You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu tujuan Pemerintah Kabupaten/Kota yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan adalah membebaskan penduduk dari penularan atau transmisi
penyakit dengan cara menghilangkan sumber penyakit, melakukan penyehatan
lingkungan, dan meningkatkan perilaku hidup sehat penduduk serta memberikan
kekebalan terhadap serangan penyakit.
Masalah kesehatan berbasis lingkungan disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang tidak memadai baik kualitas maupun kuantitasnya serta perilaku
hidup sehat masyarakat yang masih rendah sehingga mengakibatkan penyakitpenyakit berbasislingkungan muncul, seperti: diare, ISPA, malaria, DBD, TBC,
yang masih mendominasi 10 penyakit terbesar puskesmas dan merupakan pola
penyakit utama di Indonesia.
Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, puskesmas merupakan
ujung tombak yang paling depan di wilayah kerjanya. Salah satu fungsi
puskesmas yang penting adalah mengembangkan dan membina kemandirian
masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang timbul, mengembangkan
kemampuan dan kemauan masyarakat baik berupa pemikiran maupun
kemampuan yang berupa sumber daya. Oleh sebab itu diperkenalkan dan
dikembangkan suatu alternatif pemecahan masalah kesehatan lingkungan yaitu
klinik sanitasi.
Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di puskesmas yang
mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif, yang mempunyai
2 peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan fasilitator di bidang
kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkunga.
Klinik sanitasi hanya dilaksanakan di puskesmas yang diperkenalkan dari
konsep Puskesmas Wanasaba Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB pada
tahun 1995 dan selanjutnya kegiatan ini diikuti oleh beberapa puskesmas di
provinsi NTB, Jawa Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sumatera
Selatan dan Kalimantan Selatan, sehingga pada awal tahun 2000 sudah sampai ke
seluruh Puskesmas di Indonesia termasuk Kota Medan.
Kegiatan klinik sanitasi ini dibagi menjadi 2 yaitu dalam dan luar gedung, di
antara keduanya kegiatan dalam gedung adalah kegiatan yang utama yang harus

dilakukan sebelum kegiatan luar gedung. Namun sampai sekarang kegiatan ini
belum berjalan optimal, baik dalam maupun luar gedung, hal ini dibuktikan
dengan masih sangat kurangnya kunjungan klien atau pasien.
Gambaran perilaku masyarakat yang kurang mendukung dapat
menurunkan kualitas dan kuantitas lingkungan sehingga mengakibatkan dampak
buruk bagi kesehatan masyarakat maupun individu. Banyak faktor yang membuat
masyarakat tidak mengunjungi klinik sanitasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi umumnya mengacu pada penyediaan fasilitas dan jasa untuk
pembuangan yang aman dari urin manusia dan tinja. Sanitasi yang tidak memadai
merupakan penyebab utama penyakit di seluruh dunia dan meningkatkan sanitasi
dikenal memiliki dampak yang menguntungkan yang signifikan terhadap
kesehatan baik di rumah tangga dan di masyarakat. Kata 'sanitasi' juga mengacu
pada pemeliharaan kondisi higienis, melalui layanan seperti pengumpulan sampah
dan pembuangan air limbah.
Mengingat hal-hal yang terjadi di negara-negara berkembang meliputi
masalah sanitasi lingkungan seperti: pengotoran persediaan air rumah tangga,
infeksi karena kontak langsung ataupun tidak langsung dengan feses manusia,
infeksi yang disebabkan oleh arthropoda, rodensia, mollusca, dan vektor-vektor
penyakit lainnya, perumahan yang sempit, serta penyakit-penyakit hewan yang
berhubungan dengan manusia, maka dilakukan usaha dalam sanitasi lingkungan di
Indonesia yang meliputi:
1. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun
kuantitasnya.
2. Mengatur pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah.
3. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar
rumahrumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.
4. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti: lalat, nyamuk,
kutu-kutu, serta binatang reservoir penyakitnya.
5. Pengawasan terhadap bahaya polusi dan radiasi dari sisa-sisa zat radioaktif
sesuai dengan perkembangan negara
2.2. Klinik Sanitasi
Merupakan suatu upaya/kegiatan yang mengintegrasikan pelayanan
kesehatan antara promotif, preventif, dan kuratif yang difokuskan pada penduduk
yang beresiko tinggi untuk mengatasi masalah penyakit berbasis lingkungan dan
masalah kesehatan lingkungan pemukiman yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas bersama masyarakat yang dapat dilakukan secara pasif dan aktif di
dalam dan di luar puskesmas.
Klinik sanitasi juga merupakan wahana masyarakat untuk mengatasi
masalah kesehatan lingkungan dan masalah penyakit berbasis lingkungan dengan
bimbingan, penyuluhan, dan bantuan teknis dari petugas puskesmas. Klinik

