You are on page 1of 8

PENELITIAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI


PADA IBU GRANDE MULTIPARA DI KABUPATEN
TANGERANG: STUDI GROUNDED THEORY
Dyah Juliastuty*, Setyowati**, Yati Afiyanti**
Abstrak
Tingginya angka kematian Ibu di Indonesia secara langsung diakibatkan oleh perdarahan, eklamsia, dan infeksi. Kematian juga
terjadi akibat terlalu banyak. Tujuan penelitian ini adalah dikembangkannya konsep tentang proses pengambilan keputusan
pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode grounded theory dengan
pendekatan feminis. Delapan partisipan direkrut secara theoretical sampling di Kabupaten Tangerang, Banten. Data dianalisis
secara konten sampai tercapai saturasi. Konsep yang menggambarkan proses pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi
pada ibu grande multipara, yaitu kemauan tidak hamil/melahirkan lagi mengharuskan ibu grande multipara memilih dan
memakai kontrasepsi yang tepat. Oleh karena itu, perawat diharapkan melakukan pengkajian kontrasepsi secara komprehensif,
meningkatkan pengetahuan tentang kontrasepsi dan ketrampilan negosiasi, dan memberikan konseling KB pada ibu grande
multipara dan pasangannya secara adekuat.
Kata kunci: ibu grande multipara, kontrasepsi, pengambilan keputusan
Abstract
High maternal mortality rate in Indonesia is directly caused by hemorrhage, eclampsia, and infection. Maternal mortalities
also happen because too much. The aim of this research is to develop a concept about contraceptive decision making of
grand multiparous women. This qualitative was conducted using a grounded theory method with the feminism approach. Eight
participants were recruited by theoretical sampling in Tangerang District. The data were analyzed by content until get saturated.
A concept that described the process of grand multiparous women contraceptive decision making was the desire not to pregnant
or giving birth again obligated grand multiparous women to choose and utilize the appropriate contraceptive. It is recommended
that the nurse conduct contraceptive assessment comprehensively, increasing the contraceptive knowledge and negotiating skill,
and providing contraceptive counseling for grand multiparous women and their husband adequately.
Key words: contraceptive, decision making, grand multiparous women

LATAR BELAKANG
Penurunan angka kematian ibu (AKI)
di Indonesia dapat dilakukan melalui upaya
menurunkan kejadian kehamilan dan persalinan
berisiko tinggi (termasuk paritas tinggi), serta
menurunkan angka aborsi melalui program keluarga
berencana. Pelaksanaan keluarga berencana
di Indonesia menghadapi berbagai kendala,
termasuk ketidakadekuatan konseling, keterbatasan
informasi yang diterima (calon) akseptor KB,
masalah kesehatan, dana, akses ke pelayanan KB,
dan hambatan suami/ keluarga dan masyarakat
(Cline, 2005; Depkes RI & WHO, 2003; Irwanto,
Poerwandari & Hardee, 1998; Iswarati, 2006;

Matheny, 2004). Hal ini mempengaruhi perempuan


usia reproduksi dalam mengambil keputusan untuk
memilih dan memakai metode kontrasepsi tertentu.
Selain itu, nilai-nilai budaya masyarakat, agama,
dan persepsi tentang bias gender turut mendorong
atau menghambat perempuan untuk berpartisipasi
dalam program KB (Herartri, 2004; Irwanto et al.,
1998)
Tujuan penelitian kualitatif grounded theory
ini adalah dikembangkannya konsep tentang
pola-pola atau proses pengambilan keputusan
pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara
di Kabupaten Tangerang dalam mengontrol
reproduksinya.

Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara (Dyah Juliastuty, Setyowati, Yati Afiyanti)

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
grounded theory. Peneliti membangun teori/konsep
dari data empiris yang merupakan proses sosial
yang terjadi dalam interaksi perilaku manusia,
atau disebut sebagai symbolic interactionalism
(Speziale & Carpenter, 2003). Teori/konsep yang
dihasilkan dalam penelitian ini adalah sebuah
skema analitik yang abstrak dari fenomena
(pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi),
yang terkait dengan sebuah situasi tertentu yaitu
situasi kehidupan natural ibu grande multipara
(Creswell, 1998).
Penelitian grounded theory ini bergerak
dengan teori feminis kritis. Teori feminis kritis
menuntun peneliti dalam menggali lebih mendalam
tentang pengalaman perempuan, khususnya ibu
yang memiliki banyak anak. Para peneliti feminis
sangat menghargai perempuan dan pengalamannya,
sehingga mereka melakukan berbagai studi yang
memandang dunia dari perspektif perempuan dalam
bersikap kritis terhadap isu-isu terkait perempuan,
dan melakukan perbaikan terhadap kehidupan
perempuan (Speziale & Carpenter, 2003).

