You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DWARFISME
A. DEFINISI
Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi
hormon. Dwarfisme atau kekerdilan adalah gangguan genetis bawaan
dimanatulang tulang panjang misalnya tulang lengan dan kaki tidak tumbuh
dengan baik (K. Lyen dkk, 2003).Hasil akhirnyaadalah orangkecil
yangproporsional,

karena

tinggisertapertumbuhan

semuastruktur

lainindividumengalami penurunan (Beer et al, 2004). Dwarfisme adalah


perawakan pendek yang dicirikan oleh tinggi dewasa kurang dari 147 cm
(58) pada laki-laki atau ketinggian berdiri di bawah persentil ketiga untuk
usianya.
B. KLASIFIKASI
Hipopituitarisme pada anak menimbulkan gejala cebol (dwarfism).
Kupperman (1963) membagi dwarfisme dalam 2 jenis, yaitu:
a. Pituitary dwarfism
Pada penyakit ini penderita selain kekurangan somatotropin juga
kekurangan ACTH, TSH dan gonadotropin. Karena itu mereka sering pula
mempunyai gejala-gejala dari hipoadrenalisme, hipotiroidisme dan
hipogonadisme.
penutupan

Pemeriksaan

epifisis-epifisis

dengan

terlambat

foto

rontgen

dibandingkan

menunjukkan
dengan

umur

kronologis.
b. Primordial dwarfism
Dalam hal ini yang kekurangan adalah hanya somatotropin
Mereka

tidak

kekurangan

hormon-hormon

hipofisis

lain.

Pada

pemeriksaan tulang di temukan penutupan epifisis dari tulang-tulang tidak


terlambat dan cocok dengan umur kronologis.
C. ETIOLOGI

Seseorang dapat menjadi individu dwarfisme disebabkan oleh beberapa


hal, antara lain :
a. Defisiensi seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior (panhipopituitary)
selama masa kanak-kanak (Guyton & Hall, 1997).
b. Terlalu sedikitnya hormon hipofisis sehingga menyebabkan tubuh yang
kerdil (Atkinson, 1994)
c. Mutasi genetik yang berlangsung secara spontan yang terjadi pada sel telur
atau pada sel sperma. Dalam beberapa kasus, kedua orang tua yang
memiliki ukuran tubuh normal sekalipun dapat memiliki anak dengan
struktur tubuh yang kecil (Nicholson, 2005).
Hipopituitarisme pada anak menimbulkan gejala cebol (dwarfism).
Dwarfisme dapat disebabkan oleh defisiensi GRH, defisiensi IGF-I, atau
penyebab lainnya. Beberapa kasus dwarfisme disebabkan oleh defisiensi
seluruh sekresi kelenjar hipofisis anterior atau disebut panhipopituitarisme
selama masa anak-anak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian-bagian tubuh
sesuai satu sama lain, tetapi kecepatan pertumbuhannya sangat berkurang.
Defisiensi hormon pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GRH.
Pada keadaan ini, respons hormon pertumbuhan terhadap GRH tetap normal,
tetapi sebagian penderita mengalami kelainan pada sel-sel pensekresi hormon
pertumbuhan. Etiologi dwarfisme yang lain yaitu:
1. Tumor Otak
Kebanyakan kasus hipopituitari disebabkan adenoma hipofisis
menekan jaringan normal di kelenjar, dan jarang lainnya tumor otak luar
kelenjar-chraniopharyngioma, meningioma, Chordoma, ependymoma,
glioma atau metastasis dari kanker di tempat lain di tubuh.

