You are on page 1of 12

LBM 4

EBM dan critical appraisal biar tidak katrok?


Step 1
1. EBM : - penjabaran bukti ilmiah lebih lanjut obat dipasarkan atau obat
berbasis bukti. (kalih)
- Pembuatan keputusan tentang penatalaksanaan kesehatan
pasien berdasarkan bukti. (heavin)
- suatu sistem untuk mencari info yang valid yang di pergunakan
untuk memberikan keputusan klinis kepada pasien sehingga dapat
di pertanggung jawabkan. (ani)
- mengintegrasikan bukti penelitian terbaik dengan keahlian klinis
dan nilai nilai pasien untuk mencapai manajemen pasien terbaik.
(mita)
2. PICO : - salah satu dari langkah / materi EBM dimana PICO =
Person/patient/population/problem , Intervention , Comparison dan
Outcome. (mega)
3. CA
: - proses sistematis untuk menguji validitas, hasil dari relevansi dari
bukti ilmiah sebelum digunakan untuk mengambil keputusan. (barry)
-

Cara / metode untuk mengkritisi secara ilmiah terhadap


penulisan ilmiah. (chusna)
Penilaian / penafsiran yang dilakukan secara kritis atau sebuah
karya ilmiah. (pipit)
Kemampuan kita untuk mengkritisi sebuah jurnal,artikel dll
sehingga kita dapat menghubungkan dan menarik kesimpulan
dari suatu sumber yang valid. (ani)

4. RCT
: - salah satu metode penelitian yang menggunakan sample pasien
sesungguhnya yang kemudian dibagi menjadi dua grup yaitu grup kontrol
dan grup yang di beri perlakuan. (eva)
- Prosedur umumnya digunakan pada uji coba obat / prosedur
medis. (mayang)
5. Prognosis: - istilah kesehatan untuk menggambarkan kemungkinan akibat
dari suatu penyakit (mita)
- Prediksi dari perjalanan suatu penyakit meliputi durasi, akibat
dan lain lain. (heavin)
- Ramalan atau kemungkinan perjalanan dan hasil akhir dari
sebuah gangguan kesehatan.(pipit)
6. Blind

:-

ketidaktahuan (ani)
Alat baca bagi para penyandang tuna netra. (mita)
Uji kebutaan (kalih)
Memilih secara acak untuk menjadi obyektif dalam suatu
penelitian. (heavin)

7. Rujukan`: sesuatu yang di gunakan pemberi info untuk memperkuat suatu


pernyataan. (mayang)
8. Sumber primer : - suatu sumber yang berasal dari penulis aslinya /
penelitinya. (ani)
-

Bahan orisinil yang menjadi dasar penelitian lain. (faizal)

9. Pertanyaan klinis : sebuah proses ahli medis yang memberi pertanyaan


atau menanyakan pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. (barry)

Step 2
1. Bagaimana langkah langkah dari EBM ?
2. Bagaimana dokter menerapkan EBM ?
3. Apa tujuan dan manfaat dari EBM ?
4. Apa kelebihan dan hambatan dari EBM ?
5. Apa dampak tidak di terapkannya EBM ?
6. Bagaimana penggunaan PICO dalam EBM?
7. Apa saja Sumber sumber EBM ?
8. Tujuan dan manfaat dari CA ?
9. Bagaimana langkah langkah pengkajian artikel ilmiah dengan CA ?
10.Apa kelebihan dan kekurangan CA ?
11.Aspek apa saja yang ada dalam CA ?
12.Apa hubungan CA dan EBM ?
13.Metode apa saja tentang penelitian selain RCT ?
14.Apa langkah langkah RCT ?
15.Apa kelebihan dan kekurangan dalam RCT ?
16.Mengapa jurnal ilmiah merupakan sumber primer yang layak rujuk ?
17.Bagaimana mengetahui suatu penelitian itu penting atau tidak ?
Step 3
1. Bagaimana langkah langkah dari EBM ?
Mengajukan pertanyaan klinis dengan menggunakan PICO
Mencari bukti penelitian terbaik
Menilai bukti secara kritis
Menerapkan bukti ke masyarakat
Menilai perlakuan pendidikan kita sendri
2. Apa tujuan dan manfaat dari EBM ?
Tujuan : supaya apa yang diterapkan ke pasien oleh dokter bisa di
pertanggung jawabkan.
Menjadikan dokter memiliki info yang mutakhir dan valid dalam
penatalaksanaan pasien.
Manfaat : kerja dokter lebih efisien dan efektif,mengembangkan
kemampuan dokter supaya mendapatkan bukti bukti yang valid serta tepat
dalam menangani pasien tersebut.