HASIL PENELITIAN
Enam tema utama yang ditemukan dari
penelitian yang terkait dengan proses pengambilan
keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande
multipara ini adalah:
1. Kemauan untuk tidak hamil/ melahirkan
lagi
Kemauan untuk tidak hamil dan melahirkan
lagi merupakan perhatian utama yang menjadi titik
awal pengambilan keputusan memakai kontrasepsi.
Seorang partisipan yang sudah pernah delapan kali
melahirkan mengatakan:
takut hamil lagi, buktinya ke Akbar, 2 kali
berhenti disuntik hamil lagi. (P1, 38 tahun,
P8A0)

Tujuh dari delapan orang partisipan menyatakan


adanya keterbatasan ekonomi keluarga yang

101

menimbulkan permasalahan dalam pemenuhan


kebutuhan sehari-hari, khususnya yang terkait
dengan pengasuhan anak. Seorang partisipan
mengatakan alasannya tidak mau melahirkan
lagi:
Sudah banyak anaknya (tersenyum). Biaya
hidupnya sudah berat. Kita kan hidupnya masih
ngontrak (tertawa). Biaya sekolahnya gede. Biaya
kesehatan juga (P7, 37 tahun, P6A0)

Kemauan untuk tidak punya anak lagi


juga dipicu oleh adanya trauma melahirkan,
bertambahnya usia, dan jumlah/variasi jenis
kelamin anak. Lima dari delapan partisipan
pernah mengalami masalah saat melahirkan yang
menimbulkan trauma bagi ibu untuk hamil dan
melahirkan kembali.
Bertambahnya usia dianggap menimbulkan
penurunan tenaga untuk melahirkan dan kelelahan
untuk merawat anak. Lima dari delapan partisipan
menganggap bahwa anaknya banyak atau cukup,
dan satu atau dua kelahiran terjadi di luar keinginan
ibu dan suaminya.
Kecukupan anak tidak hanya dilihat dari
jumlahnya tetapi juga dari variasi jenis kelamin
anak yang dimiliki. Lima dari delapan partisipan
menyatakan bahwa anak sudah cukup karena telah
memiliki anak laki-laki dan perempuan.
2. Cara memilih kontrasepsi yang paling tepat
Ibu grande multipara yang menjadi partisipan
penelitian ini mengatasi kemauannya untuk tidak
hamil/melahirkan lagi dengan memakai metode
kontrasepsi. Cara-cara yang digunakan oleh ibu
grande multipara dalam rangka memilih berbagai
alternatif pilihan metode kontrasepsi yang
akan dipakainya adalah: mendengar (listening)
cerita-cerita tentang KB, bertanya (asking)
tentang alternatif pilihan, membicarakan (talking
about) masalah pemakaian kontrasepsi, dan
mendiskusikan/ menegosiasikan (discuss &
negotiate) pilihan kontrasepsi dengan teman,
suami, keluarga, kader, atau tenaga kesehatan.
Lima dari delapan partisipan mengatakan
bahwa ia mengetahui metode kontrasepsi/ KB
dari mendengar cerita orang-orang disekitarnya

102

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; hal 100-107

baik yang memakai metode kontrasepsi tertentu.


