Sirkulasi 30%
Ruang
SERVISE,
MEKANIK
AL

DAN

ENGINEE
RING

O.D

20 m2

Engineeri
ng
Ruang
AHU

Sirkulasi 30%
20 unit AHU

24

20 (0,6 x 2): 48
40 m2
Total luas 40
m2
Sirkulasi 20%
65

Ruang

10 orang

Komputer

45

Pengawa

monitor

0,4) : 3,6

pengawas

(CCTV)

10 meja

unit

10 kursi

D.A

45 x (0,2 x

10 x 4 m :
40

4 x (0,6 x
0,8) : 4,8

62,9
2

m
Total luas 48,4
Sirkulasi 30%
Ruang

30 orang

kontrol

15 ruang

15

(5.5

mesin

3.5) : 288.75

parkir

m2
375.

O.D
Total

luas

373

288.75 m2
Sirkulasi 30%
D.A

Ruang

3 rak

Peralatan

1 lemari

Keamana
n

3 (1 x 2) : 9,6
6 m

1 x 2 m : 2
m2

Total

luas

m2
Sirkulasi 20%

66

Ruang
O.D

15 m2

5 orang

genset

19,5

Sirkulasi 30%
Ruang

30 orang

Cleaning

Gudang

Service & peralatan


OB

9 m

30 (0,4 x

30 Loker

0,4) : 4,8
m

Kursi

panjang

3 (1,55

0,8) : 3,72 10,2


24

m
Total

luas:

8,52 m2
Sirkulasi 20%

D.A

Lavatory

20 orang
5 toilet

20,1

(1,5

x 89

1,9) : 14,25
m
4 urinal

4 (0,5x 0,4)
: 0,8 m

2 wastafel

(0,4

0,6) : 0,48
m
Total

luas

15,53 m2

67

Sirkulasi 30%
Total

luas

lavatory

KELOMPOK

PENERIMAA

9026

,259

PENGELOLA 9,46
4

PENUNJANG

SERVISE,
MEKANIKAL

521,
1

DAN

BESARAN

ENGINEERI

RUANG

NG

TOTAL

569,
806

TOTAL LUAS
BANGUNAN

102
16,6
2

Sumber: Olah data, mei 2015

Keterangan :

D.A

: DATA ARSITEKTUR

AND

: ARSITEK NEUFERT DATA

68

HPD

: HOTEL PLANNING DESIGN

T.S.S

: TIMER

SAVER

STANDARS

FOR

BUILDING

TYPES

O.D

: OLAH DATA

69

BAB IV
PENDEKATAN PERANCANGAN
A. Tapak
Sebelum mengolah site, ada beberapa poin yang akan
dibahas pada konsep tapak ini yaitu penentuan tapak, zoning,
tata massa bangunan, sirkulasi ruang luar bangunan, view

Gambar IV.1 Tapak perancangan


(Sumber: Olah data lapangan, maret 2015)

Gambar IV.2 Tapak lokasi perancangan


(Sumber: Olah data lapangan, maret 2015)
1. Pengolahan tapak
a. Lingkungan
70

Site
dengan

pada

tapak

sedapat

mempertimbangkan

mungkin

keadaan

diolah

lingkungan

disekitar site agar perancangan sesuai.


b. Ukuran, luas, garis sempadan
Site berada pada Jl.Ahmad Yani, oleh karena itu
dalam

menentukan

garis

sempadan

perlu

mempertimbangkan peraturan yang ada.


c. Topografi
Topografi pada site relatif datar sehingga tidak perlu
lagi dilakukan cut and fill.

