You are on page 1of 82

KATA PENGANTAR

Di Indonesia, malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat


yang mempengaruhi angka kematian bayi, anak umur dibawah lima tahun dan ibu
melahirkan serta menurunkan produktifitas kerja. Angka kesakitan penyakit ini relatif
masih cukup tinggi terutama dikawasan timur Indonesia. Malaria masih mengancam
status kesehatan masyarakat terutama bagi masyarakat miskin yang hidup di
daerah terpencil sehingga pemerintah menganggap penyakit malaria merupakan
hal yang serius untuk ditangani. Upaya pengendalian penyakit malaria perlu kita
tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan dan ketrampilan
para pelaksananya/tenaga mikroskopis terutama di Dati II dan tenaga lapangan
(Puskesmas/Rumah Sakit/Unit Pelayanan Kesehatan).
Buku pedoman Petunjuk Teknis Pemeriksaan Parasit Malaria ini disusun oleh
Subdit Malaria dengan melibatkan para ahli dari berbagai instansi seperti Badan
Litbangkes, Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan maksud
agar dapat dijadikan panduan untuk pemeriksaan parasit malaria di berbagai tingkat
pelayanan kesehatan di Indonesia dalam upaya pengendalian penyakit malaria.
Semoga buku pedoman ini bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat pada
pelayanan kesehatan masyarakat khususnya program pengendalian malaria di
Indonesia. Saran-saran dan kritik terhadap buku ini sangat diharapkan guna lebih
menyempurnakan edisi selanjutnya.

Direktur Jenderal PP & PL

Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE


NIP 19550903 198012 1 001

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
I.




PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang........................................................................................
B. Pengertian..............................................................................................
C. Tujuan umum, khusus............................................................................
D. Sasaran..................................................................................................
E. Kebijaksanaan........................................................................................

1
1
1
2
2
2

II. PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA.........................................................



A. Siklus hidup parasit malaria....................................................................

B. Gejala klinis malaria................................................................................

C. Diagnosa malaria....................................................................................

D. KEGIATAN :............................................................................................
- Alat dan bahan......................................................................................
- Penggunaan Mikroskop........................................................................
- Menguji Mutu Giemsa...........................................................................
CARA KERJA :........................................................................................
- Pengambilan SD malaria......................................................................
- Pembuatan sediaan SD malaria...........................................................

E. Pemeriksaan SD malaria........................................................................

F. Pelaporan hasil pemeriksaan SD malaria...............................................

3
3
5
5
6
6
7
10
10
10
10
32
33

III. ADMINISTRASI LABORATORIUM MALARIA............................................



A. Tugas dan Fungsi Laboratorium malaria................................................

B. Tingkatan-tingkatan Laboratorium malaria.............................................

C. Asal sediaan darah.................................................................................

D. Prioritas Pemeriksaan SD Malaria..........................................................

E. Kualitas Laboratorium malaria................................................................

F. Syarat-syarat Laboratorium malaria.......................................................

G. Manajemen Laboratorium malaria..........................................................

35
35
35
35
36
36
37
37

IV. RAPID DIAGNOTIC TEST (RDT)................................................................


- Deteksi antigen dari parasit malaria.....................................................
- Cara kerja.............................................................................................
- Sensitifitas dan spesifisitas...................................................................
- Keuntungan RDT dibanding pemeriksaan Mikroskopis........................
- Kerugian RDT dibanding pemeriksaan Mikroskopis.............................
- Kebijakan penggunaan RDT di Indonesia............................................

41
41
41
42
42
42
43

V. LAMPIRAN
- Buku penerimaan sediaan darah (Lab. 1)
- Buku harian mikroskopis (Lab. 2)
- Buku harian laboratorium (Lab. 3)
- Laporan bulanan laboratorium Kabupaten (Lab. 4a)
- Pengiriman SD untuk pemeriksaan ulang (Lab. 4b)
- Daftar Kepustakaan
- Daftar Kontributor

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita,
dan ibu hamil.
Angka kesakitan penyakit ini relatif masih cukup tinggi terutama di kawasan
Indonesia bagian timur. Oleh karena itu upaya pengendalian malaria perlu kita
tingkatkan terus antara lain dengan meningkatkan kemampuan, keterampilan
para pelaksananya disemua lini pelayanan kesehatan yang ada fasilitas
laboratoriumnya. Peran tersebut terutama sangat ditentukan oleh tenaga
laboratorium/mikroskopis, karena mikroskopis berada digaris depan pelayanan
kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit).
Hal-hal yang penting diperhatikan adalah SOP (Standard Operating Procedure),
tahap-tahapnya dimulai dari persiapan, pembuatan, pewarnaan sampai dengan
pemeriksaan sediaan darah (SD). Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, maka
akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari pemeriksaan SD. Dengan tujuan
agar mampu menegakkan diagnosa malaria secara mikroskopis sebagai tolok
ukur, dan dapat menentukan dengan pasti spesies Plasmodium nya sehingga
pengobatan bisa diberikan dengan cepat dan tepat. Karena penderita dengan
gejala klinis malaria tanpa pemeriksaan/konfirmasi laboratorium, hasilnya
akan bias serta ketepatan diagnosisnya kurang akurat. Dengan adanya buku
pedoman ini diharapkan dapat membantu/menjadi panduan bagi mikroskopis
dalam bekerja dibidangnya.
Buku pedoman ini merupakan perbaikan dari edisi sebelumnya, berdasarkan
masukan-masukan dan pengalaman dalam penggunaan selama ini.
Walaupun demikian, saran-saran masih tetap sangat diharapkan guna lebih
menyempurnakan edisi selanjutnya.
Semoga buku pedoman ini berguna bagi petugas kesehatan, khususnya
petugas laboratorium/mikroskopis disemua unit pelayanan kesehatan termasuk
kegiatan di lapangan dan bermanfaat pula bagi upaya pengendalian malaria
dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
B. Pengertian
Pemeriksaan Parasit Malaria adalah : Pemeriksaan darah penderita yang
diduga malaria, baik secara pemeriksaan mikroskopis maupun pemeriksaan
cepat dengan Rapid Diagnostic Test (RDT). Penderita dinyatakan positif malaria
apabila pada pemeriksaan secara mikroskopis ditemukan Plasmodium sp.
dalam darahnya atau apabila pemeriksaan RDT positif.

C. Tujuan
Tujuan Umum :
Meningkatkan mutu diagnosis pemeriksaan darah malaria di semua fasilitas
pelayanan kesehatan.
Tujuan Khusus :
- Membuat standar baku pemeriksaan darah malaria secara mikroskopis.
- Membuat petunjuk teknis penggunaan Rapid Diagnostic Test (RDT).
D. Sasaran
- Petugas mikroskopis malaria.
- Laboratorium di tempat pelayanan kesehatan.
E. Kebijaksanaan
- Pemeriksaan laboratorium dilakukan pada semua penderita diduga malaria
(malaria klinis) disemua tingkat pelayanan kesehatan.
- Meningkatkan kualitas petugas laboratorium dan fasilitas pemeriksaan
laboratorium.
- Penatalaksanaan kasus malaria berdasarkan diagnosa yang cepat dan
pengobatan yang tepat.

BAB II
PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA

A. SIKLUS HIDUP PARASIT MALARIA


1. Pada Nyamuk
Fase Seksual terjadi pada lambung nyamuk. Segera setelah nyamuk
Anopheles betina menghisap darah penderita malaria, gametosit jantan akan
mengeluarkan 4-8 flagel. Dengan flagel, gametosit jantan bergerak menuju
ke gametosit betina dan membuahinya. Hasil fertilisasi bergerak menembus
dinding lambung dan membentuk kista sepanjang dinding lambung nyamuk.
Bila kista pecah akan keluar sporozoit yang akan masuk ke kelenjar liur
nyamuk dan siap menginfeksi manusia.
Rentang waktu antara masuknya gametosit sampai terbentuknya sporozoit
adalah 1-2 minggu, tergantung spesies dan suhu sekitarnya.

Siklus Sporogoni

Nyamuk Anopheles betina


dewasa menghisap darah
manusia dan mengeluarkan
sporozoit infektif

NYAMUK
MANUSIA
Siklus di dalam sel hati
Setelah periode skizogoni,
parasit masuk ke dalam
aliran darah

GAMETOSIT
PELEPASAN
MEROZOIT

SKIZON
DEWASA

TROPOZOIT MUDA
(BENTUK CINCIN)

Siklus Eritrositer
TROPOZOIT
LANJUT

SKIZON
MUDA
TROPOZOIT
MATANG

2. Pada Manusia
a. Fase Hati
Bila nyamuk Anopheles betina yang infektif menggigit manusia, maka
parasit malaria akan ditularkan ke orang tersebut. Parasit mengikuti
sirkulasi darah dan masuk ke dalam sel hati. Dalam waktu 7-21 hari
parasit akan tumbuh dan berkembang biak, sehingga memenuhi seluruh
sel hati. Selanjutnya sel hati pecah dan parasit masuk ke aliran darah,
menginfeksi sel darah merah. Hal ini berlaku untuk infeksi P. Falciparum
dan P. Malariae. Pada infeksi P. Vivax dan P. Ovale, sejumlah parasit
tetap berada dalam hati dan tidak berkembang biak (dorman). Parasit
yang dorman ini dapat menyebabkan kekambuhan pada pasien dengan
infeksi P. Vivax dan P. Ovale.
b. Fase Sel Darah Merah
Fase ini merupakan fase aseksual. Pada saat merozoit dalam sel hati
pecah, maka akan membebaskan tropozoit yang selanjutnya menginfeksi
sel darah merah. Tropozoit akan terus mengalami perkembangan
menjadi skizon. Skizon akan berkembang menjadi merozoit dan pecah
membebaskan tropozoit. Siklus ini akan berlanjut sampai 3 kali. Kemudian
sebagian Merozoit akan berkembang menjadi bentuk gametosit
dan bila terhisap oleh nyamuk Anopheles sp betina siap melakukan
perkembangbiakan seksual di dalam tubuh nyamuk.

B. GEJALA KLINIS MALARIA


Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih gejala-gejala klinis
sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Demam tinggi.
Sakit kepala.
Menggigil.
Nyeri di seluruh tubuh.

Pada beberapa kasus dapat disertai gejala lainnya berupa mual, muntah dan
diare.
Gejala tersebut diatas hampir menyerupai dengan gejala-gejala penyakit lainnya,
sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan diagnosa
yang pasti.
Tidak mudah dalam menentukan diagnosa malaria pada orang yang pernah
terkena serangan sebelumnya. Hal ini disebabkan karena tubuh penderita sudah
menyesuaikan dengan penyakit sehingga gejala klinisnya tidak selalu dapat
terlihat. Kondisi demikian dapat juga terjadi pada penderita yang sebelumnya
sudah mengobati dirinya sendiri. Keluhan yang dirasakan mungkin hanya berupa
sedikit demam dan sakit kepala ringan.
C. DIAGNOSA MALARIA
Banyak orang tidak mengetahui bahwa penyebab malaria adalah adanya parasit
malaria yang masuk ke dalam darah. Ukuran parasit tersebut sangat kecil dan
hanya dapat dilihat dengan menggunakan bantuan mikroskop.
Untuk dapat melihat adanya parasit di dalam darah penderita, perlu dibuat
sediaan darah malaria (SD). Selanjutnya diwarnai dengan pewarnaan giemsa.
SD ditetesi minyak imersi dan diperiksa di bawah mikroskop menggunakan lensa
objektif 100x. Jika ditemukan parasit pada pemeriksaan, penderita dinyatakan
positif malaria.
Bagaimanapun juga perlu diketahui bahwa untuk mendapatkan diagnosa pasti
malaria adalah dengan melakukan pemeriksaan SD dengan menggunakan
mikroskop.
Diperlukan keterampilan yang baik dari petugas dalam memeriksa SD malaria.
Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan dapat membantu memperoleh
keterampilan tersebut.

D. KEGIATAN
1. Pemeriksaan Mikroskopik
ALAT
Mikroskop Binokuler
Mikroskop terdiri dari :
1. Tabung okuler
2. Prisma
3. Pemutar lensa objektif
4. Lensa objektif
5. Meja sediaan
6. Kondensor dan diafragma
7. Cermin
8. Kaki mikroskop atau landasan
9. Lensa okuler
10. Pegangan mikroskop
11. Makrometer
12. Mikroskop

Keterangan Gambar :
1 & 2 : Merupakan tempat prisma dan lensa okuler

3 : Berfungsi untuk mengatur pembesaran SD yang diinginkan

4 : Lensa objektif harus mempunyai pembesaran 10x, 40x dan 100 x.


Lensa tidak boleh dibersihkan dengan alkohol atau aseton. Untuk
pemeriksaan parasit malaria mula-mula digunakan lensa objektif 10x
untuk mencari lapangan pandang. Kemudian untuk pemeriksaan
parasitnya digunakan lensa objektif 100x. Pada pembesaran
lensa 100x, digunakan minyak imersi (immersion oil). Setelah itu
untuk memfokuskan lapangan pandang digunakan mikrometer.
(penggunaan anisol terutama pada daerah dimana tidak tersedia
minyak imersi)
5 : Berfungsi untuk menggeser SD ke kiri atau kanan, ke depan atau
belakang pada waktu melakukan pemeriksaan.
6 : Kondensor dan diafragma berfungsi memaksimalkan cahaya yang
jatuh ke lapangan pandang SD yang diperiksa. Bila menggunakan
sumber cahaya listrik bukan dari mikroskop, dapat digunakan filter
biru yang membuat lapangan pandang mikroskop lebih putih (bukan
kuning).
7 : Cermin digunakan untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya
listrik (lampu) atau cahaya matahari ke kondensor. Apabila sumber
cahaya dari lampu, digunakan permukaan cermin yang datar.
Sedangkan untuk sumber cahaya matahari, digunakan cermin
cekung.
8 : Landasan mikroskop harus diletakkan di tempat yang permukaannya
rata dan kuat, misalnya di atas meja. Landasan ini berfungsi untuk
menahan agar mikroskop tidak mudah goyah pada waktu dilakukan
pemeriksaan.
9 : Untuk pemeriksaan SD malaria lensa okuler dapat digunakan
dengan pembesaran 10x.
10 : Digunakan untuk memegang mikroskop bila akan dipindahkan
ke tempat lain (dengan tangan kanan) dan dianjurkan untuk
mengangkat beserta landasannya (dengan tangan kiri).
11 : Makrometer digunakan untuk mencari secara cepat lapangan
pandang besar (LPB)
12 : Mikrometer digunakan untuk mendapatkan gambaran secara lebih
jelas (dengan lensa objektif yang lebih besar).

PENGGUNAAN MIKROSKOP UNTUK PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA


Sumber cahaya
Sumber cahaya yang baik merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal. Sumber cahaya dapat

berasal dari cahaya matahari maupun listrik. Sumber cahaya lain dapat
menggunakan baterai atau generator. Cahaya tidak boleh terlalu terang
atau terlalu gelap karena dapat mempengaruhi pemeriksaan SD. Jika
memakai sumber cahaya lampu bohlam, maka perlu menggunakan filter.
Sedangkan bila memakai sumber cahaya lampu neon maka tidak perlu
menggunakan filter.
Pengaturan Cahaya
a) Letakkan SD di meja sediaan mikroskop
b) Atur cahaya dengan menaikkan kondensor dan membuka diafragma.
c) Amati SD melalui okuler dengan menggunakan lensa objektif 10 x.
Putar makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
Tidak dianjurkan untuk langsung menggunakan lensa objektif 100x
untuk memfokuskan lapangan pandang.
d) Bila lapangan pandang sudah ditemukan/fokus, teteskan minyak
imersi atau anisol pada lapangan pandang tersebut dan lensa objektif
diputar pada ukuran 100x.
e) Amati lapangan pandang tersebut, bila belum fokus, mikrometer diputar
sehingga lapangan pandang menjadi jelas. Jangan menggunakan
makrometer untuk memfokuskan lapangan pandang.
Penyimpanan mikroskop
a) Perlindungan terhadap debu dan kotoran
- Harus ditutup dengan kain bersih/cover mikroskop.
- Jika tidak dipakai dalam waktu lama harus dimasukkan dalam
kotak mikroskop dengan posisi lensa objektif 10x.
- Setelah mikroskop digunakan, lensa objektif dan okuler masingmasing dibersihkan dengan kertas pembersih lensa yang berbeda.
- Untuk membersihkan minyak imersi bisa menggunakan eter
alkohol dengan perbandingan 7 : 3.
b) Perlindungan terhadap jamur
- Simpan ditempat yang kering. Penyimpanan dapat dilakukan pada
ruangan AC yang dipasang 24 jam terus menerus (tidak termasuk
AC yang hanya dinyalakan pada jam kerja).
- Apabila tidak tersedia fasilitas diatas, maka mikroskop disimpan
dalam kotaknya atau lemari.
- Mikroskop disimpan dalam lemari yang dipasang bola lampu
25-50 watt disesuaikan dengan ukuran lemari penyimpanan
dan dihidupkan terus menerus. Apabila disimpan dalam kotak
mikroskop, cukup dengan lampu 5 watt.
- Apabila tidak ada fasilitas listrik maka mikroskop disimpan dalam
kotaknya yang diberi 400 gram silica gel.
- Jika mikroskop tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama,
maka semua lensa obyektif dan okuler harus disimpan terpisah
dalam desicator atau toples kaca yang diberi silica gel. Jika silica gel
sudah berubah warna menjadi merah muda dibandingkan dengan
warna semula (biru), maka dapat didaur ulang (dipanaskan) untuk
digunakan lagi.
8

- Jika lensa terkena jamur, lensa harus diservis langsung pada


pabrik pembuatnya.
BAHAN
Slide/Kaca sediaan (Object Glass)
1. Slide yang sudah tergores tidak boleh dipakai. Yang terbaik adalah
menggunakan object glass yang baru, dan tidak boleh menggunakan
slide bekas pakai. Semua object glass direndam dalam air sabun selama
30 menit 1 jam kemudian dibilas dengan air mengalir.
2. Membersihkan object glass: Dilap dengan kasa atau kain bersih. Setelah
kaca sediaan dibersihkan, tidak boleh memegang pada bagian permukaan
kaca sediaan, dan langsung dipakai atau disimpan pada slide box.
3. Menyimpan object glass: Slide box yang yang dianjurkan adalah terbuat
dari bahan plastik/fiber yang tahan pecah. Slide box sebaiknya tidak
terbuat dari bahan kayu karena dapat berpengaruh pada SD yang
disimpan. Ketebalan object gelas 1,1 1,3 mm, ukurannya 25 x 75 x 1
1,5 mm.
Lancet steril, digunakan hanya untuk 1x pakai.
Kapas, jika tidak tersedia kapas, dapat digunakan bahan halus.
Alkohol 70 %, lebih baik lagi jika menggunakan swab alkohol siap pakai.
Minyak imersi (immersion oil) bila tidak tersedia dapat menggunakan anisol
Larutan buffer (pH 7.2)
Larutan buffer dapat dibuat dengan cara mencampurkan satu tablet buffer
(pH 7,2) dalam 1 liter aquades atau air mineral (air kemasan dalam botol)
yang jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Larutan ini dapat dipakai untuk
mengencerkan larutan giemsa stock.
Larutan Giemsa
Beberapa hal yang harus diperhatikan :
1. Giemsa stock harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan
hindari dari sinar matahari langsung.
2. Sebaiknya giemsa stock disimpan dalam botol berwarna gelap berukuran
100 ml. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stock karena oksidasi
dan penguapan akibat seringnya membuka tutup botol.
3. Botol giemsa stock yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau diaduk
karena endapan/kristal giemsa akan naik ke permukaan larutan dan
dapat menjadi artefak dalam SD yang diwarnai.
4. Pengambilan giemsa stock harus menggunakan pipet yang kering, agar
giemsa stock di botol tidak tercemar dengan air.
5. Sisa larutan giemsa yang telah dicampur dengan larutan buffer bila tidak
digunakan lagi harus dibuang dan dimasukkan kembali ke dalam botol
giemsa stock.

6. Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh


disimpan/digunakan setelah 6 jam.
7. Adapun konsentrasi larutan giemsa yang akan digunakan dapat dilihat
lebih lanjut pada halaman 13.

MENGUJI MUTU GIEMSA


Ada dua cara menguji mutu giemsa untuk mengetahui apakah giemsa stock
yang akan digunakan masih baik :
a) Melakukan pewarnaan pada 1-2 SD, kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Kalau hasilnya sesuai dengan kriteria standar pewarnaan yang
baik, berarti giemsa pengencernya masih bagus dan dapat digunakan.
Pengujian seperti ini perlu dilakukan setiap kali akan melakukan
pewarnaan masal.
b) Melakukan test menggunakan kertas Whatman no.2 dan metanol (metil
alkohol) :
o Letakkan kertas saring diatas gelas atau petri disk supaya bgian
tengah kertas tidak menyentuh sesuatu.
o Teteskan 1-2 tetes giemsa stock pada kertas saring. Tunggu sampai
meresap dan menyebar.
o Kemudian teteskan 3-4 tetes metanol absolut di tengah bulatan
giemsa perlahan dengan jarak waktu beberapa detik sampai garis
tengah giemsa menjadi 5-7 cm, maka akan terbentuk :
- Lingkaran biru (methilen blue) ditengah.
- Lingkaran cincin ungu (methilen azur) diluarnya, serta
- Lingkaran tipis warna merah (eosin) pada bagian tepi.
Giemsa sudah rusak dan tidak boleh dipakai lagi, bila warna ungu atau
merah tidak terbentuk.
Kertas lakmus untuk mengukur pH

CARA KERJA
1) PENGAMBILAN SEDIAAN DARAH MALARIA
o Untuk bahan
o Untuk bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah dari ujung jari.
o Bila menggunakan darah vena, sebaiknya darah yang digunakan adalah
darah yang belum tercampur dengan anti koagulan (darah yang masih
ada dalam spuit). SD harus segera dibuat sebelum darah membeku.
o Bila menggunakan darah dengan anti koagulan harus segera dibuat SD
malaria, karena bila sudah lebih dari 1 jam, jumlah parasit berkurang dan
morfologi dapat berubah.
o Untuk darah yang dimasukkan ke dalam tabung yang berisi anti koagulan,
tabung tersebut harus diisi penuh dengan darah yang akan diperiksa.

10

2) PEMBUATAN SEDIAAN DARAH MALARIA


a. Jenis Sediaan Darah
Untuk membuat SD malaria dibuat 2 jenis SD, yaitu sediaan darah tebal
dan sediaan darah tipis.
Sediaan darah tebal
Terdiri dari sejumlah besar sel darah merah yang terhemolisis. Parasit
yang ada terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih
cepat terlihat di bawah mikroskop.
Sediaan darah tipis
Terdiri dari satu lapisan sel darah merah yang tersebar dan digunakan
untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan dalam SD
tebal.
b. Pembuatan Sediaan Darah

1. Pegang tangan kiri pasien dengan posisi telapak tangan menghadap


ke atas.
2. Pilih jari tengah atau jari manis (pada bayi usia 6-12 bulan darah
diambil dari ujung ibu jari kaki dan bayi <6 bulan darah diambil dari
tumit).
3. Bersihkan jari dengan kapas alkohol untuk menghilangkan kotoran
dan minyak yang menempel pada jari tersebut.
4. Setelah kering, jari ditekan agar darah banyak terkumpul di ujung jari.

5. Tusuk bagian ujung jari (agak di pinggir, dekat kuku) secara cepat
dengan menggunakan lancet.

11

6. Tetes darah pertama yang keluar dibersihkan dengan kapas kering,


untuk menghilangkan bekuan darah dan sisa alkohol.
7. Tekan kembali ujung jari sampai darah keluar, ambil object glass
bersih (pegang object glass di bagian tepinya). Posisi object glass
berada di bawah jari tersebut.
8. Teteskan 1 tetes kecil darah (+ 2l) di bagian tengah object glass
untuk SD tipis. Selanjutnya 2-3 tetes kecil darah (+ 6l) di bagian
ujung untuk SD tebal

9. Bersihkan sisa darah di ujung jari dengan kapas.


10. Letakkan object glass yang berisi tetesan darah diatas meja atau
permukaan yang rata.
11. Untuk membuat SD tipis, ambil object glass baru (object glass kedua)
tetapi bukan cover glass. Tempelkan ujungnya pada tetes darah kecil
sampai darah tersebut menyebar sepanjang object glass.

12. Dengan sudut 450 geser object glass tersebut dengan cepat ke arah
yang berlawanan dengan tetes darah tebal, sehingga didapatkan
sediaan hapus (seperti bentuk lidah).
13. Untuk SD tebal, ujung object glass kedua ditempelkan pada ke tiga
tetes darah tebal. Darah dibuat homogen dengan cara memutar ujung
object glass searah jarum jam, sehingga terbentuk bulatan dengan
diameter 1 cm.

12

14. Pemberian label/etiket pada bagian ujung object glass dekat sediaan
darah tebal, bisa menggunakan kertas label atau object glass frosted.
Pada label dituliskan KODE/INISIAL NAMA/TANGGAL PEMBUATAN.

15. Proses pengeringan SD harus dilakukan secara perlahan-lahan di


tempat yang datar. Tidak dianjurkan menggunakan lampu (termasuk
lampu mikroskop), hair dryer. Hal ini dapat menyebabkan SD menjadi
retak-retak sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Kipas angin
dapat digunakan untuk mengeringkan SD.
16. Selama proses pengeringan, SD harus dihindarkan dari gangguan
serangga (semut, lalat, kecoa dll), debu, panas, kelembaban yang
tinggi dan getaran.
17. Setelah kering, darah tersebut harus segera diwarnai. Pada keadaan
tidak memungkinkan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam SD
harus sudah diwarnai.

Kesalahan pada pembuatan sediaan darah


Kesalahan-kesalahan yang sering dijumpai pada pembuatan SD :
1. Jumlah darah yang digunakan terlalu banyak, sehingga warna SD
tebal menjadi gelap/terlalu biru. Parasit malaria pada SD tebal sulit
dilihat karena banyaknya sel darah putih. Demikian juga pada SD tipis,
bertumpuknya sel darah merah menyebabkan parasit sulit dilihat.

2. Jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit, tidak memenuhi syarat


yang diperlukan untuk menyatakan bahwa SD tersebut negatif.

13

3. SD yang berlemak atau kotor dapat menyulitkan pemeriksaan. Selain


itu pada proses pewarnaan, sebagian SD tebal dapat terlepas.

4. Ujung object glass kedua yang bergerigi atau terlalu tajam akan
menyebabkan penyebaran SD tipis tidak rata dan ujungnya tidak
berbentuk lidah.

5. SD tebal yang terletak di ujung object glass, dapat menyulitkan


pemeriksaan karena posisi meja sediaan sudah maksimal (tidak dapat
digeser).

c. Pewarnaan Sediaan Darah


1) SD tipis yang sudah kering difiksasi dengan methanol. Jangan sampai
terkena SD tebal.
2) Letakkan pada rak pewarna dengan posisi darah berada di atas.
3) Siapkan 3% larutan Giemsa dengan mencampur 3 cc giemsa stock
dan 97cc larutan buffer.
4) Tuang larutan Giemsa 3% dari tepi hingga menutupi seluruh permukaan
object glass. Biarkan selama 30-45 menit.
5) Tuangkan air bersih secara perlahan-lahan dari tepi object glass
sampai larutan Giemsa yang terbuang menjadi jernih. Angkat dan
keringkan SD. Setelah kering, SD siap diperiksa.
6) Pada keadaan darurat dapat dipakai pewarnaan cepat dengan
perbandingan 2 tetes giemsa stock ditambah 1 ml larutan buffer
selama 15 menit. Dalam hal ini pewarnaan standar tetap dilakukan.

d. Pemeriksaan Sediaan Darah


1. Komponen Darah Normal
Jika darah vena dalam tabung didiamkan dalam waktu 5-20 menit,
maka darah tersebut akan terbagi menjadi 2 lapisan. Bagian serum

14

berupa cairan berwarna kuning pucat, kemudian bekuan darah akan


berwarna merah tua atau kehitaman yang mengandung sel darah
merah, sel darah putih dan trombosit/platelets.
Komponen-komponen ini akan terlihat jelas di bawah mikroskop bila
sudah diwarnai.
a) Sediaan Darah Tipis
o Sel darah merah (eritrosit)
Merupakan sel darah yang terbanyak dalam SD tipis, berbentuk
bulat dan pada pewarnaan Giemsa yang baik, terlihat berwarna
merah muda keabuan. Sel darah merah tidak mempunyai inti
dan jumlahnya sekitar 5 juta/l darah.

o Sel darah putih (leukosit)


Sel darah putih berjumlah 6.000-8.000/ l darah. Sel darah
putih terdiri dari inti, sitoplasma dan membran sel. Di dalam
sitoplasma terdapat granule-granule (lihat gambar).
Inti
Sitoplasma (berisi granula)
Membran sel

Sel darah putih

Leukosit terbagi dalam dua kelompok besar yaitu:


1) leukosit multilobul (PMN = polymorphonuclear)
Netrofil
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 65% dari total
leukosit. Inti berwarna ungu tua. Granule terlihat jelas
dalam sitoplasma. Pada kasus-kasus malaria dapat
dijumpai pigmen malaria yang merupakan sisa-sisa
parasit yang difagositosis oleh netrofil.
Eosinofil
Pada orang sehat jumlahnya mencapai 1-4% dari total
leukosit. Granule pada sitoplasma berwarna merah dari
zat warna eosin.
Basofil
Merupakan leukosit yang paling jarang, jumlahnya <1%
dari total leukosit. Granule pada sitoplasma kasar dan
berwarna biru atau keunguan.