Mendengarkan cerita, seringkali diikuti oleh
kegiatan mengamati/melihat secara langsung
metode kontrasepsi yang dipakai oleh orang yang
bercerita. Salah satu partisipan mengatakan:

kenyamanan saat pemakaian, sehingga ia mau


memakai metode kontrasepsi tersebut. Seorang
partisipan yang memutuskan untuk memakai
metode kontrasepsi tertentu karena memberikan rasa
nyaman pada dirinya dan suaminya, mengatakan:

Dengar dari teman-teman saja. Ada yang


nyaranin, sudah pakai spiral saja. Nggak ah
habis tetangga pakai spiral hamil. Iyaada. Waktu
itu di Kedaung, adaDi kampung, tetangga kita
juga ada, orang pakai spiral hamil.Pernah
dengerpernah liat susuk. Ngedenger-denger
juga sih steril. Tapi aku nggak tahu apa itu
Cuma denger orang ngomong. Kondom pernah
denger juga, tapi nggak pernah pakai. (P7, 37
tahun, P6A0)

Kata Bu Bidan, kondisi saya ini bagus buat KB


apa saja. KB apa saja bisa, mau pil atau mau
implan. Cuma saya ambil yang lebih enak, suntik
satu kali untuk 3 bulan (tertawa). (P8, 36 tahun,
P6A0)

Semua partisipan menanyakan alternatif pilihan


metode kontrasepsi yang ada pada tenaga kesehatan,
kader kesehatan, teman, atau keluarga. Seorang
partisipan mengatakan:
Pas sudah lahiran yang pertama itu. Bu bidan
bilang, Ibu mau langsung KB? Ibu mau spiral?
Kan saya nggak ngerti waktu itu yah. Terus saya
nanya, adanya apa, suster? Ada yang suntik tiga
bulan sekali, ada yang sebulan sekali, katanya
begitu. Terus ada yang pakai susuk juga kan
(P5, 35 tahun, P5A4)

Tujuh dari delapan partisipan membicarakan


tentang keinginannya memakai kontrasepsi dan
membicarakan masalah yang dihadapinya dalam
memakai kontrasepsi tertentu sebelum membuat
keputusan untuk memakai metode kontrasepsi
tertentu. Mendiskusikan tentang metode kontrasepsi
yang dipilih dan akan dipakainya kepada anggota
keluarga sangat penting bagi enam dari delapan
partisipan.
3. Faktor internal yang mempengaruhi
pengambilan keputusan pemakaian
kontrasepsi
Faktor internal yang mempengaruhi
pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi
terdiri atas pilihan personal, pengalaman memakai
kontrasepsi, pengetahuan/ persepsi partisipan
tentang karakteristik kontrasepsi, keyakinan
gender, dan kesehatan diri partisipan. Pilihan
personal merupakan keyakinan seseorang memilih
metode kontrasepsi yang dianggapnya memberikan

Semua partisipan pada penelitian ini pernah


memakai setidaknya dua jenis metode kontrasepsi.
Seorang partisipan yang pernah memakai dua jenis
metode kontrasepsi mengatakan:
Pernah coba pil juga. Karena saya penasaran,
kata tetangga. Kan kalau minum, waktunya mens,
mens tuh. Kalau saya mnium, memang sih kalau
pil yang waktu mens, mens tuh saya. Cuma saya
ada lupanya.Saya mens, tapi bawaannya enek,
muntah-muntah. Terusannya saya, yah tersiksa
benar. Yah, sudah, saya suntik lagi aja. (P5, 35
tahun, P5A4)

Persepsi dan pengetahuan tentang karakteristik


metode kontrasepsi akan mengarahkan ibu
untuk memakai/tidak memakai kontrasepsi
tertentu. Karakteristik kontrasepsi yang menjadi
pertimbangan adalah risiko komplikasi, efek
samping, kontra indikasi, keuntungan, cara
dan lama pemakaian, serta efektifitas. Semua
partisipan pada penelitian ini mempertimbangkan
karakteristik berbagai metode kontrasepsi sebelum
mengambil keputusan untuk memakai metode
kontrasepsi tertentu.
Keyakinan gender adalah keyakinan
partisipan akan peran gender tradisional yang
mempengaruhinya dalam mengambil keputusan
pemakaian kontrasepsi. Empat dari delapan
partisipan meyakini pentingnya persetujuan suami
untuk memakai metode kontrasepsi tertentu.
Pada partisipan yang tidak bekerja, keterlibatan
suami dalam pengambilan keputusan pemakaian
kontrasepsi sangat penting karena partisipan
beranggapan bahwa biaya untuk mendapatkan
metode kontrasepsi berasal dari suami, dan sebagai
seorang kepala rumah tangga, suami harus dihargai
pendapatnya.
Enam dari delapan partisipan memikirkan

Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara (Dyah Juliastuty, Setyowati, Yati Afiyanti)

kesehatan dirinya sebagai persyaratan memakai


metode kontrasepsi tertentu. Seorang partisipan
mengatakan:
Waktu pertama KB suka ditanya, di kaki ada
varises nggak? Ada urat-urat pada keluar nggak?
Nggak. Ya sudah gitu aja. Ditanya dulu sama
bidannya. Katanya kalu varises itu nggak boleh
KB. Nggak ada, terus diperiksa tekanan darah
normal, ya sudah (disuntik). (P7, 37 tahun,
P6A0)

4. Faktor eksternal yang mempengaruhi


pengambilan keputusan pemakaian
kontrasepsi
Faktor eksternal yang mempengaruhi
pengambilan keputusan pemakaian terdiri atas
dukungan sosial, isu-isu sosial, akses metode dan
pelayanan kontrasepsi, komunikasi-informasiedukasi (KIE) massa, bias gender, dan hambatan
keluarga. Adanya suatu dukungan sosial dari teman,
suami, orang tua, anak, kader, dan tenaga kesehatan
membantu semua partisipan dalam memilih dan
memakai metode kontrasepsi tertentu. Orang tua
(ibu) adalah salah satu anggota keluarga yang rajin
mengingatkan dan mengajarkan partisipan untuk
memakai kontrasepsi sejak setelah melahirkan.
Pokoknya saya gini saja, pas sudah empat
puluh hari itu, langsung pikiranIbu saya sudah
ngingatin, sudah KB belum (P5, 35 tahun,
P5A4)

Isu-isu sosial yang umum berkembang di


masyarakat tentang permasalahan penggunaan
metode kontrasepsi tertentu sering kali membuat
partisipan takut untuk memakai metode
kontrasepsi tertentu. Dua dari delapan partisipan
mengatakan:
kadang-kadang, kata tetangga, saya mah kata
orang, kata tetangga ceuna kalau suka kerja berat,
suka enteng air ceuna, suka pendarahan ceuna,
kadang-kadang itunya (spiral) suka keluar ceuna,
tapi saya suka takut juga kalu saya dimasukin
gituan. Saya orang susah, kalau ada kenapanapa, makanya saya yang repot (P1, 38 tahun,
P8A0)

Adanya kemudahan akses ke pelayanan


kespro/ KB dimana pelayanan dan metode

103

kontrasepsi diberikan secara gratis atau dengan


harga yang terjangkau, serta tidak jauh dari tempat
tinggal partisipan, mempermudah ibu grande
multipara dalam mendapatkan metode kontrasepsi
yang dibutuhkannya. Tiga dari delapan partisipan
mendapatkan pelayanan kontrasepsi gratis dari
puskesmas atau layanan kesehatan cuma-cuma,
empat partisipan mendapatkan pelayanan dan
metode kontrasepsi dari Bidan Praktik Swasta
(BPS) dengan membayar Rp. 12.000-Rp. 18.000
untuk suntik KB (tiga bulan/ 1 bulan), dan satu
partisipan mengakses apotik untuk mendapatkan
kontrasepsi pil atau kondom.
Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
massa melalui berbagai media akan memberikan
ibu informasi yang membantu melakukan pemilihan
metode kontrasepsi. Dua dari delapan partisipan
mengatakan bahwa mereka pernah melihat
informasi tentang kontrasepsi/ KB di televisi.
Bias gender mempengaruhi dinamika hubungan
suami istri dalam memilih metode pencegahan
kehamilan yang cocok bagi ibu dan suaminya.
Larangan suami untuk memakai kontrasepsi
tertentu akan membatasi pilihan kontrasepsi
yang bisa ibu pakai. Larangan suami muncul
biasanya dikarenakan suami takut akan terjadi
risiko komplikasi dan keterbatasan biaya. Empat
dari delapan partisipan dilarang memakai IUD,
sedangkan tiga partisipan dilarang untuk tubektomi
oleh suaminya.
5. Pengambilan keputusan pemakaian
kontrasepsi
Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi
dilihat dari cara pengambilan keputusan dan
konsekuensi pengambilan keputusan. Cara
pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi
dilakukan oleh empat partisipan secara bersamasama dengan suami, sedangkan empat orang
partisipan lainya mengambil keputusan sendiri,
tanpa melibatkan pasangan. Empat partisipan yang
mengambil keputusan secara bersama mengatakan
bahwa keputusan memakai metode kontrasepsi
tertentu berada di tangan suami dan partisipan tidak
berani melanggarnya. Mereka memilih metode