sanitasi bukan sebagai unit pelayanan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebagai
bagian integral dari kegiatan puskesmas dalam melaksanakan program ini
bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektoral yang ada di wilayah kerja
puskesmas.
Klinik sanitasi juga merupakan kegiatan wawancara mendalam dan
penyuluhan yang bertujuan untuk mengenal masalah lebih rinci, kemudian
diupayakan yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan dengan
komunikasi penderita/pasien yang datang ke puskemas.
Klinik sanitasi diharapkan dapat memperkuat tugas dan fungsi puskesmas
dalam melaksanakan pelayanan pencegahan dan pemberantasan penyakit berbasis
lingkungan dan semua persoalan yang ada kaitannya dengan kesehatan
lingkungan, khususnya pengendalian penyakit berbasis lingkungan, guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pelaksanaan program klinik sanitasi menjaring pasien/klien di puskesmas
dengan keluhan penyakit berbasis lingkungan dan lingkungan yang tidak sehat
sebagai media penularan dan penyebab penyakit yang dialami oleh masyarakat
selanjutnya dilaksanakan konseling dan kunjungan lapangan atau kunjungan
rumah untuk mencari jalan keluar akibat masalah kesehatan lingkungan dan
penyakit berbasis lingkungan yang muncul di masyarakat.
Terdapat beberapa pengertian yang harus dipahami dalam pelaksanaan
program klinik sanitasi selain dari pengertian klinik sanitasi yaitu:
1. Pasien Klinik Sanitasi
Yaitu penderita penyakit berbasis lingkungan yang datang ke puskesmas
yang kemudian dirujuk oleh dokter ke ruang klinik sanitasi atau yang
ditemukan di lapangan baik oleh petugas medis/paramedis maupun
petugas survei.
2. Klien Klinik Sanitasi
Yaitu masyarakat yang datang ke puskesmas atau yang menemui petugas
klinik sanitasi namun bukan sebagai penderita penyakit, tetapi untuk
berkonsultasi tentang masalah yang berkaitan dengan penyakit berbasis
lingkungan/kesehatan lingkungan.
3. Konseling Yaitu kegiatan wawancara mendalam dan penyuluhan yang
bertujuan untuk mengenal masalah lebih rinci kemudian diupayakan
pemecahannya yang dilakukan oleh petugas klinik sanitasi sehubungan
dengan konsultasi penderita/pasien yang datang ke puskesmas.
2.3. Tujuan Klinik Sanitasi

Klinik sanitasi mempunyai tujuan yaitu sebagai berikut:


a. Tujuan Umum
Yaitu meningkatkan derajat masyarakat melalui upaya preventif, kuratif, dan
promotif yang dilakukan secara terpadu, terarah, dan terus-menerus.
b. Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat (pasien dan
klien serta masyarakat di sekitarnya) akan pentingnya lingkungan sehat
dan perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Masyarakat mampu memecahkan masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kesehatan lingkungan.
3. Terciptanya keterpaduan lintas program-program kesehatan dan lintas
sektor terkait, dengan pendekatan penanganan secara holistik terhadap
penyakit-penyakit berbasis lingkungan.
4. Untuk menurunkan angka penyakit berbasis lingkungan dan
meningkatkan penyehatan lingkungan melalui pemberdayaan
masyarakat.
5. Meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit-penyakit berbasis
lingkungan melalui Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) secara
terpadu.
2.4. Sasaran Klinik Sanitasi
Pelaksanaan program klinik sanitasi mengarah pada suatu sasaran yang
ditentukan, yaitu:
1. Penderita penyakit yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lingkungan yang datang ke puskesmas.
2. Masyarakat umum (klien) yang mempunyai masalah kesehatan
lingkungan yang datang ke puskesmas.
3. Lingkungan penyebab masalah bagi pasien/klien dan masyarakat
sekitarnya.
2.5. Ruang Lingkup Klinik Sanitasi
Adapun ruang lingkup kegiatan sanitasi meliputi berbagai macam upaya, yaitu:
1. Penyediaan dan penyehatan air bersih/jamban dalam rangka
pencegahan penyakit diare, kecacingan, dan penyakit kulit.
2. Penyehatan perumahan/pemukiman dalam rangka pencegahan
penyakit ISPA, TB-Paru, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Malaria.

3. Penyehatan lingkungan tempat kerja dalam rangka pencegahan


penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan atau penyakit akibat
kerja.
4. Penyehatan makanan dan minuman dalam rangka pencegahan penyakit
saluran pencemaran atau keracunan makanan.
5. Penanganan pestisida dalam rangka pencegahan dan penanggulangan
keracunan pestisida.
6. Pengamanan penyakit atau gangguan lainnya yang berhubungan
dengan kesehatan lingkungan.
2.6. Strategi Operasional Klinik Sanitasi
Beberapa strategi operasional agar program klinik sanitasi dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, antara lain:
1. Pemajanan masalah kesehatan lingkungan yang dihadapi oleh
masyarakat dan mengatasi dengan upaya promotif, preventif, dan
rehabilitatif secara terpadu dan berkesinambungan.
2. Masalah dalam tiap puskesmas tidaklah sama, baik antar lingkungan
ataupun antar kelurahan oleh sebab itu harus dipahami secara benar
mengenai peta masalah kesehatan yang berkenaan dengan kesehatan
lingkungan, agar penanganannya menjadi lebih spesifik dan
berorientasi pada hasil.
3. Membuat skala prioritas penanganan masalah kesehatan lingkungan
dengan mempertimbangkan segala sumber daya yang ada, karena sulit
untuk menangani semua masalah yang ada dalam waktu bersamaan,
baik luas wilayahnya maupun jenis penyakitnya.
4. Dilaksanakan secara terpadu dan bekerjasama dengan lintas program
dan lintas sektor di wilayah kerja puskesmas.
5. Menumbuh kembangkan peran serta masyarakat memalui
kelembagaan yang sudah ada seperti: PKK, LSM, LKMD.
6. Mengutamakan segi penyuluhan, bimbingan teknis dan pemberdayaan
untuk menciptakan kemandirian masyarakat, penyuluhan juga
dilakukan dengan pemberian contoh dan keteladanan.
7. Mengupayakan dukungan dan dengan meningkatkan swadaya
masyarakat termasuk swasta selain sumber dana dari pemerintah.

2.7. Kegiatan Klinik Sanitasi


Kegiatan klinik sanitasi dilaksananakan di dalam gedung dan di luar gedung
Puskesmas:

1. Dalam Gedung

Pasien (penderita penyakit berbasis lingkungan) dan Klien (pengunjung


bukan penyakit berbasis lingkungan) Semua pasien/klien datang berobat
ke puskesmas melalui prosedur pelayanan seperti: mendaftar di loket,
selanjutnya akan mendapat kartu status, diperiksa oleh petugas
medis/paramedis di puskesmas (dokter, bidang, perawat). Apabila
diketahui pasien/klien menderita penyakit berbasis lingkungan maka yang
bersangkutan dirujuk ke ruang klinik sanitasi. Pada ruang klinik sanitasi
pasien/klien diberikan penyuluhan dan bimbingan teknis, petugas
mewawancarai pasien tentang penyakit yang diderita dikaitkan dengan
masalah kesehatan lingkungan. Selanjutnya hasil wawancara dicacat
dalam Kartu Status Kesehatan Lingkungan. Kemudian petugas klinik
sanitasi melakukan konseling tentang penyakit yang diderita pasien dalam
hubungannya dengan lingkungan. Petugas juga membuat janji dengan
pasien dan keluarganya apabila diperlukan untuk melakukan kunjungan
rumah untuk melihat langsung faktor resiko penyakit yang dialami pasien
tersebut. Setelah konseling di ruang klinik sanitasi, pasien dapat
mengambil obat di apotik puskesmas (loket obat) kemudian pasien
diperbolehkan pulang. Kegiatan lain di dalam gedung yaitu secara rutin
petugas klinik sanitasi menyampaikan segala permasalahan, cara
penyelesaian masalah, hasil monitoring/evaluasi dan perencanaan klinik
sanitasi dalam Mini Lokakarya Puskesmas yang melibatkan seluruh
penanggungjawab kegiatan dan dilaksanakan satu bulan sekali. Dengan
demikian diharapkan seluruh petugas puskesmas mengetahui pelaksanaan
kegiatan Klinik Sanitasi dapat dilakukan secara integritas dalam lintas
program.

