Professional Documents
Culture Documents
-penanganan penyakit
-jika memerlukan,dilakukan terapi
10.apa saja jenis clinical reasoning?
Jenis-jenis clinical reasoning
- Forward clinical reasoning adalah proses untuk menetapkan hipotesis
berdasarkan data yang ada.
- Backward clinical reasoning adalah mengungkapkan data berdasarkan
hipotesis.
- Analytic: adalah kegiatan penalaran dengan melakukan analisis yang sangat
berhati-hati
Untuk mengetahui hubungan antara tanda dan keluhan untuk menetapkan
diagnosis.
- Non analitic-clinical reasoning adalah clinical reasoning yang tidak
membutuhkan penalaran sama sekali, dan biasa disebut dengan pattern
recognition (pengenalan tanda)
http://www.kaskus.us/showthread.php?p=492804958
apakah didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang kuat yang membenarkan bahwa
terapi itu memang efektif untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien.
Dalam skeptisisme ilmiah, proses berpikir kritis meliputi akuisisi dan
interpretasi informasi,penggunaan informasi itu untuk menarik kesimpulan yang
bisa dipertanggungjawabkan. Konsep dan prinsip berpikir ilmiah bersifat
universal.Berpikir kritis membentuk sebuah sistem pemikiran yang saling
terkait dan overlapping, misalnya pemikiran filosofis, pemikiran sosiologis,
pemikiran antropologis, pemikiran historis, pemikiran politis,pemikiran
psikologis,pemikiran matematis, pemikiran biologis, pemikiran ekologis,
pemikiran medis, pemikiran legal, pemikiran etis, pemikiran estetis/ artistik, dan
sebagainya.Berpikir kritis dapat diterapkan kepada kasus dibidang profesi apa
saja. Hanya saja penerapannya perlu merefleksikan konteks bidang profesi dan
disiplin yang bersangkutan.
Berpikir kritis penting, karena memungkinkan seorang untuk
menganalisis,
menilai,menjelaskan,
dan
merestrukturisasi
pemikirannya,sehingga dapat memperkecil risiko untuk mengadopsi keyakinan
yang salah, maupun berpikir dan bertindak dengan menggunakan keyakinan
yang salah tersebut. Berpikir kritis penting dilakukan dalam profesi kedokteran.
Berpikir kritis mengurangi risiko pembuatan diagnosis yang keliru
danpemilihan terapi yang tidak tepat yang dapatmerugikan atau berakibat fatal
bagi pasien.
Berpikir kritis juga diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
yang membutuhkankreativitas seperti menulis buku. Jika seorang tidak berpikir
kritis, maka ia tidak bisa berpikir kreatif.
Mengembangkan sifat berpikir kritis
Sifat intelektual seorang perlu dikembangkan dandiasah agar menjadi pemikir
yang kritis. Tidak adasebuah resep yang instan untuk mengembangkansifat-sifat
intelektualitas dari seorang pemikirkritis. Sebab berpikir kritis dikembangkan
berda-sarkan konsep-konsep dan prinsip, ketimbangprosedur yang kaku, atau
resep tertentu. Berpikirkritis menggunakan tidak hanya logika (baik logi-ka
formal maupun informal), tetapi juga kriteriaintelektual yang lebih luas,
meliputi kejelasan,kepercayaan (credibility), akurasi, presisi (kete-litian),
relevansi, kedalaman, keluasan, dan signi-fikansi (kemaknaan).
Salah satu cara yang penting untukmengembangkan sifat-sifat berpikir
kritis adalahmempelajari seni untuk menunda penarikankesimpulan definitif.
Caranya adalah menerapkanorientasi persepsi ketimbang menarik
kesimpulanfinal terlalu dini. Sebagai contoh, ketika membacasebuah novel,
menontonfilm, mengikuti diskusiatau dialog, hindari kecenderungan untuk
mengha-kimi atau menarik kesimpulan tetap.
Prof. dr. Bhisma Murti, MPH, MSc, PhD Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret