Professional Documents
Culture Documents
Seorang teman secara iseng menghitung ada dua puluhan titik kerusakan jalan antara
Entikong dan Sanggau. Ini dilakukan pada awal Februari kemarin, dalam perjalanan road
show Border Blogger Movement.
Dengan panjang jalan yang minimalis, belum lagi terjadinya kerusakan di sana sini. Terasa
lengkap ketertinggalan Borneo dibanding kawasan lainnya di Indonesia, apalagi dibanding
Malaysia. Jauuuh...
Infrastruktur, terutama jalan, sekian lama menjadi PR bagi pulau Borneo, terutama di daerah
perbatasan. Berkaca dari Pontianak-Kapuas Hulu; Pontianak-Ketapang; Pontianak-Sambas,
nyaris tidak terlihat mengularnya jalan yang menjadi akses perekonomian. Politik anggaran
perlu dikoreksi untuk beranda terdepan negeri ini. Kucuran anggaran perlu ditingkatkan
dalam mempercepat pembangunan infrastruktur di wilayah ini.
Meski bisa berdalih, bahwa persentase pembangunan jalan berbanding lurus dengan jumlah
penduduk. Dalih sebaliknya tentu bisa juga dipakai bahwa luas wilayah bisa menjadi
penguat alasan besar anggaran untuk infrastruktur. Bukankah bila gula sudah ditebar, maka
semut akan berduyun datang menetap. Dan, Cina sudah membuktikannya!
https://id-id.facebook.com/permalink.php?
story_fbid=274635032606210&id=139192949483753
1.1
Latar Belakang
Wilayah perbatasan yang
meliputi
wilayah daratan dan
perairan
merupakan manifestasi kedaulatan suatu negara. Letak strategis wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI]) yang berada diantara dua benua yaitu benua
Australia dan benua Asia serta diapit oleh dua samudera yaitu samudera Hindia dan
Samudera Pasifik merupakan kawasan potensial bagi jalur lalu-lintas antar negara.
Disamping itu Indonesia merupakan negara kepulauan (Archipelagic States) yaitu
suatu negara yang terdiri dari sekumpulan pulau-pulau, perairan yang saling
bersambung (Interconnecting Waters) dengan karakteristik alamiah lainnya dalam
pertalian yang erat sehingga membentuk satu kesatuan.
Masyarakat Indonesia khususnya para generasi muda diharapkan mengambil
peran kepeloporan untuk mengembangkan sains dan teknologi serta industri
kemaritiman yang hingga saat ini masih jauh dari ideal. Pengembangan ke arah
tersebut kerapkali terkendala oleh perpspektif keliru dalam memandang
karakteristik yang muncul dari kemaritiman Indonesia. Contohnya, laut dan sungai
kerapkali dilihat sebagai penghalang yang harus diatasi, padahal laut dan sungai
merupakan penghubung dan pemersatu antar pulau. Perspektif keliru inilah yang
pertama harus dipecahkan oleh pemuda Indonesia karena telah banyak dianut oleh
para pengambil kebijakan di republik ini.
1. 2.
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan di
atas adalah sebagai berikut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
populasi Indonesia hidup. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa dengan
luas 132.107 km, Sumatra dengan luas 473.606 km, Kalimantan dengan luas
539.460 km, Sulawesi dengan luas 189.216 km, dan Papua dengan luas 421.981
km. Batas wilayah Indonesia searah penjuru mata angin, yaitu:
Belum adanya kepastian secara lengkap garis batas laut maupun darat.
2.
3.
4.
5.
Eksploitasi sumber daya alam secara ilegal, terutama hasil hutan dan kekayaan
laut.
6.
2.2.
