You are on page 1of 20

BAB I

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku
Pekerjaan
No. RM
Tanggal Masuk RS

: Tn.P
: 26 tahun
: Laki-laki
: Ngaliyan, Semarang
: Islam
: Jawa
: Karyawan
: 21.30.64
: 25-09-2015

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 September 2015
pukul 10.00 WIB
A. Keluhan utama
B. Riwayat Penyakit Sekarang

: Terdapat benjolan kemerahan di atas bibir


:

Penderita datang ke poli Kulit RSUD Tugurejo dengan keluhan


terdapat benjolan kemerahan di atas bibir disertai gatal pada daerah bawah
hidung sejak 7 hari yang lalu. Gatal tidak dirasakan semakin gatal saat
terkena keringat, namun kulit terasa panas, kemerahan dan perih.
Awalnya berupa benjolan kecil menyerupai jerawat, terasa sakit
saat dipencet. Sebagian benjolan ada yang pecah dan mengeluarkan nanah
bercampur darah. Sejak tadi malam keluar nanah dari benjolan berwarna
kuning terus menerus. 4 hari SMRS pasien merasakan demam nglemeng
kemudian 1 hari kemudian membaik tanpa diberi obat.
Riwayat Pengobatan

: Keluhan penderita sudah pernah diobati dengan

metronidazol 500 mg 3x1, amoxicillin 500 mg 3x1, prednison 16 mg 1x1


pada hari kedua gejala dan sedikit mengurangi gejala. Pasien juga membeli
sendiri salep di apotek dan belum ada perbaikan pada benjolan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
1

Asma
: Disangkal
Diabetes Melitus
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
E. Riwayat Pribadi dan Sosial
Penderita tinggal dengan istrinya dan satu orang anaknya dalam satu

III.

rumah.
Memelihara binatang (-)
Pemakaian handuk atau pakaian secara bersamaan (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 September 2015 pukul 10.10
WIB
Status Generalis
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
GCS
c. Vital Sign

d. Status gizi
e. Kulit
Warna

: Tampak sakit ringan


: Komposmentis
: 15 (E4, V5, M6)
: TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/m, irama reguler, isi cukup
R : 20 x/m
S : 36,70C (aksila)
: Kesan gizi cukup
: Sawo matang
2

Sianosis
Ptekie
f. Kepala
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.

: Tidak ada
: Tidak ada
: bentuk normocepal, rambut warna hitam, lebat, distribusi

merata, tidak mudah dicabut.


Mata
: CA -/-, SI -/-, Rc (+/+) (+/+) isokor 3mm/3mm
Telinga
: Bentuk normal, simetris, inflamasi (-), sekret minimal.
Hidung
: Simetris, PCH (-), sekret (-)
Mulut
: Bentuk normal, mukosa tidak hiperemis
Lidah
: Tidak pucat, tidak kotor, warna merah muda
Tonsil
: Tidak ada pembesaran
Faring
: Tidak hiperemis
Leher
: Tidak ada pembesaran KGB
Thorak
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis teraba di SIC V LMCS, tak kuat angkat
Perkusi

:
Batas atas jantung
: ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung
: ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 1cm medial Linea mid

clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS IV Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop (-)
Pulmo
:
Dextra

Sinistra

Simetris statis &

Simetris

dinamis, retraksi (-)

dinamis, retraksi (-)

Stem

Stem

Depan
Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

fremitus

statis

&

fremitus

normal kanan = kiri

normal kanan = kiri

Sonor

Sonor

seluruh

seluruh

lapang paru

lapang paru

SD paru vesikuler

SD paru vesikuler

(+), suara tambahan

(+),

paru: wheezing (-),

tambahanparu:

suara

ronki (-)

wheezing (-), ronki


(-)

Belakang
Palpasi

Stem

fremitus

kanan = kiri
Perkusi
Auskultasi

p. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi

q. Ekstremitas
Akral
CRT
Sianosis

Sonor

Stem fremitus kanan


= kiri

seluruh

Sonor

seluruh

lapang paru

lapang paru

SD paru vesikuler

SD paru vesikuler

(+), suara tambahan

(+), suara tambahan

paru : wheezing (-),

paru : wheezing (-),

ronki (-)

ronki (-)

:
: Bentuk
: Datar
Umbilicus : Ditengah, inflamasi (-)
Massa (-),
: Bising usus (+) 15x/menit
: Timpani seluruh lapang perut
Hepar: 1 jari bawah arcus costa
Lien : tidak ada pembesaran
: Nyeri tekan (-), distensi (-)
Hepar
: hepatomegali (-)
Lien
: splenomegali (-)
Ginjal
: tidak teraba.
: hangat
: < 2 detik
: tidak ada
4

Edema

: (-/-)

Status Venerologi

: Tidak dilakukan

Status Dermatologi

Inspeksi :
a.
b.
c.
d.
e.