Supaya dokter selalu bisa mengikuti perkembangan ilmu kedokteran yang


pesat ini.
Bisa menanamkan pembelajaran seumur hidup yang berorientasi pada
pemecahan masalah pasien.
3. Apa hambatan dari EBM ?
Membutuhkan waktu yang lama
Bingung antara valid atau tidaknya untuk mengambil keputusan
Individualis seorang dokter sehingga seorang dokter melakukan
EBM ketika mendapat cercaan dari pasien.
Kurangnya akses terhadap bukti ilmiahnya
Kurangnya pengetahuan dalam telaah kritis dan metodologi
penelitian.
Kurang nya rasa ingin tahu
Kurangnya kemampuan untuk melakukan kajian kritis terhadap
suatu masalah.
4. Apa dampak tidak di terapkannya EBM ?
Kurang maksimal dalam menangani pasien.
Tidak bisa di pertanggung jawabkan karena tidak ada bukti valid
yang mendungkung
Ilmu dokter menjadi tidak up to date (pengetahuan).
5. Bagaimana penggunaan PICO dalam EBM?
P = hubungan yang relevan tentang pasien
I = intervensi yang diberikan oleh pasien
C = pembandingan
O = mengevaluasi dan menjelaskan pengaruh antara pasien dengan
tindakan yang dilakukan
Contoh pada seorang ibu yang mengalami ***** pada rahimnya dan
tidak mau divacum

6. Apa saja Sumber sumber EBM ?


Filtered information = sumber EBM yang telah di telaah oleh ahlinya
dan biasanya memberikan rekomendaasi langsung seperti praktik
klinis.
unfiltered information = laporan laporan yang masih merupakan
laporan dari penelitian langsung.
Sumber : www.scribd.com/doc/28917216/KTIKTI
7. Tujuan dan manfaat dari CA ?
Untuk mengevaluasi dan menganalisi suatu penelitian agar
mendapatkan bukti yang valid. (tujuan)
Untuk membantu orang mengembangkan ketrampilan yang di
perlukan untuk memahami bukti ilmiah. (tujuan)

Untuk membantu kita mengintegrasikan pengetahuan baru dan


menerapkannya dalam praktik klinik. (manfaat)
Untuk menambah kemampuan kita dalam menganalisis suatu info
dan dapat memahami info yang di peroleh. (manfaat)
Untuk mendorong penilaian obyektif tentang kegunaan sebuah
informasi ilmiah. (manfaat)

8. Bagaimana langkah langkah pengkajian artikel ilmiah dengan CA ?


Menyiapkan bahan bacaan
Membaca bahan bacaan tersebut lalu di pahami suatu yang penting
dalam bacaan.
Menentukan pokok pokoknya
Mengidentifikasi sesuatu yang telah kita kritisi
9. Apa kekurangan CA ?
Memakan banyak waktu
Tidak selalu memberikan jawaban yang mudah
dapat membuat keputusan jika CA menonjolkan kekurangan dari
bukti bukti yang baik
mengurangi semangat apabila akses dalam bidang penelitian itu
terbatas

10.Aspek

apa saja yang ada dalam CA ?


Randomized control trial
Cohort sutdy
Case-control study
Diagnostic test

11.Apa hubungan CA dan EBM ?