RI Malaysia
Kerajaan Malaysia tentang pene-tapan garis batas landas kontinen antara kedua
negara (Agreement Between Government of the Republic Indonesia and
Government Malaysia relating to the delimitation of the continental shelves
between the two countries), tanggal 27 Oktober 1969 dan diratifikasi dengan
Keppres Nomor 89 Tahun 1969.
o Berikutnya adalah Penetapan Garis Batas Laut Wilayah RI Malaysia di Selat Malaka
pada tanggal 17 Maret 1970 di Jakarta dan diratifikasi dengan Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1971 tanggal 10 Maret 1971. Namun untuk garis batas ZEE (Zona
Ekonomi Eksklusif) di Selat Malaka dan Laut China Selatan antara kedua negara
belum ada kesepakatan.
o Batas laut teritorial Malaysia di Selat Singapura terdapat masalah, yaitu di sebelah
Timur Selat Singapura, hal ini mengenai kepemilikan Karang Horsburgh (Batu Puteh)
antara Malaysia dan Singapura. Karang ini terletak di tengah antara Pulau Bintan
dengan Johor Timur, dengan jarak kurang lebih 11 mil. Jika Karang Horsburg ini
menjadi milik Malaysia maka jarak antara karang tersebut dengan Pulau Bintan
kurang lebih 3,3 mil dari Pulau Bintan.
o Perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimatan Timur (perairan Pulau Sebatik
dan sekitarnya) dan Perairan Selat Malaka bagian Selatan, hingga saat ini masih
dalam proses perundingan. Pada segmen di Laut Sulawesi, Indonesia menghendaki
perundingan batas laut teritorial terlebih dulu baru kemudian merundingkan ZEE
dan Landas Kontinen. Pihak Malaysia berpendapat perundingan batas maritim harus
dilakukan dalam satu paket, yaitu menentukan batas laut teritorial, Zona Tambahan,
ZEE dan Landas Kontinen.
o Sementara pada segmen Selat Malaka bagian Selatan, Indonesia dan Malaysia masih
sebatas tukar-menukar peta illustrasi batas laut teritorial kedua negara.
RI Thailand
RI India
o Indonesia dan India telah mengadakan perjanjian batas landas kontinen di Jakarta
pada tanggal 8 Agustus 1974 dan telah diratifikasi dengan Keppres Nomor 51 Tahun
1974 yang meliputi perbatasan antara Pulau Sumatera dengan Nicobar.
o Selanjutnya dilakukan perjanjian perpanjangan batas landas kontinen di New Dehli
pada tanggal 14 Januari 1977 dan diratifikasi dengan Keppres Nomor 26 Tahun 1977
yang meliputi Laut Andaman dan Samudera Hindia.
Perbatasan tiga negara, Indonesia-India- Thailand juga telah diselesaikan,
terutama batas landas kontinen di daerah barat laut sekitar Pulau Nicobar dan
Andaman. Perjanjian dilaksankaan di New Delhi pada tanggal 22 Juni 1978 dan
diratifikasi dengan Keppres Nomor 25 Tahun 1978. Namun demikian kedua negara
belum membuat perjanjian perbatasan ZEE.
RI Singapura
RI Vietnam
Perbatasan Indonesia Vietnam di Laut China Selatan telah dicapai
kesepakatan, terutama batas landas kontinen pada tanggal 26 Juni 2002. Akan
tetapi perjanjian perbatasan tersebut belum diratifikasi oleh Indonesia. Selanjutnya
Indonesia dan Vietnam perlu membuat perjanjian perbatasan ZEE di Laut China
Selatan. Perundingan perbatasan kedua negara terakhir dilaksanakan pada 25-28
Juli 2011 di Hanoi (perundingan ke-3).
Dan masih banyak lagi perjanjian antara negara RI degan negara lainnya .
Intinya adalah Negara Indonesia begitu luas dan memiliki begitu banyak wilayah
perbatasan. Serta mempunyai perjanjian dan permasalahan yang timbul dengan
negara lain .
2.3
2.4
1.
Strategi
Alternatif
Penyelesaian
Masalah
Perbatasan
3.
Postur
Paningkatan
Persenjataan
Sesuai
Dengan
Kondisi
Geografis
Dengan kondisi geograsi yang selama ini hanya bertumpu pada matra angakatan
darat, diubah menjadi matra angkatan laut dan udara, hal ini bertumpu pada
hampir 75% wilayah Indonesia adalah perairan, hal ini menjadi sangat rasional
dikarenakan indicator konflik perbatasan terjadi di perairan atau di wilayah kelautan
dan udara, ini memudahkan juga untuk menghentikan atau preventif tindakantindakan kejahatan, sehingga secara pendek kita mengatakan bahwa konflik yang
selama ini terjadi dikarenakan postur TNI selama ini hanya pada dataran historical
seperti perjuangan melawan penjajah yang hanya berlangsung di darat saja,
tentunya kesalahan ini menjadi titik bahwa perjuangan yang selama ini hanya
berlangsung di darat, hal ini diperkuat dengan data-data telah disebutkan diatas.
