Professional Documents
Culture Documents
User
Saatnya Belajar Untuk Tidak Menjadi
Sekedar
Pengguna Komputer
Rania el-Amina
Kata Penyadar
Tidak. Aku tidak salah ketik. Aku memang sengaja
mengetikkan, Kata Penyadar pada bagian atas halaman ini.
Mengapa bukan kata pengantar? Anggap saja itu sebgai
penghargaanku pada agan-agan pembaca sekalian. Aku
berasumsi bahwa pembaca tulisan tidak jelas ini adalah
orang-orang yang cakap dan tidak perlu lagi diantar-antar
seperti anak SD atau yang sesusia dengan itu.
Sebelum aku menulis lebih jauh, akan kujelaskan terlebih
dahulu maksud kehadiran buku yang juga tak jelas ini. Akan
aku tegaskan, buku yag aku tulis ini bukanlah buku yang akan
membahas teknis atau istilah Jawanya, How To . . ..
Ya, aku memang sengaja tidak membahas terlalu banyak ihwal
teknis penggunaan Linux, termasuk di antaranya instalasi,
konfigurasi, penanganan masalah atau hal-hal semacam itu.
Mengapa? Hal tersebut terlalu aneh bagiku untuk dibukukan.
Ini hanya pendapatku (mungkin juga karena aku pemalas).
Lebih-lebih sekarang bukan zamannya lagi orang tidak
mengenal internet. Jadi, aku sarankan bila ingin memperdalam
teknis, agan-agan sekalian dapat memanfaatkan forum-forum
online yang bersebaran di internet. Percayalah, di sana banyak
orang baik berkumpul. Agan juga tidak akan ditarik biaya
sepeser pun untuk memperoleh pengetahuan baru.
Lalu, apa isi buku ini? Seperti yang aku tulis pada paragraf di
atas, aku menyebut buku ini, Buku Tidak Jelas. Meski itu
bukan judul yang aku pakai--bisa nggak laku donk kalau aku
jadikan judul--namun sedikit banyak, julukan itu memang
benar-benar berlaku. Buku ini aku tulis untuk agan-agan yang
ingin belajar lebih dalam tentang bagaimana menjadi pengguna
Linux. Sekali lagi, ini bukan tentang Linux tapi tentang
pengguna Linux.
Ide-ide dari tulisan yang aku muat di buku ini sebenarnya
adalah beberapa kasus yang sering aku temui di beberapa forum
2
Kencan Pertama
Linux, Makhluk Apa Itu?
https://id.wikipedia.org/wiki/Linux
5
Distro Linux
Sering kali aku menangkap anggapan bahwa Linux adalah sebuah
sistem operasi yang lengkap dan siap pakai, karena sudah ter-include
dengan software-software lain sesuai kebutuhan. Anggapan ini
tentunya kurang tepat. Seperti yang aku tulis sebelumnya, Linux
hanyalah seonggok kernel, alias bagian inti dari sebuah sistem operasi.
Kernel ini memang sangat penting, karena kernel inilah yang menjadi
jembatan antara perangkat keras dan perangkat lunak lainnya.
Mengutip penjelasan dari wikipedia mengenai distro Linux bahwa,
Distro Linux (singkatan dari distribusi Linux) adalah sebutan untuk
sistem operasi komputer dan aplikasinya, merupakan keluarga Unix
yang menggunakan kernel Linux. Distribusi Linux bisa berupa
perangkat lunak bebas dan bisa juga berupa perangkat lunak komersial
seperti Red Hat Enterprise, SuSE, dan lain-lain.
Singkatnya, distro Linux adalah sistem operasi Linux yang agan-agan
pakai. Pada realitanya, para pengguna Linux lebih senang langsung
menyebutkan nama distro. Misalnya, Ubuntu, Linux Mint, Debian,
Fedora, Kali Linux, Arch, IGOS Nusantara, Blankon dan masih
banyak lagi. Pertanyaan untuk agan, apakah Android juga meupakan
distro Linux?
Code Name
Versi
Nama Kode
Tanggal Rilis
Dukungan
1.0
Ada
2006-08-27
2.0
Barbara
2006-11-13
2.1
Bea
2006-12-20
2.2
Bianca
2007-02-20
3.0
Cassandra
2007-05-30
3.1
Celena
2007-09-24
4.0
Daryna
2007-10-15
5 LTS
Elyssa
2008-06-08
Felicia
2008-12-15
Gloria
2009-05-26
Helena
2009-11-29
9 LTS
Isadora
2010-05-18
10
Julia
2010-11-12
11
Katya
2011-05-26http
s://id.wiki
pedia.org
/wiki/Linu
x_Mint#c
ite_note5
12
Lisa
2011-11-26
13 LTS
Maya
2012-05-23
14
Nadia
2012-11-20
15
Olivia
2013-05-29[
16
Petra
2013-11-30http
s://id.wiki
pedia.org
/wiki/Linu
x_Mint#c
ite_note10
17
Qiana
2014-05-31
17.2
Rafaela
Setiap distro Linux memiliki ciri khas yang unik dalam penentuan
code nama. Tak perlu panjang lebar aku jelaskan, code name adalah
sistem panamaan distro selain menggunakan angka atau versi release.