15

2) Leukosit non-multilobul
Monosit
Pada orang sehat, jumlahnya mencapai 2-10 % dari
total leukosit. Merupakan leukosit yang ukurannya
paling besar. Diameternya 12-18 m. Intinya besar,
berbentuk seperti ginjal atau kacang. Dalam sitoplasma
dapat ditemukan sedikit granule yang berwarna merah
muda atau merah. Seperti halnya netrofil, monosit dapat
memfagositosis parasit malaria.
Limfosit
Ada dua tipe limfosit; besar dan kecil. Jumlahnya
mencapai 20-45% dari total leukosit. Inti dari limfosit
besar berbentuk bulat dan berwarna ungu tua pada
pewarnaan SD yang baik. Sitoplasmanya lebar,
berwarna biru jernih dan berisi beberapa granule yang
berwarna keunguan.
Limfosit kecil berukuran sedikit lebih besar dari sel darah
merah (eritrosit) normal. Sitoplasmanya kecil dan intinya
berwarna biru tua sampai kehitaman.
o Trombosit/Platelets
Ukurannya kecil, bentuk tidak beraturan, berwarna merah dan
tidak berinti. Jumlahnya 150 400 ribu/l darah. Jika pembuatan
SD tidak baik, trombosit yang umumnya berkelompok 5-10
sel tampak menyatu dengan jumlah yang lebih besar. Pada
orang yang belum berpengalaman seringkali dianggap sebagai
parasit malaria.
b) Sediaan darah tebal
Pada waktu memeriksa SD tebal dengan lensa objektif 100x dan
okuler 7x akan terlihat : Sisa-sisa sel darah merah, sel darah putih,
trombosit. Pada SD tebal gambaran sel darah putih dan trombosit
menyerupai SD tipis, hanya ukurannya lebih kecil.
SD terdiri dari sejumlah besar sel darah merah (eritrosit) yang lisis
dan saling menumpuk. Bila SD tebal diwarnai Giemsa, air yang
berasal dari zat warna Giemsa akan melarutkan isi sel darah
merah tersebut.
Hemoglobin merupakan komponen utama sel darah merah,
sehingga proses ini disebut hemoglobinisasi. Hal ini dapat terlihat
bila kita meletakkan SD tebal dalam bak pewarnaan berisi air.
Dalam waktu 1-2 menit warna merah dari hemoglobin akan lepas
dari SD tebal sehingga menjadi pucat dan jernih. Proses ini terjadi
pada saat akhir pewarnaan, yang terlihat adalah sisa eritrosit,
lekosit dan trombosit.
16

T
M
SD Tipis

LEKOSIT

L
SD Tebal

N = Netrofil ; E = Eosinofil ; M = Monosit ; L = Limfosit ; T = Trombosit

2. Morfologi Parasit Malaria


a) Pengenalan Parasit Malaria
Parasit malaria terdiri dari :
o Inti/kromatin; bentuknya bulat dan berwarna merah.
o Sitoplasma; bentuknya seperti cincin sampai bentuk yang tidak
beraturan, umumnya berwarna biru.
b) Stadium Parasit Malaria
Stadium parasit malaria yang dapat dilihat dalam SD sebagai berikut :
o Stadium Trofozoit
Merupakan stadium yang paling umum ditemukan, seringkali disebut
sebagai stadium cincin. Meskipun tidak selalu terlihat berbentuk cincin
yang sempurna.

Trofozoit merupakan stadium pertumbuhan, sehingga dapat ditemukan


dalam berbagai ukuran dari kecil sampai besar. Pigmen merupakan
hasil pertumbuhan/metabolisme parasit, warnanya bervariasi dari
kuning pucat sampai coklat kehitaman atau hitam.
o Stadium Skizon
Pada stadium skizon terlihat inti membelah secara aseksual menjadi
2, 4, 8 dan seterusnya secara aseksual tanpa melibatkan sel kelamin
jantan dan betina. Stadium skizon mempunyai beberapa fase mulai
dari parasit dengan inti dua sampai parasit dengan banyak inti yang
masing-masing intinya disertai dengan sitoplasma.

17

o Stadium Gametosit
Merupakan stadium seksual yang akan menjadi sel kelamin jantan dan
betina, berkembang lebih lanjut di dalam tubuh nyamuk Anopheles
betina.
Gametosit dapat berbentuk bulat atau seperti pisang tergantung
spesies. Warna dari sitoplasma parasit dapat digunakan untuk
membedakan sel kelamin jantan (mikrogametosit) dan sel kelamin
betina (makrogametosit).

Kunci untuk Mengidentifikasi Stadium Parasit Malaria pada SD Tipis


1. Apakah dalam sel darah merah ditemukan satu atau lebih titik kromatin
yang berwarna merah dan sitoplasma yang berwarna biru ?
Ya : lanjut ke no. 2
Tidak : yang terlihat bukan parasit

2. Apakah ukuran dan bentuk sesuai dengan parasit malaria ?


Ya
: kemungkinan yang dilihat adalah parasit malaria, lanjut
ke no. 3
Tidak : yang terlihat bukan parasit

3. Apakah ada pigmen malaria di dalam sel tersebut ?


Ya
: lanjut ke no. 7
Tidak : lanjut ke no. 4

18

4. Apakah parasit tersebut mempunyai satu inti dengan sitoplasma yang


berbentuk cincin, dengan vakuola yang jelas terlihat ?
Ya
: ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 5

5. Apakah parasit mempunyai satu kromatin yang menempel pada sitoplasma biru yang kompak (bisa disertai dengan vakuola yang kecil) ?
Ya
: ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 6
6. Apakah parasit dengan satu kromatin berbentuk tidak beraturan dan
terfragmentasi ?
Ya
: ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 7

7. Apakah parasit yang berpigmen mempunyai inti satu ?


Ya
: lanjut ke no. 8
Tidak : lanjut ke no. 9
8. Apakah parasit mempunyai satu vakuola atau sitoplasmanya
berfragmentasi ?
Ya
: Kemungkinan adalah stadium trofozoit lanjut.
Tidak : lanjut ke no. 11

9. Apakah parasit yang mempunyai dua inti/kromatin yang menempel


pada satu cincin yang bervakuol ?
Ya
: Ini adalah stadium trofozoit.
Tidak : lanjut ke no. 10

10. Apakah parasit mempunyai inti yang berjumlah antara 2-32, disertai
pigmen ?
Ya
: Ini adalah stadium skizon

19

11. Apakah parasit berbentuk bulat atau seperti pisang ?


Bulat
: lanjut ke no.12
Seperti pisang : lanjut ke no.14

12. Apakah parasit yang berbentuk bulat, mempunyai inti/kromatin yang


terlihat jelas dan sitoplasma yang berwarna biru tua ?
Ya
: Ini adalah gametosit betina
Tidak : Lanjut ke no.13

13. Apakah parasit yang berbentuk bulat, secara keseluruhan berwarna


kemerahan sehingga kromatin tidak terlihat jelas?
Ya
: Ini adalah gametosit jantan
Tidak : Lanjut ke no.14

14. Apakah parasit berbentuk pisang, mempunyai sitoplasma yang


berwarna biru dan kromatin yang berwarna merah ?
Ya
: Ini adalah gametosit betina
Tidak : Lanjut ke no.15

15. Apakah parasit berbentuk pisang, secara keseluruhan berwarna


kemerahan sehingga kromatin tidak jelas terlihat ?
Ya
: Ini adalah gametosit jantan

c) Spesies Parasit Malaria


Gambaran spesies parasit pada SD tipis.
Petunjuk yang paling sederhana untuk membedakan keempat spesies
malaria adalah perubahan yang terlihat pada sel darah merah yang
terinfeksi. Ukuran sel darah merah yang terinfeksi dapat terlihat membesar
atau normal. Pada sitoplasma eritrosit yang terinfeksi dapat ditemukan
titik Schuffner atau Maurer.
20

Disamping itu, petunjuk yang lainnya adalah keteraturan sitoplasma


parasit. Sitoplasma yang teratur dapat berupa cincin, koma, tanda seru
dan sayap burung terbang.
Secara umum, pada infeksi Plasmodium falciparum dapat ditemukan satu
stadium (trofozoit atau gametosit). Pada infeksi spesies lainnya dapat
ditemukan berbagai stadium.