Lokasi
Jumlah
Distribusi
Konfigurasi
Morfologi

: Nasolabial
:3
: regional
: konfluens
: ruam primer berupa nodus eritematosa, terdapat pustul

ditengahnya. Dijumpai pula ruam sekunder berupa erosi, ekskoriasi,


krusta dan skuama.
f. Diameter
: lesi dengan pustul 1 cm, erosi 0,5 cm, dan ekskoriasi
dengan krusta dan skuama 1,5 cm
Palpasi :
a. Suhu : lebih tinggi dari kulit sekitar
b. Permukaan : tidak rata
c. Nyeri (+)

IV.

RESUME
Anamnesis
5

Penderita datang ke poli Kulit RSUD Tugurejo dengan keluhan


terdapat benjolan di atas bibir disertai gatal pada daerah bawah hidung sejak 7
hari yang lalu kemerahan dan perih.
Awalnya berupa benjolan kecil menyerupai jerawat, terasa sakit
saat dipencet. Sebagian benjolan ada yang pecah dan mengeluarkan nanah
bercampur darah. Sejak tadi malam keluar nanah dari benjolan berwarna
kuning terus menerus. 4 hari SMRS pasien merasakan demam nglemeng
kemudian 1 hari kemudian membaik tanpa diberi obat.
Riwayat Pengobatan

: Keluhan penderita sudah pernah diobati dengan

metronidazol 500 mg 3x1, amoxicillin 500 mg 3x1, prednison 16 mg 1x1


pada hari kedua gejala dan sedikit mengurangi gejala. Pasien juga membeli
sendiri salep di apotek dan belum ada perbaikan pada benjolan.
Status Dermatologi
Terdapat 3 buah lesi di nasolabial dengan distribusi konfluens bentuk bulat
dengan ruam primer berupa nodus eritematosa, pustul 1 cm. Dijumpai pula
ruam sekunder berupa erosi 0,5 cm, ekskoriasi, krusta dan skuama 1,5
cm. Pada pemeriksaan perabaan/palpasi suhu lesi lebih tinggi dari sekitarnya,
permukaannya tidak rata dan terasa nyeri saat disentuh.
V. DIAGNOSIS BANDING
Furunkelosis
Hidradenitis suppurativa
Sikosis Barbe
VI.

USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan mikrobiologik

VII.

DIAGNOSIS KERJA
Furunkelosis

VIII. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Menjaga higiene tubuh
Menghindari garukan ,gesekan , dan tekanan terhadap kulit
2. Khusus
Topikal :
Bila banyak pus atau krusta Kompres rivanol 1% selama 15 menit

setiap 4 jam
Bila tidak tertutup pus atau krusta :Asam Fusidat (Fuson) krim yang

dioleskan 3x sehari
Bila terdapat krusta: dilepaskan

Sistemik :

IX.

Amoxicillin (Amoxsan) tab 3 x 250 mg

PROGNOSIS
Umumnya baik jika faktor pencetus dihindari
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7

FURUNKULOSIS
I

DEFINISI
Furunkel

merupakan

penyakit

infeksi

yang

menyebabkan

peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya.1,2 Ciri


furunkel yaitu bulat, nyeri, berbatas tegas yang berakhir dengan supurasi
di tengah. Jika lebih dari satu disebut furunkulosis.3 Furunkel merupakan
proses lanjutan dari folikulitis yang tidak membaik. Beberapa furunkel
yang bergabung menjadi satu

akan membentuk karbunkel. Pada

karbunkel, furunkel tersebut hanya dibatasi oleh trabekula fibrosa yang


berasal dari jaringan subkutan yang padat.2
Furunkel muncul di tempat tumbuhnya rambut, biasanya pada daerah
yang sering mengalami pergesekan, penyumbatan, dan daerah lembab
seperti pada leher, wajah, aksila, dan bokong.4