Aku ambil contoh Linux Mint, misalnya (karena aku memang
pengguna setia distro ini, hehe). Linux Mint menggunakan code name
dengan ciri khas yang berupa nama seorang perempuan yang
berurutan sesuai abjad dan diakhiri dengan huruf, A. Jika melihat
dari tabel di atas, dapat agan amati bahwa ciri khas code name dari
Linux Mint adalah penggunaan nama perempuan berakhiran, A.
Namun yang sempat jadi pertanyaanku, apakah menurut agan ada
cewek, yang namanya Petra?
Lain Linux Mint, lain pula code name yang digunakan. Misalkan
Ubuntu yang memakai nama-nama hewan, Fedora yang memberikan
code name dengan caranya yang unik (lihat webnya) dan yang
mungkin paling agan pahami dan tahu adalah Android yang
memberikan code name alfabetis menggunakan nama-nama makanan.
Desktop Environment
Jika saya terjemahkan, artinya umumnya adalah lingkungan desktop.
Penjelasan simpelnya, salah satu hal yang membedakan distro satu
dengan distro yang lain adalah penggunaan lingkungan desktopnya.
Lingkungan desktop merupakan seperangkat alat sholat yang dibayar
tunai, atau gaya antar muka grafis sebagai pengganti baris perintah
untuk membantu penggunaan sistem operasi.
Secara umum, lingkungan desktop ini mencakup manajer berkas dan
folder (misalnya caja, nemo, thunar, dholpin, JWM dan masih banyak
lagi) beserta toolbarnya, panel, icon, jendela login, dan beberapa
aplikasi-aplikasi tertentu, semisal gedit, kate, terminal dan masih
banyak lagi.
Jangan bingung dulu, penjelasan ini memang agak rumit. Namun
kenyataanya tidak serumit itum kok. Untuk memperjelas, berikut akan
kutuliskan beberapa contoh lingkungan desktop yang cukup familiar
digunakan.
1. GNOME
Cutting
edge.
GNOME
selalu
menggunakan
teknologi-teknologi terkini. Sebut saja CORBA untuk
network transparency, penggunaan XML, dan semuanya
diimplementasikan dengan menggunakan bahasa C untuk
kecepatan dan portabilitas.
GNOME 3.x
Perkembangan GNOME yang khusus diasuh oleh Ubuntu juga
melahirkan beberapa varian Gnome, semisal gnome shell dan
Unity. Unity sendiri dikembangkan lagi menjadi Unity Shell dan
Unity 2D.
2. Cinnamon
4. KDE
Desktop KDE sebenarnya adalah salah satu
desktop favoritku. Karena lingkungan desktop
KDE inilah yang pertama kali aku kenal melalui
sebuah distro Linux bernama Slax. Ada beberapa
kisah menarik di balik KDE ini. Namun seperti
biasa, aku tak akan menceritakannya secara gamblang. Aku
pribadi mengakui, bahwa KDE adalah salah satu desktop yang
cukup WAW cantiknya, namun beberapa tahun lalu kecantikan
KDE harus dibayar dengan borosnya memori yang dipakai. Eits,
itu dulu pas zaman Siti Nurbaya-nya Datuk Maringgih. Sekarang
di zaman Siti Nurbaya jadi menteri, KDE yang cantik tak lagi
serakus dahulu soal memori. Ciri khas KDE adalah penggunaan
huruf, K pada aplikasi-aplikasi yang include di dalam paket
desktop, meski ternyata ada beberapa aplikasi seperti gwenview
yang ternyata tidak diawali huruf K misalnya.
KDE (K Desktop Environment) sendiri adalah sebuah
lingkungan desktop yang boleh dibilang banyak dominan
digunakan pada saat ini. Sebenarnya KDE ialah kepanjangan dari
Kool Desktop Environment. Namun K disini sepertinya tidak
lagi berasosiasi dengan Kool.
5. Xfce
Jika agan bertanya pada forum-forum Linux
yang berkaitan dengan dektop yang ringan di
Linux, maka sebagian besar dari member akan
menyarankan agar agan menggunakan Xfce.
Xfce sendiri adalah sebuah lingkungan desktop yang berbasis
GTK+2 sama seperti GNOME. Lingkungan desktop ini banyak
digunakan pada beberapa distro Linux yang memiliki pandangan
bahwa kinerja suatu sistem itu lebih utama ketimbang tampilan
yang mengakibatkan kinerja dari sebuah sistem menjadi lambat.