21

22
Plasmodium malariae

Tidak ada titik-titik


pada sitoplasma
eritrosit (kecuali)
dengan pewarnaan
khusus)

Tidak ada perubahan


pada dinding maupun
warna

Plasmodium vivaks

Ada titik-titik halus dan


tersebar merata pada
sitoplasma (titik Schuffner)

Pembesaran terlihat
jelas. Eritrosit
berbentuk
bulat/lonjong

Plasmodium ovale

Ada titik-titik halus dan


seperti titik Schuffner
yang lebih jelas terlihat
di sepanjang dinding sel

Sedikit terlihat
membesar, kadang
mengkerut dengan ujung
yang berumbai/oval

Sel darah merah


terlihat membesar

Perbedaan Spesies Parasit Malaria berdasarkan Perubahan Sel Darah Merah pada SD tipis

Plasmodium falciparum

Dapat ditemukan titik-titik


kasar pada sitoplasma (titik
Maurer)

kadang eritrosit dapat


mengkerut dengan bagian
tengah berwarna merah
muda dan bagian tepinya
lebih gelap

Ukuran sel darah merah


normal

Sel darah merah yang


terinfeksi parasit
malaria

23

Plasmodium malariae

Stadium lain yang


sering ditemukan :
Skizon dan Gametosit

(pigmen dengan warna kekuningan


ditemukan pada stadium yang lebih lanjut)

Gambaran Kompak

Plasmodium ovale

Tampak bayangan merah


dgn titik Schuffner lebih
kasar di bag. tepi SD

Tampak bayangan merah


dgn titik Schuffner lebih
halus di bag. tepi SD
Plasmodium vivaks

Stadium lain yang sering


ditemukan : Skizon dan
Gametosit

terlihat lebih teratur atau


kompak

dengan ukuran yang


bervariasi
Stadium lain yang sering
ditemukan : Skizon dan
Gametosit

Sitoplasma sedikit terputusputus

Sitoplasma jelas terputusputus

Sitoplasma tidak
beraturan

Perbedaan Spesies Parasit Malaria berdasarkan Gambaran Sitoplasma Trofozoit pada SD Tebal

Plasmodium falciparum

Stadium lain yang sering


ditemukan :
Gametosit berbentuk
pisang/bulat dengan butirbutir pigmen berwarna gelap,
kadang-kadang disertai balon
merah (skizon biasanya tidak
terlihat kecuali pada infeksi
berat

Gambaran uniform

Sitoplasma teratur

Trofozoit

TROPOZOIT

SKIZON

GAMETOSIT
PLASMODIUM FALCIPARUM

24

TROPOZOIT

SKIZON

GAMETOSIT
PLASMODIUM OVALE

25

TROPOZOIT

SKIZON

GAMETOSIT
PLASMODIUM MALARIE

26

TROPOZOIT

SKIZON

GAMETOSIT
PLASMODIUM VIVAX

27

Gambaran spesies parasit pada SD tebal


Pada SD tebal tidak terlihat sel darah merah (karena lisis). Walaupun
demikian parasit malaria tetap terlihat, meskipun ukurannya lebih kecil
dibandingkan pada SD tipis.
Parasit malaria harus dicari dengan lebih teliti. Setiap berpindah lapang
pandang, mikrometer digunakan untuk memfokuskan objek yang dilihat.
Pada SD tebal, parasit dapat berada pada lapisan yang berbeda.
Sitoplasma trofozoit yang berbentuk cincin halus, dapat terlihat terputusputus atau tidak sempurna. Dengan lisisnya sel darah merah, titik Schuffner
sulit dilihat demikian juga dengan titik Maurer. Walaupun demikian, masih
terlihat sisa-sisa sel darah merah yang mengelilingi parasit (zona merah/
bayangan merah). Kunci untuk identifikasi spesies parasit pada SD tipis
dan SD tebal dapat dilihat pada gambar sketsa parasit 1-4.

Artefak pada sediaan darah


Artefak merupakan sejumlah objek (benda-benda) yang gambarannya
menyerupai parasit. Hal ini dapat menimbulkan kesalahan dalam diagnosis
parasit malaria. Gambaran yang dapat terlihat antara lain jamur. Untuk
mencegah pertumbuhan jamur pada SD, warnai SD secepat mungkin
(tidak lebih dari 48 jam).
Kontaminan lain dapat berasal dari lingkungan, seperti debu yang
berterbangan dan menempel pada SD pada waktu pengeringan (baik
sebelum maupun sesudah pewarnaan).
Artefak lain dapat berupa kotoran yang berasal dari jari penderita, atau
object glass yang kurang bersih.
Gambar ini memperlihatkan jenis-jenis artefak yang dapat ditemukan
pada SD.

28

Gambaran Awan dan bintik kotoran kromatosit


berasal dari eritrosit yang belum matang
pada anemia berat

Grup Granula Eosinofil


yang terlepas

Perbandingan ukuran
Trombosit dan Limfosit

ELEMEN DARAH

BAKTERI

SPORA

SEL TUMBUHAN

Partikel debu

Kristal
Pewarna Giemsa

Hipha dan spora


JAMUR

Goresan pada slide

Bentuk Kristal
pada slide

29

IDENTIFIKASI SPESIES PARASIT MALARIA DALAM SD TEBAL

Plasmodium falciparum

Biasanya terlihat Trofozoit muda, lanjut


dan/atau Gametosit matang

Plasmodium vivax

Terlihat semua stadium, titik Schuffner dalam


bayangan merah

Spesies

30

Trofozoit

Stadium Parasit
Skizon

Gametosit

Ukuran : Kecil sampai


sedang.
Jumlah : seringkali
banyak.
Bentuk yang sering
ditemukan : cincin dan
koma.
Inti : kadang-kadang
ditemukan berinti 2
Sitoplasma : teratur,
halus sampai tebal.
Stadium lanjut :
kadang-kadang
ditemukan pada malaria
berat, sitoplasma
kompak yang terlihat
sebagai granula kasar.

Biasanya ditemukan
bersamaan dengan
sejumlah besar stadium
cincin muda.
Ukuran : Kecil, kompak
Jumlah : sedikit,
biasanya pada malaria
berat.
Stadium lanjut : terdiri
dari 12-30 merozoit
berkelompok, pigmen
menggumpal berwarna
gelap.

Stadium muda dengan


ujung lancip jarang
ditemukan.
Stadium lanjut :
berbentuk pisang atau
bulat.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar,
kasar. Kadang-kadang
ditemukan balon
merah.

Ukuran : Kecil sampai


besar
Jumlah : sedikit sampai
sedang
Bentuk yang sering
ditemukan : cincin
dengan sitoplasma
terputus-putus sampai
sitoplasma yang
bentuknya tidak teratur.
Inti : tunggal, kadangkadang dua.
Sitoplasma : tidak
teratur atau terputusputus.
Stadium lanjut :
kompak, padat, pigmen
halus tersebar.

Ukuran : besar
Jumlah : sedikit
sampai sedang
Stadium lanjut : terdiri
dari 12-24 merozoit
(biasanya 16), tersebar
tidak merata, pigmen
tidak menggumpal.

Stadium muda sulit


dibedakan dengan
Trofozoit lanjut.
Stadium lanjut : bulat
dan besar.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar, halus.

Terlihat semua stadium, titik


Schuffner lebih jelas dalam bayangan merah
Terlihat semua stadium

Plasmodium malariae

Plasmodium ovale

Spesies

Trofozoit

Stadium Parasit
Skizon

Gametosit

Ukuran : lebih kecil dari


P.vivax.
Jumlah : biasanya
sedikit.
Bentuk yang sering
ditemukan : bentuk
cincin sampai bentuk
bulat atau kompak.
Inti : tunggal, menonjol
Sitoplasma : agak
teratur, tebal. Pigmen
kasar tersebar.

Ukuran : lebih
menyerupai P.malariae
Jumlah : sedikit.
Stadium lanjut
: terdiri dari 4-12
merozoit (biasanya 8),
yang tersebar tidak
berkelompok, pigmen
berkumpul.

Stadium muda sulit


dibedakan dengan
Trofozoit lanjut.
Stadium lanjut : bulat
mungkin lebih kecil dari
P.vivax.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar, kasar.

Ukuran : Kecil
Jumlah : sedikit
Bentuk yang sering
ditemukan : bentuk
cincin sampai bentuk
bulat atau kompak
sitoplasma teratur, tebal.
Inti : tunggal dan besar
Sitoplasma :
teratur,padat, pigmen
berjumlah banyak,
tersebar berwarna
kuning pada stadium
lanjut.

Ukuran : Kecil, kompak


Jumlah : sedikit
Stadium lanjut
: terdiri dari 6-12
merozoit (biasanya 8),
yang tersebar tidak
berkelompok, pigmen
berkumpul

Stadium muda sulit


dibedakan dengan
Trofozoit lanjut.
Stadium lanjut : bulat,
kompak.
Inti : tunggal, jelas.
Pigmen tersebar, kasar.

31

E. PEMERIKSAAN RUTIN UNTUK SD MALARIA


1. Pemeriksaan SD Tipis
a) SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop.
b) Lihat SD dengan lensa objektif pembesaran 10 kali dan fokuskan lapang
pandang pada bagian yang bertanda x (lihat gambar).
c) Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda x.
d) Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e) Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit
terlihat jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan
arah kekiri dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f) Pemeriksaan dilakukan sampai 100 lapangan pandang untuk menentukan
negatif. Bila diperlukan dapat dilihat sampai 400 lapang pandang.

2. Pemeriksaan SD Tebal
a. SD diletakkan pada meja sediaan mikroskop
b. Lihat SD dengan lensa objektif 10 kali dan fokuskan lapang pandang
pada bagian tepi SD tebal (tanda x pada gambar)
c. Teteskan minyak imersi pada bagian yang bertanda x.
d. Ganti lensa objektif dengan pembesaran 100 kali
e. Fokuskan lapang pandang dengan memutar mikrometer sampai eritrosit
terlihat jelas. Periksa SD dengan menggerakkan meja sediaan dengan
arah kekiri dan kekanan sesuai arah panah (lihat gambar).
f. Pemeriksaan rutin tebal dinyatakan negatif bila tidak ditemukan parasit
pada 200 lapang pandang. Bila ditemukan parasit, pemeriksaan
dilanjutkan dengan 100 lapangan pandang sebelum diagnosa ditegakkan.
Hal ini dilakukan untuk memastikan ada tidaknya infeksi campur.