Gambar 1. Klasifikasi infeksi bakteri pada folikel rambut


Pada awal furunkel muncul yaitu berupa nodul berbatas tegas, keras,
eritem, edema kemudian meluas dan menjadi nyeri dan berfluktuasi
setelah beberapa hari. Apabila nodul tersebut pecah maka akan
menghasilkan pus dan terkadang disertai jaringan nekrotik. Selanjutnya,
nyeri disekitar lesi berkurang dan eritem serta edema juga akan berkurang
setelah beberapa hari hingga beberapa minggu.4

II

ETIOPATOGENESIS
Furunkulosis adalah salah satu bentuk pioderma, yaitu penyakit
infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri gram positif. Bakteri
penyebab furunkulosis yang tersering adalah Staphylococcus aureus.1,2,3,5
Sedikitnya 10% dari orang normal adalah sabagai pembawa tetap
stafilokokus patogen pada hidung dan perineum, dan sejumlah 70-90%
merupakan pembawa sementara bakteri tersebut.5 Sebagian pasien yang
tidak memiliki faktor risiko MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus
aureus) terjangkit furunkel karena infeksi bakteri S. aureus dengan tipe
bakteri Methicillin-susceptible Staphylococcus aureus.6

Gambar 2. Bentuk mikroskopis Staphylococcus aureus7


Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat
membesar membentuk nodula eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian
pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata bisul.
Nodus tersebut akan melunak menjadi abses yang akan memecah melalui
lokus minoris resistensie yaitu muara folikel. Hal ini akan menyebabkan
rambut menjadi rontok / terlepas. Jaringan nekrotik akan keluar sebagai
pus dan terbentuk fistel.1-2
Infeksi diawali ketika virulensi stafilokokus melekat pada sel-sel
dari folikel rambut, kemudian berkembangbiak dan menyebar turun ke
dalam folikel dan kelenjar sebasea. Infeksi tersebut menimbulkan
terjadinya respon inflamasi yaitu bengkak dan memerah, kemudian diikuti
bertambahnya jumlah PMN. Apabila infeksi berlanjut maka akan terjadi

sumbatan folikel dan terbentuk jaringan nekrosis yang akan menjadi abses
kecil. Proses infeksi menyebar lebih dalam lagi hingga ke lapisan subkutis
dimana pada lokasi ini abses yang lebih besar akan terbentuk. Abses pada
subkutis inilah yang menyebabkan timbunya nyeri pada furunkel.8

Gambar 3. Patogenesis Furunkel8


Faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya furunkulosis yaitu
sebagai berikut:
Faktor kebersihan

10

Bisul muncul karena adanya kuman. Kebersihan lingkungan juga


sangat mempengaruhi, karena lingkungan yang tidak terjaga

kebersihannya kuman akan mudah berkembang biak.


Udara
Udara panas salah satu penyebab terjadinya bisul, terutama bisul yang
terjadi pada kelenjar /keringat. Bayi sangat mudah berkeringat
terutama pada daerah yang panas, sangat dianjurkan untuk selalu

mengelap keringat juga keringat bayi berlebihan.


Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya daya tahan tubuh juga mempengaruhi masuknya kuman
ke dalam tubuh. Bayi dengan ASI eksklusif lebih terjaga dari serangan

kuman dari pada bayi dengan susu formula.


Lain-lain
Seperti penyakit diabetes, obesitas atau malnutrisi, hiperhidrosis,
anemia, dan stres emosional akan mempengaruhi angka kejadian.2,9,10

III

EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian, furunkel lebih sering didapatkan pada anak
laki-laki dibandingkan anak perempuan.10 Namun, hampir setiap orang
terpapar oleh bakteri Staphylococcus aureus dimana bakteri tersebut
banyak ditemukan pada cuping hidung dengan jumlah sekitar 108 bakteri.
Sekitar 20% orang dewasa yang sehat memiliki hasil positif dari
pemeriksaan kultur dalam jangka waktu setahun atau lebih, dan sementara
itu lebih dari 60% bakteri tersebut telah mengalami kolonisasi. Bakteri
menyebar ke organ tubuh lain dan juga ke lingkungan lewat perantara
tangan. Meskipun cuping hidung merupakan habitat utama dari
Staphylococcus aureus, namun kulit yang lembab juga dapat menjadi
tempat untuk kolonisasi bakteri. Orang yang sedang sakit bisul maupun
yang sedang terinfeksi Staphylococcus aureus tidak diperkenankan bekerja
pada pekerjaan yang berkaitan dengan bahan pangan, atau berdekatan
dengan pasien yang memiliki luka pascabedah maupun dengan pasien
sakit kronis. Stafilokokus dapat bertahan dengan baik pada lingkungan dan
dapat menular ke orang lain. Sejak S. aureus dapat menetap di tempat-

11

tempat umum dan ada banyak perbedaan strain pada populasi, maka
epidemi penyakit stafilokokus dapat dicari asalnya hanya boleh dengan
cara identifikasi yang tepat. Cara untuk membagi strain tersebut termasuk
dalam menentukan pola kepekaan terhadap multipel antibiotik, tipe
bakteriofag,

dan

plasmid.