104

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; hal100-107

yang disetujui oleh suaminya. Seorang partisipan


yang pernah memakai implan dan mengalami
masalah saat memakai IUD mengatakan:

pemakaian kontrasepsi menimbulkan terjadinya


kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada tujuh
dari delapan partisipan penelitian ini dan adanya
upaya melakukan aborsi sendiri dengan minum
jamu atau makan makanan tertentu. Upaya aborsi
dilakukan oleh empat dari tujuh partisipan yang
mengalami KTD. Namun, tidak seorang partisipan
pun berhasil menggugurkan kandungannya.
Seorang partisipan yang mengalami KTD akibat
lupa minum pil KB, mengatakan:

Dia (suami) yang beli gitu-gitu. Pil juga Bapaknya


yang beli. Kondom Bapaknya. Dianya nggak mau
kalau saya pakai spiral. (P6, 37 tahun, P5A0)

Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi


memberikan suatu konsekuensi berupa pemakaian
kontrasepsi yang sama, pemakaian kontrasepsi
yang berbeda/ mengganti kontrasepsi, atau tidak
memakai kontrasepsi.
6. Dampak pemakaian/ penghentian pemakaian
kontrasepsi
Kesejahteraan ibu grande multipara dan
pasangan sebagai dampak pemakaian kontrasepsi
ditunjukkan dengan adanya kenyamanan psikologis
dan fisik pada ibu grande multipara dan keluarganya.
Kenyamanan psikologis ditunjukkan dari adanya
rasa bebas dari ketakutan akan hamil dan bertambah
anak lagi. Lima dari delapan partisipan menyatakan
perasaan bebas dari ketakutan akan kemungkinan
hamil lagi. Kenyamanan fisik muncul dari tidak
terjadinya kehamilan, melahirkan dan efek samping
yang berat atau komplikasi akibat pemakaian
kontrasepsi, sehingga partisipan dapat melakukan
berbagai aktifitas dengan tenang. Enam dari
delapan partisipan merasakan kemanfaatan secara
fisik pemakaian kontrasepsi. Kenyamanan sosial
ditunjukkan oleh penerimaan keluarga terhadap
metode kontrasepsi yang dipakai partisipan
dan partisipan merasa nyaman karena memakai
kontrasepsi yang sesuai dengan permintaan
anggota keluarga tersebut. Empat dari delapan
partisipan merasa nyaman memakai kontrasepsi
tertentu karena tidak mengganggu hubungan suami
dan istri. Tiga dari delapan partisipan mengatakan
bahwa anak-anaknya merasa senang karena ibu
memakai kontrasepsi dan tidak hamil lagi.
Ketidaksejahteraan terjadi pada ibu grande
multipara ketika tidak mampu mentoleransi efek
samping yang muncul dari pemakaian kontrasepsi
atau tidak tepat waktu dalam memakai kontrasepsi
tertentu sehingga partisipan memutuskan untuk
menghentikan pemakaian kontrasepsi. Penghentian

Pernah minum obat-obat keras, kayak jamu cap


becak gitu. Pokoknya yang untuk ngelunturin gitu,
untuk orang terlambat bulan. Namanya orang
nggak terlambat, orang hamilya nggak bisa.
Tapi kita nggak tahu kan, jadi coba saja. (P7, 37
tahun, P6A0)

Grounded theory mengenai proses pengambilan


keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande
multipara (skema 1) dirumuskan berdasarkan
analisis data hasil penelitian ini. Konsep utama dari
teori grounded penelitian ini adalah kemauan tidak
hamil/ melahirkan lagi mengharuskan ibu grande
multipara memilih dan memakai kontrasepsi yang
tepat yang merupakan inti dari enam tema utama
tersebut.
Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi
pada ibu grande multipara digambarkan sebagai
suatu proses yang muncul dari adanya kemauan
untuk tidak hamil dan melahirkan lagi yang
mendorong ibu grande multipara untuk memilih
dan memutuskan metode kontrasepsi yang paling
tepat baginya dan suaminya. Cara pemilihan dan
pengambilan keputusan ini sangat dipengaruhi
pengetahuan/persepsi ibu grande multipara tentang
kontrasepsi, pengalaman memakai kontrasepsi
dan keyakinan gender, dukungan/hambatan sosial,
akses ke pelayanan KB, dan adanya bias gender
dalam dinamika hubungan suami istri. Pemilihan
dan pemakaian kontrasepsi yang tepat dapat
menyejahterakan ibu dan keluarganya.