3. Menghitung Jumlah Parasit


Ada dua metode yang digunakan untuk menghitung parasit, yaitu
a) Jumlah parasit/l darah dihitung berdasarkan jumlah leukosit pada SD
tebal (standar = 8.000 /l). Untuk penghitungan parasit diperlukan 2
buah tally counter. Satu tally counter untuk menghitung parasit, dan yang
lainnya untuk menghitung leukosit.
32

1) Bila pada 200 leukosit ditemukan 10 parasit atau lebih, catat hasilnya
per 200 leukosit
2) Bila pada 200 leukosit hanya ditemukan 9 parasit atau kurang,
lanjutkan pemeriksaan sampai menjadi 500 leukosit, catat hasilnya
per 500 leukosit.
3) Jadi jumlah parasit dalam 1 l darah :

jumlah parasit x 8.000


jumlah leukosit

4) Apabila penghitungan parasit dilakukan terhadap 200 leukosit maka


jumlah parasit dikalikan 40. Bila penghitungan parasit dilakukan
terhadap 500 leukosit, jumlah parasit dikalikan 16.
5) Secara umum jumlah gametosit dan stadium aseksual dihitung secara
terpisah.
b) Secara semi kuantitatif atau sistem plus.
Merupakan metode yang lebih sederhana untuk menghitung parasit
dalam SD tebal. Namun cara ini kurang memuaskan, hanya dilakukan
apabila penghitungan dengan metode a) tidak memungkinkan. Sistem ini
menggunakan kode 1+ sampai 4+ seperti dibawah ini :
1) +
2) + +

= 1 sampai 10 parasit dalam 100 lapang pandang SD tebal.


= 11 sampai 100 parasit dalam 100 lapang pandang SD
tebal.
3) + + + = 1 sampai 10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.
4) + + + + = >10 parasit dalam 1 lapang pandang SD tebal.

F. PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN SD


Informasi yang harus dicatat dari pasien yang diperiksa darahnya adalah :
1. Wilayah, Provinsi atau kecamatan dimana pemeriksaan dilakukan
2. Alamat lengkap pasien (jalan, RT/RW, dsb)
3. Nama, umur dan jenis kelamin pasien
4. Kode SD
5. Hasil pemeriksaan ;
a) Tidak ditemukan parasit malaria
b) Ditemukan parasit malaria;
o Spesies parasit malaria
o Stadium parasit malaria
o Jumlah parasit malaria (bila memungkinkan)

33

BAB III
ADMINISTRASI LABORATORIUM MALARIA

A. Tugas Dan Fungsi Laboratorium Malaria


Secara garis besar laboratorium malaria, di lapangan (Puskesmas), Kabupaten,
Provinsi atau di Pusat mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
1) Memeriksa/mendiagnosa sediaan darah dalam jangka waktu yang pendek
agar penderita segera dapat diobati dan sumber penularan dapat dicegah.
2) Memeriksa ulang (cross-check) sediaan darah (SD) yang sudah diperiksa
oleh unit laboratorium di bawahnya secara berjenjang.
3) Menilai dampak pengobatan.
4) Menyiapkan data parasitologis untuk dianalisa.
5) Memberitahukan secepatnya hasil pemeriksaan pertama/periksa ulang
kepada pelaksana di lapangan untuk dilakukan tindakan follow-up nya.
B. Tingkatan-Tingkatan Laboratorium Malaria
Dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit malaria, terdapat 4 kategori/
kelas laboratorium :
1. Laboratorium Pusat.
Laboratorium pusat bertanggung jawab dalam :
o Perencanaan dan penentuan policy (kebijakan),
o Penataran dan penilaian unit laboratorium di bawahnya.
Memeriksa ulang SD yang dipilih secara acak dari Provinsi-Provinsi. Hasil
pemeriksaan ulang diumpan balik ke Provinsi yang mengirim SD.
Memeriksa SD hasil survei petugas Pusat
Memeriksa SD dari penelitian-penelitian, misalnya resistensi terhadap
obat.
2. Laboratorium Provinsi.
Bertanggung jawab terhadap penataran mikroskopis baru dan memberikan
kursus penyegaran (refresher course).
Membina unit laboratorium di bawahnya.
Memberikan supply bahan laboratorium kepada laboratorium yang berada
dalam lingkungan kerjanya.
Memeriksa ulang SD yang dipilih secara acak dari Kabupaten dan
memberikan umpan balik ke kabupaten yang mengirim SD.
Membantu evaluasi program pemberantasan malaria dengan menyiapkan
dan menganalisa data parasitologi.
Melakukan survei malaria.
Mengirimkan seluruh SD positif dan 5% SD negatif ke Laboratorium
tingkat Pusat untuk di cross-check.

35

3. Laboratorium Kabupaten.
Membina secara teratur laboratorium lapangan.
Memeriksa ulang SD secara acak yang dikirim dari PuskesmasPuskesmas dan memberikan umpan balik ke puskesmas pengirim.
Melaksanakan survei malaria dan tes resistensi parasit terhadap obat
atau penilaian efikasi obat.
Membantu laboratorium lapangan pada waktu pengumpulan SD yang
berlebihan atau pada waktu mikroskopis lapangan tidak ditempat. Hal ini
dapat dilihat di formulir Lab. 3.
Menyiapkan data parasitologi untuk dianalisis.
Mengirimkan seluruh SD positif dan 5% SD negatif ke Laboratorium
tingkat Provinsi untuk di cross-check.
4. Laboratorium Lapangan (tingkat Puskesmas).
Bertanggung jawab terhadap pemeriksaan SD rutin maupun hasil survei
yang berasal dari daerah operasinya.
Mengirimkan seluruh SD positif dan 5% SD negatif ke Laboratorium
tingkat Kabupaten/Kota untuk di cross-check.
Menyiapkan data parasitologi untuk dianalisis.
Melakukan tes resistensi parasit terhadap obat atau penilaian efikasi obat
terhadap penderita malaria.
C. Asal Sediaan Darah
SD yang dikirim ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan berasal dari
berbagai kegiatan penemuan penderita malaria sebagai berikut :



SD yang berasal dari kegiatan ACD (Active Case Detection).


SD yang berasal dari kegiatan PCD (Passive Case Detection).
SD yang berasal dari kegiatan Contact Survey & Follow-up.
SD yang berasal dari survei malaria, misalnya : malariometric survey, fever
survey, mass-blood survey, resistensi dan lain-lain.

D. Prioritas Pemeriksaan
Dalam program pengendalian malaria, semua SD yang dikumpulkan dari
berbagai kegiatan harus diperiksa dan selesai dalam waktu yang telah ditentukan
agar penderita yang terinfeksi dapat diobati secepatnya dan sumber penularan
dapat dicegah.
Mengingat terbatasnya jumlah laboratorium serta mikroskopis yang ada, maka
bila terjadi pengumpulan SD yang berlebihan dibuat urutan prioritas pemeriksaan
sediaan darah sebagai berikut :
a. SD yang berasal dari hasil penyelidikan hasil survei di suatu daerah tertentu
misalnya daerah KLB.
b. SD hasil tes resistensi atau uji efikasi obat.

36

c. SD dari penderita malaria klinis (yaitu menggigil yang berkala dan sakit
kepala) :
1). Berasal dari PCD.
2). Berasal dari ACD.
d. SD yang dikumpulkan dalam rangka evaluasi program.
E. Kualitas Laboratorium
Kualitas laboratorium dapat dijamin bila kegiatan rutin yang minimal dijalankan
dengan teratur. Kegiatan rutin tersebut adalah :
Perawatan fasilitas tempat kerja dan peralatannya.
Pelaporan data yang menggunakan sistem pencatatan yang standar.
Penataran dan penyegaran para mikroskopis untuk menjamin kualitas
standar pengumpulan, pemrosesan dan pemeriksaan SD.
Supervisi langsung maupun tidak langsung.
F. Syarat-Syarat Laboratorium Malaria
Laboratorium malaria merupakan komponen yang penting untuk menghasilkan
data pemeriksaan sediaan darah (SD). Laporan ini sangat berguna untuk
mengevaluasi program pengendalian malaria secara menyeluruh. Persyaratan
suatu laboratorium malaria yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan ruang tempat pemeriksaan.
2. Mikroskop.
Sebaiknya menggunakan mikroskop binokuler. Bagian mikroskop harus
berfungsi dengan baik untuk memperoleh hasil pembacaan yang optimal.
Bila digunakan mikroskop cahaya dianjurkan menggunakan lampu neon 40
watt sebagai sumber cahaya.
3. Kualitas SD.
Pengadaan bahan dan alat yang berkualitas untuk SD malaria. Bila kualitas SD
tidak baik, maka akan sukar menetapkan diagnosa, sehingga kecenderungan
untuk salah menetapkan diagnosa lebih besar. Sebab itu pengadaan alat
dan bahan untuk pembuatan dan pewarnaan SD perlu mendapat perhatian.
4. Pemeriksa.
Pemeriksa harus terampil, tekun bekerja, percaya diri, sabar, penyantun,
tidak mudah emosi, sehingga dapat berkonsentrasi pada waktu melakukan
pemeriksaan SD.
G. Administrasi / Manajemen Laboratorium Malaria
Pemeriksaan SD dapat dimonitor setiap saat dengan melakukan sistem
pencatatan dan pelaporan secara tertib.
Format yang yang diperlukan pada pencatatan dan pelaporan di laboratorium
sebagai berikut :
1. Buku penerimaan darah (format Lab. 1).

