Professional Documents
Culture Documents
OLEH
Santy Anggraini
13200074
Tingkat 3 Reguler 2
Karya Tulis Ilmiah ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan
Pendidikan Pada Program Diploma III Keperawatan
Politeknik kesehatan Kemenkes Tanjung Karang
Oleh
LUKITA MARIAH
NIM 10 200 020
BIODATA PENULIS
Nama
: Lukita Mariah
NIM
: 10200020
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status Mahasiswa
Alamat
No. HP
: 085769401327
RIWAYAT PENDIDIKAN
SD (1998-2004)
SMP (2004-2007)
SMA (2007-2010)
kehiupan narapidana memburuhkan variable waktu. Situasi lingkungan yang terpaksa harus
didapat, dibedakan atas ingkungan fisik maupun sosial. (doelhadi, 1997).
Orang yang pertama menjalani hukuman pidana dipaksa untuk mampu menyesuaikan
diri dengan rutinitas penjara yang kaku, hilngnya privasi dan mengalami suatu kondisi kritis
serta tidak menyenangka. Kehidupan lapas dimulai ketika ia pertama kali memasuki lapas.
Setelah berada didalam lapas napi harus melalui rutinitas yang sama setiap harinya. Oleh
karena itu penyesuaian sangat diperlukan. Efektivitas penyesuaian diri dilihat dari bagaimana
seseorang mengatasi situasi yang terus berubah. Kualitasnya akan berfariasi dari waktu ke
waktu dan dari situasi ke situasi (crawley dan sparks, 2006 dalam http://masalahnarapidana)
Berbagai masalah muncul dilembaga permasyarakatan mulai dari masalah fisik
seperti penyakit yang menular, masalah yang terkait dengan kesehatan mental dan penyalah
gunaan zat perkelahian antar narapidana perbedaan budaya sampai pada kekerasan seksual
dalam berbagai beberapa penelitian menyatakan bahwa kekerasan dan pelecehan seksual
berkembang dalam penjara, termasuk pada narapidana perempuan demikian pula yang
dialami narapidana laki-laki, ditemukan banyak terjadinya penyimpangan, kekerasan, dan
pemerkosaan. (Watson, stimpson, dan hostick, 2003 dalam http://masalahnarapidana)
Bagaimanapun juga dampak psikologi akibat naripidana penjara jauh lebih berat
dibandingkan pidana penjara itu sendiri. Sehingga sebenenarnya seorang narapidana tidak
hanya dipidana secara fisik tapi juga secara psikologi. Pidana secara psikologi merupakan
beban yang berat bagi narapidana. Cooke, Baldwin, dan howison(2008, bahwa narapidana
menjalaskan bahwa narapidan kehilangan beberapa hal yaitu kehilangan kendali memilih
hidup yang dijalani bahkan melakukan fungsi dasar seperti mencuci dan tidur yang
berdampak pada, putus asa, prustasi, bingung dan agitasi, kehilangan keluarga dekat seperti
anak dan suami, kurang nya stimulasi kegiatan sehari hari karena kegiatan dilembaga
permasyarakatan cenderung monoton kehilangan panutan terutama pada narapiadana usia
muda.
Menurut Pujileksono (2002). Lembaga permasyarakatan bisa merusak dan nilai moral
dan menimbukan kehilangan lain dan menimbulkan kehilangan harta pribadi, jati diri,
otonomi, serta individualitasnya, karena setiap tindakan dan rutinitasnya selalu decontrol.
Selama berada di lembaga permasyarakatan ruang gerak narapidana di batasi dan mereka
terisolasi dari masyarakat. Keadaan seperti ini dapat menjadi stressor yang menyebabkan
sters pada narapidana. Stres yang dirasakan oleh individu yang menimbulkan upaya untuk
melakukan reaksi trhadap stress yang dialami. Reaksi tersebut merupakan suatu aktivitas
untuk melakukan penyesuaian diri terhadap situasi tertentu, yang apabila tidak dapat
dilakukan dengan baik akan menyebabkan gangguan fisik maupun kejiwaan.
Salah satu hal yang dapat memberikan nilai-nilai yang positif pada penghuni lapas
adalah dengan memberikan mereka pembekalan spiritual agama. Didalam psikologis agama
dipahami sebagai variabel yang bersifat multidimensional yang mencakup fase-fase seperti
apa yang dialami, dirasakan, dilakukan, seseorang dan bagaimana mereka berespon terhadap
kepercayaan mereka (husnain, ansari, dan samantray, 2003).
Spritualitas berhubungan dengan fungsi psikologis, keyakinan tentang akhirat,
meningkatkan kesadaran akan keterhubungan dengan individu. Individu yang dengan tingkat
spiritualitas tinggi memiliki sikap yang lebih baik puas dalam hidup, lebih sedikit menglami
pengalaman traumatic dan lebih sedikit mengalami kesepian( papalia, et al, 2009).
Spiritualitas dapat ditingkatkan melalui pengalaman spiritual dan aktivitas spiritual yang
dilakukan individu sehari-hari, underwood dan teresi (2002), menyatakan spititual sebagai
persepsi tentang adanya suatu yang bersifat transenden dalam kehidupan sehari-hari dan
persepsi tentang keterlibatan dengan peristiwa-peristiwa transenden dalam kehidupan sehari.
Mengeksplorasi pengalaman spiritual pada pasien dapat meningkatkan spiritualitas pada
keterhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, memberikan kebahagiaan pada
masa kronis.
Dengan mengeksplorasi peningkatan spiritual individu lebih menyadari kesalahan dan
menyadari akan keterhubungan dengan Tuhan serta memiliki keyakinan bahwa pengampunan
dan pertolongan dari Tuhan. Pegalaman spiritualitas merupakan aspek yang penting dalam
mengukur spiritualitas (stephendson, Pamela, klaire, martsolf, dan donna, 2003). Pengalaman
spiritualitas sehari-hari meliputi rasa kagum rasa syukur, kasih sayang, keinginan untuk lebih
dekat dengan Tuhan. Sebuah penelitian menyatakan bahwa orang yang lebih memaknai hidup
dengan baik, memiliki pengalaman spiritualitas yang lebih tinggi dan mengalami
kesejahteraan yang lebih tinggi maka kecendrungan psikopatologi rendah dan spiritualitas
sangat efektif untuk menekan angka bunuh diri (garroute, gold-berge, bealsc,herrelld, dan
mansconc, 2003).
Selain itu spiritual dalam hal kasih sayang keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi
(Tuhan) dan pandangan yang positif, kesehatan menjadi lebih baik,menciptakan perasaan
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang peneliti paparkan diatas,maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah perbedaan lama menjalani masa tahanan dengan aspek spiritual
narapidana narkoba di Lembaga Permasyarakatan kelas II Way Hui Bandar lampung 2013
1 . TUJUAN UMUM
Diketahui pebedaan lama menjalani masa tahanan dengan aspek spiritual narapidana
narkoba dilembaga permasyarakan kelas II Way Hui Bandar Lampung 2013.
2 . TUJUAN KHUSUS