Gambar IV.3 Rencana tapak dan bangunan eksisting sekitar


tapak
(Sumber olah data, mei 2015)

2. Sirkulasi
Pola sirkulasi dalam tapak dipertimbangkan terhadap
kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi itu
sendiri baik dari luar tapak maupun dari dalam keluar
tapak, dimana terbagi atas :

71

a. Jalur pejalan kaki


1) Pengguna

utama

gedung

parkir

ini

adalah

pegawai kantor balai kota makassar, sehingga


dibuat khusus jalur pejalan kaki dari kantor balai
kota Makassar ke gedung parkir vertikal maupun
sebaliknya
2) Lokasi tapak yang tidak terlalu luas menjadi salah
satu kendala dalam merancang sirkulasi pada
bangunan, sehingga salah satu solusinya adalah
membuat jalur sirkulasi bawah tanah, sehingga
luas tapak tidak dikurang oleh jalur sirkulasi tapak
3) Menyediakan

jalur

khusus pejalan kaki

pada

pengguna bangunan lain (pedestrian).


b. Jalur sirkulasi kendaraan
1) Membuat jalur khusus kendaraan dari gedung
parkir

ke

kantor

balai

kota

Makassar

yang

merupakan pengguna utama bangunan.


2) Diusahakan jalur sirkulasinya searah agar sirkulasi
kendaraan pada tapak baik masuk kedalam tapak
maupun

keluar

tapak,

agar

tidak

terjadinya

potensi kemacetan pada tapak.


3) Luas tapak yang kurang juga menjadi salah satu
kendala utama pada perancangan sirkulasi ini,
karena perancangan sirkulasi kendaraan dapat
mengambil lahan yang cukup luas, sehingga
dapat mengurangi lahan dari gedung tersebut,
jadi solusi dari sirkulasi kendaraan ini adalah
membuat jalur sirkulasi kendaraan bawah tanah
dari kantor balai kota Makassar ke gedung parkir.

72

Gambar IV.4 Sirkulasi


(Sumber: Olah data, mei 2015)

Gambar IV.5 Sketsa potongan AA


(Sumber: Olah data, mei 2015)

73

Gambar IV.6 Potongan BB


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
3. View
Pemandangan dari dan ke site yang utama
diarahkan ke jalan utama, demikian pula pemandangan
dari luar ke dalam site, diutamakan pandangan ke arah
bangunan untuk menarik pengunjung.
Adapun
beberapa
pertimbangan

dalam

menentukan view dari dan ke aerah tapak


a. Tapak yang berada pada kawasan yang padat yang
pada sisi timur, selatan, barat dipadati dengan
bangunan

bangunan

tinggi,

sehingga

dapat

mempengaruhi rancangan view bangunan


b. View dari dan ke tapak bangunan diproritaskan di sisi
utara tapak yang terdapat Jl. Ahmad Yani sehingga
view pada sisi utara tapak dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin.

74

c. View dari luar tapak dapat dimaksimalkan dengan


mengekspos

interior

bangunan

penggunaan material kaca pada

dengan

cara

fasade bangunan

agar interior bangunan dapat dilihat dari luar tapak


bangunan.

Gambar IV.7 Potensi view


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
4. Kebisingan
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam
perancangan terhadapa kebisingan pada tapak adalah:

75

a. Arah datangnya kebisingan yang tinggi dari Jl.


Ahmad Yani disebabkan oleh tingginya

volume

kendaraan yang beraktifitas di area tersebut yang


juga

sebagai

daerah

pusat

perkantoran

kota

makassar
b. Jenis

kegiatan

kebisingan

yang

tertentu

membutuhkan

dipisahkan

menurut

tingkat
tingkat

kebisingan, polusi dan kegiatan. Untuk ruang-ruang


yang

membutuhkan

ketenangan

dijauhkan

dari

sumber bising
c. Penggunaan material material pada bangunan yang
dapat mengurangi kebisingan dari Jl. Ahmad Yani
d. Penggunaan jenis vegetasi yang dapat mengurangi
kebisingan pada tapak

Gambar IV.8 Potensi kebisingan area tapak


(Sumber: Olah desain, maret 2015)

