You are on page 1of 40

I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara mega biodiversity dunia yang memiliki
keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brasil dengan keunikan, keaslian,
dan keindahan alamnya (Indrawan et al., 2007). Keanekaragaman flora, fauna,
dan ekosistemnya merupakan potensi yang dapat dijadikan sebagai salah satu
dasar pembangunan berkelanjutan dengan cara memanfaatkan jasa lingkungan
menjadi usaha di bidang pertanian dan dikembangkan menjadi objek ekowisata.
Pemanfaatan potensi alam untuk ekowisata sejalan dengan pergeseran
minat wisatawan dari old tourism menjadi new tourism yaitu mengelola dan
mencari daerah tujuan wisata yang spesifik, alami, dan memiliki keanekaragaman
hayati.
Melihat potensi pariwisata sebagai media untuk mendukung konservasi
lingkungan maka konsep-konsep pariwisata terus dikembangkan sehingga timbul
inovasi-inovasi baru dalam kepariwisataan. Salah satu inovasi konsep pariwisata
yang sedang marak adalah ekowisata dengan berbagai teknik pengelolaan.
Pengelolaan ekowisata memiliki tujuan utama yaitu terlaksanannya pembangunan
yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Sabila Farm merupakan perusahaan yang bergerak di bidang budidaya
tanaman buah-buahan berkhasiat. Sabila Farm memiliki prinsip untuk
membudidayakan tanaman buah-buahan pada lahan-lahan marjinal dengan tujuan
melakukan konservasi lingkungan dan menekan terjadinya alih guna lahan.
Perusahaan yang memiliki luas lahan 11 hektar ini telah mengembangkan usaha
budidaya tanaman buah-buahan sejak tahun 2005 dan kini telah berkembang
menjadi objek ekowisata.
Di dalam ekowisata, implikasi dari pelayanan jasa yang ditawarkan adalah
sebuah pengalaman. Pengalaman wisata itu sendiri merupakan faktor psikologis
wisatawan yang kemudian akan berpengaruh pada kepuasan atau ketidakpuasaan
dari pengalaman wisata yang didapat. Tingkat pelayanan ekowisata berkaitan erat
dengan strategi pemasaran yang dimiliki suatu perusahaan. Persaingan yang
semakin ketat diantara perusahaan-perusahaan di bidang sejenis juga menuntut
perusahaan untuk mengelola strategi pemasarannya secara lebih efektif.
Pengelolaan strategi pemasaran secara lebih efektif perlu dilakukan agar
perusahaan dapat memenuhi kebutuhan dan menjaga loyalitas konsumen,

sehingga perusahaan dapat mencapai laba yang optimal melalui kegiatan


pelayanan wisata dan penjualan produknya. Melihat pentingnya strategi
pemasaran pada pelayanan jasa wisata maka penting bagi penulis untuk
melakukan magang kerja di Sabila Farm dengan harapan dapat memberi
kontribusi positif untuk berjalannya roda perusahaan.
1.2. Tujuan Magang Kerja
Magang kerja ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1. Mengetahui dan meningkatkan keahlian dalam pengelolaan ekowisata di
Sabila Farm.
2. Memahami dan meningkatkan keahlian dalam pengelolaan strategi pemasaran
ekowisata di Sabila Farm.
1.3. Sasaran Kompetensi yang Ditargetkan
Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan magang kerja ini, antara lain:
1. Mahasiswa memperoleh pembelajaran untuk berpikir analitis dalam
mengidentifikasi masalah dan mencari solusi berbasis ilmiah dalam bidang
pertanian.
2. Mahasiswa memperoleh perbandingan dan pemahaman teori yang didapat
dalam perkuliahan serta pelatihan aplikasi lapangan dengan menyesuaikan
kondisi di Sabila Farm.
3. Mahasiswa memperoleh pengalaman kerja mandiri yang berguna sebagai
bekal untuk menjalani dunia kerja di masa depan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Tinjauan tentang Pariwisata
Spillane (2003), mendefinisikan pariwisata sebagai perjalanan dari satu
tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun
kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan hidup dalam dimensi sosial,
budaya, alam dan seni. Mengacu pada definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa

pariwisata merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan objek dan daya
tarik wisata.
Indikator pariwisata diantaranya adalah pasar wisata, kelembagaan
pariwisata, dan masyarakat sebagai wisatawan. Di dalam buku perencanaan
ekowisata karangan Janianton Damanik dan Weber (2006), disebutkan bahwa
kelembagaan diartikan baik sebagai kebijakan maupun kegiatan-kegiatan yang
mendukung perkembangan pariwisata. Kebijakan mencakup politik pariwisata
yang digagas oleh pemerintah, seperti kebijakan pemasaran, jaminan keamanan,
dukungan terhadap acara-acara budaya, standarisasi produk dan jasa wisata,
sumber daya manusia pada destinasi wisata, dan masyarakat juga menjadi bagian
dari kelembagaan pariwisata.
Pada sisi penawaran wisata terdapat banyak ragam produk dan jasa wisata
yang ditawarkan yaitu semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi
oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata (Freyer, 1993 dalam Damanik
dan Weber, 2006). Damanik dan Weber (2006), menjelaskan bahwa elemen
penawaran wisata sering disebut triple As yang terdiri dari atraksi, aksesibilitas,
dan amenitas. Secara singkat atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata yang
bersifat tangible maupun intangible yang memberikan kenikmatan kepada
wisatawan.
Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi
alam meliputi pemandangan alam, seperti Kepulauan Seribu yang menawarkan
laut dengan udara yang sejuk dan bersih. Atraksi budaya meliputi peninggalan
sejarah seperti Candi Prambanan, adat istiadat masyarakat seperti Pasar Terapung
di Kalimantan. Adapun atribut buatan dapat dimisalkan seperti Jawa Timur Park.
Unsur lain yang melekat dalam atraksi ini adalah hospitality, yakni jasa
akomodasi atau penginapan restoran , biro perjalanan, dan sebagainya.
Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang
menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata mulai
dari darat, laut, dan udara. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas
tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan
(Inskeep, 1991).

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak secara langsung


terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan,
seperti: penukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan
penjual buku panduan wisata, dan lainnya.
Semakin lengkap dan terintegrasinya ketiga unsur tersebut didalam produk
wisata maka semakin kuat posisi penawaran dalam sistem kepariwisataan. Untuk
memperkuat posisi tersebut maka kualitas produk yang ditawarkan kepada
wisatawan mutlak harus diperhatikan karena pihak yang menilai mutu produk
wisata itu adalah wisatawan itu sendiri, sebab merekalah user atau konsumennya
(Robby, 2001).
Pasar wisata sangat dinamis dan mempunyai karakter yang mudah
berubah. Perbedaan dan perubahan kebutuhan wisatawan di daerah tujuan wisata
bukan lagi infrastruktur yang serba modern dan atraksi yang bersifat buatan, tetapi
menikmati kebudayaan lokal dan menjalin kontak yang lebih dekat dengan
masyarakat setempat. Di dalam pasar wisata banyak pelaku yang terlibat,
meskipun peran mereka berbeda-beda tetapi mutlak harus diperhitungkan dalam
perencanaan pariwisata (Prebensen, 2007).
Kotler dan Armstrong (2008), mendefinisikan perilaku berkunjung
wisatawan mengacu pada perilaku pembelian konsumen akhir perorangan dan
rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Faktor yang
menjadi sangat penting didalam sektor pariwisata adalah wisatawan, karena
wisatawan merupakan konsumen atau pengguna produk dan layanan yang
menginginkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan mereka dan
berdampak langsung pada kebutuhan wisata. Wisatawan memiliki beragam motif,
minat, ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya, dengan
motif dan latar belakang yang berbeda-beda itu mereka menjadi pihak yang
menciptakan permintaan produk dan jasa wisata (Heher, 2003 dalam Damanik dan
Weber, 2006).
2.1.1. Ekowisata
Menurut Damanik dan Weber (2006), ekowisata merupakan salah satu
bentuk kegiatan wisata khusus. Bentuknya yang khusus itu menjadikan ekowisata
sering diposisikan sebagai lawan dari wisata massal. Sebenarnya yang lebih

membedakannya dari wisata massal adalah karakteristik produk dan pasar.


