Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku
Pekerjaan
No. RM
Tanggal Masuk RS
: Tn.P
: 26 tahun
: Laki-laki
: Ngaliyan, Semarang
: Islam
: Jawa
: Karyawan
: 21.30.64
: 25-09-2015
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 September 2015
pukul 10.00 WIB
A. Keluhan utama
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Asma
: Disangkal
Diabetes Melitus
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
E. Riwayat Pribadi dan Sosial
Penderita tinggal dengan istrinya dan satu orang anaknya dalam satu
III.
rumah.
Memelihara binatang (-)
Pemakaian handuk atau pakaian secara bersamaan (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 25 September 2015 pukul 10.10
WIB
Status Generalis
a. Keadaan Umum
b. Kesadaran
GCS
c. Vital Sign
d. Status gizi
e. Kulit
Warna
Sianosis
Ptekie
f. Kepala
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
: Tidak ada
: Tidak ada
: bentuk normocepal, rambut warna hitam, lebat, distribusi
:
Batas atas jantung
: ICS II Linea parasternal sinistra
Pinggang jantung
: ICS III Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah jantung : ICS V 1cm medial Linea mid
clavicula sinistra
Batas kanan bawah jantung: ICS IV Linea sternalis dextra
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal & murni, bising (-), gallop (-)
Pulmo
:
Dextra
Sinistra
Simetris
Stem
Stem
Depan
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
fremitus
statis
&
fremitus
Sonor
Sonor
seluruh
seluruh
lapang paru
lapang paru
SD paru vesikuler
SD paru vesikuler
(+),
tambahanparu:
suara
ronki (-)
Belakang
Palpasi
Stem
fremitus
kanan = kiri
Perkusi
Auskultasi
p. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
q. Ekstremitas
Akral
CRT
Sianosis
Sonor
seluruh
Sonor
seluruh
lapang paru
lapang paru
SD paru vesikuler
SD paru vesikuler
ronki (-)
ronki (-)
:
: Bentuk
: Datar
Umbilicus : Ditengah, inflamasi (-)
Massa (-),
: Bising usus (+) 15x/menit
: Timpani seluruh lapang perut
Hepar: 1 jari bawah arcus costa
Lien : tidak ada pembesaran
: Nyeri tekan (-), distensi (-)
Hepar
: hepatomegali (-)
Lien
: splenomegali (-)
Ginjal
: tidak teraba.
: hangat
: < 2 detik
: tidak ada
4
Edema
: (-/-)
Status Venerologi
: Tidak dilakukan
Status Dermatologi
Inspeksi :
a.
b.
c.
d.
e.
Lokasi
Jumlah
Distribusi
Konfigurasi
Morfologi
: Nasolabial
:3
: regional
: konfluens
: ruam primer berupa nodus eritematosa, terdapat pustul
IV.
RESUME
Anamnesis
5
USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan histopatologik
Pemeriksaan mikrobiologik
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Furunkelosis
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Umum
Menjaga higiene tubuh
Menghindari garukan ,gesekan , dan tekanan terhadap kulit
2. Khusus
Topikal :
Bila banyak pus atau krusta Kompres rivanol 1% selama 15 menit
setiap 4 jam
Bila tidak tertutup pus atau krusta :Asam Fusidat (Fuson) krim yang
dioleskan 3x sehari
Bila terdapat krusta: dilepaskan
Sistemik :
IX.
PROGNOSIS
Umumnya baik jika faktor pencetus dihindari
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
7
FURUNKULOSIS
I
DEFINISI
Furunkel
merupakan
penyakit
infeksi
yang
menyebabkan
II
ETIOPATOGENESIS
Furunkulosis adalah salah satu bentuk pioderma, yaitu penyakit
infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri gram positif. Bakteri
penyebab furunkulosis yang tersering adalah Staphylococcus aureus.1,2,3,5
Sedikitnya 10% dari orang normal adalah sabagai pembawa tetap
stafilokokus patogen pada hidung dan perineum, dan sejumlah 70-90%
merupakan pembawa sementara bakteri tersebut.5 Sebagian pasien yang
tidak memiliki faktor risiko MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus
aureus) terjangkit furunkel karena infeksi bakteri S. aureus dengan tipe
bakteri Methicillin-susceptible Staphylococcus aureus.6
sumbatan folikel dan terbentuk jaringan nekrosis yang akan menjadi abses
kecil. Proses infeksi menyebar lebih dalam lagi hingga ke lapisan subkutis
dimana pada lokasi ini abses yang lebih besar akan terbentuk. Abses pada
subkutis inilah yang menyebabkan timbunya nyeri pada furunkel.8
10
III
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan penelitian, furunkel lebih sering didapatkan pada anak
laki-laki dibandingkan anak perempuan.10 Namun, hampir setiap orang
terpapar oleh bakteri Staphylococcus aureus dimana bakteri tersebut
banyak ditemukan pada cuping hidung dengan jumlah sekitar 108 bakteri.