76

5. Orientasi bangunan
Orientasi

bangunan

pada

site

ini

harus

mempertimbangkan :
a. Dari segi view, bangunan hanya memiliki view disisi
utara tapak, karena lokasi perancangan yang berada
pada pusat kota yang padat bangunan, sehingga sisi
timur, selatan, dan barat hanya terdapat bangunan
yang menghalangi view, sehingga pada sisi tersebut
tidak

memiliki

view

potensial

yang

dapt

dikembangkan.
b. Persyaratan tata letak bangunan
c. Kegiatan yang berlangsung pada site
d. Orientasi bangunan dipengaruh sinar matahari dan
angin pada tapak, sehingga orientasi bangunan
dirancang menghadap ke utara, yaitu menghadap ke
Jl. Ahmad Yani, demi menghindari lamanya sinar
matahari yang masuk kedalam bangunan.
e. Kondisi

site

yang

berada

diantara

bangunan

bangunan perkantoran disekitar Jl. Ahmad Yani dan


tapak

yang

bangunan

berada

membuat

pada
orientasi

lokasi

yang

padat

bangunan

hanya

dapat mengarah ke jalan utama saja.

77

Gambar IV.9 Orientasi Bangunan


(Sumber: Olah desain, mei 2015)

6. Vegetasi
dalam perencangan vegetasi pada site, beberapa
hal yang jadi pertimbangan yaitu:
a. Tapak yang tidak terlalu luas menjadi pertimbangan
yang

utama,

agar

penempatan

dan

pemilihan

vegetasi tepat dan sesuai kebutuhan


b. Tapak yang berada pada daerah padat bangunan
menyebabkan hanya sisi utara saja yang langsung
berhadapan dengan jalan raya, dan pada sisi timur,
selatan

dan

bangunan,

barat

sehingga

hanya

terdapat

penanaman

bangunan

vegetasi

yang

berfungsi sebagai penyerap kebisingan dan penyerap


polusi hanya ditempatkan disisi utara tapak
c. Sirkulasi kendaraan yang menuju ke tapak melewati
jalur bawah tanah dan hanya sirkulasi pejalan kaki
yang

langsung

masuk

kedalam

bangunan

menyebabkan penggunaan vegetasi yang bersifat

78

pengarah tidak terlalu dibutuhkan, hanya beberapa


sebagai pengaran untuk pejalan kaki saja
d. Padatnya bangunan di sekitar tapak menyebabkan
pergerakan angin tidak terlalu kencang, sehingga
vegetasi yang bersifat sebagai pemecah angin tidak
terlalu dibutuhkan

Gambar IV.10 Rencana vegetasi pada tapak


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
B. Zoning
Konsep penzoningan pada gedung parkir vertikal ini
memiliki kreterian yaitu:
a. Zona publik berada pada bagian terluar agar mudah dan
langsung bisa diakses
b. Batas zona publik pada bangunan ini pengguna kendaraan
roda 4 hanya sampai pada bagian lift parkir mobil dan
pengguna kendaraan roda dua hanya sampai ketempat
parkiran motor
79

c. Zona publik lainnya berada pada top floof bangunan yang


berfungsi sebagai cafee
d. Zona semi privat berada setelah zona publik.
e. Zona privat berada pada bagian paling belakan, yang
hanya dapat diakses oleh orang tertentu

Gambar IV.11 Zoning pada tapak


(Sumber Olah desain, mei 2015)

80

C. Bentuk bangunan
1. Pertimbangan terhadap bentuk bangunan
Bentuk dasar bangunan dipertimbangkan terhadap :
a. Bentuk tapak
Tapak bangunan ini berbentuk persegi dengan
ukuran