Perbedaan ini tentu berimplikasi pada kebutuhan perencanaan dan pengelolaan
yang tipikal. Ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar
terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata.
Pada perkembangan ekowisata dibutuhkan partisipasi masyarakat yang
ikut turut serta dalam pengembangan dan pengelolaan destinasi ekowisata.
Ecotourist adalah individu yang melakukan perjalanan ke kawasan alam yang
relatif tidak terganggu atau tidak tercemar dengan tujuan khusus belajar,
mengagumi, dan menikmati pemandangan, tanaman liar, hewan, serta setiap
manifestasi budaya yang ada (Ceballos-Lascurain, 1996).
Menurut Damanik dan Weber (2006), ekowisata merupakan suatu bentuk
wisata

yang

mengadopsi

prinsip-prinsip

pariwisata

berkelanjutan

yang

membedakannya dengan bentuk wisata lain. Ekowisata memiliki karakteristik


sebagai berikut:
1. Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya.
2. Melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan
pengelolaan

wisata

serta

memberikan

sumbangan

positif

terhadap

kesejahteraan mereka.
3. Dilakukan dalam bentuk wisata independen atau diorganisasi dalam bentuk
kelompok kecil.
Dengan kata lain, ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis
lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya
lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan bagi masyarakat
sekitar serta membantu kegiatan konservasi alam.
Merujuk pada Wood dalam Hendarto (2008), sebuah destinasi wisata dapat
dikategorikan sebagai ekowisata bila melibatkan komponen-komponen, antara
lain:
1. Memberi sumbangan pada konservasi biodiversitas.
2. Menopang kesejahteraan masyarakat lokal.
3. Menginterpretasikan pengalaman-pengalaman yang

diperoleh

dalam

kehidupan keseharian wisatawan.


4. Melibatkan tanggung jawab wisatawan dan industri pariwisata.
Drumm (2002), menyatakan bahwa ada enam keuntungan dalam
implementasi kegiatan ekowisata, yaitu:

1. Memberikan nilai ekonomi di lingkungan sekitar yang dijadikan sebagai


obyek wisata.
2. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk pelestarian lingkungan.
3. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak langsung bagi para
stakeholders.
4. Membangun konstituensi untuk konservasi secara lokal, nasional dan
internasional.
5. Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
6. Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati yang ada di obyek
wisata tersebut.
Ekowisata berkembang dengan pesat karena banyak digemari oleh
wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami yang dapat menciptakan
kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai bentuk baru dari
perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat
menciptakan industri pariwisata (Eplerwood, 1999 dalam Chafid Fandeli, 2002).
2.2. Pemasaran

PRODUK

PEMASARAN

PASAR

Gambar 1. Hakikat Pemasaran


(Sumber: Gitosudarmo, 2012)
Menurut Stanton (2001), pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari
kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan, dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan
kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Sedangkan
Kotler (2001), mengemukakan bahwa pemasaran berarti bekerja dengan pasar
sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia.
Keberhasilan pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari suatu
perusahaan. Dari dua definisi diatas dapat diketahui bahwa pemasaran merupakan
suatu usaha terpadu untuk menggabungkan rencana-rencana strategis yang
diarahkan kepada usaha pemuas keinginan dan kebutuhan konsumen untuk
memperoleh keuntungan yang diharapkan melalui proses pertukaran atau
transaksi. Kegiatan pemasaran perusahaan harus dapat memberikan kepuasan

kepada konsumen bila ingin mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen.
Dengan demikian, maka segala aktivitas perusahaan harus diarahkan untuk
memuaskan konsumen yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh laba
perusahaan.
2.2.1. Konsep Pemasaran
Di dalam suatu perusahaan setidaknya terdapat lima konsep yang menjadi
dasar pelaksanaan pemasaran, antara lain:
1. Konsep Produk
Orientasi yang menjadi tujuan konsep produk adalah membuat produk
yang berkualitas baik, karena dalam konsep produk diasumsikan bahwa konsumen
menyukai produk yang menawarkan mutu, performance, dan ciri-ciri yang
terbaik.
2. Konsep Produksi
Dalam konsep produksi di asumsikan bahwa konsumen menyukai produk
yang memiliki harga yang murah dan terjangkau serta memiliki ketersediaan luas
sehingga mudah di dapat. Orientasi tujuan dari konsep produksi adalah mencapai
efisiensi produk yang tinggi dan memiliki jaringan distribusi yang luas. Dari
orientasi tersebut diharapkan produksi yang dihasilkan perusahaan berjumlah
besar untuk mencukupi kebutuhan pasar karena diasumsikan konsumen akan
membeli semua produk yang terdistribusi secara meluas dengan daya beli mereka.
3. Konsep Penjualan
Dalam konsep penjualan dinyatakan bahwa konsumen tidak bisa dibiarkan
begitu saja tanpa perlakuan khusus. Perusahaan harus melakukan upaya penjualan
dan promosi yang agresif untuk meningkatkan volume penjualan produk.
4. Konsep Pemasaran
Dalam konsep pemasaran dinyatakan bahwa kunci untuk mencapai tujuan
perusahaan terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan sesuai sasaran di
pasar, serta memberikan kepuasan yang diharapkan dapat lebih efektif dan efisien
dibandingkan pelayanan yang diberikan pesaing.
5. Konsep Pemasaran Sosial
Dalam konsep pemasaran sosial dinyatakan bahwa tugas perusahaan
adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan sasaran di pasar serta
memberikan kepuasan yang diharapkan dapat lebih efektif dan efisien
dibandingkan pelayanan yang diberikan pesaing dengan tetap memperhatikan dan
meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat.
2.2.2. Sistem Pemasaran

Sistem pemasaran adalah semua rangkaian kegiatan dalam menyalurkan


barang atau jasa, mulai dari produsen sampai konsumen atau pemakai (Fisk, 1969
dalam Virginia, 2005). Sedangkan menurut Nugroho (2002), sistem pemasaran
adalah seluruh rangkaian kegiatan yang saling bekerjasama dan berhubungan
dalam menyalurkan barang dan jasa dari produsen sampai konsumen.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem
pemasaran harus dapat mengintegrasikan keseluruhan dari lembaga, saluran, dan
fungsi pemasaran yang terlibat dalam proses penyaluran produk dari produsen ke
konsumen.
Sistem pemasaran dibedakan menjadi tiga macam, antara lain:
1.

Sistem Pemasaran Tunggal


Sistem pemasaran tunggal merupakan cara memasarkan produk hanya

pada satu sistem saja. Dengan kata lain produsen hanya menjual produk pada satu
lembaga pemasaran saja. Kelemahan dari sistem ini adalah ketergantungan pada
satu sistem. Ketika sistem tersebut terganggu maka produsen diperkirakan akan
menanggung beban atau kerugian. Kelemahan lain dari sistem ini adalah produsen
akan tunduk kepada keputusan lembaga pemasaran karena lembaga pemasaran
tersebut yang menentukan harga.
2. Sistem Pemasaran Berganda
Sistem pemasaran berganda memakai lebih dari satu cara dalam
memasarkan produk. Salah satu contoh, seorang produsen tidak hanya
memasarkan produknya kepada pedagang pengumpul, namun juga dipasarkan
kepada distributor, pedagang besar, pabrik makanan, atau langsung ke konsumen
akhir. Kelebihan dari sistem pemasaran berganda yaitu apabila salah satu sistem
lumpuh atau terhambat, maka masih ada cara lain untuk memasarkan produk.
Sedangkan kelemahannya adalah produsen memerlukan tenaga, pikiran, dan
sumberdaya tambahan.
3. Sistem Pemasaran Bertahap
Sistem pemasaran bertahap merupakan cara pemasaran produk yang pada
saat tertentu produsen akan menggunakan sistem pemasaran tunggal dan pada saat
tertentu lainnya produsen akan menggunakan sistem pemasaran berganda.
2.2.3. Strategi Pemasaran
Mc Carthy dalam Kotler (2002), mengemukakan bahwa strategi
pemasaran adalah strategi yang disatukan, luas, terintegrasi, dan komprehensif
yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan dari perusahaan dapat dicapai

melalui pelaksanaan pemasaran yang tepat oleh organisasi. Strategi pemasaran


dapat didekati dengan konsep bauran pemasaran atau marketing mix yang
merupakan kumpulan variabel produk (product), harga (price), saluran distribusi
(place), dan promosi (promotion). Bauran pemasaran merupakan salah satu bagian
dari strategi pemasaran disamping tahapan STP (segmentation, targeting, and
positioning) produk.
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh,
terpadu dan menyatu di bidang pemasaran yang memberikan panduan tentang
kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu
perusahaan. Dengan kata lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan,
sasaran, kebijakan, dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran
perusahaan dari waktu ke waktu pada masing-masing tingkatan dan acuan serta
alokasinya sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan
keadaan persaingan yang selalu berubah (Assauri, 1998).
2.2.4. Kinerja Pemasaran
Kinerja

pemasaran

merupakan

kemampuan

organisasi

untuk

mentransformasikan diri dalam menghadapi tantangan dari lingkungan dengan


perspektif jangka panjang. Penilaian kinerja menjadi bagian dari upaya
perusahaan untuk melihat kesesuaian strategi yang diterapkan dalam menghadapi
perubahan-perubahan lingkungan. Lingkungan telah menjadi bagian penting dari
perusahaan dan merupakan hal yang sulit untuk dirubah oleh perusahaan.
Perusahaan hanya dapat mengidentifikasinya untuk kemudian mengelola dengan
baik sehingga dapat memberi manfaat bagi perusahaan. Identifikasi lingkungan
yang baik akan memberi dampak pada kualitas strategi yang dihasilkan
perusahaan yang selanjutnya akan berdampak pada kinerja pemasarannya.
Kinerja pemasaran merupakan elemen penting dari kinerja perusahaan
secara umum. Kinerja pemasaran adalah suatu konstruk yang digunakan untuk
mengukur prestasi pemasaran suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu.
Setiap perusahaan membutuhkan evaluasi dari kinerja pemasaran sebagai cermin
dari keberhasilan usahanya dalam persaingan pasar. Hasil dari penerapan strategi
perusahaan adalah berupa kepuasan konsumen, kesuksesan produk baru,
peningkatan penjualan, dan profitabilitas perusahaan.

