Professional Documents
Culture Documents
atau
tambang
adalah
mencegah
air
masuk
ke
lokasi
lokasi
penambangan.
Upaya
ini
umumnya
dilakukan
untuk
tanah
terdiri
dari
tanah
lempung,
maka
Curah Hujan
Sumber utama air yang masuk ke lokasi penambangan adalah air
hujan, sehingga besar kecilnya curah hujan yang terjadi di sekitar lokasi
penambangan akan mempengaruhi banyak sedikitnya air tambang yang
harus dikendalikan. Data curah hujan biasanya disajikan dalam data curah
hujan harian, bulanan, dan tahunan yang dapat berupa grafik atau tabel.
Analisa curah hujan dilakukan dengan menggunakan Metode
Gumbel yang dilakukan dengan mengambil data curah hujan bulanan
yang ada, kemudian ambil curah hujan maksimum setiap bulannya dari
data tersebut, untuk sampel dapat dibatasi jumlahnya sebanyak n data.
Dengan menggunakan Distribusi Gumbel curah hujan rencana untuk
periode ulang tertentu dapat ditentukan. Periode ulang merupakan suatu
kurun
waktu
dimana
curah
hujan
rencana
tersebut
diperkirakan
.......................
(3.1 )
Keterangan :
Xr = Hujan harian maksimum dengan periode ulang tertentu (mm)
X = Curah hujan rata-rata
x = Standar deviasi curah hujan
n = Reduced standart deviation, nilai tergantung dari banyaknya data
Yr = Reduced variate, untuk periode hujan tertentu (table 3.2)
Tabel 3.1
Periode ulang hujan untuk sarana penyaliran
Keterangan
Daerah terbuka
Sarana tambang
Lereng-lereng tambang dan
penimbunan
Sumuran utama
Penyaliran keliling tambang
Pemindahan aliran sungai
10 -25
25
100
.......................
(3.2 )
Keterangan:
Yt = Reduced variate (koreksi variasi)
T = Periode ulang (tahun)
Untuk menentukan koreksi rata-rata digunakan rumus:
Yn = ln(-ln(n+1-m))n+1
.......................
(3.3 )
Rata-rata Yn, YN = YnN
Untuk menghitung koreksi simpangan (reduced standar deviation)
ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Sn = (Yn-YN)2(n-1)
.......................
(3.4)
Keterangan:
Yn
= Koreksi rata-rata
YN
= Nilai rata-rata Yn
= Jumlah data
Untuk menentukan curah hujan rencana digunakan rumus:
CHR = X + SSn(Yt-YN)
(3.5)
.......................
.......................
(3.6) Keterangan:
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur bangunan
Besarnya intensitas hujan yang kemungkinan terjadi dalam kurun
waktu tertentu dihitung berdasarkan persamaan Mononobe, yaitu :
I = R2424 (24t) 2/3
.......................
(3.7)
Keterangan :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24jam)
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu konsentrasi (jam)
Hubungan antara derajat curah hujan dan intensitas curah hujan
dapat dilihat pada table 3.2
Tabel 3.2
Hubungan Derajat dan Intensitass Curah Hujan
Derajat hujan
Hujan lemah
Hujan normal
Hujan deras
Intensitas curah
hujan
(mm/menit)
0.02 0.05
0.05 0.25
0.25 1.00
Kondisi
Tanah basah semua
Bunyi hujan terdengar
Air
tergenang
diseluruh
Hujan
deras
sangat
>1.00
permukaan
pengairan meluap
.......................
(3.8)
Keterangan :
tc = Waktu terkumpulnya air (menit)
L = Jarak terjauh sampai titik penyaliran (meter)
H = Beda ketinggian dari titik terjauh sampai ke tempat
berkumpulnya air
(meter)
3. Saluran Terbuka
Bentuk penapang saluran yang paling sering digunakan dan umum
adalah bentuk trapesium, sebab mudah dalam pembuatannya, murah,
efisien, mudah dalam perawatannya, dan stabilitas kemiringan lerengnya
dapat disesuaikan dengan keadaan daerahnya.