2. Infeksi, perandangan, dan infiltrasi otak


Pituitary juga dapat dipengaruhi oleh infeksi pada otak (abses otak,
meningitis, ensefalitis) atau kelenjar itu sendiri, atau mungkin disusupi
oleh sel-sel yang abnormal (neurosarcoidosis, histiocytosis) atau besi
yang berlebihan (hemochromatosis).
3. Cedera Fisik
Penyebab fisik eksternal untuk hipopituitari termasuk cedera otak
traumatis, perdarahan subarachnoid, bedah saraf, dan radiasi pengion
(misalnya terapi radiasi untuk tumor otak sebelumnya).
4. Bawaan / Keturunan
Bawaan hipopituitari (hadir sejak lahir) mungkin hasil komplikasi
persalinan sekitar, atau mungkin hasil pembangunan tidak cukup
(hipoplasia) dari kelenjar, kadang-kadang dalam konteks kelainan genetic
tertentu.Mutasi dapat menyebabkan salah perkembangan cukup kelenjar
atau penurunan fungsi.
D. PATOFISIOLOGI
Secara umum, dwarfisme disebabkan oleh kondisi defisiensi GHRH,
sehingga kelenjar hipofisis anterior tidak dapat mensekresi GH dan terjadilah
defisiensi hormon pertumbuhan. Hal tersebut akan menyebabkan defisiensi
IGF-1 dan somatomedin, sehingga tubuh tidak mengalami perkembangan
tulang dan otot. Oleh karena itu, seseorang dengan dwarfisme memiliki
proporsi tubuh kecil atau tidak sesuai dengan tinggi badan orang pada
umumnya pada usia yang sama. Seorang anak yang berumur 10 tahun dapat
mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang berumur 4 tahun sampai 5
tahun, sedangkan bila orang yang sama mencapai umur 20 tahun dapat
mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang berumur 7 sampai 10
tahun (Guyton, 2008). Namun demikian, meskipun defisiensi hormon
pertumbuhan biasanya disebabkan oleh defisiensi GHRH, pada keadaan lain
dapat terjadi pula suatu kodisi dimana respons hormon pertumbuhan terhadap

GHRH masih normal, namun sebagian penderita mengalami kelainan pada


sel-sel pensekresi hormon pertumbuhan yaitu pada kelenjar hipofisis anterior.
Penyebab hipofungsi hipofise dapat bersifat primer dan sekunder. Primer jika
gangguannya terdapat pada kelenjar hipofise itu sendiri, dan sekunder bila
gangguan ada pada hipotalamus.
Pasien dwarfisme panhipopituitarisme tidak melewati masa pubertas
dan pasien tersebut tidak pernah dapat menyekskresi hormon gonadotropin
dalam jumlah yang cukup guna pertumbuhan fungsi seksual dewasa. Apabila
hipopituitarisme berlanjut pada saat dewasa, gejala utama ditandai dengan
efek defisiensi gonadotropin. Pada wanita biasanya terjadi amenore dan
infertilitas sedangkan pada pria biasanya terjadi infertilitas dan impotensi
defisiensi tirotropin dan kortikotropin yang dapat mengakibatkan atropi tiroid
dan korteks adrenal.Akan tetapi sepertiga pasien dwarfisme hanya mengalami
defisiensi hormon pertumbuhan saja; pasien seperti ini mengalami
pematangan seksual dan adakalanya dapat juga bereproduksi (Guyton, 2008).

F.

TANDA DAN GEJALA


1.

Ukuran badan pendek dan gemuk, namun proporsional.

2.

Bentuk muka dan suara imatur (tampak seperti anak kecil).

3.

Terdapat penipisan tulang.

4.

Pematangan tulang terlambat.

5.

Bentuk kepala mikrochepal.

6.

Lipolisis (proses pemecahan lemak tubuh) berkurang.

7.

Ada kemungkinan dislokasi sendi.

8.

Terdapat peningkatan kolesterol total / LDL.

9.

Biasanya terdapat hipoglikemia.

10. Biasanya intelegensia / IQ tetap normal kecuali sering terkena serangan


hipoglikemia berat yang berulang.

G.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Berikut adalah pemeriksaan diagnosis untuk menegakkan diagnosis
dwarfisme (Corwin, 2009) :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis
defisiensi

hormon

pertumbuhan.Anamnesis

yang

cermat

untuk

mengetahui riwayat sakit dan pemeriksaan fisik yang cermat, termasuk


pengkajian terhadap ketajaman visus serta lapang pandang.
2. Pemeriksaan darah yang mengukur penurunan kadar GH akan mendukung
diagnosis kondisi tersebut.
3. Pemeriksaan pencitraan saraf untuk mengidentifikasi tumor hipofisis dapat
memperbaiki diagnosis (Pemeriksaan CT scan dan MRI
mendiagnosis ada serta luasnya tumor hipofisis)