III. METODE PELAKSANAAN


3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang Kerja
Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan di Sabila Farm yang berlokasi di
Jalan Kaliurang Km. 18.5, Desa Pakembinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Gambar 2. Peta Lokasi Magang Kerja


(Sumber: www.mapsgoogle.com)

Pemilihan lokasi magang kerja dilakukan secara sengaja (purposive),


dimana Sabila Farm merupakan suatu perusahaan berskala nasional yang
memiliki bidang usaha budidaya tanaman buah-buahan dan ekowisata. Berkaitan
dengan hal tersebut maka Sabila Farm dipilih sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan
magang kerja.

Kegiatan magang kerja ini dilaksanakan dari tanggal 29 Juni 2015 hingga
tanggal 23 September 2015 dengan waktu kerja 8 jam/hari. Kegiatan pencarian
informasi guna menunjang penyusunan laporan akhir magang kerja dilakukan di
saat jam kerja dan di luar jam kerja.
3.2. Metode Pelaksanaan Magang Kerja
Metode pelaksanaan magang kerja di Sabila Farm dilakukan dengan
metode observasi partisipasi (participation observation), yaitu mahasiswa terlibat
langsung dalam kegiatan kerja perusahaan dan mengikuti aktivitas sesuai dengan
kondisi di lapang.
Mahasiswa melakukan magang kerja dengan total waktu 512 jam di bawah
bimbingan pembimbing lapang dari tempat magang kerja. Mahasiswa
mendapatkan supervisi dari tim supervisi magang kerja untuk evaluasi proses,
kinerja, dan hasil magang kerja. Selama berada di tempat magang kerja
mahasiswa melakukan tugas-tugas dari perusahaan dan melakukan eksplorasi
untuk selanjutnya melakukan penyusunan laporan magang kerja.
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan magang kerja di
Sabila Farm adalah sebagai berikut:
3.2.1. Praktik Kerja Langsung
Praktik kerja langsung dilakukan dengan cara melaksanakan seluruh
agenda tugas yang telah disusun bersama pihak perusahaan. Praktik lerja langsung
bertujuan untuk memberikan keterampilan dan pengalaman kerja untuk
menunjang tujuan magang kerja.
3.2.2. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung kepada
Direktur dan beberapa jajaran Staf Sabila Farm menggunakan daftar pertanyaan
yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan untuk mencari
informasi guna mendukung tujuan magang kerja.
3.2.3. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan pihakpihak yang termasuk dalam struktur organisasi Sabila Farm. Dari diskusi tersebut
didapatkan informasi yang akurat tentang seluruh kegiatan yang berkaitan dengan
tujuan magang kerja.
3.2.4. Dokumentasi

Dokumentasi adalah alat kelengkapan data yang berguna untuk menunjang


informasi yang didapat saat pelaksanaan magang kerja, sehingga dapat
menguatkan deskripsi dan argumentasi yang dimunculkan dalam laporan magang
kerja. Dokumentasi ini dapat berupa pengumpulan dokumen-dokumen, foto, dan
video terkait aktivitas yang dilakukan pada saat magang kerja.
3.3. Kegiatan Magang Kerja
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan magang kerja
di Sabila Farm yang berlangsung dengan total waktu 512 jam (12 minggu).
Berikut tabel penjelasan tentang kegiatan magang kerja (Tabel 1), sedangkan
penjelasan detail tentang kegiatan magang kerja tercantum pada logbook
(Lampiran 2).
Tabel 1. Kegiatan Magang Kerja
No
.
1.

Minggu Ke

Kegiatan

1-2

Melakukan pengenalan kebun Sabila Farm, pengenalan


intern perusahaan, presentasi proposal magang kerja,
pembahasan rancangan kegiatan selama magang kerja,
dan melakukan adaptasi dengan kegiatan kerja di Sabila

2.
3.

3-4

Farm (Lampiran 2).


Membuat tiang panjatan, mempersiapkan lahan, dan

5-6

melakukan penanaman tanaman buah naga (Lampiran 2).


Melakukan sanitasi lahan, pemupukan, pengairan,
pemangkasan sulur, dan pembuatan bibit (stek) tanaman
buah naga. Sebagian besar kegiatan pada periode minggu
5-6 terfokus pada kegiatan perawatan tanaman dan kebun

4.

7-8

(Lampiran 2).
Melakukan panen, sortasi, washing, cleaning, grading,
labeling, dan packaging buah naga. Pada periode minggu
7-8 penulis juga melakukan penjualan buah secara online

5.

9-10

(Lampiran 2).
Membuat media pemasaran baru untuk Sabila Farm
berupa buku bertema Sabila Farm, mengembangkan
strategi pemasaran Sabila Farm, melakukan praktek

menjadi pemandu wisata, dan melakukan wawancara


kepada direktur serta beberapa jajaran Staf Sabila Farm
6.

11-12

(Lampiran 2).
Melakukan diskusi dengan internal Sabila Farm untuk
melengkapi data sebagai penunjang laporan akhir
magang kerja, presentasi hasil magang kerja, dan
pelaksanaan supervisi serta penilaian oleh pembimbing
lapangan dan panitia magang kerja (Lampiran 2).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil Perusahaan

4.1.1. Sejarah Sabila Farm


Ir. Muhammad Gunung Soetopo atau yang biasa dikenal Pakde Gun
merupakan pemilik dari UD. Sabila Farm. Beliau pernah bekerja selama 3 tahun
sebagai pegawai negeri dan selama 26 tahun bekerja di perusahaan perbenihan
hortikutura. Pengalaman kerja sebagai penasihat perusahaan benih hortikultura
berteknologi tinggi memberikanya banyak ilmu dalam berusahatani. Dengan
pengalaman kerja tersebut, akhirnya beliau memilih menjadi seorang petani
hortikultura di Depok dengan berusahatani melon, semangka, bunga potong, dan
memproduksi media tanam.
Pada awal tahun 2005, Pakde Gun memutuskan pindah ke Daerah
Istimewa Yogyakarta untuk mendirikan pekebunan buah naga yang diberi nama
Sabila Farm. Sabila Farm didirikan pada tanggal 10 Januari 2005 dengan
menyewa lahan kas desa seluas 5 hektar. Kini Sabila Farm telah berkembang
dengan luas lahan menjadi 11 hektar. Dengan pengalaman kerja yang banyak dan
latar belakang pendidikan di Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor, Pakde Gun bertekad untuk menjadikan kebun Sabila Farm
sebagai pelabuhan terakhir bagi kariernya.
Komoditas utama dari kebun Sabila Farm adalah buah naga. Jenis buah
naga yang ditanam Sabila Farm adalah varietas Buah Naga Sabila Putih dan Buah
Naga Sabila Merah yang telah disahkan oleh SK Menteri Pertanian pada tanggal
26 Mei 2010. Buah Naga Sabila Putih memiliki No. SK 2103/Kpts/SR.120/5/2010
dan Buah Naga Sabila Merah memiliki No. SK 2103/Kpts/SR.120/5/2010.

