Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
pendengaran dan keseimbangan yang letaknya berada di lateral kepala. Masingmasing telinga terdiri dari tiga bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam
(Wibowo dan Paryana, 2007).
Telinga luar berfungsi sebagai penyalur suara dan sebagai proteksi telinga
tengah. Fungsi telinga luar sebagai penyalur suara tergantung dari intensitas,
frekuensi, arah, dan ada atau tidaknya hambatan dalam penyalurannya ke gendang
telinga. Sedangkan fungsinya sebagai proteksi telinga tengah yaitu menahan atau
mencegah benda asing yang masuk ke dalam telinga dengan memproduksi serumen,
menstabilkan lingkungan dari input yang masuk ke telinga tengah, dan menjaga
telinga tengah dari efek angin dan trauma fisik (Emanuel dan Letowski, 2009).
cairan. Fungsi telinga tengah dalam memperkuat energi suara dibantu oleh tulangtulang kecil seperti maleus, incus, dan stapes sehingga energi suara tadi dapat
menggetarkan cairan di koklea untuk proses mendengar (Sherwood, 2011).
2.2
Fungsi Keseimbangan
Fungsi keseimbangan diatur oleh beberapa organ penting di tubuh yang input
sensoriknya akan diolah di susunan saraf pusat (SSP). Fungsi ini diperantarai
beberapa reseptor, yaitu:
- Reseptor vestibular
- Reseptor visual
- Reseptor somatik
Reseptor vestibular sebagai pengatur keseimbangan diatur oleh organ
aparatus vestibularis (labirin) yang berada di telinga dalam. Labirin ini terlindung
oleh tulang yang paling keras. Labirin terbagi menjadi 2 bagian, yaitu labirin tulang
dan labirin membran. Di antara labirin tulang dan labirin membran ini terdapat suatu
cairan yang disebut perilimfa sedangkan di dalam labirin membran terdapat cairan
yang disebut endolimfa (Bashiruddin et al., 2010).
Labirin berfungsi untuk menjaga keseimbangan, mendeteksi perubahan
posisi, dan gerakan kepala. Di dalam aparatus vestibularis selain mengandung
endolimfa dan perilimfa juga mengandung sel rambut yang dapat mengalami
depolarisasi dan hiperpolarisasi tergantung arah gerakan cairan (Sherwood, 2011).
Labirin terdiri dari :
- Labirin kinetik: Tiga kanalis semisirkularis
- Labirin statis: Organ otolit (sakulus dan utrikulus) yang terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan pada tiap pelebarannya.
Kanalis semisirkularis
Kanalis semisirkularis berorientasi pada tiga bidang dalam ruang. Pada tiap
2.2.2
Organ otolit
Organ otolit (makula atau otokonia) terdapat dalam labirin membran di lantai
dan
akan
mengalami
depolarisasi
atau
hiperpolarisasi
sesuai
kemiringannya. Contoh pergerakan horizontal adalah saat berjalan. Pada posisi ini
insersinya menjadi lebih besar dan menyebabkan membran otolit tertinggal di
belakang endolimfa dan sel rambut, sehingga menyebabkan rambut tertekuk ke
belakang. Jika pergerakan ini dilakukan secara konstan maka lapisan gelatinosa akan
kembali ke posisi semula (Sherwood, 2011).
Sakulus fungsinya hamper sama dengan utrikulus namun berespon secara
selektif terhadap kemiringan kepala menjauhi posisi horizontal, misalnya: bangun
dari tempat tidur, lompat atau naik eskalator (Sherwood, 2011).
Krista dan makula dipersarafi oleh nervus vestibularis yang badan selnya
terletak di ganglion vestibularis. Serat saraf kanalis semisirkularis berada pada
bagian superior dan medial nukleus vestibularis dan sebagian mengatur pergerakan
bola mata. Serat dari utrikulus dan sakulus berakhir di nukleus descendens menuju
ke serebelum dan formasio retikularis. Nervus vestibularis juga menuju ke talamus
dan korteks somatosensorik (Ganong, 2008).
2.3
Vertigo
Pusing merupakan salah satu masalah keseimbangan yang sering dikeluhkan
2.3.1 Etiologi
Menurut Mohammad Maqbool (2000), ada beberapa hal yang menjadi
penyebab vertigo dan supaya mempermudah mengingatnya dapat disingkat menjadi
VERTIGO:
Tabel 2.1 Etiologi vertigo
V = Vascular
a.