untuk

4. Pengukuran kadar hormone hipofisis dalam serum (Kurang responsif


terhadap provokasi GH akan membantu memastikan defisiensi GH).
Pengukuran kadar hormone hipofisis dalam serum dapat dilakukan
bersama pemeriksaan hormone dari berbagai target organ untuk
membantu mendiagnosis.
H.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dwarfisme terdiri atas penatalaksanaan psikologis dan
pemantauan medis secara kontinu, untuk penatalaksanaan medis yaitu
memerhatikan kesehatan umum dan nutrisi, dan dukungan psikologis.
Apabila keterlambatan pertumbuhan disertai dengan harga diri rendah,
banyak ahli menyarankan pemberian terapi hormone. Testosterone dalam
dosis yang telah diatur secara teliti telah terbukti efektif pada beberapa kasus.
Hormone pertumbuhan mampu meningkatkan tinggi badan dan digunakan
untuk terapi defisiensi hormone pertumbuhan(Wong et al, 2008). Namun
demikian, penggunaan hormone pertumbuhan pada anak-anak yang
mengalami keterlambatan konstitusional sangat controversial.
Penatalaksanaan psikososial meliputi penggunaan obat untuk mengubah
perilaku anak adalah kontroversial. Pengaruhnya pada perilaku dipengaruhi
oleh kematangan sistem saraf pusat dan lingkungan (penderita dan orang
tua).Apabila telah ditentukan bahwa psikopatologi ada pada anak maka
rencana untuk terapi dapat dipilih. Terapi yang dapat diberikan kepada anak
adalah terapi dinamik, yaitu dirancang untuk memahami motivasi psikologis
anak, dan terapi perilaku, yakni terapi yang digunakan untuk mengubah
perilaku-perilaku spesifik melalui pemberian penguatan positif secara
konsisten. Selain itu, terdapat pula terapi yang diberikan untuk keluarga. Hal
ini guna untuk menanamkan pengertian keluarga terhadap anak (Behrman et
al, 2000).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS
Seorang pria, 46 tahun datang ke poli penyakit dalam RS Dahlia dengan
keluhan nyeri kepala bagian frontal sejak usia 28 tahun, nyeri sendi dan
punggung, kemudian mengalami gangguan penglihatan pada usa 31 tahun. Lamakelamaan IQ menjadi rendah dan tidak memiliki libido pada usia 41 tahun. TB
pasien 100 cm dengan berat badan 30 kg. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan
penampilan wajah berubah, tangan/kaki mengecil. Dahi menonjol, hidung
mengecil, dahi menonjol, hidung mengecil, rahang menonjol, suara dalam, rambut
badan kasar. Hasil foto tengkorak didapatkan didapatkan pengecilan sella, erosi
prosesus klinoid, alur supraorbita, dan rahang bawah. Lantai fosa hipofisis
biasanya tampak mengalami erosi atau menjadi ganda pada tomogram tampak
lateral Rontgen tulang tengkorak bisa menunjukkan penebalan tulang, pengecilan
sinus hidung dan pengecilan sella tursika (struktur bertulang yang mengelilingi
hipofisa). Hasil EKG menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri akibat hipertensi.
Diagnosa Medis pasien Dwarfisme.
A. PENGKAJIAN
1) Data Pasien :
Nama

: Tn. A

Umur

: 46 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

:-

Diagnosa medis

: Dwarfisme

2) Riwayat penyakit
Keluhan Utama : Nyeri kepala bagian frontal
Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri kepala bagian frontal sejak usia 28
tahun, nyeri sendi dan nyeri punggung, kemudian mengalami gangguan
penglihatan pada usia 31 tahun
Riwayat Kesehatan Keluarga : Sejak usia 28 tahun pasien mengalami
nyeri kepala bagian frontal. Pasien juga mengalami nyeri sendi dan nyeri
punggung, kemudian mengalami gangguan penglihatan pada usia 31
tahun. Sejak usia 41 tahun lama-kelamaan IQ pasien menjadi rendah dan
tidak memiliki libido.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1.

2.