Setelah diketahui luas penampang bisa ditentukan jari-jari hidrolis
dengan Rumus Manning. Untuk bentuk saluran yang akan dibuat ada
Penampang
Lebar
atas (B)
Dimensi
Tinggi
Faktor
muka
kemiringan
air (y)
(x)
Penampang basah
Luas (A)
Keliling (D)
b.y
b + 2h
b + 2x
2(d0,5D)tg
1:1 x : h
1:1,5x=1,
5y
1:2x=2y
=cos-1((d0,5D)/0.5D)
d
(b+x)y
D (1/180)+
(d-0,5D)2
tg
b+2y
(1+x2)
(b+x)y/(b+2y(t+x2)1/2
(D(1-/180)+4(d0,5D)ztg)/4D(1/180)
.D(1/180)
Tabel 3.4
Kemiringan dinding saluran yang sesuai untuk berbagai jenis bahan
Bahan
Batu/cadas
Tanah gambut/peat
:1
:1
1:1
1,5 : 1
2:1
Lempung berpori
3:1
Tabel 3.5
Sifat-sifat hidrolik pada saluran terbuka
Kecepatan rata-rata
saluran
(m/det)
(%)
Kurang dari 1
0,4
1-2
0,6
2-4
0,9
4-6
1,2
6-10
1,5
10-15
2,4
.......................
.......................
(3.10)
Keterangan:
Jenis Material
Jenis material pada areal penambangan berpengaruh terhadap
kondisi penyebaran air limpasan karena untuk setiap jenis dan kondisi
material yang berbeda memiliki koefisien materialnya masing-masing.
Beberapa perkiraan koefisien limpasan terlihat pada tabel 3.6:
Tabel 3.6
Beberapa harga koefisien kekasaran manning
Tipe dinding saluran
Semen
Beton
Bata
Besi
Tanah
Gravel
Tanah yang ditanami
n
0,010 0,014
0,011 0,016
0,012 0,020
0,013 0,017
0,020 0,030
0,022 0,035
0,025 0,040
Tabel 3.7
Koefisien material dan kecepatan izin aliran
No
Material
Nilai
n
0.020
0.020
Kecepatan aliran
(m/det)
Air jernih Air keruh
0.457
0.672
0.534
0.762
0.020
0.020
0.610
0.610
0.914
1.067
0.020
0.020
0.025
0.025
0.025
0.030
0.025
0.028
0.028
0.030
0.030
0.030
0.017
0.010
0.672
0.672
1.143
1.143
0.672
1.143
1.129
1.340
1.980
2.810
3.960
-
1.067
1.067
1.525
1.524
1.524
1.524
1.829
1.9
2.4
3.4
4.5
2
5
5
Perencanaan Sump
Sump merupakan kolam penampungan air yang dibuat untuk
menampung air limpasan, yang dibuat sementara sebelum air itu
dipompakan serta dapat berfungsih sebagai pengendap lumpur. Tata letak
sebesar
jumlah
head
masing-masing
sedangkan
debit
pemompaan tetap.
b. Pararel
Pada rangkaian ini, kapasitas pemompaan bertambah sesuai dengan
kemampuan debit masing-masing pompa namun head tetap. Kemudian
untuk kebutuhan pompa ada dua hal yang perlu untuk diperhatikan
2. Batas Kapasitas Pompa
Batas atas kapasitas suatu pompa pada umumnya tergantung pada
kondisi berikut ini :
a. Berat dan ukuran terbesar yang dapat diangkut dari pabrik ke tempat
pemasangan.
b. Lokasi pemasangan pompa dan cara pengangkutannya.
c. Jenis penggerak dan cara pengangkatannya.
d.
Pembatasan
pada
besarnya
mesin
perkakas
yang
dipakai
untuk
pembangunan
pemeliharaannya.
4. Julang total pompa
instalasi
maupun
biaya
operasi
dan
.......................
(3.11 )
Keterangan :
Ht
hc
hv
hf
hI
.......................
(3.12 )
Dimana :
h2 = Elevasi air keluar
h1 = Elevasi air masuk
b. Julang kecepatan (velocity head)
Julang kecepatan adalah kehilangan yang diakibatkan oleh
kecepatan air yang melalui pompa.
hv = ( v22 g )
.......................
(3.13)
Dimana :
v = Kecepatan air yang melalui pompa (m/detik)
g = Gaya gravitasi (m/detik)
c. Julang kerugian gesek dalam pipa
Untuk menghitung julang kerugian gesek didalam pipa dapat
dipakai salah satu dari dua rumus berikut ini :
V = C . Rp. Sq
(3.14)
Atau
.......................
hf = . LD . v22g
.......................