2000

m2 dann

berada

ditengah

tengah

bangunan yang padat


b. Keselarasan bentuk terhadap lingkungan dan iklim
Dari segi lingkungan tapak terhadap iklim, arah
tapak menghadap ke utara, sehingga arah depan tapak
berada disisi utara, sehingga arah pergerakan matahari
berada disisi kanan dan kiri tapak, begitu juga arah
pergerakan angin dari sisi kanan dan kiri tapak.
c. Penerapan fungsi ke dalam bangunan secara efektif
Fungsi utama bangunan yaitu sebagai gedung
parkir vertikal yang menggunakan mesin parkir mobil
otomatis, sehingga ada beberapa denah bangunan
yang tipikal sampai ke lantai paling atas, menyebabkan
bentuk dari bangunan ini tidak terlalu berlebihan.
d. Memanfaatkan pencahayaan dan pennghawaan alami
Dari

segi

pencahayaan

dan

penghawaan,

bentuk

bangunan ini harus mengindari penyinaran matahari


langsung

45o,

dan

juga

menyesuakan

dengan

datangnya arah angin untuk penghawaan alami pada


bangunan.
e. Menyesuaikan dengan pendekatan
Adapun pendekatan pada bangunan ini adalah
bangunan pintar, sehingga sebisa mungkin bentuk

81

bangunan

mengandung

tema

terhadap

bangunan

pintar.
f. Mempunyai nilai estetika
Memberikan nilai estetikan pada bentuk bangunan.

2. Bentuk denah

82

Gambar 1V.12 Sketsa bentuk denah


(Sumber Olah desain, mei 2015)

3. Bentuk bangunan
a. Alternatif 1

83

Gambar IV.13 Sketsa bentuk


(Sumber Olah desain, mei 2015)

b. Alternatif 2

84

Gambar IV.14 Sketsa bentuk


(Sumber Olah desain, mei 2015)
D. Sistem bangunan pintar pada bangunan
Adapun sistem bangunan pintar yang diterapkan pada
gedung parkir vertikal ini yaitu:
c. Mesin parkir mobil otomatis
Sesuai dengan fungsi utama bangunan yaitu parkiran
telah menerapkan sistem parkir mobil otomatis yang
menggunakan lift, yang dapat memudahkan penggunanya.
Lift ini berfungsi untuk memarkirkan kendaraan ketempat

85

yang telah disediakan, dengan bantuan komputer, mesin


ini bekerja secara otomatis.

Gambar IV.15 Sistem parkir mobil otomatis


(Sumber Olah desain, mei 2015)
d. Pada fasad bangunan
Sistem bangunan
bangunan

ini

berada

pintar
pada

yang

fasad

diterapkan

pada

bagunannya

yaitu

mengaplikasikan sistem bangunan pintar, dimana fasad


bangunan ini menggunakan double facade, fasad terluar
bangunan berfungsi sebagai shading bangunan yang
bekerja secara otomatis menyesuakan dengan iklim atau
cuaca sekitarnya, jika sinar matahari pada yang masuk ke
bangunan berlebihan maka fasad bagian terluarnya akan
terbuka dan akan menghalangi sinar matahari langsung
masuk kedalam bangunan.
Jika sinar matahari yang masuk ke dalam banguan
tidak terlalu banyak ada atau tidak ada, maka fasad bagian

86

terluarnya akan tertutup dan membuat fasad bagian dalam


langsung kelihatan.

Gambar IV.16 Sistem fasad bangunan


(Sumber Olah desain, mei 2015)

E. Tata massa
Gedung parkir vertikal ini hanya terdiri dari satu massa
bangunan utama. Namun bangunan utama ini memliki
87

ketinggian yang berbeda, massa bangunan bagian A terdiri


dari dua lantai dan menampung fungsi publik seperti Lobby.
Sedangkan massa bangunan bagian B terdiri dari 15 lantai
dan berfungsi sebagai tempat parkir.
Perbedaan

ketinggian

ini

dimaksudkan

untuk

menciptakan podium bagi massa bangunan bagian B yang


terdiri dari tujuh lantai, juga agar area-area yang lebih privat
dapat langsung terpisahkan dari area-area publik. Pemisahan
area ini sebagian besar dilakukan secara vertikal yaitu dengan
menciptakan lantai-lantai khusus publik. (Olah data maret
2015)

