Professional Documents
Culture Documents
3.
1.
a.
b.
Pembangunan
dapat
diartikan
sebagai
suatu
proses
tolok
ukur
penyelenggaraan
bernegara
termasuk
dalam
melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat
manusia.
Hakikat
manusia
menurut
Pancasila
adalah
makhluk
sebagai
upaya
peningkatan
manusia
secara
totalitas.
nasional
merupakan
rangkaian
upaya
berbangsa
dan
bernegara
yang
berguna
untuk
arah,
dan
gerak
pembangunan
dilaksanakan
sebagai
pengamalan semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang
utuh, yang meliputi:
a. Pengamalan sila pertama Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pengamalan Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu mencakup
tanggung jawab bersama dari semua golongan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk secara terus
menerus dan bersama-sama meletakkan landasan spiritual, moral dan
etik yang kukuh bagi pembangunan nasional sebagai pengamalan
pancasila.
b. Pengamalan sila kedua Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pengamalan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, yaitu
serta
penghapusan
penjajahan,
kesengsaraaan,
dan
sila
keempat
Pancasila
sebagai
paradigma
pembangunan
Pengamalan Sila Pancasila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, yaitu
mencakup upaya manik menumbuhkembangkan sistem politik
demokrasi Pancasila yang mampu memelihara stabilitas nasional
yang dinamis, mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab
warga negara, dalam proses pendidikan politk.
e. Pengamalan sila kelima Pancasila sebagai paradigma pembangunan
Pengamalan Sila Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia yaitu
mencakup upaya untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi
yang cukup tinggi dikaitkan dengan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang
berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi
yang
disusun
sebagai
usaha
kekeluargaan.
bersama
berdasar
atas
asas
keseimbangan
keadilan
dalam
kehidupan
kemanusiaan,
yaitu
kemanusiaan
yang
beradab
merupakan
basis
moralitas pertahanan dan keamanan negara. Maka dari itu pertahanan dan
keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi terjaminya harkat
dan martabat manusia, terutama secara rinci terjaminya hak-hak asasi
manusia. Dengan adanya tujuan tersebut maka pertahanan keamanan
negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila, guna mencapai tujuan yaitu demi tercapainya
kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan YME (sila II),
Pancasila juga harus mendasarkan pada tujuan demi kepentingan warga
sebagai warga negara (Sila III), pertahanan keamanan harus mampu
menjamin
hak-hak
dasar,
persamaan
derajat
serta
kebebasan
11
dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Penyelenggaraan sistem
pertahanan semesta didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga
negara, serta keyakinan pada kekuatan sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana
pemerintahan dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama
dalam masalah pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai
paradigma pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa
Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002 tentang
pertahanan Negara.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara
bertitik tolak pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk
menjamin keutuhan dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah
konstitusi, yang di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materimuatan konstitusi, yaitu:
1. adanya perlindungan terhadap HAM,
2. adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan
3. adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
mendasar.
Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan
Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau
merupakan bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia
mengandung segi positif dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat
dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat
diubah oleh MPRsesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945.
Hukum tertulis seperti UUDtermasuk perubahannya, demikian
juga UU dan peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada
dasar negara (sila sila Pancasila dasar negara).
12
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus
merupakan perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam
Pancasila. Artinya, substansi produk hukum merupakan karakter produk
hukum responsif (untuk kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan
aspirasi rakyat).
G. Pancasila Sebagai Paradigma Reformasi Politik
Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai
subjek atau pelaku politik bukan sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari
kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat meningkatkan harkat
dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia
sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat.
Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik
Indonesia yang sesuai pancasila sebagai paradigma adalah sistem politik
demokrasi bukan otoriter.
Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia harus dikembangkan atas
asas kerakyatan (sila IV Pancasila). Pengembangan selanjutnya adalah sistem
politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-sila pada pancasila.
Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan
atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral
kerakyatan, dan moral keadilan.
Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku
politik yang santun dan bermoral.
13
dalam
pengambilan keputusan;
3. Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan
berdasarkan konsep mempertahankan persatuan;
4. Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan
pendekatan
14
kemakmuran/kesejahteraan
rakyatyang
harus
mampu
dan
lebih
mampu
mewujudkan
keadilan
dan
pemerataan
pembangunan daerah.
Dengan
demikian,
Ekonomi
Kerakyatan
akan
mampu
15
16
Disusun Oleh :
KELOMPOK VI
(Ruang 404)
M. IQBAL
20015020517
TONI HIDAYAT
20015020695
SAUKAT UDIN
20015021057
MAT RIDOPI
20015020495
ASNAWI
20015021015
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR PUSTAKA
+ POWER POINT
17