37

2. Buku harian mikroskopis (format Lab. 2).


3. Buku harian laboratorium (format Lab. 3).
4. Pengiriman SD untuk pemeriksaan ulang (format Lab. 4b).
Format-format tersebut di atas terlampir.
CARA MENGISI FORMAT-FORMAT LABORATORIUM
1. Buku penerimaan SD (format Lab. 1)
a. Penjelasan umum.
Dibuat oleh petugas laboratorium dimana kegiatan cross-check
dilakukan. Selain itu pula laboratorium Puskesmas terutama di Jawa
dan Bali dengan kegiatan ACD. Pimpinan unit kerja dan supervisor
dengan mudah dapat mengetahui volume kegiatan laboratorium dan
mengetahui adanya backlog pemeriksaan SD.
Menghindarkan terjadinya pengumpulan SD yang tidak terproses.
Setiap akhir bulan buku tersebut dan direkapitulasi.
b. Petunjuk pengisian.
Kolom : 1, 4, 5, 6, 7 : jelas
Kolom 2 : diisi seperti contoh 1 s/d 5/2/91 desa A kec. B, V/92 Puskesmas
A atau II/92 Dinkes Dati II B.
Kolom 3 : diisi seperti contoh ACD, PCD, MS, cross-check, penyelidikan
epidemiologi, follow-up, KLB, MFS, survey kontak dan lain-lain.
2. Buku harian mikroskopis (lab. 2)
a. Penjelasan umum
Setiap mikroskopis harus mempunyai buku ini, sehingga dapat
diketahui :
Semua hasil pemeriksaan SD malaria.
Volume pemeriksaan mikroskopis (standar 40 SD/hari kerja).
Kegiatan PCD di Puskesmas serta hasilnya dapat dilihat di buku ini.
Di buku ini dapat terlihat apakah SD yang tercatat pada Lab. 1 sudah
diperiksa.
Mengambil SD untuk di cross-check berpedoman pada buku ini juga.
Setiap akhir bulan, buku tersebut ditutup dan direkapitulasi.
b. Petunjuk pengisian
Tgl. : tanggal hari kerja.
No. : nomor urut SD yang diperiksa.
No. Kode SD dan diagnosa : sudah jelas.
Pewarnaan : Pilih salah satu diantara : asam, basa, baik.
Ketebalan : Pilih salah satu diantara : tebal, tipis, baik.
Terfikser : Sudah jelas.
Tak dapat diperiksa/rusak : bila kaca sediaan pecah atau SD hilang
atau SD tidak dapat diperiksa.
Keterangan : bila mikroskopis menemukan penyimpangan kualitas

38

pembuatan SD dan pewarnaan, perlu segera dilaporkan kepada


pimpinan agar segera diperbaiki.
3. Buku harian laboratorium
a. Penjelasan umum
Diisi oleh pengelola laboratorium malaria tingkat Puskesmas pada
hari kerja.
Pengelola laboratorium dapat mengetahui backlog SD dan mengatur
volume pemeriksaan.
Setiap akhir bulan buku direkapitulasi.
b. Petunjuk pengisian (semua kolom telah jelas)
4. Laporan bulanan laboratorium Puskesmas (Lab. 4a)
a. Penjelasan umum
Laporan ini diisi oleh pengelola malaria Puskesmas setiap bulan,
selanjutnya dikirim ke tingkat Kab/Kota. Laporan dari setiap Dinkes Kab/
Kota, selanjutnya dikirim ke tingkat dati I untuk direkapitulasi bagi semua
tingkat II dan dikirim ke Subdit Malaria Pusat.
b. Petunjuk pengisian (semua jelas).
5. Pengiriman SD untuk pemeriksaan ulang (Lab. 4b)
a. Penjelasan umum.
Lab. 4b bagian kanan diisi sama dengan Lab. 4b bagian kiri oleh
mikroskopis yang melakukan pemeriksaan. Bagian kanan untuk arsip
dan bagian kiri dikirim ke tingkat Kab/Kota untuk dilakukan crosscheck.
SD positif yang akan di cross-check oleh Kab/Kota, ditulis ke dalam
kolom A sedang SD negatif pada B.
b. Petunjuk pengisian (semua kolom telah jelas).

39

BAB IV
RAPID DIAGNOSTIC TEST (RDT)
Test ini berdasarkan deteksi antigen dari parasit malaria yang lisis dalam darah
dengan metoda imunokromatografi. Prinsip uji imunokromatografi adalah cairan akan
bermigrasi pada permukaan membran nitroselulosa. Uji ini berdasarkan pengikatan
antigen di darah perifer oleh antibodi monoklonal yang dikonjugasikan dengan zat
pewarna atau gold particles pada fase mobile. Antibodi monoklonal kedua/ketiga
diaplikasikan pada strip nitroselulosa sebagai fase immobile. Bila darah penderita
mengandung antigen tertentu, maka kompleks antigen antibodi akan bermigrasi
pada fase mobile sepanjang strip nitroselulosa dan akan diikat dengan antibodi
monoklonal pada fase immobile sehingga terlihat sebagai garis yang berwarna.

Jenis RDT dapat berupa dipstik ataupun strip. Test ini biasanya memerlukan waktu
sekitar 15 menit (untuk jenis tertentu sampai 30 menit).
Ada 3 jenis antigen yang dipakai sebagai target, yaitu :
HRP-2 (Histidine Rich Protein-2), adalah antigen yang disekresi ke sirkulasi
darah penderita oleh stadium trofozoit dan gametosit muda P.falciparum.
pLDH (pan Lactate Dehydrogenase)
Stadium seksual dan aseksual parasit malaria dari keempat spesies plasmodium
yang menginfeksi manusia menghasilkan enzim pLDH. Isomer enzim ini dapat
membedakan spesies P.falciparum dan P.vivax.
Pan Aldolase
Adalah enzim yang dihasilkan ke empat spesies Plasmodium yang menginfeksi
manusia.
CARA KERJA
- Cara kerja dilakukan sesuai dengan petunjuk kit RDT.
- Ambil 2-5 l darah ujung jari dengan tabung mikro kapiler dan teteskan pada
kotak sampel yang terdapat pada dipstik. Tidak dianjurkan meneteskan darah

41

-
-

-
-

secara langsung ke kotak sampel. Pada beberapa jenis kit RDT dapat juga
digunakan darah dengan antikoagulan/plasma.
Teteskan larutan buffer pada tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan
petunjuk kit RDT. Buffer berisi komponen hemolisis dan antibodi spesifik yang
sudah dilabel dengan Gold koloid.
Jika darah berisi Antigen Malaria, maka kompleks antigen antibodi akan
terbentuk dan terlihat sebagai garis sesuai dengan jenis antibodi yang ada pada
strip tsb. Sedangkan garis kontrol akan terlihat, walaupun darah tersebut tidak
mengandung antigen Malaria. Hal ini menunjukkan bahwa kit/strip tersebut
masih memenuhi syarat (berfungsi dengan baik)
Waktu yang diperlukan untuk membaca hasil RDT berkisar antara 15-30 menit.
Interpretasi hasil sesuai petunjuk pada kit.

SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS


sensitifitas 90 % dalam mendeteksi infeksi Plasmodium falciparum jika jumlah
parasit > 100/ darah. Jika jumlah parasit < 100/ darah, maka sensitivitasnya
menurun.
Sensitivitas Rapid Test terhadap non falciparum (pLDH atau p-Aldolase)
dilaporkan lebih rendah dibandingkandengan P.falciparum (HRP-2).
RDT dapat mendeteksi antigen yang diproduksi oleh gametosit (sepert pLDH)
sehingga dapat memberikan hasil positif pada penderita yang hanya mengandung
gametosit.
Gametosit tidak bersifat patogen, dapat berada dalam darah walaupun penderita
telah mendapat pengobatan, hal ini dapat menyebabkan hasil positif palsu.

Kelebihan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopik :


Lebih sederhana dan mudah diinterpretasikan, tidak memerlukan listrik, tidak
memerlukan pelatihan khusus seperti pada pemeriksaan Mikroskopik.
Variasi dari interpretasinya adalah kecil antara pembaca yang satu dengan yang
lainnya.
Walaupun dapat disimpan pada temperatur kamar (suhu dibawah 300C), RDT
dianjurkan disimpan dalam lemari es pada suhu 40C (usahakan tidak terkena
cahaya matahari langsung).
Rapid Test dapat mendeteksi P.falciparum pada waktu parasit bersekuestrasi
pada kapiler darah (hal ini tidak terdeteksi dengan pada pemeriksaan secara
mikroskopik biasa). Hal yang sama dapat ditemukan juga pada placenta ibu
hamil dengan infeksi P.falciparum.

Kekurangan RDT dibanding Pemeriksaan Mikroskopis


1. Rapid Test yang menggunakan HRP-2 hanya dapat digunakan untuk mendeteksi
P.falciparum.
2. Rapid Test dengan HRP-2 dapat memberikan hasil positif sampai 2 minggu

42

setelah pengobatan, walaupun secara mikroskopik tidak ditemukan parasit. Hal


ini dapat membuat rancu kita dalam menilai hasil pengobatan.
3. Harga RDT lebih mahal dari pada pemeriksaan mikroskopik.
4. Rapid Test bukan pemeriksaan yang bersifat kuantitatif sehingga tidak dapat
digunakan untuk menilai jumlah parasit.
5. Kit yang ada tidak dapat membedakan infeksi antara P.vivax, P.ovale, P.malariae.
selain itu tidak dapat membedakan antara Mixed P.falciparum dengan infeksi
tunggal P.falciparum saja.

