You are on page 1of 12

Borang Portofolio Kista Epidermal

No. ID dan Nama Peserta :


dr. Sandy Saputra
No. ID dan Nama Wahana :
RSUD Brigjend H Hasan Basry HSS
Topik :
Soft Tisue Tumor Multiple
Tanggal (kasus) :
Nama Pasien :
Tn Supli
No. RM :
12823
dr. Arief Budi Sp.Kk
Pembimbing:
Tanggal Presentasi :
dr. Nani Pudji Hastuti
Pendamping :
dr. Asih Trimurtini
Tempat Presentasi :
Aula RSUD Brigjend H Hasan Basry
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Pasien mengeluhkan 5 tahun yang lalu ada benjolan dipipi kiri dan kanan,
Deskripsi :
benjolan semakin lama semakin membesar pada pipi kiri.
Tujuan :
Bahan
Tinjauan Pustaka Riset
Kasus
Audit
Bahasan :
Cara
Diskusi
Presentasi dan Diskusi
E-mail
Pos
Membahas :
Data

Nama : Tn Supli 27 tahun


Pasien :
Nama Klinik :
Data Utama untuk Bahan Diskusi :

No. Registrasi : 12823


Telp :

Terdaftar sejak :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis : Pasien mengeluhkan 5 tahun yang lalu ada benjolan dipipi
kiri dan kanan, benjolan semakin lama semakin membesar pada pipi kiri.
2. Riwayat Pengobatan : (-)
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat Keluarga/ Lingkungan :.
5. Riwayat Pekerjaan : Wiraswasta
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama istri dan anak lingkungan
kurang bersih.
7. Lain-lain :
1

Hb: 14,2 gr/dL

-Anti HBsAb: (+)

Leukosit : 6,8 / mm3

-Urinalisa: Dalam Batas Normal

GD Puasa: 102 gr/dl

-Thorax: Cor dan pulmo normal,tak

GD 2 jam PP: 95 gr/dl

tampak proses metastase

Kolesterol: 172
HDL: 44
LDL: 105
OT/PT: 30/33
Ur/Cr: 37/1,26
Albumin: 4,1
Daftar Pustaka :

Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara. 1995, Hal. 331340.

Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC. 2005, Hal.
933-934.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21501/4/Chapter%20II.pdf
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Kista Epidermal
2. Tata laksana pasien Kista Epidermal

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


1. Subjektif :

Pasien mengeluhkan 5 tahun yang lalu ada benjolan dipipi kiri dan kanan, benjolan
semakin lama semakin membesar pada pipi kiri

2. Objektif :
Vital sign

Umur

: 27 tahun

Keadaan umum : Sakit Sedang

Kesadaran

: CMC/ GCS: E4M6V5

TD

: 120/80 mmHg

Frekuensi Nadi : 80 x/menit, teraba kuat angkat

Frekuensi Nafas : 20 x /menit

Suhu

Sianosis (-), pucat (-), ikterik (-)

: 35,6o C

Pemeriksaan sistemik

Kepala :

Mata

Mulut : bibir dan mukosa mulut basah

Tenggorokan : tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis

Thorax : jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen :
I

:Anemis (-) Ikterik (-)

: distensi tidak Ada

Au : bising usus (+) normal


Per : timpani
Pa : supel, nyeri tekan (-) di epigastrium H/L tidak teraba
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik
Pemeriksaan Laboratorium :
Hb: 14,2 gr/dL

-Anti HBsAb: (+)