Gambar IV.17 Tata massa bangunan


(Sumber: Olah desain, mei 2015)

F. Utilitas Bangunan
4. Jaringan air bersih dan air kotor
a. Jaringan air bersih
Pengadaan air bersih gedung parkir ini bersumber
dari PAM dan sumur bor sebagai cadangan. Air yang

88

ditampung direservoir bawah langsung disuplay dengan


pompa otomatis ke lantai paling atas dan ditampung di
reservoir atas. Selanjutnya air dialirkan secara down
feed

riser

dengan

menggunakan

pompa

untuk

didistribusikan ke tiap unit lantai.

Gambar IV.18 Sistem distribusi air bersih


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
b. Jaringan air kotor
Air kotor yang berasal dari air hujan maupun dari
lavatory

(disposal

cair)

dialirkan

melalui

pipa

pembuangan (plumbing shaft) langsung dialirkan ke riol


kota. Sedangkan pembuangan kotoran/disposal padat
yang

berasal

pembuangan

dari

lavatory

langsung

dialirkan

menuju

ke

melalui
bak

pipa

kontrol,

septictank kemudian di bak peresapan.

89

Gambar IV.19 Sistem distribusi air kotor


(Sumber: Olah desain, mei 2015)

5. Sistem pencahayaan
Dari sistem penghawaan ada beberapa sumber cahaya
yang dapat dimanfaatkan atau digunakan yaitu:
a. Cahaya alami
Pencahayaan alami yang digunakan secara optimal
untuk

mengurangi

energi

yang

digunakan

pada

bangunan, menghidupkan suasana bangunan serta


karakternya melalui bukaan-bukaan yang lebar serta
bangunan yang terbuka. Untuk pencahayaan siang hari,
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

90

1) Menghindari penyinaran matahari langsung 45o agar


cahaya alami yang masuk pada bangunan tidak
berlrbihan.
2) Pengurangan bukaan pada sisi timur dan barat agar
panas yang ditimbulkan oleh sinar matahari tidak
banyak yang masuk kedalam bangunan

Gambar IV.20 Pendekatan sistem pencahayaan alami


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
b. Cahaya buatan
Menggunakan lampu penerangan yang bersifat
dimlight (tidak menyilaukan) dengan syarat, posisi
cahaya dari samping dan merata. Untuk mendapatkan
gambaran mengenai standar dan besaran penerangan
(pencahayaan buatan) pada ruang-ruang.

91

Gambar IV.21 Pendekata sistem pencahayaan buatan


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
6. Sistem penghawaan
Sistem penghawaan pada bangunan ini diprioritaskan
pada penghawaan

alami. Tetapi pada penghawaan alam

ini

sehingga

tidak

konstan

perlu

mempertimbangkan

faktor-faktor alamiah seperti , Radiasi matahari, arah angin,


topografi (bangunan sekitar).
Penyinaran langsung dapat mengakibatkan penetrasi
suhu lebih cepat sehingga perlu direduksi atau dikurangi
dengan

pengolahan

pembayang

seperti

penggunaan

facade yang berfungsi sebagai shading pada bangunan.


Tujuan utama dari sistem penghawaan alami ini
adalah untuk mendapatkan udara bersih dalam ruang,
dengan sirkulasi yang baik akan memberikan rasa nyaman,
sejuk dan kenikmatan di dalam bangunan. Adapun sistem
penghawaan dalam bangunan terdiri dari:
a. Penghawaan alami
92

Mengkondisikan

udara

pada

bangunan

atau

mengatur sirkulasi udara dengan semaksimal mungkin,


agar

bangunan

diinginkan.

mendapat

Pada

suasana

penghawaan

alami,

ruang

yang

udara

diatur

melalui ventilasi dan penangkap udara. Pemanfaatan


unsur shading, skaycourt dan roof garden/top garden
perlu ditingkatkan, bukan hanya untuk mereduksi panas
yang

ada,

akan

tetapi

bagaimana

kita

memanfaatkannya.