Monitor vital sign


Tekanan darah
Suhu
Nadi
RR
BB
TB

:
:
:
:
:
:

30 kg
100 cm

Head to toe
a) Kepala
Palpasi : Nyeri
b) Wajah :
Inspeksi : Bentuk wajah berubah, dahi menonjol, rahang menonjol
c) Rambut : d) Leher : e) Mata
Inspeksi : Ketajaman penglihatan
f) Hidung
Inspeksi : Mengecil
g) Mulut : h) Telinga : i) Integumen
Palpasi : Rambut badan terasa kasar
j) Dada
Auskultasi : Suara dalam
k) Abdomen : l) Ekstremitas
Inspeksi : Tangan dan kaki mengecil
m) Genetalia pada laki-laki : -

3.

ADL (Activity Daily Living)


a. Pola Nutrisi
- Sebelum sakit : - Saat sakit : b. Pola Aktivitas
- Sebelum sakit : - Saat sakit : c. Pola tidur
- Sebelum sakit : - Saat sakit : d. Pola eliminasi
BAB : - Sebelum sakit : - Saat sakit : BAK : - Sebelum sakit : - Saat sakit : -

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.

X foto: foto tengkorak didapatkan pengecilan sella, erosi prosesus


klinoid, alur supraorbita, dan rahang bawah. Lantai fosa hipofsis
biasanya tampak mengalami erosi atau menjadi ganda pada tomogram
tampak lateral, rontgen tulang tengkorak bisa menunjukkan penebalan
tulang, pengecilan sinus hidung dan pengecilan sella tursika (struktur

2.

bertulang yang mengelilingi hipofisa).


Hasil EKG: Menunjukkan hipertofi ventrikel kiri akibat hipertensi.

D. ANALISA DATA
No. Data
1.
DS :
dahi

Etiologi
Pasien mengatakan Dwarfisme

Masalah
Gangguan

menonjol,

tubuh

hidung

citra

mengecil, dahi menonjol,

Menurunkan sel
rahang tulang, jaringan ikat,
menonjol, suara dalam, kartilago dan
jaringan lunak
rambut badan kasar
hidung

mengecil,

Gangguan citra
tubuh

DO :
BB : 30 kg

2.

TB : 100 cm
DS : Pasien mengatakan Dwarfisme

Disfungsi seksual

tidak memiliki libido pada


usia 41 tahun
Gangguan
pertumbuhan alat
genetalia eksterna

DO :
BB : 30 kg
TB : 100 cm

3.

Disfungsi seksual

DS : Pasien mengatakan Dwarfisme


dahi

menonjol,

hidung

mengecil, dahi menonjol,


hidung

mengecil,

menonjol,

suara

rahang

Sekresi GH
Jaringan lunak

dalam,

rambut badan kasar


DO :

Tangan, kaki,
hidung, bibir, dll
mengecil, kulit tipis

Intoleransi aktivitas

dan basah
BB : 30 kg

4.

TB : 100 cm

Intoleransi Aktivitas

DS : Pasien mengatakan

Adenoma hipofisis

mengalami

Resiko cedera

gangguan

penglihatan pada usia 31


tahun

Kraniofaringioma

DO :

Gangguan
penglihatan & defek
lapang pandang

BB : 30 kg
TB : 100 cm

Resiko cedera
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan


fungsi tubuh akibat defisiensi ganodotropin dan defisiensi hormon
pertumbuhan.

2.

Disfungsi seksual berhubungan dengan perkembangan seks sekunder


terganggu

3.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tangan, kaki, hidung mengecil

4.

Resiko cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan

F. INTERVENSI DAN RASIONALISASI

1.

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi


tubuh

akibat

defisiensi

ganodotropin

dan

defisiensi

hormon

pertumbuhan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak mengalami gangguan body image.
Kriteria hasil :
- Pasien mengungkapkan hal positif tentang dirinya.
- Pasien mau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar tanpa adnya
gangguan citra diri
a.

Intervensi
Gunakan alat seperti Body Image a.

Rasional
5 skala BII (penampilan umum ,

Instrumen

kompetensi

(BII)

mengidentifikasi
memiliki

untuk

klien

keprihatinan

tubuh

reaksi

yang

lainnya untuk penampilan, nilai

tentang

penampilan dan bagian ubuh)

perubahan citra tubuh.

dipamerkan

sedang

hingga

tinggi reliabilitas internal dan


b.