Keseluruhan

cara

tersebut

memiliki

keterbatasan. Metode yang lebih akurat yaitu dengan membandingkan


pola-pola elektroforesis fragmen DNA dengan pemanfaatan enzim
restriksi.8
IV

GEJALA KLINIS DAN PEMERIKSAAN

A Bentuk Klinis
Mula-mula berupa makula eritematosa lentikularnumular setempat,
kemudian

menjadi

nodula

lentikularnumular

berbentuk

kerucut,

ditengahnya terdapat pustul. Selanjutnya melunak menjadi abses berisi pus


dan jaringan nekrotik dan memecah.2-3

Gambar 4. Furunkel10

Gambar 5. Furunkel pada kulit abdomen10

12

Gambar 6. Furunkel pada nasolabial

Gambar 7. Folikulitis dan furunkulosis4

V PEMERIKSAAN PENUNJANG
B Histopatologi
Berupa abses yang dibentuk oleh limfosit dan leukosit PMN, mula-mula
pada folikel rambut. Pada bagian bawah folikel rambut (dalam jaringan
sub kutis), abses dapat pula mengandung stafilokok.2 Pada kasus yang
sudah lama terdapat sel plasma dan sel datia benda asing (giant cell).3

C Mikrobiologi
Pemeriksaan bakteriologi dari sekret dengan pewarnaan gram akan
didapatkan bakteri gram positif.1

Gambar 8. Pengecatan gram S.aureus4


VI

KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi apabila bakteri masuk ke pembuluh
darah, dan akan menginvasi organ tubuh lain seperti jantung, tulang,
maupun otak.8 Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui
pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan
pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan

13

terjadinya endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis atau


infeksi paru-paru.7
VII

DIAGNOSIS BANDING
A. Hidradenitis Supurativa
Definisi
Hidradenitis suppurativa adalah peradangan kulit kronis yang
ditandai oleh adanya komedo dan satu atau lebih merah, benjolan
lembut (lesi). Lesi sering membesar, membuka dan mengeluarkan
nanah. Jaringan parut dapat terjadi sebagai hasil setelah beberapa kali
kambuh.2,4

Etiologi
Hidradenitis suppurativa terjadi ketika kelenjar minyak
(sebaceous) dan bukan kelenjar folikel rambut diblokir dengan cairan,
sel-sel kulit mati dan bahan lain yang dikeluarkan dari sekitar kelenjar
keringat apokrin. Ketika zat-zat ini bercampur dengan minyak dari
kelenjar sebaceous, maka dapat menjadi terjebak dan terdorong ke
jaringan sekitarnya. Bakteri kemudian dapat memicu infeksi dan
peradangan. Tidak diketahui mengapa terjadi penyumbatan, tetapi
sejumlah faktor termasuk hormon, genetika, merokok dan kelebihan
berat badan - semua dapat memainkan peran. Kadang-kadang
hidradenitis suppurativa terjadi dengan penyakit lain, seperti penyakit

Crohn atau penyakit Graves.4


Gejala
Hidradenitis suppurativa biasanya terjadi di sekitar folikel
rambut dimana minyak dan kelenjar keringat ditemukan, seperti
ketiak, selangkangan dan daerah anus. Hal ini juga dapat terjadi di
daerah dimana kulit sering tergosok, seperti paha bagian dalam, atau
di bawah payudara. Hidradenitis suppurativa dapat mempengaruhi
area tunggal atau beberapa area tubuh. Tanda dan gejala Hidradenitis
suppurativa meliputi
1. Komedo
2. Papul eritem

14

3. Nodul eritem
4. Pustul
Hidradenitis suppurativa sering dimulai pada masa pubertas dengan
benjolan tunggal menyakitkan yang berlangsung selama beberapa
minggu atau bulan. Bagi sebagian orang, penyakit ini semakin
memburuk dan mempengaruhi beberapa daerah tubuh mereka.
Sedangkan

orang

lain

hanya

mengalami

gejala

ringan.