CA merupakan dasar dari EBM yang didasarkan dari critical thinking
dan bersumber dari IT . jika IT bagus maka info yang didapat akan
bagus . sehingga seseorang dapat melakukan CA.
Masalah mencari sumbeer melakukan CT EBM
12.Metode apa saja tentang penelitian selain RCT ?
1. Penelitian cross-sectional (Lintas-Bagian)

Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang mengukur prevalensi


penyakit~ Oleh karena itu seringkali disebut sebagai penelitian prevalensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan penyakit dengan
paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit secara
serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu saat atau periode
tertentu.
Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah untuk dikerjakan
oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang terikat erat
pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari

penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang


pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang sering
digunakan untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara,
dan isian kuesioner.
Kelebihan penelitian lintas-bagian adalah: mudah untuk dilakukan, murah,
dan tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang diperkirakan
bersifat merugikan kesehatan (faktor resiko) dan tidak ada subyek yang
kehilangan kesempatan untuk memperoleh terapi yang diperkirakan
bermanfaat.
Kelemahan penelitian lintas-bagian adalah memiliki validitas inferensi yang
lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi yang akurat, oleh karena itu
penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk menganalisis hubungan
kausal paparan dan penyakit.
Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang dilakukan pada satu
waktu dan satu kali, tidak ada follow up, untuk mencari hubungan antara
variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (efek).
Kalau ditanyakan tentang dimana titik potongnya? Bayangkanlah
penelitian itu seperti lontong, dimanapun kamu memotong lontong itu, di
tengah, dari ujungnya, di sisi manapun itu, lontong itu tetap memiliki isi
yang sama, besar yang sama, dan rasa yang sama.
Sebagai contoh, dalam salah satu bedah jurnal penelitian di IKGM hari
kamis lalu, tentang salah satu penelitian tentang fluorosis yang dilakukan
pada anak usia 10-12 tahun di Brazil yang tinggal di daerah yang belum
memperoleh fluoridasi air minum. Sebenarnya penelitian itu adalah
penelitian lanjutan, dan penelitian dilakukan sebelum program fluoridasi air
minum buatan dilaksanakan, mereka berusaha menyelidiki apa penyebab
kecenderungan fluorosis tersebut, suspect utamanya adalah penggunaan
pasta gigi berfluorida. Para peneliti melakukan pemeriksaan klinis rongga
mulut dan aplikasi kuesioner. [seperti itulah garis besarnya]
Dalam penelitian cross-sectional tersebut, titik potongnya terletak pada
anak-anak usia 10-12 tahun penderita fluorosis di daerah yang air
minumnya belum terfluoridasi.
Jadi, dalam penelitian cross-sectional, karakteristik sampel yang sama saat
penelitian dilakukan adalah titik potongnya.
Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut
:
a.Mengidentifikasi variable-variabel penelitian dan mengidentifikasi factor
resiko dan factor efek
b.Menetapkan subjek penelitian.
c.Melakukan observasi atau pengukuranvariabel-variabel yang merupakan
factor resiko dan factor efek sekaligus berdasrkan status keadaan varibel
pada saat itu (pengumpulan data).
d.Melakukan analisis korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar
kelompok-kelompok hasil observasi (pengukuran).
Keuntungan penelitian Cross Sectional :

Mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal waktu, dan hasil


dapat diperoleh dengan cepat dan dalam waktu bersamaan dapat
dikumpulkan variabel yang banyak, baik variabel resiko maupun variabel
efek.
Kekurangan penelitian Cross Sectional :
a.Diperlukan subjek penelitian yang besar
b.Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat
c.Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan
d.Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila
dibandingkan dengan dua rancangan epidemiologi yang lain.
Contoh : Mengetahui hubungan antara anemia besi pada ibu hamil
dengan Berat Badan Bayi Lahir (BBL), dengan menggunakan rancangan
atau pendekatan cross sectional.
Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti dan
kedudukanya masing-masing.
- Variabel dependen (efek ) : BBL
- Variebel independen (risiko ) : anemia besi.
- Variabel independent (risiko) yang dikendalikan : paritas, umur ibu,
perawatan kehamilan, dan sebagainya.
Tahap kedua : menetapkan subjek penelitian atau populasi dan sampelnya.
Subjek penelitian : ibu-ibu yang baru melahirkan, namun perlu dibatasi
daerah mana ereka akan diambil contohnya lingkup rumah sakit atau
rumah bersalin. Demikian pula batas waktu dan cara pengambilan sampel,
apakah berdasarkan tekhnik random atau non-random.
Tahap ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau pengukuran
terhadap

variabel

dependen-independen

dan

variabel-variabel

yang

dikendalikan secara bersamaan (dalam waktu yang sama).


Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa Hb ibu,
menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali yang lain.
Tahap

keempat

Mengolah

dan

menganalisis

data

dengan

cara

membandingkan. Bandingkan BBL dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini


akan diperoleh bukti adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia
dengan BBL.
2. Penelitian Kasus Kontrol (case control)
Penelitian kasus kontrol adalah rancangan epidemiologis yang mempelajari
hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan penyakit, dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya. Ciri penelitian ini adalah: pemilihan subyek berdasarkan

status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek


mempunyai

riwayat

terpapar

atau

tidak.

Subyek

yang

didiagnosis

menderita penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dan


populasi, sedangkan subyek yang tidak menderita disebut Kontrol. Jenis
penelitian ini dapat saja berupa penelitian restrospektif bila peneliti melihat
ke belakang dengan menggunakan data yang berasal dari masa lalu atau
bersifat

prospektif

bila

pengumpulan

data

berlangsung

secara

berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya penelitian


kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah
adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan
penyebab dan kelangsungan hidup.
Tahap-tahap penelitian Case control:
a.Identifikasi variable-variabel penelitian ( factor resiko dan efek )
b.Menetapkan objek penelitian ( populasi dan sampel )
c.Identifikasi kasus
d.Pemilihan subjek sebagai kontrol
e.Melakukan pengukuran retrospektif ( melihat ke belakang ) untuk melihat
faktor resiko
f.Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabelvariabel objek penelitian dengan variabel-variabel kontrol.
Kelebihan Rancangan Penelitian Case Control:
a.Adanya kesamaan ukuran waktu antara kelompok kasus dengan
kelompok kontrol
b.Adanya pembatasan atau pengendalian faktor resiko sehingga hasil
penelitian lebih tajam dibanding hasil rancangan cross sectional
c.Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen
(kohort)
d.Tidak memerlukan waktu lama ( lebih ekonomis )
Kekurangan Rancangan Penelitian Case Control:
a.Pengukuran variabel yang retrospective, objektivitas, dan reabilitasnya
kurang karena subjek penelitian harus mengingatkan kembali faktor-faktor
resikonya.
b.Tidak dapat diketahui efek variabel luar karena secara teknis tidakdapat
dikendalikan.
c.Kadang-kadang sulit memilih kontrol yang benar-benar sesui dengan
kelompok kasusu karena banyaknya faktor resiko yang harus dikendalikan.
Contoh : Penelitian ingin membuktikan hubungan antara malnutrisi/
kekurangan gizi pada anak balita dengnan perilaku pemberian makanan
oleh ibu.

Tahap pertama : Mengidentifikasi variabel dependen ( efek ) dan variabelvariabel independen (faktor resiko ).
- Variabel dependen : malnutrisi
- Variabel independen : perilaku ibu dalam memberikan makanan.
- Variabel independen yang lain : pendidikan ibu, pendapatan keluarga,
jumlah anak, dan sebagainya.
Tahap kedua : Menetapkan objek penelitian, yaitu populasi dan sampel
penelitian. Objek penelitian disini adalah pasangan ibu dan anak balitanya.
Namun demikian perlu dibatasi pasangan ibu dan balita daerah mana yang
dianggap menjadi populasi dan sampel penelitian ini.
Tahap ketiga : Mengidentifikasi kasus, yaitu anak balita yang menderita
malnutrisi (anak balita yang memenuhi kebutuhan malnitrisi yang telah
ditetapkan, misalnya berat per umur dari 75 % standar Harvard. Kasus
diambil dari populasi yang telah ditetapkan .
Tahap keempat : Pemilihan subjek sebagai kontrol, yaitu pasangan ibu-ibu
dengan anak balita mereka. Pemilihan kontrol hendaknya didasarkan
kepada kesamaan karakteristik subjek pada kasus. Misalnya ciri-ciri
masyarakatnya, sosial ekonominya dan sebagainya.
Tahap kelima : Melakukan pengukuran secara retrospektif, yaitu dari
kasusu (anak balita malnutrisiI itu diukur atau ditanyakan kepada ibu
dengan menggunakan metose recall mengenai perilaku memberikan jenis
makanan , jumlah yang diberikan kepada anak balita selama 24 jam.
Tahap keenam : Melakukan pengolahan dan analisis data . Dengan
membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik
dalam hal memberikan makanan kepada anaknya pada kelompok kasus,
dengan proporsi perilaku ibu yang sama pada kelompok kontrol. Dari sini
akan diperoleh bukti ada tidaknya hubungan perilaku pemberian makanan
dengan malnutrisi pada anak balita.
3. Penelitian Cohort (Penelitian Prospektif )
PENELITIAN
penelitian