Nama Sabila Farm diambil dari nama anak bungsu Pakde Gun, yakni
Sabila Ayu Bestari. Selain itu, nama Sabila memiliki kepanjangan yaitu sarana
belajar ilmu Allah. Pada awal pembangunanya, kebun Sabila Farm hanya
berfungsi sebagai kebun produksi buah. Namun seiring dengan berjalanya waktu
kebun Sabila Farm mengalami penambahan fungsi, yakni sebagai kebun wisata.
Selain untuk kebun wisata, banyak juga mahasiswa yang menjadikan Sabila Farm
sebagai tempat untuk melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan
Penelitian. Kini Sabila Farm terus melakukan kreasi dan inovasi untuk
berkembang untuk menjadi objek ekowisata yang unggul di tingkat nasional
maupun internasional.
4.1.2. Gambaran Umum Sabila Farm
4.1.2.1. Visi dan Misi
Visi Perusahaan:
- Meningkatkan kuantitas dan kualitas komoditas buah naga dan buah lainnya.
- Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertanian.
Misi Perusahaan:
- Memperluas lahan penanaman buah naga dan buah lainnya.
- Menerapkan teknologi budidaya dan pascapanen buah naga dan buah lainnya.
- Menyelenggarakan pelatihan dan penelitian bagi masyarakat dan mahasiswa.
4.1.2.2. Logo
Berikut ini adalah logo Sabila Farm yang sudah memiliki Hak Kekayaan
Intelektual (HaKI):

Gambar 3. Logo Perusahaan


(Sumber: Sabila Farm)

Logo tersebut menggambarkan bahwa Sabila Farm merupakan perusahaan


yang begerak dengan mengelola hasil-hasil alam dan lingkungan. Kegiatan yang
dilakukan Sabila Farm bertujuan untuk menyeimbangkan ekosistem. Warna merah

magenta menunjukkan identitas warna komoditas utama Sabila Farm yaitu buah
naga.
4.1.2.3. Kondisi Geografis
Sabila Farm terletak di Jalan Kaliurang Km. 18,5, Desa Pakembinangun,
Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara
geografis Sabila Farm terletak di lereng Gunung Merapi pada ketinggian 500
mdpl, dengan perbatasan-perbatasan sebagai berikut:
Sebelah Utara

: Persawahan dan pemukiman warga Dusun Purwodadi

Sebelah Timur

: Pemukiman warga Dusun Sambi

Sebelah Selatan

: Makam dan pemukiman warga Dusun Kertodadi

Sebelah Barat

: Persawahan dan Pemukiman warga Dusun Wonogiri

4.1.3. Struktur Organisasi


Struktur organisasi diperlukan perusahaan untuk memberikan kejelasan
tanggung jawab, kejelasan kedudukan, kejelasan jalur hubungan, dan kejelasan
tugas bagi para Sumber Daya Manusianya. Oleh karena itu, Sabila Farm memiliki
struktur organisasi yang disajikan pada gambar 6.
Pemilik

Direktur

Staf Produksi
dan Pemasaran

Staf Keuangan
dan Olahan

Freelancer

Staf Edukasi

Koordinator
Lapang

Freelancer

Pekerja Lapangan

Gambar 4. Struktur Organisasi Sabila Farm


(Sumber: Sabila Farm)

Sabila Farm dipimpin oleh seorang direktur yang memiliki garis


koordinatif di bawah pemilik perusahaan. Direktur dibantu oleh koordinator
lapang dan para staf dalam menjalankan roda perusahaan, diantaranya adalah staf
pemasaran, staf keuangan dan olahan, dan staf edukasi. Staf edukasi dan staf

keuangan dan olahan membawahi para freelancer. Koordinator lapang


membawahi langsung pekerja kebun di lapangan.

Berikut ini merupakan daftar nama tenaga kerja disertai dengan jabatan
dan tingkat pendidikan terakhir:
Tabel 2. Daftar Nama Tenaga Kerja Sabila Farm
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Nama
Muh. Gunung Soetopo
Elly Mulyati
Chairul Umam
Juwita
Rezha Ramdhan P.
Mulyono
Hasnah Fadila
Fajar Nurhudaya
Tatag Agung S.W.
Mardiyati
Dilah
Budi
Kardi
Sofyan
Sardju
Sabila Farm memiliki

Jabatan
Pendidikan
Pemilik Perusahaan
S1
Direktur
S1
Staf Produksi dan Pemasaran S1
Staf Keuangan dan Olahan
S1
Staf Edukasi
S1
Koordinator Lapang
SD
Freelancer
Mahasiswa
Freelancer
Mahasiswa
Freelancer
Mahasiswa
Pekerja
SD
Pekerja
SD
Pekerja
SMA
Pekerja
SD
Pekerja
TK
Pekerja
SD
tenaga kerja dengan tingkat pendidikan terakhir

yang beragam, mulai dari TK, SD, SMA, dan S1. Sedangkan untuk tenaga kerja
yang masih berstatus mahasiswa merupakan karyawan paruh waktu (freelancer)
yang jam kerjanya disesuaikan dengan jadwal kuliah. Saat musim panen raya dan
ada banyak kunjungan rombongan dalam satu waktu, pihak Sabila Farm akan
merekrut pekerja harian tidak tetap untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
dengan memperhatikan situasi dan kondisi.
Adapun tugas dari masing-masing jabatan dalam perusahaan, antara lain:
a. Direktur
Bertugas sebagai pengendali utama dan bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan usaha.

b. Staf Produksi dan Pemasaran

Bertanggungjawab atas keberlangsungan produksi, melakukan pemasaran


dan pelayanan terhadap konsumen serta menjalin kerjasama dengan berbagai
pihak guna memperluas perkembangan usaha.
c. Staf Keuangan dan Olahan
Bertugas mengatur arus keuangan baik pemasukan maupun pengeluaran
dan kegiatan administrasi yang ada di perusahaan serta membuat produk olahan.
d. Staf Edukasi
Bertanggung jawab atas kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan
pendidikan atau kegiatan mahasiswa seperti penelitian, magang kerja, dan praktik
kerja lapang.
e. Koordinator Lapang
Bertugas untuk mengoordinir kegiatan pekerja di lapangan sehingga
kegiatan perawatan dan pemeliharaan kebun dapat berjalan sesuai rencana.
4.2. Hasil dan Pembahasan
4.2.1. Pengelolaan Ekowisata
Damanik dan Weber (2006), menyatakan bahwa ekowisata adalah bentuk
industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi
kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan
pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri. Demikian pula
dengan Sabila Farm, sebagai objek ekowisata Sabila Farm sudah memperhatikan
prinsip-prinsip ekowisata, diantaranya adalah sebagai berikut:
1.

Konservasi
Sabila Farm merupakan objek wisata perkebunan buah yang sangat

memperhatikan kelestarian lingkungan dan budaya sekitar. Budidaya tanaman


yang dilakukan Sabila Farm dilakukan menggunakan metode organik. Budidaya
tanaman menggunakan metode organik dapat membuat kualitas tanah menjadi
normal kembali. Sabila farm juga memanfaatkan limbah dari tanaman menjadi
pupuk kompos. Sabila Farm menanam tanaman hingga 35 komoditas sehingga
sangat menunjang keanekaragaman hayati ekosistem. Penggunaan air pun
digunakan secara efisien, setiap keran-keran air yang ada di Sabila Farm memiliki
saluran air ke lahan sehingga tidak ada air yang terbuang sia-sia. Jenis tanaman
yang ditanam oleh Sabila Farm juga merupakan jenis tanaman yang tidak

membutuhkan banyak air sehingga sangat menghemat air dalam pengelolaannya.


Namun, Sabila Farm masih memiliki kekurangan dalam upaya konservasi
lingkungan karena masih melakukan kegiatan pembakaran sampah walaupun
dengan jumlah sedikit.
Selain memperhatikan kelestarian lingkungan, Sabila Farm juga
memperhatikan kelestarian budaya sekitar. Hal ini terlihat dari adanya pelatihan
membatik bagi pengunjung yang mengambil paket membatik dan seringkali tamu
rombongan melakukan makan siang di Sabila Farm dengan menu makanan yang
khas dari daerah sekitar.
2. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar
Sejauh ini Sabila Farm sudah memberdayakan masyarakat sekitar dalam
bentuk menjadi pekerja kebun. Hal ini tentunya dapat membantu meningkatkan
penghasilan masyarakat sekitar. Tidak hanya bekerja, para pekerja kebun juga
diberi pengetahuan-pengetahuan tentang cara budidaya tanaman dengan cara yang
baik.
Dalam aspek pemberdayaan masyarakat sekitar, Sabila Farm masih kurang
dalam pelaksanaannya. Hal ini dikarenakan Sabila Farm belum melibatkan
masyarakat sekitar dalam kegiatan perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan
wisata untuk menjadikan masyarakat sebagai bagian dan bertanggung jawab pada
kelangsungan ekowisata Sabila Farm.
3. Independen
Sabila Farm merupakan objek wisata yang dibentuk dari family based bussiness
yang pada awalnya dimulai dari kebun produksi kemudian berkembang menjadi
ekowisata. Tidak ada perusahaan lain yang membawahi dan tidak ada intervensi
dari pihak lain kepada Sabila Farm.
Kegiatan pengelolaan ekowisata yang dilakukan selama magang kerja di
Sabila Farm antara lain:

4.2.1.1. Persiapan Tanam dan Lahan


1.

Pembibitan Tanaman Buah Naga


Keberhasilan budidaya buah naga diawali dengan penyiapan bibit buah

naga yang baik. Perbanyakan vegetatif yang digunakan dan terbukti berhasil pada

tanaman buah naga adalah dengan menggunakan stek yang berasal dari sulur
tanaman buah naga. Sulur yang dipilih untuk stek adalah sulur yang sudah tua
dan/atau sulur yang sudah pernah berbuah.

Gambar 5. Pembuatan Bibit Buah Naga

Gambar 6. Pengangkutan Bibit

(Dok. Pribadi)

(Dok. Pribadi)

Pembibitan dilakukan dengan cara memotong sulur yang sudah dipilih


dengan ukuran 30 cm. Salah satu ujung bibit ditandai dengan cara diruncingkan
untuk menunjukkan bahwa bagian tersebut adalah bagian bawah bibit. Bibit
tanaman buah naga diletakkan dalam kotak kayu secara vertikal dan dianginanginkan, jumlah bibit dalam satu kotak adalah 100 biji. Selanjutnya bibit
diletakkan di rumah stek untuk proses aklimatisasi. Selain untuk membuat bibit
tanaman buah naga, pembibitan juga bertujuan untuk mengurangi jumlah sulur
pada tanaman buah naga karena kemampuan tiang panjatan hanya mampu
menahan 40-60 sulur. Jika sulur tanaman buah naga tidak disesuaikan dengan
kapasitas tersebut maka dapat menyebabkan roboh.
2.

Pembuatan Tiang Panjatan (Beton)


Tiang panjatan tanaman buah naga di Sabila Farm ada 2 jenis, yaitu tiang

kayu hidup dan tiang beton. Untuk tiang kayu hidup dapat menggunakan pohon
jaranan. Harga pohon jaranan adalah sekitar Rp 14.000-Rp 30.000 per batang.
Sedangkan untuk tiang beton dapat diproduksi sendiri.

Gambar 7. Pembuatan Tiang Beton


(Dok. Pribadi)

Pembuatan tiang beton dapat dilakukan dengan bahan dari adukan semen,
koral (split), dan pasir dengan perbandingan 1:3:5 atau 1:2:3. Ketiga bahan
tersebut dicetak menggunakan cetakan kayu hingga berbentuk balok dengan
ukuran tinggi 2 meter, diameter tiang 12x12 cm, dan rangka tiang 8 mm.

Gambar 8. Desain Rangka Tiang Beton


(Sumber: Sabila Farm)

3.

Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan tanaman buah naga meliputi 2 tahapan, antara

lain:
a. Pembuatan Drainase Air
Pada prinsipnya, tanaman buah naga tidak menghendaki genangan air
sehingga topografi lahan harus diatur agar air tidak menggenang pada lahan.
Pembuatan drainase dilakukan dengan cara membuat lubang air, membuat
terasering pada lahan, dan selokan untuk aliran air. Lahan penanaman dibuat
berundak dan dibagi dalam beberapa blok.

Gambar 9. Drainase Lahan


(Dok. Pribadi)

b. Pencangkulan dan Pembersihan Lahan


Pencangkulan dilakukan dengan cara membalikkan tanah (bioturbasi). Hal
ini bertujuan untuk menggemburkan tanah dan membersihkan lahan dari rumput
atau gulma.

Gambar 10. Pembersihan Lahan


(Dok. Pribadi)

4.2.1.2. Penanaman dan Perawatan Tanaman


1.

Penanaman Tanaman Buah Naga


Penanaman tanaman buah naga dilakukan dengan cara membuat lubang

tanam berukuran 20x20 cm. Pada tengah areal lubang tanam dilubangi sedalam 30
cm untuk menempatkan tiang panjatan sehingga kedalaman tiang panjatan adalah
50 cm di dalam tanah.

Gambar 11. Pembuatan Media Tanam


(Dok. Pribadi)

Komposisi media tanam untuk tanaman buah naga yang digunakan Sabila
-

Farm, yaitu:
Pupuk Kandang 20 kg
Kapur Pertanian 1 kg
Sekam Bakar 1 kg
Pupuk NPK 50 g (bila diperlukan)
Fungsi bahan media tanam diatas antara lain: pupuk kandang sebagai
unsur hara dan sumber mikroorganisme tanah, kapur pertanian untuk
meningkatkan pH tanah, sekam bakar sebagai pengatur porositas tanah, dan pupuk
NPK sebagai starter pertumbuhan tunas tanaman buah naga.

Gambar 12. Penanaman Tanaman Buah Naga


(Dok. Pribadi)

Setelah media tanam siap, kemudian bibit buah naga ditanam dengan titik
keempat sisi tiang panjatan dengan dimasukkan 5 cm kedalam tanah lalu diikat
pada tiang panjatan.
2. Pemupukan
Pemupukan tanaman buah naga dilakukan empat bulan sekali dengan
memberikan pupuk kandang sebanyak 10/kg per tiang dan seringkali diberikan
kompos dari sulur tanaman buah naga yang ditabur merata menutupi kanopi
tanaman.

Gambar 13. Pemupukan menggunakan Kompos Sulur


(Dok. Pribadi)

3.

Sanitasi Lahan (Penyiangan)


Kegiatan sanitasi lahan dilakukan jika gulma di sekitar tanaman sudah

lebat. Penyiangan dilakukan dengan cara mekanis menggunakan cangkul dan


mesin pemotong rumput. Gulma yang tumbuh disekitar tanaman dicangkul hingga
bagian akar kemudian dibuang ke TPA.
4.

Pengikatan sulur
Pengikatan sulur dilakukan saat sulur tanaman sudah cukup panjang.

Pengikatan sulur dengan menggunakan tali rafia dan/atau tali bagasi. Pengikatan
sulur bertujuan untuk pembentukan sulur agar tumbuh keatas dan menjuntai
dengan rapi. Pengikatan sulur dilakukan pada tanaman buah naga muda yang
masih belum menjuntai ke tanah (berumur 1-8 bulan) sedangkan pada tanaman
buah naga yang sudah dewasa tidak perlu dilakukan pengikatan sulur karena
sudah terbentuk.
5. Pemangkasan Sulur
Pemangkasan tunas-tunas baru bertujuan agar pertumbuhan sulur utama
berjalan dengan maksimal. Hal tersebut dikarenakan jika tunas-tunas baru
dibiakan tumbuh maka asupan nutrisi akan terpecah dan pertumbuhan sulur utama

akan terhambat. Pemangkasan dilakukan pada tunas air dan sulur yang
berpenyakit dengan menggunakan gunting pangkas.
6. Penyerbukan Bunga Buah Naga Merah Super
Bunga buah naga yang perlu diserbukan dengan bantuan manusia adalah
jenis bunga buah naga merah super karena jarak benangsari dan kepala putik jenis
bunga buah naga tersebut relatif berjauhan jika dibandingkan dengan jenis bunga
buah naga lainnya.

Gambar 14. Bunga Buah Naga Merah Super


(Dok. Pribadi)

Bunga buah naga mekar pada malam hari mulai pukul 21.00-2.00 dan
penyerbukan optimal dilakukan pada pukul 22.00-1.00. Penyerbukan dilakukan
dengan cara mengambil serbuksari dari benang sari kemudian dioleskan

menggunakan kuas pada kepala putik.


4.2.1.3.
Panen
1. Panen Buah Naga
Kriteria buah naga yang sudah siap panen adalah sebagai berikut:
Berusia 33 hari setelah bunga mekar.
Sulur tanaman pada bagian pangkal buah sudah membelah.
Kulit buah sudah berwarna merah pangkal hingga ujung buah.
Sirip buah sudah tidak kaku (layu).

Gambar 15. Panen Buah Naga


(Dok. Pribadi)

Kegiatan panen buah naga dilakukan menggunakan gunting pangkas.


Dalam memanen buah naga, ada 2 teknik yang digunakan dengan dasar posisi
buah naga terhadap sulur, antara lain:
a. Buah Naga yang terletak di sisi tengah sulur, sulur dipotong membentuk huruf
V.
b. Buah Naga yang terletak di ujung sulur, sulur dapat langsung dipotong secara
tegak lurus terhadap buah.
Buah naga yang telah dipanen kemudian diletakkan pada keranjang buah untuk
selanjutnya dilakukan pencucian, sortasi, grading, labelling dan packaging.

4.2.1.4.
Pelayanan Wisatawan
1. Kegiatan Memandu Wisatawan

Gambar 16. Memandu Wisatawan


(Dok. Pribadi)

Dalam beberapa paket wisata yang ditawarkan Sabila Farm, para


pengunjung mendapatkan fasilitas didampingi pemandu wisata. Pemandu wisata
bertujuan untuk menjelaskan tentang tanaman buah naga dan cara budidaya
kepada pengunjung. Pemandu wisata merupakan unsur produk dalam suatu
tempat wisata, sehingga kualitas pemandu wisata dalam memandu wisatawan
sangat perlu diperhatikan.
4.2.1.5.
Kompetensi yang Didapatkan
Dalam kegiatan pengelolaan ekowisata tersebut, mahasiswa mendapatkan
beberapa kompetensi dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek
kognitif mencakup penilaian pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan
evaluasi.