Leukosit : 6,8 / mm3

-Urinalisa: Dalam Batas Normal

GD Puasa: 102 gr/dl

-Thorax: Cor dan pulmo

normal,tak
GD 2 jam PP: 95 gr/dl

tak tampak proses metastase

Kolesterol: 172
HDL: 44
LDL: 105
3

OT/PT: 30/33
Ur/Cr: 37/1,26
Albumin: 4,1

3. Assesment (penalaran klinis) :


Pendahuluan

Kista termasuk tumor jinak yang terbungkus selaput semacam jaringan. Kumpulan
sel-sel tumor itu terpisah dengan jaringan normal di sekitarnya dan tidak dapat
menyebar ke bagian tubuh lain. Itulah sebabnya tumor jinak relatif mudah diangkat
dengan jalan pembedahan, dan tidak membahayakan kesehatan penderitanya.
Berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua, yaitu non-neoplastik dan
neoplastik. Kista non-neoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan mengempis sendiri
setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus dioperasi,
namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.
Neoplasma, atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan tumor adalah
jaringan dengan massa abnormal yang terjadi akibat pertumbuhan berlebihan dari sel
atau jaringan. Biasanya neoplasma ini bersifat tidak fungsional. Tumor disebabkan
oleh regulasi pembelahan sel yang abnormal. Secara fisiologis, sel memiliki
mekanisme regulasi yang meliputi DNA repair serta mekanisme apoptosis untuk
memprogram kematian sel. Ketika terjadi mutasi, mekanisme tersebut tidak berjalan
dengan seharusnya sehingga dapat memicu terjadinya proses onkogenesis.
Semua tumor baik jinak maupun ganas memiliki dua komponen dasar yakni,
sel neoplastik yang terus menerus berploriferasi, membentuk parenkim neoplasma,
dan stroma yang terbuat dari jaringan ikat dan pembuluh darah untuk menyangga
tumor.
Tumor jinak adalah tumor yang berdiferensiasi dengan matang (normal).
Pertumbuhannya lambat dan ekspansif serta kadang-kadang berkapsul. Tumor jinak
yang paling sering ditemukan adalah keratosis seborhoik.
2.1Definisi
4

Kista epidermal atau juga disebut dengan kista sebasea adalah kumpulan material
seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding
kista. Jenis kista ini merupakan yang paling umum. Secara klinis, kista epidermal
muncul sebagai nodul bulat, keras berwarna daging. Kista epidermal umumnya
memiliki lubang kecil yang berhubungan dengan kulit namun tidak selalu tampak
jelas. Kista epidermal dapat terjadi di bagian kulit mana saja, akan tetapi lebih banyak
ditemui di bagian wajah, scalp, telinga, dada, dan punggung. Tulang, payudara,
genital, dan intracranial jarang ditemukan pada kista epidermal. Mukosa okuler dan
oral juga bisa terkena serta di konjungtiva palpebra, bibir, mukosa mulut, lidah,
skrotum, dan uvula.
Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan kecuali
mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi. Kista epidermal yang terinfeksi
berwarna merah, bengkak, dan terasa nyeri. Bila hal ini terjadi, harus diterapi dengan
antibiotik dan dieksisi bila sudah tidak mengalami inflamasi. Kunci dari penghilangan
kista epidermal adalah menghilangkan seluruh dinding kista.

2.2 Epidemiologi
Tidak ada predileksi menurut ras, namum kista epidermal lebih banyak dialami
oleh individu dengan kulit gelap. Pada studi pasien Indian, 63% kista mengandung
pigmen melanin.
Kista epidermal lebih banyak dua kali ditemukan pada pasien pria dibanding
dengan pasien wanita. Kista epidermal dapat terjadi di usia kapanpun, namun banyak
ditemukan kasus pada decade ketiga sampai keempat. Kista epidermal kecil yang
disebut dengan millia umum ditemukan di neonatus.
2.3 Patofisiologi
5

Kista epidermal terjadi akibat proliferasi sel epidermal dalam ruang yang
sirkumskrip pada dermis. Pada analisis kista epidermal, struktur dan pola lipidnya
sama seperti pada sel epidermis. Kista epidermis mengekspresikan sitokeratin 1 dan
10. Sumber dari epidermis ini hamper selalu dari infundibulum dari folikel rambut.
Inflamasi dimediasi oleh bagian berkeratin pada kista epdiermal. Pada
penelitian, ekstrak keratin ini bersifat kemotaktif untuk PMN.
Penilitian menyebutkan HPV (Human Papilloma Virus) dan paparan sinar UV
berperan dalam pembentukan kista epidermal.
Cara perubahan kista epidermal menjadi bersifat kanker belum diketahui secara
pasti (walaupun jarang sekali kista epidermal berkembang menjadi tumor ganas). Pada
kista epidermis dengan karsinoma, hasil imunohistokimia untuk HPV negatif, yang
dapat disimpulkan HPV tidak mempengaruhi perubahan menjadi Karsinoma sel
skuamosa. Iritasi kronik dan trauma berulang pada batas epitel dari kista epidermis
berperan dalam transformasi keganasan, akan tetapi bagaimana hubungannya masih
belum diketahui.