COHORT
survei

(PENELITIAN
non

PROSPEKTIF

ksperimen

yang

merupakan

paling

baik

suatu
dalam

menghubungkan antara faktor resiko dengan efek ( Penyakit ). Penelitian


cohort digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko
dengan efek melalui pendekatanlongitudinal ke depan atau prospektif.
Artinya faktor resiko yang akan dipelajari diidentifikasi dulu kemudian
diikuti ke depan secara prospektif timbulnya efek, yaitu : penyakit atau
salah satu indikator status kesehatan.

Penelitian Cohort membandingkan proporsi subjek yang menjadi sakit


( efek positif ) antara kelompok subjek yang diteliti dengan faktor positif
dengan kelompok subjek dengan faktor resiko negatif ( kelompok kontrol ).
Penelitian observasional analitik yang didasarkan pada pengamatan
sekelompok penduduk tertentu dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini
kelompok penduduk yang diamati merupakan kelompok penduduk dengan
2 kategori tertentu yakni yang terpapar dan atau yang tidak terpapar
terhadap faktor yang dicurigai sebagai faktor penyebab. Penelitian ini
(cohort) adalah kebalikan dari case control. faktor resiko (penyebab) telah
diketahui

terus

diamati

secar

terus

menerus

akibat

yang

akan

ditimbulkannya.
Langkah-langkah pelaksanan penelitian cohort:
a.Identifikasi faktor-fakor rasio dan efek
b.Menetapkan subjek penelitian ( menetapkan populasi dan sampel )
c.Pemilihan subjek dengan faktor resiko positif dari subjek dengan efek
negatif
d.Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
e.Mengobservasi

perkembangan

subjek

sampai

batas

waktu

yang

ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek pada kedua


kelompok
f.Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang mendapatkan
efek positif dengan subjek yang mendapat efek negatif baik pada
kelompok resiko positif maupun kelompok kontrol.
Keunggulan Penelitian Cohort
a.Dapat mengatur komparabilitas antara dua kelompok (kelompok subjek
dan kelompok kontrol) sejak awal penelitian.
b.Dapat secara langsung menetapkan besarnya angka resiko dari suatu
waktu ke waktu yang lain.
c.Ada keseragaman observasi, baik terhadap faktor resiko maupun efek
dari waktu ke waktu.
d.Bebas bias seleksi dan recall bias.
e.Outcome tidak mempengaruhi seleksi.
f.Dapat dipelajari sejumlah efek secara serentak.
Kekurangan Penelitian Cohort
a.Memerlukan waktu yang cukup lama
b.Memerlukan sarana dan pengelolaan yang rumit
c.Kemungkinan adanya subjek penelitian yang drop out dan akan
mengganggu analisis hasil