Berdasarkan

penilaian

pengetahuan,

mahasiswa

mendapatkan

pemahaman mendalam tentang ekowisata, budidaya tanaman buah naga, dan

pemberian layanan kepada wisatawan. Pada nilai penerapan, mahasiswa menjadi


mampu untuk mengaplikasikan ilmu yang didapatkan dari perkuliahan dan bahan
bacaan. Ilmu tersebut diaplikasikan dengan mengombinasikan arahan dari
pembimbing lapangan dan kemampuan individu mahasiswa. Pada aspek analisis
dan evaluasi, mahasiswa mampu memberikan bahan diskusi dan saran kepada
perusahaan dalam pengelolaan ekowisatanya agar menjadi lebih baik.
Aspek afektif terdiri dari penilaian penerimaan, partisipasi, organisasi, dan
pembentukan pola. Dalam penilaian partisipasi, pada awal kegiatan magang kerja
mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan kerja dengan kemampuan seadanya.
Seiring dengan berjalannnya waktu mahasiswa menyadari bahwa bekerja yang
baik adalah dengan dorongan hati, sehingga mahasiswa mengubah cara kerjanya
dengan konsep bekerja dengan hati. Melalui konsep bekerja dengan hati,
mahasiswa mengalami pembentukan pola sehingga menjadi banyak mengambil
inisiatif dalam kegiatan kerja. Pada penilaian organisasi, mahasiswa mampu
berkoordinasi dengan peserta magang kerja yang lain dalam pembagian tugas dan
bekerjasama untuk kegiatan pengelolaan ekowisata.
Aspek psikomotorik terdiri dari penilaian persepsi, kegiatan terbimbing,
kegiatan terbiasa, dan kegiatan kompleks. Pada penilaian persepsi, di awal
kegiatan magang kerja mahasiswa menilai bahwa pariwisata adalah hanya tentang
kesenangan. Namun seiring dengan berjalannya waktu mahasiswa memiliki
pemahaman baru bahwa konsep pariwisata yang baru adalah berbasis edukasi,
konservasi, dan berkelanjutan sehingga mahasiswa mengaplikasikan pemahaman
tersebut dalam bentuk pengelolaan wisata secara berkelanjutan dengan
mengutamakan aspek konservasi lingkungan (ekowisata). Pada penilaian gerakan
terbimbing mahasiswa dapat melakukan seluruh tugas untuk pengelolaan
ekowisata dengan baik sesuai instruksi dari pembimbing lapangan. Perbandingan
kemampuan mahasiswa saat sebelum pelaksanaan magang kerja dan kompetensi
yang didapatkan setelah pelaksanaan magang kerja tercantum dalam tabel pada
lampiran 1.
4.2.2. Strategi Pemasaran Ekowisata
4.2.2.1. Segmenting, Targeting, Positioning
1. Segmenting

Ekowisata Sabila Farm memiliki segmen pasar orang yang memiliki


ketertarikan pada bidang pertanian. Yang berasal dari berbagai wilayah, tingkat
usia, dan profesi.
Tabel 3. Data Jumlah Pengunjung Sabila Farm (Diolah)
Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015*

Jumlah
Pengunjung
192
588
422
549
1179
2393
4978
4199
2924

Perubahan (%)
206.25
-28.2
30.1
114.8
102.97
108.02
-15.65
-30.4

Sejak awal pembukaan ekowisata Sabila Farm sudah mengalami


peningkatan jumlah pengunjung pada tahun kedua. Pada tahun ketiga terjadi
penurunan sebesar 28.2% dari tahun sebelumnya dan mengalami peningkatan
kembali pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2014, terjadi penurunan jumlah
pengunjung kembali sebesar 15.65% dari tahun sebelumnya. Namun jika
dibandingkan jumlah pengunjung rombongan pada tahun 2014 hingga bulan
Agustus dan tahun 2015 hingga bulan Agustus jumlah pengunjung rombongan
pada tahun 2015 hingga bulan Agustus jumlahnya lebih banyak yaitu 2276
pengunjung, sedangkan pada tahun 2014 hingga bulan Agustus hanya sebanyak
1884 pengunjung. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pengunjung rombongan dari tahun 2014 ke 2015 apabila dibandingkan hingga
bulan Agustus.
2.

Targeting

Gambar 17. Pengunjung Sabila Farm


(Dok. Pribadi)

Target pasar dari ekowisata Sabila Farm, antara lain:

a. Siswa PAUD, TK, SD, dan SMP yang ingin studi wisata pertanian atau
aktivitas outdoor.
b. Siswa SMA dan Mahasiswa yang ingin melakukan kunjungan lapang ke
perusahaan agribisnis.
c. Institusi yang ingin mengadakan kunjungan wisata berbasis edukasi pertanian
untuk karyawannya.
d. Keluarga yang ingin berwisata dengan suasana alam yang asri dan perkebunan
buah dengan daya tarik buah yang masak pohon.
e. Pengunjung individu yang menginginkan wisata alam dan pelatihan budidaya
buah naga.
3. Positioning
Sabila Farm memposisikan diri sebagai ekowisata berbasis edukasi di
bidang pertanian yang bergerak dalam budidaya komoditas buah-buahan
berkhasiat dengan memanfaatkan lahan-lahan marjinal sebagai salah bentuk upaya
konservasi lingkungan. Sabila Farm juga menawarkan pengalaman sekilas tentang
pertanian dan motivasi kewirausahaan bagi para pengunjungnya.
4.2.2.2. Bauran Pemasaran (4P)
Mc Carthy dalam Kotler (2002), menyatakan bahwa bauran pemasaran
merupakan seperangkat alat pemasaran yang bekerja secara berkesinambungan
dalam proses pencapaian strategi dan positioning yang ditetapkan. Bauran
pemasaran produk jasa terdiri dari 4P, yaitu: Product, Price, Place, dan
Promotion. Berikut ini merupakan bauran pemasaran ekowisata Sabila Farm:
1.

Produk (Product)
Menurut Fandy Tjiptono (1996), Produk merupakan segala sesuatu yang

dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan,


atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keingian pasar yang
bersangkutan. Selain itu produk juga dapat diartikan pemahaman subjektif dari
produsen atas sesuatu sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen. Berikut ini merupakan bauran produk yang dimiliki Sabila Farm:
a. Kunjungan Kebun
Fasilitas yang ditawarkan dari paket ini, antara lain:
- Durasi waktu 30 menit
- Pemandu wisata
- Air mineral gelas
Kegiatan yang ditawarkan, antara lain:

- Berkeliling kebun bersama pemandu wisata


- Melihat koleksi tanaman buah di Sabila Farm
b. Edukasi Kelas
Fasilitas yang ditawarkan dari paket ini, antara lain:
- Durasi waktu 1 jam
- Pemandu wisata
- Aula rumah joglo
- Buah potong (kondisional)
- Air mineral gelas
Kegiatan yang ditawarkan, antara lain:
- Pemutaran video dan pemaparan mengenai budidaya buah naga
c. Edukasi Lapang Budidaya Buah Naga
Fasilitas yang ditawarkan dari paket ini, antara lain:
- Durasi waktu 1 jam
- Pemandu wisata
- Buah potong (kondisional)
- Air mineral gelas
Kegiatan yang ditawarkan, antara lain:
- Edukasi keliling kebun bersama pemandu wisata
- Praktek panen (kondisional)
d. Edukasi Lapangan/Kelas dan Praktik tanam
Fasilitas yang ditawarkan dari paket ini, antara lain:
- Durasi waktu 90 menit
- Lapangan
- Pemandu wisata
- Buah potong (kondisional)
- Air mineral gelas
Kegiatan yang ditawarkan, antara lain:
- Edukasi keliling kebun bersama pemandu wisata
- Praktek penanaman
- Praktek panen (kondisional)
e. Edukasi Mari Berkebun

Fasilitas yang ditawarkan dari paket ini, antara lain:


- Durasi waktu 45 menit
- Buah potong (kondisional)
- Air mineral gelas
Kegiatan yang ditawarkan, antara lain:
- Menanam sayuran/tanaman hias/buah di polybag/cup
f. Motivasi Kewirausahaan
Fasilitas yang ditawarkan dari paket ini, antara lain:
- Aula rumah joglo
- Motivator
- Durasi waktu 1 jam-1,5 jam
- Makanan ringan (kondisional)
- Air mineral gelas
Kegiatan yang ditawarkan, antara lain:
- Motivasi kewirausahaan
g. Pelatihan Budidaya Buah Naga (Harian)
Fasilitas yang ditawarkan dari paket ini, antara lain:
- Durasi waktu 7 jam
- Kelas dan Lapangan
- Pelatih
- Makanan ringan 1x
- Air mineral
Kegiatan yang ditawarkan, antara lain:
- Pemaparan budidaya buah naga
- Edukasi keliling kebun bersama pelatih
- Persiapan penanaman
- Pemeliharaan
- Panen dan pasca panen (kondisional)
Kegiatan yang dilakukan selama magang kerja dalam mengembangkan
bauran pemasaran produk, antara lain:
- Pembuatan Papan Informasi Wisata

Papan informasi wisata merupakan hal yang penting diadakan untuk


memberikan informasi kepada pengunjung. Informasi tersebut meliputi denah
kebun dan informasi tentang tanaman buah naga. Sabila Farm merupakan
ekowisata yang berbasis budidaya dan edukasi pertanian sehingga papan
informasi wisata merupakan salah satu media yang digunakan untuk memberikan
edukasi kepada pengunjung.