Xfce telah merilis 4 versi dan versi terbaru nya adalah versi 4.4.
Xfce menggunaka Thunar sebagai file manager-nya.
Lalu apa keunggulan dari Xfce dari segi kinerja? Tyang paling
jelas tentunya: ringan, tidak membutuhkan spesifikasi komputer
yang tinggi, dapat bekerja dengan RAM minimal 512 MB untuk
Xfce versi 4.4, dapat berjalan mulus di prosesor Intel Atom.
Jujur saja, saat pertama kali melihat Xfce, aku tak begiti tertarik
karena tampilannya yang seolah kuno banget. Namun setelah aku
coba dan melakukan sedikit modifikasi di sana-sini dengan
menambahkan Whisker menu dan tema baru, hasilnya wow
banget. Selain cantik, Xfce juga ringan dan aku berani bilang
kalau Xfce so powerfull
Eits, apa itu Whisker menu? Barang ajaib itu adalah aplikasi
launcher/start menu yang ada di Xfce, tampilannya pun tak jauh
berbeda dengan Gnomenu milik GNOME, atau launcher di KDE.
Desktop LXDE
7. Enlightenment
Enlightenment Desktop merupakan desktop
manager yang memberikan tampilan artistik beserta
efek-efek menarik di dalamnya tanpa memberatkan
sistem.
Enlightenment pertama kali aku jumpai pada Linux bernama
Bodhi. Tampilannya yang elegan dan performanya yang begitu
mengagumkan sempat membuat aku terpana.
Selain Bodhi, distro Linux yang aku ketahui menggunakan E
(istilah singkat Enlightenment) ini adalah macpup alias keluarga
Linux Puppy.
Root
Agan pakai smartphone Android? Kalau iya, pasti
nggak asing dengan istilah root. Jika mungkin
selama ini agan beranggapan bahwa root adalah hal
terlarang (karena mengakibatkan hangusnya
garansi), di distro Linux ini, rooting atau login
sebagi root lebih tepatnya, akan sangat dibutuhkan
bila agan sekalian ingin memodif Linux atau menginstall paket-paket
software.
Istilah root bisa membingungkan karena maknanya yang berbeda
tergantung konteks yang digunakan. Makna pertama adalah ada root
Repository
Repository (atau sering disingkat repo) adalah server-server di Internet
yang berisi koleksi paket-paket suatu distribusi Linux. Repository juga
bisa dikemas secara offline dalam bentuk CD/DVD yang berisi
koleksi paket Linux. Repository adalah rujukan saat agan-agan ingin
meng-update sistem Linux.
Para pengembang distro Linux biasanya menempatkan paket-paket
versi terbarunya di repository berupa online storage server.
Konsekuensinya, pengguna yang ingin meng-update Linux harus
terhubung ke Internet untuk terhubung dengan repository tersebut.
Repository suatu distro biasanya spesifik bagi distribusi tersebut.
Misalnya, repository distro Fedora hanya untuk distro Fedora,
repository distro Gentoo hanya untuk pengguna Gentoo, dan
seterusnya. Pengecualiannya adalah jika distro tersebut masih
merupakan turunan dari distro resmi bagi repository. Misalnya, distro
Boot Loader
Boot loader adalah sebuah aplikasi yang menurutku kecil banget
ukurannya, namun sangat vital fungsinya. Mengapa? Aplikasi
bernama bootloader ini sebenarnya adalah makhluk yang digunakan
untuk membantu agan-agan sekaliam dalam memilih sistem operasi
yang dijalankan, fungsi boot loader ini baru akan terlihat jika kita
menggunakan lebih dari satu sistem operasi pada satu komputer, yang
biasanya hobi dual boot atau multi OS pasti tahu.
Contoh BURG
Selain GRUB, salah satu boot loader yang juga cukup populer adalah
BURG. Nah kalo si BURG ini memang hadir dengan kecantikan
Terminal/Console
Tak sedikit orang yang beranggapan bahwa linux itu ribet karena
untuk menggunakannya kita harus mengetik ini itu terlebih dahulu
pada layar hitam. Jika agan menemukan orang seperti ini, maka tolong
sampaikan salamku padanya, Ini bukan zamannya Siti Nurbaya dan
Datuk Maringgih lagi, pagi ini sudah tahun 2015!
Bagi sebagian orang, bekerja dengan baris perintah adalah tugas yang
menakutkan. Padahal sebenarnya, agan tidak memerlukan
pengetahuan khusus untuk sekedar mengetahui bagaimana
menggunakan baris perintah di terminal. Karena sejatinya terminal
adalah program biasa seperti halnya program lainnya.
Kencan Kedua
Kenal Linux, Nggak Tahu FOSS?
OH MY GOD!