Kelebihan berat badan, stres, perubahan hormon, panas atau keringat


yang berlebihan dapat memperburuk gejala.2,10

Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan kultur dari bagian kulit yang dalam dapat ditemukan
bakter/jamur.4
Pengobatan
Tidak ada obat untuk hidradenitis suppurativa. Tetapi
pengobatan dini dapat membantu mengelola gejala dan mencegah
berkembanganya lesi baru. Pengobatan tergantung pada luasnya daerah
yang terkena dan apakah luka terinfeksi. Kasus ringan dapat diobati
dengan langkah-langkah perawatan diri, termasuk kompres hangat dan
mencuci secara teratur dengan sabun antibakteri.
Sedang kasus mungkin membutuhkan obat, seperti yang
dioleskan pada daerah yang terkena (obat topikal) atau yang
dikonsumsi melalui mulut (obat oral). Obat tersebut dapat termasuk:
1. Antibiotik
2. Obat retinoid oral
3. Obat anti inflamasi
4. Kortikosteroid atau obat imunosupresan
5. Tumor necrosis factor (TNF) alpha inhibitors
Untuk kasus yang parah atau berkelanjutan atau untuk lesi yang dalam,
pembedahan mungkin akan diperlukan.4,10
15

B. Sikosis Barbe (Folikulitis Profunda)


Gambar 9.Hidradenitis Supurativa4
Definisi
Sikosis barbe adalah adalah kelainan akibat reaksi benda asing

terhadap rambut sehingga menimbulkan reaksi inflamasi.2


Etiologi
Folikulitis bakteri dapat disebabkan oleh Staphylococcus
aureus (S.aureus), Pseudomonos aeruginosa (P.aeruginosa), dan
bakteri

gram

negarif.

Folikulitis

fungal

disebabkan

oleh

Dermatophyta, Pityrosporum, dan Candida sp. Folikulitis virus


disebabkan oleh virus Molluscum contangiosum dan virus Herpes
simplex. Penyebab folikulitis yang paling umum menyebabkan
folikulitis adalah S.aureus. Tempat predileksi penyakit ini yang paling
sering terjadi pada kulit kepala anak-anak, leher, daerah janggut,

aksila, ekstremitas dan bokong pada dewasa.1,2


Gambaran Klinis
Pustul perifolikular kronik yang di tandai dengan adanya
papul, pustul dan sering terjadi rekurensi, merupakan folikulitis
piogenik dengn infeksi yang meluas kedalam folikel rambut sampai

subkutan. Biasanya berlokasi di bibir atas dan dagu bilateral.1, 2


Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan kultur dari bagian kulit yang dalam dapat ditemukan

bakter/jamur.4
Terapi
Antibitotik sistemik/topikal. Cari faktor predisposisi.2

16

VIII

1,10
10. Sikosis Barbe4
PENATALAKSANAANGambar
Non medikamentosa:
Higiene kulit harus ditingkatkan. Hindari menggunakan pakaian

maupun handuk yang sama.


Mengatasi faktor predisposisi dan keadaan komorbid, misalnya infeksi
parasit atau dermatitis atopik.

Medikamentosa:
1

Topikal:
Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan permanganas
kalikulus 1/5000, rivanol 1%, larutan povidon dilarutkan 10 kali,

dilakukan 3 kali sehari masing-masing 1 jam selama keadaan akut.


Bila tidak tertutup pus atau krusta: salep/krim asam fusidat 2%,
mupirosin 2%, neomisin atau basitrasin. Dioleskan 2-3 kali sehari

selama 7-10 hari.


Bila terdapat krusta: dilepaskan.
Sistemik: minimal selama 7 hari.
First line:
Kloksasiklin: dewasa 4 x 250-500 mg/hari per oral, anak-anak 50

mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7 hari.


Amoksisilin dan asam klavulanat: dewasa 3 x 250-500 mg/hari;

anak-anak 25 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 5-7 hari.


Sefaleksin: 40-50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 4 dosis, selama 5-7

hari.
Sefaklor: 20 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis.

Second line:

Azitromisin 1 x 500 mg/hari (hari I), dilanjutkan 1 x 250 mg (hari


II-V).

17

Klindamisin 15 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, selama 10

hari.
Eritromisin: dewasa 4 x 250-500 mg/hari; anak-anak 20-50

mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis, selama 5-7 hari.