PEMBAHASAN
Berbagai ekspresi partisipan dalam penelitian
ini bahwa perempuanlah yang merasakan sakitnya
kehamilan, dan pentingnya persetujuan suami dalam
memilih dan memakai metode kontrasepsi tertentu,
memberikan pengaruh yang kuat bagi ibu grande

105

Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara (Dyah Juliastuty, Setyowati, Yati Afiyanti)

multipara untuk memilih dan memakai kontrasepsi


tertentu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
ketidakseimbangan gender tentang tanggung jawab
pencegahan kehamilan, yaitu hampir sepenuhnya
menjadi tanggung jawab perempuan. Upaya
pencegahan kehamilan dengan menggunakan
metode kontrasepsi membuat perempuan berada
dalam dilema, yaitu: memberikan kesejahteraan
bagi dirinya dan keluarganya, atau menimbulkan
permasalahan ketidaksejahteraan bagi dirinya
akibat adanya ketidakcocokan pemakaian. Ibu
grande multipara harus mampu memilih metode
yang bisa diterima oleh pasangannya, walaupun
metode tersebut belum tentu cocok untuk dirinya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Noone (2004)
bahwa keputusan yang diambil oleh perempuan
terkait metode kontrasepsi tidak harus selalu yang
terbaik atau paling ideal. Namun, setidaknya
merupakan pilihan yang paling dapat diterima
atau paling cocok bagi dirinya dan suami atau
keluarganya saat ini.
Keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu
grande multipara dipicu dari adanya fenomena

kemauan tidak hamil dan melahirkan lagi.


Herartri (2004) menyatakan bahwa keputusan
untuk menggunakan kontrasepsi muncul untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Kemauan untuk
tidak hamil dan melahirkan lagi memotivasi ibu
grande multipara untuk melakukan pemilihan
kontrasepsi dengan mendengarkan cerita-cerita
tentang KB, menanyakan alternatif pilihan,
membicarakan masalah dan mendiskusikan/
menegosiasikan pilihan. Pandangan yang sama
dikemukakan oleh Alaszewski & Alaszewski
(2000) yang menyatakan bahwa seseorang yang
akan melakukan pengambilan keputusan perlu
mengumpulkan dan menggunakan informasi
yang ada untuk membantu proses pemilihan dan
mencegah terjadinya ketidakpastian.
Pemilihan metode kontrasepsi yang
tepat dilakukan ibu grande multipara dengan
mempertimbangkan berbagai faktor internal dan
faktor eksternal yang mempengaruhi pengambilan
keputusan pemakaian kontrasepsi. Salah satu faktor
eksternal tersebut adalah dukungan sosial yang
meningkatkan pemahaman partisipan akan metode
kontrasepsi tertentu dan meningkatkan kemauan

Factor Internal:
- Pilihan Personal
- Pengetahuan
- Pengalaman
- Keyakinan gender
- Kesehatan diri

IbuGrande Multipara
Kemauan tidak hamil/
melahirkan lagi

Cara pemilihan kontrasepsi


yang paling tepat:
Mendengarkan cerita KB
Bertanya tentang pilihan

Membicarakan masalah
Menegosiasikan pilihan

Faktor eksternal:
Dukungan/ hambatan social
Pelayanan KB
KIE Massa
Bias Gender

Pengambilan keputusan
pemakaian kontrasepsi:
Keputusan sendiri/
bersama
Memakai kontrasepsi
yang sama/ berbeda
Tidak memakai
kontrasepsi

Dampak pemakaian/
penghentian pemakaian
kontrasepsi:
Kesejahteraan Ibu Grande
Multipara & Keluarga:
Kenyamanan psikologis
Kenyamanan fisik
Kenyamanan social
Ketidaksejahteraan Ibu
Grande Multipara:
KTD
Upaya aborsi