2.4 Histopatologi
Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel
skuamosa berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin terlaminisasi
ditemukan dalam kista. Respon inflamasi dapat ditemukan pada kista yang rupture.
Kista yang sudah tua dapat terkalsifikasi.
2.5 Penyebab
Kista epidermal terbentuk dari beberapa mekanisme. Kista dapat diakibatkan
sekuestrasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit
pilosebaseus, atau trauma atau implantasi bedah dengan elemen eptelial. Infeksi HPV,
paparan UV, dan oklusi kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan perkembangan
6

kista epidermal palmoplantar. HPV juga telah teridentifikasi dalam kista epidermal
nonpalmoplantar.

Kista epidermal kongenital dari fontanel anterior atau di bagian orogenital


dapat diperkirakan oleh hasil sekuestrasi atau trapping sisa epidermal selama fusi
embrionik selama perkembangan. Lesi di bibir dan mulut berkorelasi dengan fusi
yang tidak sempurna dari lengkung brankial, sedangkan lesi genital disebabkan
oleh penutupan tak sempurna dari lipatan genital.

Semua proses kejinakan dan keganasan yang mempengaruhi atau tumbuh dekat
unit pilosebaseus dapat berujung pada oklusi atau tumbukan folikular ostia with
formasi kista yang berikutnya. Kista dengan distrubusi yang bersifat acneiform
umumnya akibat penyumbatan folikular. Pada manula, cedera sinar matahari yang
terakumulasi dapat merusak unit pilosebaseus, menyebabkan abnormalitas seperti
sumbatan komedo,

hiperkornifikasi, keduanya dapat menimbulkan kista

epidermal. Kondisi ini disebut juga Sindrom Favre-Racouchot.

Kista epidermal yang sebenarnya diakibatkan impantasi elemen epidermal pada


dermis. Beberapa cedera, khususnya tipe crushing, diasosiakan dengan subungual
atau kista epidermal terminal phalanges. Cedera hancur ketika membanting pintu
mobil pada bagian digital sering dilaporkan. Prosedur bedah secara teori dapat
menimbulkan kista epidermal. Formasi kista epidermal multipel dilaporkan setelah
operasi plastik bagian hidung, pembesaran payudara, dan sedot lemak. Penggunaan
cangkok dermal, cangkok miokutaneus, dan biopsy jarum juga diasosiasikan
dengan timbulnya kista epidermal.

Sindrom herediter tertentu berasosisasi dengan kista epidermal, seperti


Sindrom

Gardner, Sindrom nevus

sel

basal,

dan pachyonychia

kongenital.

Idiopathic scrotal calcinosis dapat ditemukan pada fase akhir dari kalsifikasi
distrofik pada kista epidermal.

2.6 Diagnosis Banding

Kista Pilaris, Steatokistoma simpleks/multipleks, Lipoma, Kista Dermoid,


Pachonychia kongenital, Sindrom Gartner, Kalsinosis Kutis, Millia
2.7 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan, namun bila terjadi infeksi berulang
atau tidak ada respon antibiotik, pengkulturan dapat dilakukan.
Bila kista epidermal ditemukan pada daerah yang tidak biasa terkena, seperti
payudara, tulang, atau lokasi intracranial dapat dilakukan pencitraan dengan
Ultrasonografi, Radiografi, CT Scan atau MRI.
Fine-needle aspiration juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis kista
epidermal di payudara. Pemeriksaan smears material yang diaspirasi dan diwarnai
dengan Wright-Giemsa menunjukkan keratinosit berinti dan material keratin
bergelombang.
2.8 Pengobatan
Pada umumnya kista epidermal tidak memerlukan pengobatan apapun. Bila
menimbulkan gangguan dapat dieksisi, atau diseksi seluruh dinding kista dengan
insisi. Bila bagian dinding tertinggal, kista dapat kambuh. Destruksi kista dengan
kuret, cairan kimiawi, atau elektrodesikasi memberikan hasil kurang memuaskan.

Bila terjadi inflamasi, dapat dilakukan injeksi intralesi dengan triamcinolone


(amcort, aristocort) yang dapat mensupresi migrasi PMN dan membuat sempit celah
kapiler pembuluh darah. Antibiotik oral juga diberi bila perlu.
2.9 Terapi
Kista epidermoid dapat diangkat dengan eksisi atau insisi simple dengan
pengangkatan kista dan dinding kista. Insisi dan drainase dapat dilakukan pada kista
terinfeksi. Hal ini dapat membersihkan infeksi tetapi tidak menghilangkan kista.

Teknik Operasi

1. Lakukan tindakan a dan antiseptic


2. Tutup daerah operasi dengan duk bolong
3. Gambar insisi secara elips, supaya bag
4. Lakukan anestesi infiltrasi
5. Lakukan insisi elips
6. Lakukan diseksi tajam dengan pisau atau gunting, mengitari masa, hati-hati
kapsul pecah.
7. Rawat perdarahan
8. Cuci dengan NaCl 0,9 %
9. Jika kulit berlebih, buang dengan menggunting.
10. Lakukan jahitan subkutis dengan chromic cat gut 4-0 atau PDS 4-0
11. Jahitan kutis dengan nilon 4-0 atau 5-0
12. Balut.

Identifikasi masa, gambar pola insisi,


Bagian kulit yang ada punctanya harus terabil dalam
insisi elips.

Diseksi tajam seperti halnya pada kista atherom.


Bila perlu insisi dapat diperpanjang.

Komplikasi
Komplikasi sangat jarang terjadi, termasuk infeksi, scarring pada penghilangan,
dan kekambuhan. Keganasan pada kista epidermal sangat jarang.

4. Plan :
Diagnosis : Soft Tisue Tumor Multiple
Pengobatan :

Pro wide eksisi + flap


Cek lab thorax foto cek B20
Co dr. Sigit Sp.An
Premed Inj ceftriaxone 1gr/ 24 jam

Follow Up tanggal 04 mei 2015 dr Sigit Sp.An


S: KU baik
O:- Keadaan umum : sakit sedang
- Kesadaran

: CMC/ GCS: E4M6V5

10

- Frekuensi Nadi : 80 x/menit, teraba kuat angkat


- Frekuensi Nafas : 22 x /menit
: 35,6o C

- Suhu

A: ACC anestesi pro wide eksisi asa 1 plan GA


P: - Informed Consent
-

Puasa 6 jam pre op

IV line

Follow Up tanggal 04 mei 2015 Pukul 16.00 Wita


S: Post wide eksisi
O: - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran

: CMC/ GCS: E4M6V5

- Frekuensi Nadi : 80 x/menit, teraba kuat angkat


- Frekuensi Nafas : 20 x /menit
: 36,5o C

- Suhu

A: Soft Tissue Tumor Multiple


P:

- Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam


-

Inj Ondansetron 1amp/12 jam


Inj Antrain 1amp/12 jam
Gentamycin salep P-S-M

Follow Up tanggal 05 Mei 2015


S: KU baik
O: - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran

: CMC/ GCS: E4M6V5

- Frekuensi Nadi : 80 x/menit, teraba kuat angkat


- Frekuensi Nafas : 20 x /menit
- Suhu

: 36,5o C

A: Soft Tissue Tumor Multiple


P:

- Cefotaxime 100mg 3x1


-

Asam Mefenamat 500mg 3x1


Gentamycin salep P-S-M

11

Pasien BLPL

12

You might also like