d.Ada faktor resiko yang ada pada subjek akan diamati sampai terjadinya
efek (mungkin penyakit) maka hal ini berarti kurang atau tidak etis.
e.Relatif mahal.
f.Extraneous variabel kadang sukar dikontrol.
g.Ukuran sampel sangat besar untuk penyakit yang jarang.
Contoh : Penelitian yang ingin membuktikan adanya hubungan antara Ca
paru (efek) dengan merokok (resiko) dengan menggunakan pendekatan
atau rancangan prospektif.
Tahap pertama : Mengidentifikasi faktor efek (variabel dependen) dan
resiko (variabel independen) serta variabel-variabel pengendali (variabel
kontrol).
- Variabel dependen : Ca. Paru
- Variabel independen : merokok
- Variabel pengendali : umur, pekerjaan dan sebagainya.
Tahap kedua : Menetapkan subjek penelitian, yaitu populasi dan sampel
penelitian. Misalnya yang menjadi populasi adalah semua pria di suatu
wilayah atau tempat tertentu, dengnan umur antara 40 sampai dengan 50
tahun, baik yang merokok maupun yang tidak merokok.
Tahap ketiga : Mengidentifikasi subjek yang merokok (resiko positif) dari
populasi tersebut, dan juga mengidentifikasi subjek yang tidak merokok
(resiko negatif) sejumlah yang kurang lebih sama dengan kelompok
merokok.
Tahap keempat : Mengobservasi perkembangan efek pada kelompok orangorang yang merokok (resiko positif) dan kelompok orang yang tidak
merokok (kontrol) sampai pada waktu tertentu, misal selama 10 tahun ke
depan, untuk mengetahui adanya perkembangan atau kejadian Ca paru.
Tahap kelima : Mengolah dan menganalisis data. Analisis dilakukan dengan
membandingkan proporsi orang-orang yang menderita Ca paru dengan
proporsi orang-orang yang tidak menderita Ca paru, diantaranya kelompok
perokok dan kelompok tidak merokok.
Tastelikecheese.com
13.Apa langkah langkah RCT ?
Mengidentifikasi masalah yang dialami pembelajar dalam mengingat
Merumuskan materi yang dijadikan instrumen penelitian,serta bahan ajar
untuk pelaksanaan eksperimen
Membuat instrumen peneltian berupa tes untuk post tes
Membuat skala penilaian
Menentukan sampel penelitian,yaitu sebanyak 15 orang secara random
Mempersiapkan eksperimen dengan rincian sebagai berikut:
o Melaksanakan langkah-langkah melakukan permainan Mistery Bag

Memberikan pos tes untuk mengetahui kemampuan penguasaan


bahasa Jepang siswa setelah penggunaan teknik permainan Mistery
Bag
o Memberikan angket
Mengolah hasil data tes dan angket
Membuat penafsiran dan kesimpulan berdasarkan hipotesis
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0551_0606272_chapter3.pdf
o

14.Apa kelebihan dan kekurangan dalam RCT ?


Kelebihan :
Kontrol maksimal terhadap situasi penelitian
Kekurangan :

Tetap perlu dilakukan pengontrolam faktor-faktor perancu


Tidak etis bila sekelompok subjek mendapatkan perlakuan yang
bermanfaat sedangkan yang lainnya tidak mendapat perlakuan
apapun
Tidak etis bila sekelompok subjek harus mendapatkan paparan
faktor yang dihipotesiskan merugikan kesehatan
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/f9568f8d38a2e1bd591a
77ecc3e179e6c400b49a.pdf

15.Mengapa jurnal ilmiah merupakan sumber primer yang layak rujuk ?


Jurnal ilmiah dianggap sebagai sumber informasi primer atau yang paling penting di dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi. Jurnal ilmiah berisi kumpulan artikel yang dipublikasikan secara periodik,
ditulis oleh para ilmuwan peneliti untuk melaporkan hasil-hasil penelitian terbarunya. Karena itulah,
keberadaan jurnal ilmiah merupakan hal yang penting untuk terus memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tulisan atau artikel yang dimuat dalam jurnal ilmiah, sudah mengalami proses peer-review dan
seleksi ketat dari para pakar di bidangnya masing-masing. Proses peer-review ini dijalankan untuk
menjamin kualitas dan validitas ilmiah artikel yang dimuat.

http://pustaka.ristek.go.id/main/about
16.Bagaimana mengetahui suatu penelitian itu penting atau tidak ?
17.Penjelasan PICO beserta contoh ?
P Population :
Anak-anak dengan epilepsi rolandic benigna berusia 5-15tahun.
I Intervention :
Pemberian TPM mulai diberikan sebesar 12.5 mg per hari dandititrasi
sampai setidaknya 50 mg per hari pada pasien-pasien dengan berat <30 kg
dan 75 mg atau 100 mg per hari pada pasien-pasien dengan berat >30 kgselama 4
minggu. CBZ dimulai sebesar 10 mg/kg/hari dan dititrasi sampaisetidaknya
20 mg.kg.hari selama 4 minggu. Eskalasi individual
tambahandimungkinkan sampai dosis toleransi maksimum, 4
mg/kg/hari untuk TPM dan30 mg.kg/hari untuk CBZ sampai 22 minggu.
C Control :
tidak ada kelompok kontrol dalam penelitian ini
O Outcome :
fungsi kognitif dan pengendalian perilaku
http://www.scribd.com/doc/62294842/PICO

You might also like