2. Luar Gedung

Kunjungan rumah (sebagai tindak lanjut kunjungan pasien/klien ke


Puskesmas) Kunjungan rumah/lokasi dilakukan oleh petugas dengan
membawa hasil analisa keadaan lingkungan pasien/klien klinik sanitasi
yang merupakan lanjut dari kesepakatan antara petugas klinik sanitasi
dengan pasien/klien yang datang ke Puskesmas. Kunjungan rumah ini
untuk mempertajam sasarannya karena pada saat kunjungan petugas telah
memiliki data pasti adanya sarana lingkungan bermasalah yang perlu
diperiksa dan fakor-faktor perilaku yang berperan besar dalam proses
terjadinya masalah kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis
lingkungan. Pada kunjungan tersebut dapat mengambil partisipasi perawat
dari puskesmas pembantu atau bidan desa, dan kader kesehatan

lingkungan untuk melakukan pengecekan fisik/klinis atas penyakit yang


telah diobati tersebut (semacam kegiatan Perawatan Kesehatan Keluarga).
Petugas
klinik
sanitasi
membawa
kartu
status
kesehatan
lingkungan/register yang telah diisi saat kunjungan pasien ke ruang klinik
sanitasi
di
puskesmas
sebelumnya.
Untuk
keperluan
monitoring/surveilans, dalam kunjungan ini petugas klinik sanitasi mengisi
kartu indeks lingkungan perilaku sehat, selanjutnya kartu ini secara
berkala (1-3 bulan) diisi oleh kader atau bidan di desa. Pada kunjungan ke
lapangan petugas klinik sanitasi mengajak kader kesehatan/kesehatan
lingkungan, kelompok pemakai air, PKK, dan berkonsultasi/melibatkan
LSM, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan pihak terkait lainnya.
Dengan maksud agar masyarakat turut berperan aktif memecahkan
masalah kesehatan yang timbul di lapangan mereka sendiri. Diharapkan
jika suatu saat timbul masalah penyakit berbasis lingkungan yang sejenis,
mereka dapat menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Petugas klinik
sanitasi maupun petugas kesehatan lain yang mendampinginya dapat
memberikan penyuluhan kepada pasien/klien dan keluarganya serta
tetangga-tetanggga pasien tersebut. Pada kunjungan rumah tangga petugas
klinik sanitasi bekerjasama dengan lintas program dan lintas sektor,
apabila dibutuhkan perbaikan atau pembangunan sarana sanitasi dasar
dengan biaya besar, (seperti pembangunan sistem perpiaaan) yang tidak
terjangkau oleh masyarakat setempat, petugas klinik sanitasi melalui
puskesmas dapat mengusulkan kegiatan tersebut kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota untuk ditindaklanjuti. Jika masalah di
lapangan belum dapat terpecahkan, maka dapat diangkat ke tingkat yang
lebih tinggi. Bila diperlukan koordinasi di Kabupaten/Kota, maka
puskesmas dapat meminta bantuan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.7.1 Alur Kegiatan Program Klinik Sanitasi
1. Pasien datang ke puskesmas, kemudian mendaftar ke loket, selanjutnya
diperiksa oleh medis/paramedis jika indikasinya menderita penyakit
berbasis lingkungan maka dirujuk ke klinik sanitasi, di klinik sanitasi
pasien diberikan konseling, penyuluhan serta membuat janji kunjungan
rumah untuk memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang
dialaminya, dan selanjutnya pasien mengambil obat di apotik dan
pasien dapat pulang.
2. Petugas berkoordinasi dengan lintas program melalui loka karya mini
atau pertemuan bulanan.
3. Petugas melakukan kunjungan rumah dengan memberikan
implementasi dan rekomendasi perbaikan lingkungan.

4. Klien datang ke puskesmas untuk berkonsultasi mengenai masalah


kesehatan lingkungan yang dihadapi untuk mencari cara pemecahan
masalah.
5. Pemantauan wilayah setempat untuk dijadikan tolak ukur pelaksanaan
program klinik sanitasi.