Vertebrobasilar insufficiency
b.
Stroke
c.
Migraine
d.
Hypotensi
e.
Anemia
f.
Hypoglycaemi
g.
Menieres disease
E = Epilepsy
R = Receiving any treatment
a.
Antibiotic
b.
Cardiac drugs
c.
Antihypertensive drugs
d.
e.
Aspirin
T = 1. tumour
f.
Quinine
a.
Primary
-
Acoustic neuromas
Glioma
Intraventricular tumour
b.
2. Trauma
Metastatic
-
Meningeal
Carcinomatosis
brainstem
(cervical
vertebrae
fractures)
3. Tyroid
I = Infection
- Hypofunction
a. Bacterial Labyrinithitis
b. Viral Vestibular neuronitis
c. Spirochaetal Syphilis
2.3.2 Klasifikasi
Vertigo terbagi menjadi 2 yaitu vertigo vestibular dan vertigo nonvestibular.
Data menunjukkan dari 1003 sampel, 243 orang mengalami vertigo vestibular, 742
orang mengalami vertigo nonvestibular, dan 18 orang tidak dapat dibedakan antara
vertigo vestibular dan vertigo nonvestibular. Vertigo vestibular memiliki kriteria
sebagai berikut: vertigo rotasi, vertigo posisi atau pusing permanen dengan mual dan
gangguan keseimbangan lainnya. Vertigo rotasi diartikan sebagai perasaan dirinya
berputar atau objek yang berputar. Vertigo posisi diartikan sebagai perasaan pusing
karena perubahan posisi kepala seperti berbaring dan bangkit dari tidur (Neuhauser
et al., 2008).
Vertigo vestibular dibagi lagi menjadi vertigo vestibular perifer dan vertigo
vestibular sentral. Vertigo vestibular perifer lebih sering sekitar 65% dibandingkan
vertigo vestibular sentral sekitar 7%. Vertigo vestibular perifer yang paling sering
yaitu benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) 32%, Meniere's disease 12%
dan vertigo vestibular lainnya sekitar 15-20%. Sedangkan vertigo vestibular sentral
yang paling sering yaitu space-occupying lesions (SOL) pada fossa posterior sekitar
1%, infark serebelum sekitar 1,9% {abstrak} (Sekine, 2005).
2.4
2.4.1
Definisi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan penyebab pusing
yang paling sering dialami khususnya pada usia tua (Caldas et al., 2009). Sekitar 2030% dari diagnosis klinis pusing adalan BPPV (von Brevern et al., 2005). BPPV
merupakan suatu sindroma dari gejala sisa penyakit telinga dalam sehingga
bukanlah suatu penyakit tertentu (S., Andradi, 2002).
BPPV adalah gangguan vestibuler dengan gejala pusing berputar yang tibatiba dan nistagmus yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi
tanpa adanya keterlibatan lesi di susunan saraf pusat (SSP) (Ropper dan Brown,
2005).
2.4.2
Epidemiologi
Menurut penelitian Mizukoshi et al. (1988) di Jepang, insidensi BPPV
sekitar 10,7 per 100.000 populasi sementara di Toyama diperkirakan sekitar 17,3 per
100.000 populasi. Penelitian lain yang dilakukan di Amerika menyebutkan bahwa
insidensi BPPV sekitar 64 per 100.000 populasi per tahunnya dengan usia lebih dari
40 tahun. Sekitar 64% dari kasus BPPV ini diderita oleh wanita dan jarang pada usia
di bawah 35 tahun tanpa ada riwayat trauma kepala (John, 2012).
Dalam penelitian lain yang dilakukan di Israel menyebutkan bahwa sekitar
25,6% pasien didiagnosa BPPV dari keseluruhan kunjungan ke dokter
(Pollak,
2009).