Gambar 18. Papan Informasi tentang Tanaman Buah Naga


(Dok. Pribadi)

Gambar 19. Papan Informasi Denah Kebun


(Dok. Pribadi)

- Pembuatan Video Motivasi


Pembuatan video motivasi ini bertujuan untuk menambah bauran produk
Sabila Farm. Dalam video ini dipaparkan tentang prospek budidaya buah-buahan
di Indonesia dan kiat-kiat untuk menjadi Agropreneur. Video ini dapat dijadikan
pengantar untuk pelayanan paket wisata motivasi kewirausahaan.

Gambar 20. Video Motivasi Kewirausahaan


(Dok. Pribadi)

- Pembuatan Album Foto Kompilasi


Album foto kompilasi ini berisi foto-foto tentang kegiatan pengelolaan
kebun buah naga di Sabila Farm, mulai dari kegiatan persiapan lahan, penanaman,
perawatan, panen, dan pascapanen buah naga. Tujuan dari pembuatan album foto
kompilasi ini adalah untuk memberikan gambaran tentang kegiatan pengelolaan
kebun buah naga Sabila Farm kepada pengunjung.

Gambar 21. Desain Album Foto Kompilasi


(Dok. Pribadi)

2.

Harga (Price)
Menurut Fandy Tjiptono (1996), harga adalah unsur bauran pemasaran

yang bersifat fleksibel, artinya dapat diubah secara cepat. Harga merupakan satusatunya unsur bauran pemasaran yan memberikan pemasukan dari perusahan atau
pendapatan bagi perusahaan. Berikut ini merupakan bauran harga yang dimiliki
Sabila Farm:

Tabel 4. Harga Paket Wisata


No
.
1.

Paket Wisata
Kunjungan Kebun

Harga
Rp 5.000 - Rp. 10.000/orang**

2.

Edukasi Kelas

Rp 5000 - Rp. 15.000/orang*

3.

Edukasi Lapang

Minimal 20 orang
Rp 5000 - Rp 15.000/orang*

4.

Budidaya Buah Naga


Minimal 10 orang
Edukasi Lapangan / kelas Rp 12.500 - Rp 17.500/orang ***

5.

dan Praktik Tanam


Edukasi Mari Berkebun

Minimal 10 orang
Rp 10.000/orang

6.

Motivasi Kewirausahaan

Rp 500.000 - Rp 1.000.000/rombongan****
Min. 25 orang

7.

Pelatihan Budidaya Buah Rp 1.000.000/hari/5 orang

Naga
Keterangan:

Maksimal 3 hari pelatihan

Rumah Joglo berkapasitas 50 orang (Menggunakan kursi) dan 100 orang


(Lesehan)
*)

**)
***)

1. Paud dan Tk

: Rp. 5000,- / orang

2. SD dan SMP

: Rp. 7500,- / orang

3. SMA dan Mahasiswa

: Rp. 10.000,- / orang

4. Umum

: Rp. 15.000,- / orang

1. Anak Anak

: Rp. 5000,- / orang

2. Dewasa

: Rp. 10.000,- / orang

1. SMA dan Mahasiswa

: Rp. 12.500,- / orang

2. Umum

: Rp. 17.500,- / orang

****) 1. Pelajar
2. Umum

: Rp. 500.000,- / orang


: Rp. 1000.000,- / orang

3. Maksimal 25 orang jika lebih pesertanya ditambah Rp. 15.000,-/orang


3.

Tempat (Place)
Sabila Farm memiliki lokasi yang dekat dengan gunung merapi, hotel dan

penginapan, terminal pakem, dan tempat wisata lain yang tidak sejenis. Akses
jalan dari pusat kota Yogyakarta menuju lokasi baik, hanya berjarak 18.5 km
dengan lama tempuh 30 menit. Ada angkutan umum dari pusat kota Yogyakarta
menuju lokasi. Memiliki pemandangan alam yang asri, hamparan kebun buah
naga, dan udara yang sejuk.

Gambar 22. Lansekap Kebun Sabila Farm


(Dok. Pribadi)

Namun, kondisi jalan masuk dari gang menuju lokasi Sabila Farm sempit
dan berlubang sehingga bus tidak bisa masuk. Lahan parkir untuk kendaraan roda
empat pun masih terbatas.
4.

Promosi (Promotion)
Strategi promosi berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian komunikasi persuasif dengan pelanggan. Strategi promosi ini


biasanya untuk menentukan promosi personal dan iklan. Media promosi yang
digunakan Sabila Farm, antara lain:
a.
Situs Web
Sabila Farm memiliki situs web, yaitu www.sabilafarm.com. Situs web
tersebut memiliki beberapa konten tentang Sabila Farm, antara lain: halaman
utama, wisata, belanja, pelatihan, kontak, dan lowongan. Situs Web sangat
berguna bagi wisatawan yang ingin mengetahui Sabila Farm sebelum melakukan
kunjungan. Namun, situs web Sabila Farm terlihat kurang pemeliharaan karena
unggahan terakhir yang ada di situs web Sabila Farm adalah pada bulan Maret
2013.
b.

Media Sosial
Sabila Farm juga menggunakan media sosial sebagai pemasaran secara

digital dengan memanfaatkan media sosial berupa facebook dan twitter. Dalam
media sosial facebook, Sabila Farm membuat fans page dan telah memiliki
jumlah likes sebanyak 1.080 pengguna hingga 30 September 2015. Untuk twitter,
Sabila Farm memakai nama pengguna @SabilaFarm dan telah memiliki pengikut
sebanyak 316 pengguna hingga 30 September 2015.
c.

Hubungan Masyarakat

Sabila Farm menggunakan metode pemasaran hubungan masyarakat


dalam promosinya dengan menjadi pengisi pameran-pameran produk pertanian
dan hortikultura. Dengan menjadi pengisi pameran Sabila farm juga
mempromosikan ekowisata Sabila Farm. Beberapa pameran yang pernah diikuti
oleh Sabila Farm, antara lain: pameran buah dan bunga nusantara-IPB, Agrinexpo
mewakili Asosiasi Buah Naga Indonesia, pameran produk pertanian Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan lainya.
d.
Mulut ke Mulut (Word of Mouth)
Metode informasi dari mulut ke mulut (word of mouth) merupakan metode
promosi yang paling efektif pada ekowisata Sabila Farm. Sabila Farm dalam
operasionalnya selalu berusaha untuk menjalankan operasi wisata sebaik
mungkin, memberi pelayanan wisata prima, dan meminimalisasi kekecewaan
pengunjung. Hal tersebut bertujuan agar pengunjung yang mendapatkan
pelayanan, citra baik, dan kepuasan dari operasi wisata dapat menginformasikan
apa yang didapatkanya tadi kepada keluarga, kerabat, tetangga, teman bahkan
rekan kerjanya mengenai kesan positif berwisata ke Sabila Farm dan membujuk
untuk ikut berkunjung. Secara tidak langsung hal ini menjadi sebuah jaringan
pemasaran yang saling beruntun. Dengan demikian Sabila Farm sangat menjaga
hubunganya dengan pelanggan secara personal.
e.
Periklanan
Sabila Farm telah menggunakan metode pemasaran melalui periklanan
dalam mempromosikan ekowisatanya kepada khalayak ramai dengan membuat
iklan di beberapa media cetak seperti Koran Kedaulatan Rakyat dan Buletin
KOPMA (Koperasi Mahasiswa) UGM. Tujuan periklanan tersebut adalah untuk
menginformasikan ekowisata Sabila Farm kepada pembaca media cetak tersebut
sehingga tertarik untuk berkunjung ke Sabila Farm.
Kegiatan yang dilakukan selama magang kerja dalam mengembangkan
bauran pemasaran promosi, antara lain:
- Pembuatan Buku Catatan
Buku catatan bertema Sabila Farm merupakan salah satu media promosi
baru yang dapat digunakan Sabila Farm. Karena dengan buku catatan tersebut,
pengunjung dapat memiliki cinderamata dari Sabila Farm sehingga berpotensi

untuk ditunjukkan dan disebarluaskan kepada orang lain. Selain itu, buku catatan
ini juga dapat menambah pemasukan untuk perusahaan.