Sekitar 20% orang dewasa yang sehat memiliki hasil positif dari
pemeriksaan kultur dalam jangka waktu setahun atau lebih, dan sementara
itu lebih dari 60% bakteri tersebut telah mengalami kolonisasi. Bakteri
menyebar ke organ tubuh lain dan juga ke lingkungan lewat perantara
tangan. Meskipun cuping hidung merupakan habitat utama dari
Staphylococcus aureus, namun kulit yang lembab juga dapat menjadi
tempat untuk kolonisasi bakteri. Orang yang sedang sakit bisul maupun
yang sedang terinfeksi Staphylococcus aureus tidak diperkenankan bekerja
pada pekerjaan yang berkaitan dengan bahan pangan, atau berdekatan
dengan pasien yang memiliki luka pascabedah maupun dengan pasien
sakit kronis. Stafilokokus dapat bertahan dengan baik pada lingkungan dan
dapat menular ke orang lain. Sejak S. aureus dapat menetap di tempat-
11
tempat umum dan ada banyak perbedaan strain pada populasi, maka
epidemi penyakit stafilokokus dapat dicari asalnya hanya boleh dengan
cara identifikasi yang tepat. Cara untuk membagi strain tersebut termasuk
dalam menentukan pola kepekaan terhadap multipel antibiotik, tipe
bakteriofag,
dan
plasmid.
Keseluruhan
cara
tersebut
memiliki
A Bentuk Klinis
Mula-mula berupa makula eritematosa lentikularnumular setempat,
kemudian
menjadi
nodula
lentikularnumular
berbentuk
kerucut,
Gambar 4. Furunkel10
12
V PEMERIKSAAN PENUNJANG
B Histopatologi
Berupa abses yang dibentuk oleh limfosit dan leukosit PMN, mula-mula
pada folikel rambut. Pada bagian bawah folikel rambut (dalam jaringan
sub kutis), abses dapat pula mengandung stafilokok.2 Pada kasus yang
sudah lama terdapat sel plasma dan sel datia benda asing (giant cell).3
C Mikrobiologi
Pemeriksaan bakteriologi dari sekret dengan pewarnaan gram akan
didapatkan bakteri gram positif.1
KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi apabila bakteri masuk ke pembuluh
darah, dan akan menginvasi organ tubuh lain seperti jantung, tulang,
maupun otak.8 Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui
pembuluh getah bening dan pembuluh darah, sehingga terjadi peradangan
pada vena, trombosis, bahkan bakterimia. Bakterimia dapat menyebabkan
13
DIAGNOSIS BANDING
A. Hidradenitis Supurativa
Definisi
Hidradenitis suppurativa adalah peradangan kulit kronis yang
ditandai oleh adanya komedo dan satu atau lebih merah, benjolan
lembut (lesi). Lesi sering membesar, membuka dan mengeluarkan
nanah. Jaringan parut dapat terjadi sebagai hasil setelah beberapa kali
kambuh.2,4
Etiologi
Hidradenitis suppurativa terjadi ketika kelenjar minyak
(sebaceous) dan bukan kelenjar folikel rambut diblokir dengan cairan,
sel-sel kulit mati dan bahan lain yang dikeluarkan dari sekitar kelenjar
keringat apokrin. Ketika zat-zat ini bercampur dengan minyak dari
kelenjar sebaceous, maka dapat menjadi terjebak dan terdorong ke
jaringan sekitarnya. Bakteri kemudian dapat memicu infeksi dan
peradangan. Tidak diketahui mengapa terjadi penyumbatan, tetapi
sejumlah faktor termasuk hormon, genetika, merokok dan kelebihan
berat badan - semua dapat memainkan peran. Kadang-kadang
hidradenitis suppurativa terjadi dengan penyakit lain, seperti penyakit
14
3. Nodul eritem
4. Pustul
Hidradenitis suppurativa sering dimulai pada masa pubertas dengan
benjolan tunggal menyakitkan yang berlangsung selama beberapa
minggu atau bulan. Bagi sebagian orang, penyakit ini semakin
memburuk dan mempengaruhi beberapa daerah tubuh mereka.