2.4.3
Etiologi
Menurut Caldas et al. (2009) penyebab BPPV adalah sebagai berikut:
a. Idiopatik (penyebab terbanyak) sekitar 74,8%
b. Trauma kepala sekitar 15,0%
c. Insufisiensi vertebrobasiler sekitar 10,8%
d. Meinere disease sekitar 55,4%
e. Vestibuar neuritis sekitar 29,2%
f. Penyakit telinga dalam lainnya 4,6%
2.4.5 Klasifikasi
Menurut Atlas dan Parnes (2001) dalam penelitian Dorigueto et al. (2009),
BPPV terbagi 3 jenis menurut waktunya, yaitu:
a. Hilang sendiri (self-limited). Gejala hilang dalam beberapa minggu
sampai bulan setelah dilakukan statocone repositioning maneuvers
(SRM).
b. Kambuh lagi (recurrent). Gejala hilang timbul dalam jangka waktu
tertentu setelah dilakukan SRM.
c. Menetap (persistent). Gejala menetap kurang lebih 1 tahun.
2.4.6 Patofisiologi
Menurut Andradi S. (2002), terdapat 2 teori penyebab BPPV, yaitu:
a.
Kupulolitiasis
Bagian atas makula utrikulus terdapat partikel yang berisi kalsium
karbonat yang berasal dari fragmen otokonia. Oleh karena proses degenerasi
dari makula utrikulus, kalsium karbonat terlepas dan menempel di
permukaan kupula kanalis semisirkularis khususnya bagian posterior (karena
letaknya di bawah makula utrikulus). Hal ini menyebabkan daerah ini lebih
berat dari cairan endolimfa di sekitarnya sehingga menjadi lebih sensitif
dengan sedikit perubahan arah gravitasi. Salah satu gejala yang timbul yaitu
nistagmus kurang dari 1 menit.
b.
Kanalitiasis
Menurut teori ini, partikel kalsium karbonat yang lepas tidak melekat
2.4.8 Diagnosis
Menurut Andradi S. (2002), beberapa hal yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosis BPPV, seperti:
a.
Anamnesis
Pasien mengeluh vertigo berputar yang timbul mendadak pada
perubahan posisi kepala kurang dari 30 detik dan dapat disertai mual dan
kadang-kadang muntah.
b.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan kecuali penyebab
mendasar BPPV adalah kelainan neurologi fokal atau sistemik.
c.
Kepala menghadap ke kiri atau kanan sekitar 450, lalu dengan cepat
badan pasien dibaringkan sehingga kepala menggantung di ujung
meja periksa.
Ulangi maneuver dengan posisi kepala ke sisi berlawanan. Ulangi 23 kali untuk melihat fatigue maneuver.
Nistagmus adalah suatu gerakan refleks yang menyentak pada mata saat awal
dan akhir rotasi untuk mempertahankan fiksasi penglihatan di titik diam saat tubuh
berputar. Saat rotasi tubuh, mata bergerak lambat dengan arah berlawanan dengan
arah rotasi untuk mempertahankan fiksasi penglihatan (Ganong, 2008).
Test Dix Hallpike dilakukan untuk menilai tipe BPPV dari riwayat
perubahan posisi dan pola nistagmus.
a. Kanalis semisirkularis posterior
Rotasi dan sentakan nistagmus ke arah vertikal atas (lesi di labirin kanan:
berlawanan arah jarum jam, sedangkan lesi di labirin kiri: searah jarum
jam).
Gambar 2.6 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis posterior telinga kiri
(Hornibrook, 2011)
Gambar 2.7 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis anterior telinga kiri
(Hornibrook, 2011)
c. Kanalis semisirkularis lateral
Nistagmus yang terjadi ke arah horizontal.
Gambar 2.8 Pola nistagmus pada kanalis semisirkularis lateral telinga kiri
(Hornibrook, 2011)
Kanalis posterior frekuensinya lebih sering dari kanalis anterior dan lateral
sekitar 78,8% dari semua kasus. Hal ini terjadi karena partikel kasium karbonat
bergerak ke bawah yang merupakan posisi kanal posterior. Kasus terbanyak BPPV
bersifat unilateral 91,8% (Caldas et al., 2009).
depan.
Hindarkan
kepala
menunduk,
berbaring,
dan
Catatan : jika yang terlibat kanal anterior kanan: test dilakukan ke arah kanan
dengan posisi kepala diputar menghadap ke kanan, begitu juga sebaliknya.
c. Brandt-Daroff exercises
Latihan ini dapat dilakukan pasien di rumah tanpa bantuan therapist.
Caranya :
-
Latihan ini dilakukan secara rutin 10-20 kali, 3 kali sehari minimal 2
hari.sampai vertigo menghilang.