106

Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No. 2, Juli 2008; hal100-107

partisipan memakai kontrasepsi tersebut. Namun,


lemahnya power yang dimiliki perempuan
dalam pengambilan keputusan, seringkali dapat
mengagalkan keinginannya memakai metode
kontrasepsi tertentu. Jika orang-orang terdekat
partisipan (seperti orangtua, anak, suami, teman
dekat) menghalangi atau tidak menyutujui
partisipan memakai kontrasepsi tertentu, maka
biasanya partisipan mengikuti perkataan orang
tersebut. Orang terdekat partisipan yang paling
mempengaruhi partisipan dalam pengambilan
keputusan pemakaian kontrasepsi adalah suaminya.
Matheny (2004) yang menunjukkan bahwa
penghambat utama pemakaian kontrasepsi di
Indonesia adalah kurangnya pengetahuan tentang
kontrasepsi, penolakan sosial, atau adanya efek
samping.

kontrasepsi karena ketidaktepatan pemakaian dan


penghentian pemakaian mengakibatkan terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan pada hampir
semua partisipan, bahkan sebagian diantaranya
berupaya atau berkeinginan melakukan aborsi.
Hasil beberapa survey menunjukkan bahwa 71%
perempuan yang melakukan aborsi telah menikah
dan salah satu alasan mereka melakukan aborsi
adalah kegagalan kontrasepsi (Anshor, 2001;
Depkes RI & WHO, 2003).

Bias gender dalam pemilihan kontrasepsi


terlihat jelas saat sebagian besar pertisipan
kurang mendapat dukungan suaminya dalam
memilih kontrasepsi yang tepat. Walaupun istri
membicarakan pemakaian kontrasepsi dengan
suaminya, suami cenderung membatasi pilihan
kontrasepsi ibu dan kurang ingin berpartisipasi
dalam memakai kontrasepsi. Hal ini sesuai
dengan Parwieningrum (2006) yang menyatakan
bahwa pria umumnya masih mendominasi dalam
mengarahkan perempuan untuk memakai, memilih
tipe, dan mengakhiri pemakaian kontrasepsi.
Kesejahteraan yang dimanifestasikan
dengan kenyamanan psikologis, fisik, dan sosial
merupakan hasil yang diperoleh ibu grande
multipara dalam upayanya membuat keputusan
pemakaian kontrasepsi yang tepat. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Irwanto et al. (1998)
yang menyatakan bahwa metode kontrasepsi
modern tertentu menimbulkan perasaaan senang
bagi perempuan karena tidak memberikan efek
samping dan memberikan banyak waktu luang
bagi perempuan untuk beraktifitas di dalam dan
di luar rumah.
Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi
yang dilakukan ibu grande multipara juga dapat
menimbulkan dampak ketidaksejahteraaan bagi ibu
grande multipara. Ketidakberlanjutan pemakaian

KESIMPULAN
Proses pengambilan keputusan pemakaian
kontrasepsi pada ibu grande multipara sangat
dipengaruhi oleh adanya bias gender yang
ditunjukkan dengan keyakinan peran gender
tradisional ibu grande multipara, kurangnya
partisipasi suami dalam upaya mencegah terjadinya
kehamilan, dominasi suami dalam pemilihan
kontrasepsi dan pengambilan keputusan kontrasepsi
yang kurang berpihak pada perempuan, dan adanya
hambatan keluarga bagi ibu grande multipara untuk
memakai kontrasepsi tertentu. Ketidakseimbangan
juga terlihat dari kurangnya upaya tenaga kesehatan
untuk melibatkan laki-laki dalam kegiatan
pelayanan KB, dan menjadikan perempuan sebagai
obyek KB. Hak-hak ibu grande multipara dan
suaminya untuk mendapatkan informasi dan akses
terhadap metode keluarga berencana yang aman,
efektif, dan terjangkau kurang terfasilitasi oleh
pelayanan KB yang ada.
Konsep kemauan tidak hamil/ melahirkan lagi
mengharuskan ibu grande multipara memilih dan
memakai kontrasepsi yang tepat yang dihasilkan
penelitian grounded theory ini memberikan
suatu gambaran bahwa cara pemilihan keputusan
kontrasepsi yang tepat dan pengambilan keputusan
pemakian kontrasepsi dipicu oleh adanya kemauan
ibu grande multipara untuk tidak hamil atau
melahirkan lagi dan dipengaruhi oleh adanya faktor
internal dan eksternal. Pemilihan kontrasepsi yang
tepat membuat ibu grande multipara dapat memakai
kontrasepsi yang memberikan kenyamanan
psikologis, fisik, dan sosialnya. Pemilihan yang