(3.15)
Keterangan :
v
C,p,q
= Koefisien-koefisien
= Gradien hidrolik
hf
.......................
(3.16)
Rumus ini berlaku untuk pipa baru dari besi cor. Jika pipa telah
dipakai selama bertahun-tahun, harga koefisien kerugian gesek () akan
menjadi 1,5 sampai 2 kali harga barunya.
ii. Rumus Hazen-Williams
Rumus ini pada umumnya dipakai untuk menghitung kerugian
head dalam pipa yang relatif sangat panjang.
V = 0,849CR0,63S0,54
.......................
Atau
Hf = 10,666.Q1,85x LC1,85 D4,85
.......................
(3.18)
Keterangan :
hf = Julang kerugian (m)
v = Kecepatan rata-rata didalam pipa (m/s)
C = Koefisien (table 3.9 )
R = Jari-jari hidrolik (m)
S = Gradien hidrolik (S=hfL )Q = Laju Aliran ( m3/s)
(3.17)
L = Panjang pipa
Tabel 3.8
Kondisi pipa dan harga koefisien (Formula Hazen-William)
Jenis Pipa
Pipa besi cor baru
130
100
120-130
80-100
130-140
140
kerugian
jalur pipa
Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian juga akan terjadi apabila
ukuran pipa, bentuk penampang atau arah aliran berubah. Kerugian
ditempat-tempat transisi yang demikian ini dapat dinyatakan secara
umum dengan rumus:
hf = n. f. v22g
.......................
Keterangan :
v = kecepatan rata-rata di dalam pipa (m/s)
f = Koefisien kerugian
g = Percepatan gravitasi (9.8m/dtk2)
hf = Julang kerugian (m)
(3.19)
.........................
(3.20)
Dari percobaan Weisbach dihasilkan rumus yang umum dipakai
untuk belokan patah adalah:
f = 0,946 sin2./2 + 2,047 sin4./2
..........................
(3.21)
keterangan :
f = Koefisien kerugian
R = Jari-jari lengkung belokan
= Sudut belokan
e. Daya poros dan efisiensi pompa
e.i Daya air
Daya air adalah energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa
persatuan waktu. Daya air (Pw) dapat dihitung dengan menggunakan
Rumus:
Pw = . Q . H
.........................
(3.22)
Keterangan:
= Bobot isi air (kN/m3)
Q = Kapasitas (m3/detik)
H = Julang total (m)
Pw = Daya air (kW)
e.ii Daya poros
Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama
dengan daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya poros (P)
dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
P = Pw
.......................
(3.23)
Keterangan:
= Efesiensi pompa
P = Daya poros
Efesiensi pompa untuk pompa-pompa jenis khusus harus diperoleh
dari pabrik pembuatnya.
Settling Pond
Berfungsi sebagai tempat menampung air tambang sekaligus
untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air dari
lokasi penambangan, kolam pengendapan ini dibuat dari lokasi terendah
dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan masuk ke settling
pond secara alami dan selanjutnya dialirkan ke sungai melalui saluran
pembuangan.
Dengan adanya settling pond, diharapkan air yang keluar dari
daerah penambangan sudah bersih dari partikel padatan sehingga tidak
menimbulkan
kekeruhan
pada
sungai
atau
laut
sebagai
tempat
settling
pond
biasanya
hanya
digambarkan
secara
dapat
dan
bermacam-macam
keadaan
lapangannya.
bentuk
disesuaikan
Walaupun
dengan
bentuknya
dapat
tempat
partikel
padatan
dalam
cairan
(lumpur)
menentukan
dimensi
settling
pond
dapat
dihitung
kekeruhan sungai.
Kekentalan air
Partikel dalam lumpur adalah material yang sejenis
Kecepatan pengendapan material dianggap sama
Perbandinga dan cairan padatan diketahui
Luas settling pond dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
A = QtotalV
........................
(3.24)
Keterangan:
A
= Luas settling pond (m2)
Qtotal = Debit air yang masuk settling pond (m3/detik)
V
= Kecepatan pengendapan (m/dtk)
prosentase
pengendapan
ini
bertujuan
untuk
dengan
.......................
(3.25)
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan
dengan kecepatan (Vh) adalah:
Vh = QtotalA
.......................
(3.26)
Th = PVh (detik)
.......................
(3.27)
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap
dengan baik jika (tv) tidak lebih besar dari (th).
Persentase pengendapan = th(th+tv) x 100% .....................
(3.28)