Gambar 23. Buku Catatan Bertema Sabila Farm


(Dok. Pribadi)

4.2.2.3. Kompetensi yang Didapatkan


Pemilik Sabila Farm merupakan pengusaha sukses di bidang pertanian
sehingga sangat sesuai dengan tujuan magang kerja mahasiswa yang mengarah ke
strategi pemasaran ekowisata. Dalam aspek strategi pemasaran ekowisata
mahasiswa melakukan diskusi dengan pemilik, direktur, dan staf-staf Sabila Farm
untuk dapat mengembangkan strategi pemasaran yang dimiliki perusahaan.
Sehingga mahasiswa memiliki kemampuan untuk menganalisis dan memecahkan
masalah strategi pemasaran pada ekowisata Sabila Farm khususnya terkait
segmenting, targeting, positioning, dan bauran pemasaran (4P). Hal tersebut
termasuk ke dalam pemahaman mahasiswa pada aspek kognitif.
Untuk aspek afektif yang didapatkan mahasiswa adalah kemampuan untuk
mengambil solusi secara terintegrasi. Mahasiswa yang sebelumnya hanya mencari
pemecahan masalah dari satu sisi menjadi mampu untuk membuat solusi dari
masalah dengan pertimbangan beberapa sisi sehingga menjadi lebih terintegrasi.
Mahasiswa juga banyak memberikan usulan-usulan untuk perusahaan terkait
strategi pemasarannya.
Pada aspek psikomotorik, mahasiswa mendapatkan kemampuan khusus
untuk memberikan jasa pelayanan wisata kepada para pengunjung. Mahasiswa
juga mendapatkan pengembangan kemampuan dalam membuat desain visual
maupun audio-visual. Perbandingan kemampuan mahasiswa saat sebelum
pelaksanaan magang kerja dan kompetensi yang didapatkan setelah pelaksanaan
magang kerja tercantum dalam tabel pada lampiran 1.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
1. Pengelolaan ekowisata di Sabila Farm bertujuan untuk menerapkan pariwisata
berkelanjutan. Sabila Farm memiliki tekad untuk melakukan konservasi
lingkungan terhadap lahan-lahan marjinal. Seluruh kegiatan yang dilakukan
Sabila Farm dalam pengelolaan kebun memiliki dasar ilmu sehingga tidak
merusak keseimbangan lingkungan. Sabila farm mengelola kebun wisatanya
menggunakan metode organik. Pemanfaatan limbah tanaman pun dimanfaatkan
untuk pembuatan pupuk kompos. Sabila Farm juga mengutamakan pelayanan
kepada pengunjung dalam pengelolaan ekowisatanya sehingga pengunjung benarbenar menemukan keunggulan sapta pesona di Sabila Farm. Dalam pengelolaan
ekowisata, Sabila Farm mengutamakan prinsip konservasi lingkungan dan
pelayanan wisatawan.

Keterampilan yang diperoleh dalam kegiatan pengelolaan ekowisata yakni


mahasiswa dapat melakukan teknis budidaya tanaman buah naga mulai dari
kegiatan pembuatan bibit, persiapan lahan, perawatan tanaman hingga panen.
Mahasiswa juga mampu melayani wisatawan domestik maupun mancanegara
yang melakukan kunjungan wisata dengan baik.
2. Segmentasi pasar dalam strategi pemasaran Sabila Farm adalah orang yang
memiliki ketertarikan pada bidang pertanian yang berasal dari berbagai wilayah,
tingkat usia, dan profesi. Sabila Farm memposisikan diri sebagai ekowisata
berbasis edukasi di bidang pertanian yang bergerak dalam budidaya komoditas
buah-buahan berkhasiat dengan memanfaatkan lahan-lahan marjinal sebagai salah
bentuk upaya konservasi lingkungan. Sabila Farm menawarkan pengalaman
sekilas tentang pertanian dan motivasi kewirausahaan bagi para pengunjungnya.
Dalam strategi pemasarannya, Sabila Farm juga menerapkan strategi bauran
pemasaran (4P) yang terdiri dari bauran tempat, harga, produk, dan promosi.
Sabila Farm mengelola strategi pemasarannya secara dinamis karena kebutuhan
wisatawan yang cenderung berubah dari waktu ke waktu. Seringkali Sabila Farm
melakukan evaluasi dan revisi terhadap strategi pemasarannya.
Dalam kegiatan magang kerja yang berhubungan dengan strategi
pemasaran, mahasiswa menjadi mampu untuk mengembangkan strategi dalam
kegiatan pemasaran ekowisata. Mahasiswa mampu membuat atribut pemasaran
dan memprediksi kebutuhan pengunjung dalam berwisata. Selain itu, mahasiswa
juga mendapatkan ilmu dalam penentuan harga paket wisata.
5.2. Saran
1. Untuk Perusahaan
Sabila Farm memiliki permasalahan dalam pengelolaan ekowisatanya
yakni dalam pemberdayaan masyarakat sekitar untuk ikut andil dalam kegiatan
pengelolaan sesuai prinsip ekowisata. Sejauh ini masyarakat hanya terlibat
sebagai tenaga kerja kebun pada ekowisata Sabila Farm. Untuk mengatasi hal
tersebut sebaiknya Sabila Farm melakukan mediasi secara berlanjut kepada
masyarakat

sekitar

dan

mengikutsertakan

dalam

kegiatan

perencanaan,

pengelolaan, dan evaluasi ekowisata sehingga dapat menunjang keberlangsungan


berjalannya roda perusahaan.
2. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan dan mengembangkan secara
berlanjut kemampuan yang diperoleh selama pelaksanaan magang kerja sehingga
dapat menjadi bekal berharga untuk menunjang kesiapan memasuki dunia kerja.
Bagi mahasiswa yang akan melaksanakan magang kerja sebaiknya lebih
memperhatikan lokasi, topik, dan ketrampilan yang ingin diperoleh dalam magang
kerja. Hal tersebut penting agar pengalaman magang kerja yang didapatkan benarbenar dapat menunjang kesiapan mahasiswa untuk memasuki dunia kerja
sesungguhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Assauri, Sofyan. 1998. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Kedua. Lembaga
Penerbit FE UI. Jakarta.
Ceballos-Lascurain, Hector. 1996. Tourism, Ecotourism, and Protected Areas. The
World Conservation Union. Gland-Switzerland.
Damanik, Janianton dan Weber, Helmut. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori
ke Aplikasi. PUSPAR UGM dan Andi. Yogyakarta.
Drumm, A and Moore, A. 2002. Ecotourism Development A Manual for
Conservation Planners and Managers Volume I: An Introduction to
Ecotourism Planning, Second Edition. The Nature Conservancy. VirginiaU.S.A.
Fandeli, Chafid. 2002. Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan
UGM. Yogyakarta.
Hendarto A. Kresno. 2008. Ekowisata: Sebuah Diferensiasi Produk Pariwisata di
Indonesia Pasca Tragedi Bali.

Indrawan, M Richard B Primack dan Jatna Supriatna. 2007. Biologi Konservasi.


Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning: An Integrated and Sustainable
Approach. Van Nostrand Reinhold. New York.
Kotler, Philip. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis,
Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat. Jakarta.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium Jilid II. PT.
Prenhalindo. Jakarta.
Kotler, Philip dan Armstrong, G. 2008. Prinsip-Prinsip Pemasaran Edisi ke
Delapan. Erlangga. Jakarta.
Nugroho, S. A. 2002. Analisis Strategi dan Sistem Pemasaran Kecap (studi kasus
pada Perusahaan Kecap Sumber Rasa, Jombang, Jawa Timur). Skripsi
Universitas Brawijaya. Malang.
Prebensen, N.K. 2007. A Grammar of Motives for Understanding Individual
Tourist Behavior. Doctor Dissertations.
Robby K.T. 2001. Objek Wisata Alam (Pedoman Identifikasi, Pengembangan,
Pengelolaan, Pemeliharaan, dan Pemasarannya). Penerbit Yayasan Buena
Vista. Bogor.
Stanton, William J. 2001. Prinsip Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Spillane, James J. 2003. Pariwisata dan Wisata Budaya. CV. Rajawali. Jakarta.
Tjiptono, Fandi. Pemasaran Jasa. Banyumedia Publishing. Malang.
Virginia, G. 2005. Analisis Sistem Pemasaran Susu Pasteurisasi KSB di KUD
Batu, Kota Batu. Skripsi Universitas Brawijaya. Malang.

You might also like