Sedangkan
orang
lain
hanya
mengalami
gejala
ringan.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan kultur dari bagian kulit yang dalam dapat ditemukan
bakter/jamur.4
Pengobatan
Tidak ada obat untuk hidradenitis suppurativa. Tetapi
pengobatan dini dapat membantu mengelola gejala dan mencegah
berkembanganya lesi baru. Pengobatan tergantung pada luasnya daerah
yang terkena dan apakah luka terinfeksi. Kasus ringan dapat diobati
dengan langkah-langkah perawatan diri, termasuk kompres hangat dan
mencuci secara teratur dengan sabun antibakteri.
Sedang kasus mungkin membutuhkan obat, seperti yang
dioleskan pada daerah yang terkena (obat topikal) atau yang
dikonsumsi melalui mulut (obat oral). Obat tersebut dapat termasuk:
1. Antibiotik
2. Obat retinoid oral
3. Obat anti inflamasi
4. Kortikosteroid atau obat imunosupresan
5. Tumor necrosis factor (TNF) alpha inhibitors
Untuk kasus yang parah atau berkelanjutan atau untuk lesi yang dalam,
pembedahan mungkin akan diperlukan.4,10
15
gram
negarif.
Folikulitis
fungal
disebabkan
oleh
bakter/jamur.4
Terapi
Antibitotik sistemik/topikal. Cari faktor predisposisi.2
16
VIII
1,10
10. Sikosis Barbe4
PENATALAKSANAANGambar
Non medikamentosa:
Higiene kulit harus ditingkatkan. Hindari menggunakan pakaian
Medikamentosa:
1
Topikal:
Bila banyak pus atau krusta: kompres terbuka dengan permanganas
kalikulus 1/5000, rivanol 1%, larutan povidon dilarutkan 10 kali,
hari.
Sefaklor: 20 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis.
Second line:
17
hari.
Eritromisin: dewasa 4 x 250-500 mg/hari; anak-anak 20-50
drainase.
Kasus rekuren, diberikan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan
resistensi.
18
BAB III
KESIMPULAN
Furunkulosis adalah salah satu bentuk pioderma, yaitu penyakit infeksi
yang terutama disebabkan oleh bakteri gram positif. Bakteri penyebab
furunkulosis yang tersering adalah Staphylococcus aureus. Stafilokokus dapat
bertahan dengan baik pada lingkungan dan dapat menular ke orang lain. Sejak S.
aureus dapat menetap di tempat-tempat umum dan ada banyak perbedaan strain
pada populasi, maka epidemi penyakit stafilokokus dapat dicari asalnya hanya
boleh dengan cara identifikasi yang tepat. Cara untuk membagi strain tersebut
termasuk dalam menentukan pola kepekaan terhadap multipel antibiotik, tipe
bakteriofag, dan plasmid.
Pada permulaan penderita merasa gatal, lesi menjadi nyeri bila ditekan
atau diusap
terdapat pustul ditengahnya yang kemudian melunak menjadi abses yang berisi
pus dan jaringan nekrotik lalu memecah membentuk fistel. Furunkulosis sering
terjadi pada ketiak, bokong, punggung, leher, dan wajah.
Penatalaksanaan pada furunkulosis terdiri dari penatalaksanaan secara
umum dan khusus. Penatalaksanan secara umum , yaitu menjaga higiene tubuh ,
menghindari garukan ,gesekan , dan tekanan terhadap kulit. Serta mencuci
pakaian , handuk, dan alas kasur yang telah terkena lesi dengan air panas.
Penatalaksanaan secara khusus meliputi pengobatan secara topikal dan sistemik.
Prognosis furunkulosis umumnya baik, selama penderita mendapatkan
penanganan yang adekuat dan faktor penyebab dapat dihilangkan , dan prognosis
menjadi kurang baik bila terjadi komplikasi.
19
DAFTAR PUSTAKA
1
1699.
Nayak C, Singh V, Singh K, Singh H, Chakravorty PS, Kaushik S, Roja V, et
al. A Prospective Multicenter Observational Study to evolve the usefulness of
the nine predefined homoeopathic medicines in Furunculosis. Indian Journal
536-8.
Purwati. Asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan balita. [Diktat Ajar]
20