Amati

mekanisme

biasa

klien

mengatasi selama masa stres yang


ekstrim

dan

b.

dan sistem nilai mereka sendiri

memperkuat

harus dipertimbangkan. Klien

penggunaannya dalam krisis saat

sepakat

ini.
c.

validitas konkuren.
Klien shock selama fase akut,

lebih

baik

dengan

Akui penolakan , kemarahan , atau c.

perubahan dari waktu ke waktu.


Perubahan
citra
tubuh

depresi sebagai perasaan normal

menyebabkan

saat menyesuaikan diri dengan

Orang-orang dalam situasi ini

perubahan dalam tubuh dan gaya

menggunakan

hidup.

mekanisme koping sadar untuk

kecemasan.
berbagai

berurusan dengan citra tubuh


mereka

berubah.

pertahanan
mereka
d.

Mengidentifikasi

klien

normal,

digunakan

kecuali
sehingga

mereka mengganggu daripada

beresiko

untuk gangguan citra tubuh.

Mekanisme

d.

meningkatkan rasa percaya diri.


Hasil dari satu penelitian
menunjukkan

bahwa

pembentukan
e.

Jangan

meminta

klien

untuk

f.

telah

menunjukkan e.

kebutuhan untuk melakukannya.


Dorong klien untuk membahas

tubuh.
Pasien

melaporkan

menjaga

perasaan mereka kepada diri


mereka sendiri sebagai strategi

konflik interpersonal dan sosial


yang mungkin timbul.

laki-laki

beresiko untuk gangguan citra

mengeksplorasi perasaan kecuali


mereka

tubuh

f.

koping yang sering digunakan.


Sebuah persepsi yang baik
terhadap

citra

tubuh

yang

terbaik dicapai dalam kerangka


g.

Dorong

klien

untuk

sosial yang mendukung . Klien

membuat

dengan dukungan jaringan sosial

keputusan sendiri, berpartisipasi

yang aktif cenderung membuat

dalam rencana perawatan , dan


menerima baik kekurangan dan

g.

kelebihan.

kemajuan yang lebih baik


Hal ini penting bagi klien untuk
terlibat dalam perawatan mereka
sendiri.

h.

menerima

Dorong klien untuk melanjutkan


yang

diikuti

mereka

informasi

telah
tentang

citra perubahan tubuh mereka,

rutinitas perawatan pribadi yang


sama

Jika

pengobatan

sebelum

mereka

perubahan citra tubuh.


h.

dan

akan

rehabilitasi,

mampu

untuk

membuat pilihan mereka sendiri.


Mendorong kemandirian pasien
dan meningkatkan percaya diri
pada pasien.

2.

Disfungsi seksual berhubungan dengan defisit hormon gonadrotropin


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola
seksual kembali normal
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan dan mendiskusikan perasaaan terkait seksualitas
bersama pasangan
- Mengungkapkan pemahaman tentang efek diagnosis pada pola seksual

Intervensi
a.

Rasional

Identifikasi masalah spesifik yang

a.

berhubungan dengan pengalaman


klien terhadap fungsi seksual
b.

Dorong

klien

tuk

c.

c.

progranm

Klien

dapat

mengungkapkan

fungsi seksualnya

Bangkitkan motivasi klien untuk


mengikuti

masalah

perasaannya mengenai masalah

mendiskusikan masalah tersebut


dengan pasangannya

memahami

terhadap fungsi seksualnya


b.

un

Klien

Klien dapat mengikuti program


pengobatan dengan teratur.

secara

teratur
3.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tangan, kaki, hidung mengecil


Tujuan : Mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : Pasien mampu menunjukkan toleransi aktivitas dan
mendemonstrasikan penghematan energi.
Intervensi

a.
b.

Rasional

Kaji respons emosi, sosial dan

mengendalikan

emosi,

sosial dan spiritual terhadap

Evaluasi motivasi dan keinginan

aktivitas.

untuk

meningkatkan

aktivitas.
c.

Tentukan penyebab keletihan.

d.

Pantau respons kardiorespiratori


terhadap aktivitas.
Pantau

asupan

memastikan

nutrisi

b.

pasien

dan
untuk

c.