Jenis RDT yang beredar pada umumnya ada 2 jenis :


Single : hanya mendiagnosis infeksi P.falciparum (contoh : Paracheck Pf)
Combo / Pan specific : dapat mendiagnosis infeksi P.falciparum dan non
P.falciparum (contoh : Parascreen combo)

Kebijakan penggunaan / aplikasi RDT di Indonesia


RDT digunakan khususnya untuk penderita dengan gejala klinis malaria :
Pada puskesmas terpencil di daerah endemis, yang belum dilengkapi dengan
mikroskop atau sarana laboratorium.
Di Rumah Sakit, dimana penderita datang di luar jam kerja rutin.
Pada Puskesmas daerah endemis malaria yang mempunyai fasilitas rawat inap
dan digunakan di luar jam kerja rutin.
Pada daerah dengan KLB malaria; untuk diagnosis cepat, guna menentukan
kebijakan selanjutnya.
Pada daerah pengungsian karena bencana alam atau hal lainnya baik di daerah
endemis malaria, atau pengungsi yang berasal dari daerah endemis malaria.
Perlu diingat bahwa RDT ini tidak dapat menggantikan pemeriksaan SD secara
mikroskopis.
Prosedur Tes RDT (jenis single atau combo) :

URAIAN/ PENJELASAN TES

KOTAK T

KOTAK UNTUK
BUFFER
B

KOTAK
KONTROL
C

KOTAK UNTUK
SAMPEL DARAH)
A
43

Contoh RDT (Paracheck P.f)


beserta Loop untuk mengambil darah

Silicagel
Loop yang telah dikalibrasi untuk mengambil
darah sejumlah 5 ul

PERIKSA SILICA GEL & TULIS IDENTITAS PASIEN

CATAT: KODE, TANGGAL &


WAKTU (JAM & MENIT)

PERIKSA
WARNANYA BIRU

44

a. Jari manis/tengah penderita dibersihkan dengan kapas alkohol 70% (atau


dengan disposible alcohol swab)

BERSIHKAN JARI
DENGAN KAPAS
ALKOHOL

b. Kemudian jari diseka kembali dengan kasa steril untuk membersihkan


kemungkinan adanya sisa alkohol di jari.

SEKA KEMBALI JARI DARI SISA ALKOHOL


DENGAN KASA KERING (STERIL)

45

c. Tusuk Jari manis/jari tengah dengan lanset steril.


TUSUK JARI
DENGAN LANCET
STERIL.

d. Seka darah yang pertama keluar dengan kapas kering.


e. Ambil darah dengan loop/ micro capiler tube yang tersedia. Jumlah darah yang
diambil harus tepat. Pastikan loop terisi penuh oleh darah.

46

SANGAT PENTING
JUMLAH DARAH HARUS TEPAT
PASTIKAN
BAHWA
LOOP
TERISI
PENUH
OLEH
DARAH

f. Teteskan darah tersebut di kotak tempat sampel darah. Dengan cara menyentuhkan
loop pada kotak untuk darah (posisi loop harus vertikal/tegak lurus)

47

g. Kemudian teteskan cairan buffer pada kotak buffer. Jumlah tetesan tergantung
jenis RDT ( umumnya 4 6 tetes). Posisi botol buffer tegak lurus.

h. Diamkan dan biarkan darah tercampur dan meresap pada kotak T (tes)

DIAMKAN DAN BIARKAN DARAH TERCAMPUR DAN


MERESAP PADA KOTAK T

DARAH AKAN MENGALIR DENGAN


SENDIRINYA

48

i. Umumnya hasil dibaca setelah menit 15 (maksimal sampai 30 menit ) Baca hasil
tes ditempat yang terang

SETELAH 15
LATAR BELAKANG
PADA KOTAK
JENDELA AKAN
TERLIHAT BERSIH
DAN JELAS

PERIKSA GARIS
KONTROL

j. Tulis hasil tes dekat kotak T (Tes/ hasil) dan pada buku laporan tes.

CATAT HASIL
TULIS HASIL TES PADA
KOTAK (T) TES & PADA
BUKU LAPORAN TES

k. Tes tanpa garis kontrol berarti tidak valid, tes harus diulang dengan menggunakan
RDT yang baru.
l. Bila telah melewati 30 menit, hasil tidak boleh dibaca lagi karena sudah tidak
valid

49

Cara membaca hasil tes RDT jenis single (contoh: Paracheck P.f):
Bila terdapat 1 (satu) garis berwarna pada jendela Tes (T) dan 1 (satu) garis
pada jendela kontrol (C) menunjukkan positif P.falciparum
Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela Control (C) menunjukkan
kesalahan pada RDT (tes harus diulangi).
Bila terdapat garis pada jendela kontrol (C) menunjukkan negatif P.falciparum.

Cara membaca hasil pemeriksaan RDT jenis Combo/Pan (contoh: Parascreen


combo):
Bila terdapat 2 garis berwarna pada jendela test (T) dan 1 garis pada jendela
kontrol (C) menunjukkan infeksi P.falciparum atau infeksi campur. (HRP-2, pan
LDH, Aldolase)
Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (HRP-2) dan 1 garis pada jendela
C, menunjukkan adanya infeksi falciparum.
Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela T (pan-LDH/Aldolase) dan 1 garis
pada jendela C, menunjukkan adanya infeksi non falciparum.
Bila terdapat 1 garis berwarna pada jendela C menunjukkan negatif.
Bila tidak terdapat garis berwarna pada jendela C menunjukkan kesalahan pada
RDT (Test harus diulang/invalid).

Contoh Hasil Tes (combo)


EXAMPLE RESULTS (SPECIFIC TEST FORMATS VARY)

Negative

50

Non-falciparum

Pure or mixed infection


with P. falciparum

V. LAMPIRAN

BUKU PENERIMAAN SEDIAAN DARAH

No
Urut
1

Tanggal
diterima
2

Asal Sediaan
Darah
3

No. Surat
Pengantar
4

Lab. 1

Jumlah
Jumlah Tanggal SD Tanggal selesai
SD positif SD negatif Diperiksa
Diperiksa
5

BUKU HARIAN MIKROSKOPIS

Tgl.

No.

SD

Keterangan kualitas
Sediaan Darah

Diagnosa

No. Kode
F
R

Lab. 2

Mx

Neg.

Pewar- Ketenaan balan

Jml. SD
tak dapat Cek Kepala
Lain- diperiksa Laboratorium
lain

BUKU HARIAN LABORATORIUM


Bulan : ...........................................

Tgl

Jml.
SD
mikroskopis sebelum
yang meme- pemeriksa
riksa hari ini
an

SD
diterima
hari ini

Jml yang
harus
diperiksa
hari ini

SD tak
dapat
diperiksa
diperiksa
hari ini
(rusak)

Lab. 3

SD

Sisa sediaan

Positif
Jml

darah

F
R

Mx

hari ini

LAPORAN BULANAN LABORATORIUM KABUPATEN

No.
Urut
1

Sediaan darah diperiksa

Nama
Mikroskopis

Tidak

Positif
Jml

F
Jml

Lab. 4a

Jml
V

Mx

Neg

10

Jumlah Rata-rata

dapat

Hari

Diperiksa

diperiksa

kerja

Satu hari

11

12

13

Sub-total
Total
Lab. Kab.
1.
2.
3.
4.

Lab. Lap.

Jumlah

Sisa bulan yang lalu


Diterima bulan ini
Diperiksa bulan ini
Sisa akhir bulan

Mengetahui,
Kep. Seksi Malaria Kab.

........................................, 19....
Kep. Laboratorium Kabupaten

( .................................. )

( ................................................. )

Lembar I

Lab. 4 b

Lembar II

Lab. 4 b

PENGIRIMAN SD UNTUK
PEMERIKSAAN ULANG

PENGIRIMAN SD UNTUK
PEMERIKSAAN ULANG

A. SD positif (*)
Nama pemeriksa I
Kabupaten
Bulan

A. SD positif (*)
Nama pemeriksa I
Kabupaten
Bulan

No.
Urut

No. Kode

:
:
:
Diagnosa
Pertama
3

Ulangan
4

B. Sediaan Darah Negatif (-)


Jumlah
:
(Pemeriksa I)
Jadi positif :
(Pemeriksa II)
No. Kode SD

Diagnosa spesies

Nama
pemeriksa
ulangan

No.
Urut

No. Kode

:
:
:
Diagnosa
Pertama
3

Ulangan
4

B. Sediaan Darah Negatif (-)


Jumlah
:
(Pemeriksa I)
Jadi positif :
(Pemeriksa II)
No. Kode SD

Diagnosa spesies

Nama
pemeriksa
ulangan
5

DAFTAR SINGKATAN :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

SD
LPB
pH
KH2PO4
Na2HPO4
PMN
l
RDT
PA
ACD
PCD
KLB
PCR

=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=

sediaan darah
lapangan pandang besar
tingkat keasaman (asam-basa)
kalium dihidrofosfat
binatrium hidrofosfat
polymorphonuclear
mikroliter
Rapid Diagnotic Test
Pro Analysis
Active Case Detection
Passive Case Detection
Kejadian Luar Biasa
Polymerase Chain Reaction

Daftar Kepustakaan :
1. Basic Malaria Microscopy, Part I. Learners Guide WHO 1991. Reprinted 2004
2. Rapid Diagnostic Test, WHO, WPRO

Daftar Kontributor :









1. Dr. Rita Kusriastuti, MSc.


2. Prof. Dr. Inge Sutanto, M. Phil
3. Drs. Saktiyono, MSc.
4. Dr. Bangkit Hutajulu, MScPH.
5. Dr. Marti Kusumaningsih, MKes
6. Dr. Worowijat
7. Dr. Achmad Farchanny
8. Dra. Rawina Winita, MS
9. Dra. Hendri Astuti, MS
10. Ali Romzan, BSc.

You might also like