2.8. Sumber Daya Program Klinik Sanitasi


Sumber daya merupakan suatu hal yang diperlukan dalam pelaksanaan untuk
pencapaian program klinik sanitasi. Sumber daya yang harus dimiliki oleh klinik
sanitasi puskesmas sebagai berikut:
1. Tenaga Pelaksana
Adapaun tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan klinik
sanitasi, antara lain:
a. Tenaga kesehatan lingkungan, terdiri dari: Diploma I dan Diploma
III kesehatan lingkungan atau Strata I Kesehatan Masyarakat.
b. Tenaga kesehatan lain, seperti: Bidan, Perawat Kesehatan
Masyarakat,Petugas Gizi dan petugas lain yang ditunjuk oleh
pimpinan puskesmas.
c. Tenaga Pelaksana kegiatan kesehatan lingkungan yang ditunjuk
oleh pimpinan puskesmas untuk melaksanakan kegiatan klinik
sanitasi (pekarya, sosial, ekonomi, dll).
2. Sarana dan Prasarana
a. Ruangan, diperlukan untuk: (i) Ruang klinik sanitasi, sebagai
tempat dalam gedung puskesmas yang dipergunakan untuk
penyuluhan dan konsultasi (konseling) oleh petugas klinik sanitasi
terhadap pasien/klien. (ii) Bengkel klinik sanitasi, sebagai tempat
dalam gedung yang dipergunakan untuk membuat, merawat,
memperbaiki sarana air bersih dan sanitasi, menyimpan peralatan
yang berkaitan dengan kegiatan kesehatan lingkungan, serta
melatih keterampilan bagi masyarakat dalam pemberantasan
penyakit berbasis lingkungan.
b. Peralatan Peralatan yang digunakan dan harus ada, seperti: alatalat perbaikan/pembangunan sarana air bersih dan santasi, cetakan
sarana air bersih dan jamban keluarga, peralatan pengukuran
kualitas lingkungan (air, tanah, udara), alat-alat pengambilan
sampel lingkungan dan sound system.
c. Transportasi Digunakan untuk mendukung kegiatan klinik sanitasi
di luar gedung (kunjungan lapangan).

d. Alat Peraga dan media penyuluhan Diperlukan alat untuk


kelancaran kegiatan di dalam maupun di luar gedung untuk
kegiatan penyuluhan dan konseling, seperti: maket, media cetak
(poster, leaflet, lembar balik, buku, majalah), media elektonik, dll.
e. Formulir Pencacatan dan Pelaporan Yaitu digunakan untuk
pencatatan dan pelaporan.
f. Buku Pedoman Digunakan sebagai pedoman kerja bagi petugas
klinik sanitasi, yaitu buku pedoman klinik sanitasi, yaitu: Pedoman
Pelaksanaan klinik sanitasi untuk puskesmas, Pedoman teknis
klinik sanitasi untuk puskesmas, Panduan Konseling bagi petugas
klinik sanitasi, dan Standar Prosedur Operasional Klinik Sanitasi
untuk Puskesmas.
3. Sumber Dana Untuk mendukung tercapainya program klinik sanitasi
dibutuhkan dana. Dana ini diperoleh dari dana operasional puskesmas,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi (APBD), dan APBD
Kabupaten/Kota, Bantuan Luar Negeri (BLN), Kemitraan, dan
Swadaya Masyarakat.
2.9. Peran Klinik Sanitasi di Puskesmas
Klinik sanitasi merupakan salah satu program yang sangat relavan untuk
menerapkan paradigma sehat yang pada saat ini digalakkan kembali. Karena
dalam klinik sanitasi dilakukan integrasi penanganan preventif dan kuratif
terhadap penyakit-penyakit berbasis lingkungan. Dalam paradigma baru ini maka
pembangunan kesehatan lebih ditekankan pada upaya promotif-preventif di
banding upaya kuratif-rehabilitatif . Klinik sanitasi sebagai salah satu pelayanan di
puskesmas yang mengintegrasikan antara upaya kuratif, promotif, dan preventif,
yang mempunyai peran antara lain sebagai pusat informasi, pusat rujukan
fasilitator di bidang kesehatan lingkungan dan penyakit berbasis lingkungan.

You might also like