Gambar IV.22 Sistem penghawaan alami


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
b. Penghawaan buatan
Penghawaan buatan hanya dilakukan pada tempattempat tertentu yang membutuhkan pengkondisian
udara yang maksimal dan kegiatan yang permanen

93

seperti : ruang kontrol, ruang pengelola dan ruang lain


yang dianggap perlu.
Pemilihan
kebutuhan

AC

suatu

disesuaikan
ruang.

dengan

Ruang-ruang

yang

tingkat
besar

menggunakan AC sentral, sedangkan pada fasilitas lain


yang unit bangunannya berdiri sendiri menggunakan
AC sendiri.
Spesifikasi sistem penghawaan buatan antara lain :
1) Mengontrol temperatur ruang agar tidak terlalu
panas atau terlalu dingin.
2) Mengatur kelembaban udara dalam ruang.
3) Mengatur sirkulasi udara dalam ruang.
4) Membersihkan udara dalam ruang.

Gambar IV.23 Sistem pengawasan video


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
7. Sistem pengawasan video
Pada bangunan ini

dilengkapi

dengan

sistem

keamanan closecircuittelevision (CCTV) yang terdiri dari

94

monitor, kamera dan instalasinya. Sistem ini digunakan


disetiap ruangan terutama pada tempat parkir kendaraan
agar dapat dikontrol dengan mudah di ruang kontrol yang
juga disediakan pada bangunan.

Gambar IV.24 Sistem pengawasan video


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
8. Sistem alarm kebakaran dan peringatan massal
Menurut

(Haerul

2003:132)

Pada

sistem

alarm

kebakaran dan peringatan massal ini, beberapa hal dan


kreteria yang harus di perhatikan yaitu:
a. Penggunaan bahan dan material pada bangunan ini
yang tahan akan panas dan api yang bisa bertahan
sampai suhu tertentu
b. Harus memiliki jalur evakuasi yang baik dan dapat
diakses dengan mudah dari berbagai ruangan
c. Penyediaan alat pencegahan / pengamanan terhadap
bahaya kebakaran

95

Sebagai

tindakan

pengamanan,

gedung

parkir

vertikal ini haruslah memiliki:


a. Fire

cabinet

yang

ditempatkan

pada

sudut-sudut

bangunan yang mudah terlihat dan dapat menjangkau


semua bangunan
b. Sistem
dengan

sprinkler

dan

detektor

alarm,

apabila

terjadi

yang

dihubungkan

kebakaran

secara

otomatis sprinkler head yang dipasang pada plafon


langsung mengisolir jaringan penyebab api dengan cara
mengeluarkan air atau serbuk.
c. Fire hydrant system, yaitu alat pemadam kebakaran
berupa gulungan selang (house rill) yang ditempatkan
di luar bangunan
d. Kebakaran eksternal diatasi dengan mobil pemadam
kebakaran.
e. Tabung CO2 yang ditempatkan pada unit ruang.
Untuk

penyelamatan

bahaya

kebakaran

pada

bangunan memakai :
a. Tangga darurat dengan pencapaian yang mudah dan
aman.
b. Smoke shaft untuk menghisap asap ke luar bangunan.
c. Warning

system

untuk

mempermudah

pengunjung

memahami peringatan.
d. Exit sign (tanda keluar), menunjukkan arah keluar
dengan arah cahaya yang tembus asap.

96

Gambar IV.25 Sistem alarm kebakaran dan peringatan massal


(Sumber: Olah desain, mei 2015)
9. Sistem penangkal petir
Bangunan dapat saja terbakar atau meledak jika
sewaktu-waktu terjadi sambaran petir pada gedung pakir
vertikal ini, untuk itu diusahakan agar memusatkan daerahdaerah sambaran petir tersebut ke titik yang aman dan
meredam kekuatannya ke dalam tanah. Sistem yang
dipakai adalah sistem Sangkar Faraday yang merupakan
perkembangan

dari

sistem

Tongkat

Franklin.