Dapat

mengetahui

penyebab

keletihan
d.

Monitor

kardiorespiratori

terhadap aktivitas.

Instruksikan kepada pasien dan


keluarga

motivasi

meningkatkan aktivitas.

untuk

sumber-sumber

Menumbuhkan
keinginan

energi yang adekuat.


f.

Dapat

spiritual terhadap aktivitas.


pasien

e.

a.

tindakan

e.

untuk

menghemat

energi,

misalnya

menyimpan

alat/benda

yang

sering digunakan di tempat yang

Monitor asupan nutrisi untuk


pasien agar nutrisi terpenuhi

f.

Dapat merubah tindakan pasien


untuk menghemat energi.

mudah dijangkau.
g.

Hindari

g.
menjadwalkan

pelaksanaan aktivitas perawatan


selama periode istirahat.
h.

Rencanakan

aktivitas

bersama

pasien dan keluarga yang dapat

dengan cukup
h.

i.

i.

Agar pasien dapat memperoleh


perawatan yang baik dan benar

j.

Kolaborasikan dengan ahli terapi

Agar pasien lebih mandiri dalam


melakukan aktivitas

meningkatkan kemandirian dan


ketahanan.

Agar pasien dapat beristirahat

Memonitoring

agar

pasien

merasa lebih nyaman

okupasi, fisik atau rekreasi untuk


merencanakan

dan

memantau

program aktivitas, jika perlu.


j.

Kaji tingkat kemampuan pasien


untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi dan melakukan
AKS dan AKSI.

4.

Resiko cidera berhubungan dengan gangguan penglihatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tidak terjadi cedera
Kriteria hasil :
- Dapat menunjukkan terjadinya perubahan perilaku untuk menurunkan
faktor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan

Intervensi
a.

Hindarkan lantai yang licin

b.

Gunakan tempat tidur yang rendah

Rasional
a.

Lantai

licin

dapat

menyebabkan resiko jatuh


pada pasien

c.

Orientasikan klien dengan ruangan


b.

d.

Bantu

klien

e.

aktivitas sehari-hari
Bantu pasien dalam ambulasi atau
perubahan posisi

dalam

melakukan

Mempermudah

pasien

untuk naik dan turun dari


tempat tidur
c.

Lansia daya ingatnya sudah


menurun,

sehingga

diperlukan

orientasi

ruangan agar lansia bisa


menyesuaikan diri terhadap
ruangan
d.

Lansia sudah mengalami


penurunan fisik, sehingga
dalam melakukan aktivitas
sehari-hari

diperlukan

bantuan dari orang lain


sesuai dengan yang dapat
ditoleransi
e.

Keterbatasan
tergantung
lansia

aktivitas
pada

kondisi

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dwarfisme terjadi akibat hiposekresi persisten dari GH

yang

merangsang sekresi IGF-1 sebelum lapisan epifise menutup, sehingga


menyebabkan manifestasi klinis pada anak-anak/remaja berupa tubuh tinggi
abnormal. Penyebab gigantisme adalah kelainan hipotalamus dan adanya
adenoma hipofise.
Pilihan utama pengobatan adala pengobatan medis/farmakologis
mengalami perkembangan yang pesat. Pengobatan radiasi mempunyai banyak
kelemahan, sehingga penggunaannya hanya sebagai penunjang pada kasuskasus tertentu.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien dengan dwarfisme
adalah nyeri, cemas, resiko cidera, gangguan citra tubuh, resiko
ketidakstabilan kadar gula darah dan intoleransi aktivitas.
Rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan dwarfisme bertujuan
untuk mengatasi permasalahan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan
derajat kesehatan pasien.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis menyampaikan saransaran yang kiranya dapat dijadikan perhatian dan masukan untuk mencapai
tujuan yang diharapkan yaitu:
1. Pasien hendaknya lebih memahami tentang penyakit, gejala, pengobatan
dan penanganan di rumah.
2. Keluarga hendaknya memahami keadaan pasien dan mendukung proses
pengobatan pasien.

3. Perawat hendaknya lebih memahami tentang konsep dwarfisme, sehingga


dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien dwarfisme secara
komprehensif.

You might also like