Pengambilan keputusan pemakaian kontrasepsi pada ibu grande multipara (Dyah Juliastuty, Setyowati, Yati Afiyanti)

tidak tepat dapat mengakibatkan munculnya upaya


penggantian metode kontrasepsi yang dipakai
atau penghentian pemakaian kontrasepsi yang
mengakibatkan terjadinya KTD dan upaya aborsi
terhadap kehamilan tersebut.
Penelitian ini merekomendasikan pentingnya
upaya meningkatkan partisipasi suami dalam
pemakaian kontrasepsi yang mendukung hakhak reproduksi yang seimbang antar perempuan
dan laki-laki. Perawat maternitas dan komunitas
diharapkan dapat menyediakan waktu yang
lebih banyak lagi dalam melakukan KIE massa
di komunitas, termasuk pemberian informasi
KB kepada laki-laki, melalui berbagai kegiatan
kemasyarakatan sehingga dapat menurunkan
isu-isu sosial dan persepsi yang kurang tepat
tentang kontrasepsi dan dapat melakukan upaya
pemberdayaan perempuan yang meningkatkan
status ekonomi dan sosial perempuan dengan
memfasilitasi diadakannya pelatihan-pelatihan
ketrampilan khusus bagi perempuan (YA, SS).
* Staf Akademik Keperawatan Maternitas PSIK
FK Unhas
** Staf Akademik Keperawatan Maternitas FIK
UI

KEPUSTAKAAN
Alaszewski, A., Alaszewski, H., Ayer, S.,
Manthorpe, J. (Eds.). (2000). Managing risk
in community practice. London: Harcourt
Publishers Limited.
Anshor, M.U. (2001). Aborsi, antara fakta dan
norma. http://hqweb01.bkkbn.go.id/hqdweb/
diperoleh 28 Januari 2008.
Cline, T. (2005). Hopkins consortium awarded
$14 million for Indonesian program. Center of
Communication, The John Hopkins University,
http://www.jhuccp.org/pressroom/2008/08-28.
shtml diperoleh 27 Oktober 2007.
Creswell, J.W. (1998). Qualitative inquiry and
research design: Choosing among five
traditions. California: SAGE Publication,
Inc.
Depkes RI & WHO. (2003). Profil kesehatan

107

reproduksi Indonesia. Jakarta: Departemen


Kesehatan.
Herartri, R. (2004). Family planning decisionmaking: Case studies in West Java, Indonesia.
Paper presented at 12th Biennial Conference of
Australian Population Council. On Population
and society: Issues, research policy, Canberra,
Australia.
Irwanto, Poerwandari, E.K., & Hardee, K. (1998).
In the shadow of men: Reproductive decisionmaking and womens psychological well-being
in Indonesia. Journal of Population, 4 (2),
87-114.
Iswarati, S.U. (2006). Pemantauan peserta KB
aktif melalui mini survey tahun 2005. http://
www.bkkbn.go.id/ditfor/research_detail.
php?rchid=19 diperoleh 25 Januari 2008.
Noone, J. (2004). Finding the best fit: A grounded
theory of contraceptive decision making in
women. Nursing forum, 39 (4), 13-12.
Matheny, G.. (2004). Family planning programs:
Getting the most for money. International
Family Planning Perspectives, 30 (3), 134138.
Parwieningrum, E. (2006). Isu gender, klien,
dan pemberi pelayanan dalam KB-KR,
http://www.bkkbn.go.id/gemapria/articledetail,php?artid=36 diperoleh 25 Januari
2008.
Speziale, H.J.S. & Carpenter, D.R. (2003).
Qualitative research in nursing: Advancing
the humanistic imperative. 3rd ed. Philadelphia:
Lippincott Williams &Wilkins.

You might also like