Sistem

tersebut mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :

Konduktor horisontal dipasang mengelilingi bidang tepi


atap.

Jarak maksimal dari tepi yaitu 9 meter.

Tinggi antena antara 25 30 cm.

Jarak maksimum antara dua konduktor paralel yaitu 18


meter.

97

Jarak masing-masing final antena maksimum 7,5 meter.

Sudut perlindungan untuk bangunan biasa 45o dan


untuk bangunan yang mudah terbakar / meledak 30o.
Tiang-tiang atau antenanya dihubungkan satu sama

lain dengan kawat tembaga, dimana tidak menimbulkan


dampak

terhadap

bangunan

disekitarnya

dan

pemasangannya dilakukan pada titik tertinggi bangunan.

Gambar IV.26 Sistem penangkal petir


(Sumber: Olah desain, mei 2015)

98

Daftar Pustaka

Achmad Ardiansyah, Nurlela, 2003, Analisa Kapasitas


Jalan dan Kebutuhan Parkir di Pasar Ungaran, Tugas Akhir Teknik
Sipil Universitas Diponegoro, Semarang.
mailer_diablo. 2006, A multi-storey car park in a Housing
and Development Board (HDB) estate in Singapore.
Nur Inayati S, dkk, 2011, Jurusan Fisika-FMIPA, Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya
Achmad Muh. Aditya, 2014, Bangunan Pintar, Teknik
Arsitektur Uin Alauddin Makassar
Sahala

Hutabarat

dan

Stewart

M.

Evans,

Pengantar

Oseanograf
Yanti R. 2012, Juru Parkir Di Kota Makassar (Suatu Studi
Antropologi Perkotaan) Universitas Hasanuddin Makassar
Kusyanto Mohhamad, Studi Ruang Parkir Universitas Sultan
Fatah

(Unisfat)

Demak,

Teknik

Arsitektur

Fakultas

Teknik

Universitas Sultan Fatah (UNISFAT)


Haerul, 2003, hotel
pendekatan

arsitektur

bisnis

bioklimatik)

di

Makassar (dengan

Universitas

Hasanuddin

Makassar
Neufert,Ernest: 2002:120. Data ArsitekJilid 2. Jakarta: Erlangga.
Neufert,Ernest; 1997. Data ArsitekJilid 1. Jakarta: Erlangga.
BanyChaerwansyah, dkk
Neufert,Ernest. Architect's Data. Second. Dialih bahasakan
oleh Sjamsu Amril. Jakarta: Erlangga, 1991.

Website
http://regional.kompas.com/read/2012/11/25/11121680/Makas
sar.Kian.Macet.Kendaraan.Capai.2.4.Juta

99

http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=232102
http://Makassar.tribunnews.com/2014/02/01/jumlah-

kendaraan-di-Makassar-naik-2-5-persen-setiap-tahunnya
http://users6.nofeehost.com/alquranonline/Alquran_Tafsir.asp?

pageno=6&SuratKe=9#Top
http://www.tempo.co/read/news/2011/05/31/057337795/Gedu

ng-Parkir-Ini-Tercanggih-di-Jakarta
https://www.academia.edu/8548524/Sistem_Bangunan_Pintar
http://bangunanpintar.blogspot.com/2013/11/st-diamond-

building-malaysia.html
http://architizer.com/blog/7-intelligent-buildings-that-prove-

digitally-driven-design-works/
http://prosperity-2-all.com/add-enhanced-security-to-your-

business/
http://www.makassarkota.go.id/110-

geografiskotamakassar.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Lambang_Kota_Makassar.jp
eg

100

You might also like