Aspek yang selama ini menjadi prioritas TNI adalah pulau-pulau besar yang
bedasrkan pada matra angkatan darat, hal ini sangat ironis dan kprespektif yang
keliru baik dalam persepsi ancaman dan bentuk geografis, Postur TNI sebagai
aparatur menjaga ketahanan kedaulatan negara, kekuatan personil TNI harus
proporsional sesuai dengan kebutuhan, contoh ketimpangan yang terjadi adalah
kekuatan personil yang ada dengan kondisi geografis indonesi yang luas adalah
sekitar, 376.000 dengan 288.000 AD, dan 59.000 AL, dan 28.000 AU.
4.
5.
6.
7.
Menaati peraturan
Salah satu cara menjaga keutuhan Indonesia adalah dengan menaati peraturan. Mengapa demikian?
Peraturan dibuat untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuannya agar Indonesia
menjadi lebih baik. Melalui peraturan, Indonesia akan selamat dari kekacauan. Taat kepada undangundang dan peraturan berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. Peraturan berlaku baik untuk presiden
maupun rakyat biasa, baik tua maupun muda, baik yang kaya maupun yang miskin, baik laki-laki
maupun perempuan. Presiden juga harus manaati undang-undang dalam mengatur Negara. Presiden
menaati undang-undang agar dapat melayani rakyat sebaik mungkin. Rakyat harus membantu
pelaksanaan program yang dicanangkan pemerintah. Para wajib pajak harus membayar pajak. Para guru
harus menaati undang-undang dengan bersungguh-sungguh mendidik murid-muridnya. Sebaliknya,
murid-murid menaati tata tertib sekolah agar menjadi murid yang baik. Dengan menaati peraturan,
keberhasilan dalam belajar pun bias diraih. Jika semuanya bertindak sesuai dengan undang-undang,
niscaya Indonesia akan jaya untuk selama-lamanya.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Persoalan bangsa memang tidak dapat segera diselesaikan, tetapi setidaknya
dengan membangun kesadaran bagi pemuda, maka peroblem ketahanan nasional
memiliki harapan untuk makin diperkokoh.
Cara untuk menjaga keutuhan negara, antara lain:
3.2.
dan
keragaman
suku
bangsa
dengan
saling
Saran
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, hal
ini terlihat dari hasil alam yang melimpah. Hal ini lah seharusnya menjadi
pendorong dan motivasi bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga kekayaan alam
yang terdapat di negara kita. Bagi pemerintah agar membuat peraturan-peraturan
yang lebih tegas untuk menjaga keutuhan negara Indonesia, khususnya di daerah
perbatasan Indonesia dengan daerah-daerah tetangga.
DAFTAR PUSTAKA
http://muhamadsudrajat.blogspot.com/2010_05_01_archive.html
http://sttmultimedia.multiply.com/journal/item/30/Peranan_Warga_Dalam_Memperta
hankan_NKRI
http://rachmadrevanz.com/sikap-dan-perilaku-menjaga-kesatuan-negara-ri.html
http://blog.theosambuaga.com/2007/09/28/meneguhkan-ulang-komitmenkebangsaan-pemuda-demi-keutuhan-indonesia-dalam-percaturan-global-yangberubah-cepat/
http://rachmadrevanz.com/pentingnya-persatuan-dan-kesatuan-bangsaindonesia.html
http://bulank2.blogspot.com/2013/11/makalah-kewarganegaraanmasalah.html
Tidak dipungkiri daerah perbatasan memiliki nilai strategis dan seluruh pilar
komponen bangsa hendaknya bersatu padu dengan visi dan misi untuk
membangun daerah perbatasan dan seluruh petinggi negeri memahami dan
mengerti serta tahu akan pentingnya daerah perbatasan sebagai pondasi
untuk menopang wilayah yang bersebelahan dengan Negara tetangga.
Bahkan seminar mengenai daerah perbatasan sudah berulang kali akan
tetapi belum kelihatan greget realisasinya. Sebagai contoh daerah
http://cruzadercruzer.blogspot.com/2010/04/permasalahanperbatasan-negara.html