Pada kasus yang berat atau infeksi di daerah berbahaya seperti

maksila, antibiotic diberikan secara parenteral.


Apabila terdapat MRSA pada infeksi berat: vankomisin 1-2 gram/hari

dalam dosis terbagi, intravena, selama 7 hari.


Apabila lesi besar, nyeri, disertai fluktuasi, dilakukan insisi dan

drainase.
Kasus rekuren, diberikan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan
resistensi.

XI EVALUASI DAN PROGNOSIS


Prognosis baik selama faktor penyebab teratasi, dan prognosis menjado
kurang baik jika terjadi rekurensi.2

18

BAB III
KESIMPULAN
Furunkulosis adalah salah satu bentuk pioderma, yaitu penyakit infeksi
yang terutama disebabkan oleh bakteri gram positif. Bakteri penyebab
furunkulosis yang tersering adalah Staphylococcus aureus. Stafilokokus dapat
bertahan dengan baik pada lingkungan dan dapat menular ke orang lain. Sejak S.
aureus dapat menetap di tempat-tempat umum dan ada banyak perbedaan strain
pada populasi, maka epidemi penyakit stafilokokus dapat dicari asalnya hanya
boleh dengan cara identifikasi yang tepat. Cara untuk membagi strain tersebut
termasuk dalam menentukan pola kepekaan terhadap multipel antibiotik, tipe
bakteriofag, dan plasmid.
Pada permulaan penderita merasa gatal, lesi menjadi nyeri bila ditekan
atau diusap

Dijumpai lesi berupa nodus eritematosa berbentuk kerucut dan

terdapat pustul ditengahnya yang kemudian melunak menjadi abses yang berisi
pus dan jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Furunkulosis sering
terjadi pada ketiak, bokong, punggung, leher, dan wajah.
Penatalaksanaan pada furunkulosis terdiri dari penatalaksanaan secara
umum dan khusus. Penatalaksanan secara umum , yaitu menjaga higiene tubuh ,
menghindari garukan ,gesekan , dan tekanan terhadap kulit. Serta mencuci
pakaian , handuk, dan alas kasur yang telah terkena lesi dengan air panas.
Penatalaksanaan secara khusus meliputi pengobatan secara topikal dan sistemik.
Prognosis furunkulosis umumnya baik, selama penderita mendapatkan
penanganan yang adekuat dan faktor penyebab dapat dihilangkan , dan prognosis
menjadi kurang baik bila terjadi komplikasi.

19

DAFTAR PUSTAKA
1

Perdoski. Panduan pelayanan medis dokter spesialis kulit dan kelamin.

Jakarta: FK UI; 2011. p:83-4.


Siregar RS. Pioderma. Atlas berwarna saripati penyakit kulit. Ed 2. Jakarta:

EGC; 2005. p: 52-4.


Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan A, Wicaksono A, Hamsah
A, Rukmawati A, et al. Furunkel dan karbunkel. Kapita selekta kedokteran. Ed

3. Jakarta: Media Aesculapius FK UI, 2000. P: 79-80.


Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA.
Superficial Cutaneous Infections and Pyodermas. In Wolff K, Goldsmith LA,
Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ (2008). Fitzpatricks dermatology
in general medicine. 7th Ed. The McGraw-Hill Companies, Inc. USA. 2008. p:

1699.
Nayak C, Singh V, Singh K, Singh H, Chakravorty PS, Kaushik S, Roja V, et
al. A Prospective Multicenter Observational Study to evolve the usefulness of
the nine predefined homoeopathic medicines in Furunculosis. Indian Journal

of Research in Homoeopathy, 2010. 4(1): 31.


Anderson DJ, Kaye KS. Skin and soft tissue infections in older adults. Clin

Geriatr Med (23):599.


Kusuma SAF. Staphylococcus aureus. [Makalah] bandung: Fakultas Farmasi

Universitas Padjajaran; 2009. p: 1-2.


Nester EW, Anderson DG, Roberts CE, Pearsall NN, Nester MT. Bacterial
skin disease. Microbiology: A human perspective. 4th Ed. Washington; 2004. p:

536-8.
Purwati. Asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan balita. [Diktat Ajar]

Purwokerto: FIK Universitas Muhammadiyah Purwokerto; 2012. p: 99.


10 Hagewoning, Arjan. Furuncle. Skin diseases among schoolchildren in Africa.
Africa: Leiden University; 2012. p: 120-1.

20

You might also like